Ditemukan 16764 dokumen yang sesuai dengan query
Suar Suroso
Jakarta : Hasta Mitra, 2008
959.803 SUA b (1);959.803 SUA b (2)
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001
959.8 BUN
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Soekarno, 1901-1970
Djakarta: S.K. Seno, 1951
959.8 SOE i
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Novi Rahayu
"Penelitian mengenai The Marshall Plan sebagai politik pembendungan era Perang Dingin bertujuan untuk mengetahui lebih jauh mengenai proses kemunculan program bantuan tersebut, sasaran utama yang ingin dicapai, dan tercapai atau tidaknya tujuan dari program bantuan tersebut. Pengumpulan data dilakukan melalui buku-buku dari berbagai perpustakaan, seperti perpustakaan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB), Depok; Kajian Wilayah Amerika (KWA), Salemba; Center for Strategic and International Studies (CSIS), Tanah Abang; dan Pusat Penerangan Kedutaan Besar Amerika Serikat serta data-data dari Internet dengan website www.Librarv of Congress dan www.google.com. Hasilnya menunjukkan bahwa buku-buku yang diperoleh dari perpustakaan-pcrputakaan dapat digunakan sebagai sumber sekunder. Sedangkan data-data dari internet ada yang digunakan sebagai sumber primer dan ada juga yang digunakan sebagai sumber sekunder. Program hantuan The Marshall Plan merupakan suatu kebijakan luar negeri Amerika Serikat pasca Perang Dunia II yang diperuntukkan bagi negara_-negara Eropa yang hancur akibat perang, khususnya Eropa Barat. Program yang dibuat pada pemerintahan Harry S. Truman ini dalam proses realisasinya menghadapi beberapa kendala terutama di Kongres dan di masyarakat. Namun pada akhirnya kendala tersebut dapat diatasi oleh para kelompok administrasi (kelompok yang dibentuk oleh pemerintah untuk memperjuangkan program The Marshall Plan di Konges dan di masyarakat) setelah kurang lebih 1.1 bulan lamanya. Hasil dari program tersebut dapat dilihat setelah 4 tahun kemudian dimana kondisi ekonomi Eropa Barat sudah mulai membaik serta tercapainya tujuan utama dari program ini, yaitu membendung kekuatan komunis di wilayah tersebut."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2003
S12742
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Abdullah Dahana
Selangor: Universiti Kebangsaan Malaya, 2002
327.951 DAH c
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Dimas Riski Putranto
"Penelitian ini membahas tentang persaingan teknologi luar angkasa antara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Pengumpulan data yang dilakukan selama penelitian ini adalah dengan menggunakan metode sejarah yang terdiri dari heuristik, kritik, intepretasi, dan historiografi. Pencarian data, dilakukan melalui studi kepustakaan dan internet. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan peran aktif NASA sebagai badan yang berurusan dengan program luar angkasa, serta persaingan Amerika Serikat dan Uni Soviet untuk menunjukkan superioritasnya sebagai negara adi kuasa. Serta untuk melengkapi penulisan sejarah Amerika Serikat, khususnya di bidang teknologi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Amerika Serikat mampu mengungguli Uni Soviet dalam penguasaan luar angkasa dengan didaratkannya manusia pertama di bulan pada tanggal 20 Juli 1969."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2003
S12170
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Yudhistira A.N.M. Massardi
Jakarta Gramedia Pustaka Utama 1993
I 899.232 M 39 jp
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Afifah Nurul Izza
"Animasi secara umum digunakan sebagai media hiburan. Akan tetapi, Uni Soviet menggunakan animasi sebagai media propaganda yang memadukan produksi citra visual, narasi, dan suara untuk membangun framing musuh dan menggiring persepsi publik terhadap Amerika Serikat pada era Perang Dingin. Penelitian ini membahas representasi Amerika Serikat dalam film animasi ?????????/Millioner/Jutawan yang dibuat oleh Uni Soviet sebagai bentuk propaganda. Artikel ini bertujuan menunjukkan cara Uni Soviet merepresentasikan Amerika Serikat sebagai hal yang negatif dalam upaya melakukan propaganda. Teori representasi Stuart Hall menunjukkan bahwa makna diproduksi oleh bahasa. Berdasarkan pemaparan representasi Amerika Serikat dalam animasi/Millioner/Jutawan diketahui bahwa animasi tersebut memiliki peran sebagai alat propaganda Uni Soviet untuk mengkritik imperialisme Amerika Serikat dan membentuk opini publik terhadap penggambaran Amerika ke arah yang lebih negatif. Amerika Serikat digambarkan sebagai negara kaum borjuis yang antagonis, kapitalis, industrialis, ceroboh, dan serakah.
Animation is generally used as a medium of entertainment. However, the Soviet Union used animation as a propaganda medium that combined the production of visual images, narration, and sound to build enemy framing and lead public perception of the United States during the Cold War era. This research discusses the representation of the United States in the animated film /Millioner/The Millionaire made by the Soviet Union as a form of propaganda. This article aims to show how the Soviet Union represented the United States as negative things in an effort to carry out propaganda. Stuart Hall’s representational theory suggests that meaning is produced by language. Based on the presentation of the representation of the United States in the animation ?????????/Millioner/The Millionaire it is known that the animation has a role as a propaganda tool for the Soviet Union to criticize US imperialism and shape public opinion towards a more negative depiction of America. The United States is portrayed as a country of antagonistic, capitalist, industrialist, careless, and greedy bourgeoisie."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Jakarta: Yayasan Bung Karno, 2007
959.8 Bun
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Afriadi
"Penelitian ini menempatkan Indonesia di antara hubungannya dengan kedua Korea sebagai fokus utama. Indonesia merupakan satu dari sedikit negara di dunia yang mengakui dan menjalin hubungan diplomatik dengan kedua Korea sekaligus, terkhusus pada masa Perang Dingin. Posisi diplomatiknya yang strategis tersebut membawa Indonesia dapat memainkan kepentingan nasionalnya terhadap kedua Korea. Hal itu terlihat dari banyak kebijakan diplomatiknya dalam kurun Perang Dingin. Kebijakan dan arah politik luar negeri Indonesia terhadap kedua Korea itu diejawantahkan dengan baik oleh para aktor utama dalam negeri. Para aktor tersebut di antaranya Soeharto, Adam Malik, Soedjono Hoemardani, Benny Moerdani, Ali Moertopo, dan Slamet Danusudirjo. Penelitian ini mengunakan metode sejarah yang terdiri atas empat tahap yakni heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Dalam proses interpretasi, penelitian ini menggunakan konsep sejarah transnasional yang diperkenalkan oleh Akira Iriye. Sedangkan dalam tahap historiografi penelitian ini meminjam konsep struktur dari Anthony Giddens, konsep aktor dari Mochtar Masoed dan teori pengambilan keputusan dari Richard Snyder. Penelitian ini menemukan bahwa Indonesia selama kurun Perang Dingin telah menjadi negara yang mampu memanfaatkan konflik Semenanjung Korea sebagai instrumen untuk memenuhi kepentingan nasionalnya. Indonesia ibarat bandul yang berdiri di antara dua bandul lainnya dalam sebuah pendulum. Indonesia bergerak condong ke salah satu Korea mengikuti kepentingan nasionalnya.
This study places Indonesia in the middle of its relations with the two Koreas as the primary focus. Its also examining Indonesia's role as one of the few countries in the world that recognises and establishes diplomatic relations with both Koreas at once, especially during the Cold War. This study explores Indonesia's strategic diplomatic position, which enables it to pursue its national interests towards the two Koreas. It was evidenced by its numerous diplomatic policies during the Cold War. The Indonesian government's approach towards the two Koreas is characterised by the actions of prominent domestic actors, including Soeharto, Adam Malik, Soedjono Hoemardani, Benny Moerdani, Ali Moertopo, and Slamet Danusudirjo. This study used a historical method consisting of four stages: heuristics, criticism, interpretation, and historiography. The interpretation process employs the concept of transnational history, as introduced by Akira Iriye, while the historiography stage draws upon the concept of structure from Anthony Giddens, the concept of actors from Mochtar Masoed, and the decision making theory from Richard Snyder.The study's findings indicate that during the Cold War, Indonesia utilised the Korean Peninsula conflict as a means to pursue its national interests. Indonesia finds itself in a position that could be likened to that of a pendulum, oscillating between two other pendulums. It appears that Indonesia is pursuing a course that aligns with its national interests, moving closer to one of the Koreas."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2025
D-pdf
UI - Disertasi Membership Universitas Indonesia Library