Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 56883 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
S7640
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
S7165
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lia Gustiana
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S47865
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Caesario Nugroho A.
"Tesis ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kegiatan kurasi digital di UPK PBB Setu Babakan dilihat dari perspektif digital humanities serta apakah kegiatan kurasi digital yang dilakukan dapat mempreservasi budaya betawi yang berada di lingkungan UPK PBB Setu Babakan. Tesis ini menjelaskan tentang gambaran umum unit pengelola Setu Babakan, profil/deskripsi informan, sistem aplikasi Disparbud, data digital pada unit pengelola Setu Babakan, kegiatan kurasi digital pada unit pengelola Setu Babakan, dan preservasi kebudayaan Betawi melalui digital preservation. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Hasil penelitian ini menemukan bahwa sistem informasi Disparbud dapat menjadi salah satu alternatif aplikasi pengelolaan arsip digital karena mampu mengelola arsip digital dalam format teks, gambar, audio dan video. Selain itu, sistem ini memiliki kemampuan interoperabilitas yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk memilih aplikasi ini sebagai aplikasi pengelola arsip digital sehingga memungkinkan aplikasi ini bertukar data dengan aplikasi pengguna protokol yang sama.

This thesis aims to find out how digital curation activities at Betawi Cultural Village Management Unit (UPK PBB) Setu Babakan are viewed from the perspective of digital humanities and whether digital curation activities undertaken can preserve Betawi culture within the UPK PBB Setu Babakan environment. This thesis describes the general description of the Setu Babakan management unit, informant profile / description, the Disparbud application system, digital data on the Setu Babakan management unit, digital curation activities in the Setu Babakan management unit, and the preservation of Betawi culture through digital preservation. This research is a quantitative research with a descriptive approach. The results of this study found that the Disparbud information system can be an alternative digital archive management application because it is able to manage digital archives in text, image, audio and video formats. In addition, this system has interoperability capabilities that can be used as a consideration for selecting this application as a digital archive management application that allows this application to exchange data with the same protocol user application."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Belarmina Krisdiana Putri
"ABSTRAK
Desa Budaya Betawi Setu Babakan (PBB Setu Babakan) merupakan destinasi wisata budaya Betawi yang dikelola oleh Unit Pengelola Wilayah PBB (UPK) Setu Babakan. Masyarakat berpotensi menjadi daya tarik daerah karena nuansa Betawi-nya. UPK PBB Setu Babakan dalam hal ini bertugas mengembangkan potensi masyarakat sekitar bersama organisasi berbasis masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji perkembangan masyarakat yang ada dengan mengelaborasi teori proses pembangunan masyarakat dengan aspek pengembangan masyarakat. Penelitian ini menggunakan pendekatan post-positivis dengan pengumpulan data melalui wawancara mendalam, studi pustaka, dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pengembangan masyarakat yang terdiri dari empat tahapan yaitu pengorganisasian masyarakat, visioning, perencanaan, serta pelaksanaan dan evaluasi sudah mulai dilaksanakan. Pengorganisasian masyarakat merupakan tahapan yang pelaksanaannya didominasi oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Jakarta sebagai regulator. Visi, perencanaan, serta pelaksanaan dan evaluasi merupakan tahapan pelaksanaan yang diambil alih oleh UPK PBB Setu Babakan sebagai pelaksana teknis di lapangan.
ABSTRACT
Betawi Cultural Village Setu Babakan (PBB Setu Babakan) is a Betawi cultural tourism destination managed by the Setu Babakan UN Regional Management Unit (UPK). The community has the potential to become a regional attraction because of its Betawi nuances. UPK PBB Setu Babakan in this case is tasked with developing the potential of the surrounding community with community-based organizations. This study aims to examine the development of the existing society by elaborating the theory of the community development process with aspects of community development. This study uses a post-positivist approach with data collection through in-depth interviews, literature study, and observation. The results showed that the community development process which consisted of four stages, namely community organizing, visioning, planning, and implementation and evaluation had begun. Community organizing is a stage whose implementation is dominated by the Jakarta City Culture and Tourism Office as the regulator. Vision, planning, implementation and evaluation are the implementation stages taken over by UPK PBB Setu Babakan as the technical implementer in the field."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azaria Kurnia
"Tugas Karya Akhri ini dibuat untuk mengatasi permasalahan yang dimiliki oleh Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan sehubungan dengan terjadinya Pandemi Covid-19 yang membuat kegiatan di Desa Wisata Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan sementara ditiadakan dan terjadi keterbatasan sumber daya manusia dalam membuat aktivasi promosi dan kegiatan lainnya. Tujuan utama dari serangkaian strategi komunikasi yang dibuat adalah untuk memasarkan Desa Wisata Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan. Dengan melaksanakan strategi humas pemasaran dan pembuatan wisata berbasis pengalaman. Program ini dijalankan dengan metode utama yaitu pembuatan special event yang didukung dengan penguatan hubungan eksternal dan kegiatan promosi. Strategi ini bernama “Nimbrung Girang” berupa festival budaya Betawi yang memberikan kesempatan pada pengunjung untuk membenamkan diri pada pengalaman di destinasi wisata. Pesan kunci dari strategi Humas pemasaran ini adalah Pengalaman Baru dan Seru di Desa Wisata Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan. Program yang dibuat memiliki tiga garis besar, yaitu Memperkuat Kolaborasi dengan Pelaku Wisata, Seniman betawi dan target komunitas lainnya, Memperkuat promosi melalui media sosial dan umbul-umbul, dan membuat Special Event “Nimbrung Girang”. Rangkaian strategi dilaksanakan pada bulan Juni - Desember 2022. Total biaya anggaran adalah Rp791.009.900,00.

The task of this Final Work was created to overcome the problems that the Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan has in connection with the Covid-19 pandemic which has caused activities in the Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan to be temporarily suspended and there are limited human resources in making promotional activations and other activities. The main purpose of a series of communication strategies made is to market the Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan. By implementing a marketing public relations strategy and making experience-based tours. This program is carried out using the main method, namely making special events supported by strengthening external relations and promotional activities. This strategy is called "Nimbrung Girang" in the form of a Betawi cultural festival that provides an opportunity for visitors to immerse themselves in the experience of a tourist destination. The key message from this marketing PR strategy is New and Exciting Experiences in the Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan. The program has three main lines, namely Strengthening Collaboration with Tourism Actors, Betawi Artists and other community targets, Strengthening promotions through social media and banners, and creating a "Nimbrung Girang" Special Event. The series of strategies will be implemented in June - December 2022. The total budget cost is IDR 791,009,900.00.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiara Khusnul Chotimah
"Suatu tempat disebut kota adalah tidak lain adalah karena ciri spesifik warganya. Betawi adalah salah satu warga Jakarta yang dari sejarahnya berasal dari percampuran kelompok etnis balk dari Indonesia maupun luar Indonesia. Pada kondisi seat ini, pertumbuhan dan perkembangan Kota Jakarta mempengaruhi nilai - nilai seni budaya masyarakat Betawi dan lingkungannya. Pesatnya pembangunan kota juga memaksa mereka untuk merelakan lahan rumahnya untuk kegiatan kola lainnya. Oleh karena itu untuk melestarikan tata kehidupan dan tata ruang komunitas sosial budaya masyarakat Betawi, Gubernur Jakarta menetapkan Kawasan Setu Babakan sebagai kawasan Perkampungan Budaya Betawi dengan mengeluarkan Perda No. 3 Tahun 2005 Tentang Penetapan Perkampungan Budaya Betawi di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Kotamadya Jakarta Selatan. Salah satu tujuan dari Perda ini adalah menciptakan dan menumbuhkembangkan nilai - nilai seni budaya Betawi dan membina serta melindungi tata kehidupan serta nilai - nilai Budaya Betawi. Dan tujuan ini tersirat bahwa masyarakat Betawi setempat seharusnya rnenjadi subjek dari Perkampungan Budaya Betawi (PBS), oleh karena itu perlu adanya partisipasi warga Betawi setempat guna keberlanjutan program tersebut. Sehingga 'kawasan ini bukan hanya menjadi ladang proyek bagi pemerintah yang tidak berkelanjutan dan tidak bermanfaat untuk warga Betawi setempat.
Dengan metode pengumpulan data pengamatan terlibat dan wawancara dengan cara tinggal bersama, maka diketahui sejarah PBB dan proses partisipasi warga Betawi setempat didalamnya serta diketahui pula berbagai kegiatan eksisting yang mendukung PBB. Hasi! penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua keluarga berpengaruh, tokoh masyarakat dan ketua RW yang dapat menentukan siapa warga Betawi setempat yang dapat berpartisipasi. Sedangkan warga Betawi setempat yang berpartisipasi adalah warga yang terlibat dalam kegiatan pertanian, petemakan, industri rumah tangga, kesenian, perikanan dan wisata, serta warga yang terlibat dalam Badan Pengelolan PBB. Bentuk - bentuk partisipasi yang ada adalah kerelaan tanahllahannya digunakan untuk kepentingan PBB, inisiatif pembentukan kelompok- kelompok masyarakat yang mempunyai kegiatan mendukung PBB, tenaga dan waktu dalam melaksanakan kegiatan - kegiatan tersebut, keikutsertaan dalam kegiatan - kegiatan yang mendukung PBB, serta kesadaran untuk menjaga keamanan dan kebersihan lingkungan.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa pelibatan warga Betawi di Setu Babakan dalam pengembangan PBB perlu memperhatikan dua hal panting, yaitu keberadaan pemimpin dan tokoh masyarakat yang masih dianggap panting, sehingga pemerintah dapat melibatkan mereka dalam mendorong warga Betawi setempat lainnya untuk dapat berpartisiasi, dan pengembangan kegiatan yang bersifat dapat meningkatkan pendapatan (berorientasi pada peningkatan taraf hidup) warga Betawi setempat, mengingat sebagian besar warga tidak mempunyai pekerjaan tetap dan bergerak dalam sektor informal, seperti tukang ojek, berdagang, tukang bangunan dan lain - lain. Penelitian ini menemukan bahwa menurut teori Arsteins warga Betawi setempat yang berpartisipasi pada tingkatan partisipasi paling tinggi yaitu warga yang berkegiatan kesenian (membuat sanggar seni kerajinan Betawi) sedangkan yang digolongkan sebagai warga yang tidak berpartisipasi (non-participation), yaitu warga Betawi setempat yang mendapat bantuan "rumah Betawi" tanpa mengerti maksud pemberian tersebut dan pedagang yang berada di pinggir Setu.
Selain itu, penelitian ini menyimpulkan bahwa program Perkampungan Budaya Betawi di Kelurahan Srengseng Sawah ini dapat berkelanjutan jika pemerintah dan masyarakat dapat berorientasi pada produktivitas. Pemerintah mengadakan kegiatan kegiatan yang mengedepankan orientasi pasar, dan masyarakat dapat mengubah sifat kurang giat bekerjaanya menjadi masyarakat yang Iebih menjunjung produktivitas.

Specific characteristics of the citizens are the major elements for a place to be called a city. Betawi is one of the Jakarta community components originally coming from an assimilation of ethnic groups both from inside as well as outside Indonesia. Nowadays, the growth and development of Jakarta City influences the cultural values of the Betawi community and its environment. They released their land as part of their contribution to rapidly develop the city. Therefore, in order to conserve the values of the Betawi communities, the Governor of Jakarta has declared Setu Babakan area as Betawi Socio-Cultural Village (Perkampungan Budaya BetawiIPBB) through the issuance of the Local Government Regulation No. 3 of Year 2005 (PERDA No. 3 tahun 2005) about the Establishment of Betawi Socio-Cultural Village at Setu Babakan, Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa. Kotamadya Jakarta Selatan. One of the aims of this regulation is to create, develop, edify, and protect the Betawi socio-cultural values, which treat Betawi native communities as the subject of the government project. Through the participation of these citizens the program can be sustained.
Through participant observation and interview as the prime method in data gathering, the history of the Betawi Socio-Cultural Village (PBB) and the native Betawi participation process as well as the existing activities supporting the PBB can be revealed.
The results of the research show that there are two influential families in this village; -they.-are the community figure and the community leader, who decide which community members could participate. Meanwhile, the native Betawi who participate are the ones involved in farming, animal husbandries, home industries, fishery, arts, and tourism, and those involved in the Board of Management of the Betawi Socio-Cultural Village. The forms of participation of the native Betawi are the willingness to donate part of their land to be used for the Betawi Socio-Cultural Village needs, initiative to form community groups supporting the Betawi Socio-Cultural Village activities, time and energy to do such activities, participation in those activities, and awareness to maintain security and cleanliness of the environment.
This research concludes that the involvement of Betawi community members at Setu Babakan in developing the Betawi Socio-Cultural Village should take into consideration to two major points - the existence of leaders and community figures which is still considered important, so that the government can involve them in motivating other Betawi community members to participate in and develop activities which can increase their income meaning improvement of living standard orientation.
In fact, most of the community members do not have any permanent jobs and they work in the informal sectors. This research also shows that, in line with Arsteins's theory, the natives who participate at the participation's highest level are those having art activities that can be sustained the Betawi identity, while these having no participation (the lowest level) are the community members who only get the aid from the government to their identity of being "Betawi" by giving them such form of "Betawi House", and the seller who live in Setu borders as well.
Other than that, this research also concludes that this Betawi Socio-Cultural Village program at Srengseng Sawah can be sustained if the government and the communities have to reset their mind to be more productivity oriented. The government should have activities which consider market orientation, and the community members realize and change from indolence to those who set their minds to uphold productivity.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2007
T20818
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Pralampita Cintantya
"Kualitas hidup merupakan ukuran yang digunakan secara umum untuk mengetahui kesejahteraan masyarakat dengan menggunakan beberapa variabel seperti pendapatan. Kawasan Setu Babakan telah ditetapkan menjadi Perkampungan Budaya Betawi. Hal tersebut berpengaruh terhadap aktivitas ekonomi, budaya, sosial masyarakat yang berada di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan. Maka hal tersebut juga berdampak pada kualitas hidup masyarakatnya. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui pola keruangan kualitas hidup Masyarakat Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan berdasarkan aktivitas didalamnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Hasil dari penelitian ini memperlihatkan keterkaitan masyarakat Setu Babakan dengan Perkampungan Budaya Betawi dan pengaruh nya terhadap kualitas hidup masyarakat. Kualitas hidup yang tinggi terdapat di lokasi permukiman yang dekat dengan Wisata Air Setu Babakan karena warganya memanfaatkan potensi yang ada untuk membuka usaha.

Quality of life is a measure that is used in general to know the welfare of society by using several variables such as income. Setu Babakan area has been established into Betawi Cultural Village. It affects the economic, cultural, social activities of the people residing in Betawi Cultural Village Setu Babakan. Then it also affects the quality of life of the community. The purpose of this paper is to determine the spatial pattern of quality of life of Betawi Village Culture Setu Babakan based on the activities therein. The method used in this research is qualitative method. The results of this study show the relevance of Setu Babakan community with Betawi Cultural Village and its influence on the quality of life of the community. A high quality of life are found in the settlement 39 s location near the Water Tour Setu Babakan because the people utilizing the existing potential to open businesses."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Prihatini Aprilla
"Arsitektur berperan sebagai objek yang menjembatani informasi mengenai representasi kehidupan manusia. Arsitektur vernakular merupakan pengetahuan akan bangunan yang masih bersifat asli dan dianut oleh kelompok masyarakat lokal sebagai ilmu membangun. Arsitektur vernakular digunakan sebagai objek pembelajaran akan kebudayaan suatu masyarakat dan dimanfaatkan baik untuk menengok kembali ke masa lalu, maupun dimanfaatkan sebagai ilmu yang dapat diadaptasi untuk kepentingan masa depan. Keberadaan arsitektur vernakular kini semakin memudar seiring dengan terjadinya perubahan realitas. Hal ini juga dialami oleh Kaum Betawi. Keberadaan arsitektur vernakular Betawi di DKI Jakarta semakin menghilang akibat perubahan realitas berupa modernisasi.
Untuk mempertahankan dan melestarikan kebudayaan Betawi di DKI Jakarta, dilakukanlah pembangunan sebuah kawasan berbasis budaya Betawi, yaitu Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan. Pembangunan berbasis budaya yang dilakukan di kawasan Setu Babakan menjadi semacam reproduksi bagi arsitektur vernakular itu sendiri. Skripsi ini akan membahas dan mengkritsi reproduksi arsitektur vernakular di kawasan PBB Setu Babakan. Dalam hal ini, reproduksi arsitektur vernakular di Setu Babakan tidak sepenuhnya merepresentasikan otentisitas kebudayaan Betawi. Selain itu, kawasan PBB Setu Babakan juga dianggap kurang relevan dalam melakukan pelestarian kebudayaan Betawi.

Architecture acts as an object that bridges information about the representation of human life. Vernacular architecture is a knowledge of buildings that are still original and are embraced by local community groups as building science. Vernacular architecture is used as an object of learning about the culture of a society and is used both to look back on the past, and as a science that can be adapted for future purposes. The existence of vernacular architecture is now fading along with changes in reality. This is also experienced by the Betawi People. The existence of Betawi vernacular architecture in DKI Jakarta are disappearing due to changes in reality in the form of modernization.
To maintain and preserve Betawi culture in DKI Jakarta, the government built an area based on Betawi culture, namely Betawi Cultural Village Setu Babakan. The culture-based area Setu Babakan become some kind of reproduction for vernacular architecture itself. This thesis will discuss and critique the reproduction of vernacular architecture in the PBB Setu Babakan area. In this case, the reproduction of the vernacular architecture in Setu Babakan does not fully represent the authenticity of Betawi culture. In addition, the Setu Babakan PBB area is also considered irrelevant in preserving Betawi culture.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Masyati
"Perkampungan Budaya Betawi adalah salah satu aset daerah dalam bentuk objek wisata. Perkampungan Budaya Betawi memiliki potensi yang cukup besar untuk dikembangkan sebagai objek wisata andalan di Jakarta, namun sejak pembangunannya pada tahun 2001 sampai saat ini belum menunjukkan peningkatan yang signifikan. Hal ini di tandai dengan masih rendahnya pemanfaatan Perkampungan Budaya Betawi sebagai sarana pariwisata di lihat dari jumlah kunjungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi unsur-unsur pariwisata Perkampungan Budaya Betawi serta mengetahui dan mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan perkampungan Budaya Betawi sebagai Aset Pariwisata. Dari hasil analisis deskriptif terhadap persepsi 200 responden mengenai kondisi unsur-unsur pariwisata, dapat diketahui bahwa dari 31 unsur-unsur pariwisata, secara umum unsur-unsur pariwisata Perkampungan Budaya Betawi berada pada kondisi cukup memadai/cukup menarik, kecuali unsur souvenir, taman bermain, sarana angkutan umum, jalan di dalam Perkampungan Budaya Betawi dan kebersihan berada pada kondisi kurang menarik/kerang memadai/cukup sulit/kurang baik.. Sementara kondisi ketersediaan air bersih sudah memadai. Dari hasil analisis regresi diketahui ada 3 faktor yang mempengaruhi pemanfaatan Perkampungan Budaya Betawi sebagai aset pariwisata. Ketiga faktor tersebut adalah faktor Objek Wisata Unggulan Satu, faktor Objek Wisata Unggulan Dua dan sarana ibadah serta Promosi. Adapun persamaan yang dapat dibentuk dari model tersebut adalah : Y = Pemanfaatan = -2.727 + + 0,418 Objek Wisata Unggulan Satu + 0.512 Objek Wisata Unggulan Dua + 0,185 Promosi. Saran yang dapat direkomendasikan dari penelitian ini adalah bahwa untuk meningkatkan pemanfaatan Perkampungan Budaya Betawi sebagai aset pariwisata, maka perlu ditingkatkan pada faktor objek wisata Objek Wisata Unggulan 1, Faktor Objek Wisata Unggulan 2 dan Sarana Ibadah serta Faktor Promosi.

Regional assets become very important economic resources to a region. Regional assets can be the sources in financing regional development as long as managed and improved properly, otherwise they?re only burdening the region finance for the maintenance costs. Betawi Cultural Villages is a region asset in the form of tourist attraction. Betawi Cultural Villages has quite potential to develop as a reliable tourist attraction in Jakarta. However, since it existence from 2001, there?re hardly any significant improvements that marked by the low usage of Betawi Cultural Villages on number of visits. The aim of this research are: to find out the condition of tourism aspects at Betawi Cultural Villages, and to identified factors that influence the usage of Betawi Cultural Villages as tourism asset. By the research on 200 respondents, it found out that from 31 tourism elements, in general, Betawi Cultural Villages is in adequate condition, except the elements of souvenir, playground, public transport, road inside the area and cleanliness, meanwhile, the clean water is available in good condition. Factor Analysis is done to group new factors from those 31 tourism elements. From the analysis, it found out that there are 9 new factors improved, that labeled as: accommodation, environment and society, utility, superior tourism object #1, accessibility #1, accessibility #2, superior tourism object #2, means of religious duties, food and souvenir, promotional factor. These 9 new factors then analyzed in double linear regression analysis to find out the influence of these factors to the usage of Betawi Cultural Villages as tourism asset. By the F test of ANOVA table, can be described that independent variable (Betawi Cultural Villages tourism factors) has a significant influence to dependent variable (Betawi Cultural Villages usage as tourism asset). The t test results 3 factors influence the usage of Betawi Cultural Villages significantly. Those 3 factors are: superior tourism object #1, superior tourism object #2, and promotional factor. The equation of regression model is: Y = Usage = -2.727 + 0,418.Superior tourism object #1 + 0,512. Superior tourism object #2 + 0,185.Promotion. The recommended suggestion is: in order to improve the usage of Betawi Cultural Villages as a tourism asset, the management executive must develop superior tourism object #1, superior tourism object #2 and promotional factors."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>