Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 162811 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jenny Tiur Amprita
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1991
S7535
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1994
S5628
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wisma Ubayaji
"Tesis ini ditulis dengan maksud untuk meneliti dan memahami implikasi kemajuan ekonomi Cina terhadap pelaksanaan hubungan Cina-Amerika Serikat pasca masuknya Cina dalam World Trade Organization pada tahun 2001. Selanjutnya, dengan menggunakan pendekatan melalui perspektif liberalisme, kemajuan ekonomi Cina cenderung berimplikasi pada terjadinya hubungan kerjasama dan saling ketergantungan antara kedua negara. Penulisan tesis ini menggunakan metode studi kepustakaan dengan menyoroti fenomena hubungan kerjasama Cina-AS, interdependensi dalam hubungan Cina-AS, dan terjadinya kerjasama dalam penanggulangan dampak krisis finansial di Amerika Serikat yang meluas pada terjadinya krisis ekonomi global tahun 2008. Hasil penulisan tesis menunjukkan terjadinya hubungan kerjasama dan saling ketergantungan antara Cina dan Amerika Serikat, yang dilakukan melalui institusi-institusi internasional. Hubungan kerjasama dan saling ketergantungan antara kedua negara tersebut juga mempunyai implikasi pada terjadinya hubungan bilateral yang saling menguntungkan serta berkontribusi pada terwujudnya perdamaian dunia.

The purpose of this thesis to examine and to understand the implication of China`s economic relationship with the United States after the accession of China in the World Trade Organization in the year 2001. Furthermore, by using liberalism perspective approach, China`s economic development disposed to implicate in the happening of cooperation relationship and mutual interdependence between the two countries. This thesis writing uses library study methods by illuminating the phenomena of China-United States cooperation relationship, interdependency ini China-United States relationship, and the cooperation in tackling the impact of financial crisis happened in the United States, which spread into the global economic crisis in the year of 2008. The result of this thesis writing shows the happening of cooperation relationship and mutual interdependence between China and the Unites States, which conducted through international institutions. The cooperation relationship and mutual interdependence between those two countries are also having an implication to the happening of bilateral relationship which mutually beneficial and contribute to the world peace."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
T26764
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tasha
"Ibu rumah tangga mempunyai peranan penting terkait perilaku mencari pengobatan keluarga Tujuan penelitian adalah mengetahui tindakan pengobatan awal pada ibu rumah tangga dan hubungannya dengan faktor sosial dan ekonomi Penelitian menggunakan studi potong lintang dan geographical random sampling Data dikumpulkan di Kelurahan Bidara Cina pada Februari Mei 2011 Dari 378 subjek terdapat perbedaan nilai tengah usia antara pengobatan komplementer dan alternatif 41 00 tahun dengan pengobatan konvensional 46 00 tahun Terdapat juga perbedaan proporsi pengobatan konvensional antara yang memiliki 17 3 dan tidak memiliki 7 3 asuransi kesehatan Disimpulkan usia p 0 019 dan kepemilikan asuransi kesehatan p 0 003 berhubungan dengan tindakan pengobatan awal pada ibu rumah tangga.

Housewives have important roles related to family care seeking behaviour The objective is understanding initial treatment in housewives and its association with social and economic factors Cross sectional study and geographical random sampling are used Data were collected at Bidara Cina Village in February May 2011 From 378 subjects there is age median difference between complementary and alternative medicine 41 00 years old with conventional medicine 46 00 years old There is also conventional medicine proportion difference between those who have 17 3 and do not have 7 3 health insurance Concluded age p 0 019 and health insurance belonging p 0 003 are related with initial treatment in housewives"
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syaiful Muhammad Khadafi
"Penelitian ini bertujuan menjelaskan dan menjawab pertanyaan mengapa Arab Saudi menerima shuttle diplomacy China sebagai media untuk mengembalikan hubungan diplomatiknya dengan Iran, padahal sebelumnya telah ada upaya mediasi oleh negara-negara lain. Menggunakan kerangka analisis ‘tripartite approach’ yang diajukan oleh Carlsnaes (1992) penelitian ini dibahas secara kualitatif deduktif yang berangkat dari kerangka analisis tersebut. Sebelumnya telah ada literatur yang mengkaji terkait bagaimana hubungan, pengaruh dan kebijakan China di Timur Tengah dan ditemukan empat poin utama yang menjadi fokus dalam topik ini yaitu: Pengaruh China di Timur Tengah, Aspek Ekonomi-Politik Kebijakan China di Timur Tengah, Pragmatisme dalam Kebijakan China di Timur Tengah, dan Sino- Arab Saudi dan Sino-Iran. Untuk mengisi gap yang ada, penelitian ini kemudian menemukan bahwa dari kondisi objektif Arab Saudi dan pengaturan institusional mempengaruhi persepsi dan value yang kemudian menilai bahwa China memiliki peran signifikan dengan tanpa adanya catatan historis buruk di kawasan, maka Arab Saudi dengan preferensinya memilih untuk menerima China sebagai mediator perbaikan hubungan dengan Iran.

This research aims to explain and answer the question of why Saudi Arabia accepted China's shuttle diplomacy as a medium to restore its diplomatic relations with Iran, even though previously there had been mediation efforts by other countries. Using the 'tripartite approach' analytical framework proposed by Carlsnaes (1992), this research was discussed qualitatively deductively starting from this analytical framework. Previously there had been literature that examined China's relations, influence, and policies in the Middle East and found four main points that were the focus of this topic, namely: China's Influence in the Middle East, Economic-Political Aspects of China's Policy in the Middle East, Pragmatism in China's Policy in the Middle East, and Sino-Saudi Arabia and Sino-Iran. To fill the existing gap, this research then found that Saudi Arabia's objective conditions and institutional arrangements influenced perceptions and values ​​which then assessed that China had a significant role without a bad historical record in the region, so Saudi Arabia with its preference chose to accept China as a mediator to improve relations with Iran."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rotua, Helmy
"Sejarah Cina modern merupakan suatu topik yang sangat menarik untuk dibicarakan, termasuk di dalamnya sejarah mengenai hubungan Cina, dalam hal ini Republik Rakyat Cina (RRC) dengan negara-negara lainnya. Hubungan Cina dengan negara-negara lain selalu diwarnai dengan perselisihan di satu saat dan perdamaian di saat lain. Demikian juga halnya, hubungan antara Cina dan Amerika yang menjadi fokus pembicaraan di dalam penulisan skripsi ini. Sebenarnya, hubungan yang tidak harmonis di antara Cina dan Amerika telah terjadi jauh sebelum Partai Komunis Cina berhasil merebut kekuasaan dari kaum nasionalis pada tahun 1949. Ketidakharmonisan hubungan di antara dua negara ini timbul karena Amerika selalu memberikan bantuannya kepada kaum nasionalis (Guo Min Dang) untuk melawan kaum komunis (Gong Chan Dang). Karena pada saat itu hubungan Cina dan Amerika tidak begitu baik, secara otomatis Cina tidak mungkin mengharapkan datangnya bantuan dari Amerika. Padahal, bantuan modal tersebut sangat diperlukan dalam melakukan rehabilitasi keadaan negara Cina yang saat itu sangat memprihatinkan keadaannya, sebagai akibat peperangan yang terus-menerus melanda negara tersebut. Pada akhirnya, bantuan modal tersebut datang dari Soviet.
Alasan Pemerintah Cina memilih Soviet sebagai negara yang diharapkan akan dapat memberikan bantuannya kepada Cina adalah karena adanya persamaan ideologi, letaknya yang bertetangga, dan juga karena pada saat itu Soviet merupakan negara kaya di samping Amerika. Karena pada saat itu Pemerintah Cina menganggap bahwa hanya Sovietlah satu-satunya negara yang dapat membantu Cina, maka di dalam segala aspek kebijaksanaan negaranya Cina mencontoh Soviet, sehingga kebijaksanaan Cina pada saat itu lebih dikenal sebagai Yi Elan Dao (bersandar hanya pada satu sisi)1, yaitu Soviet.
Pada bulan Juni 1950, pecah Perang Korea yang melibatkan Amerika. Keterlibatan Amerika dalam Perang Korea ini menambah kebencian Cina terhadap Amerika, karena Cina menganggap, bahwa dengan turut campurnya Amerika dalam masalah ini, berarti Amerika telah mencampuri urusan dalam negeri Cina. Pada waktu itu, Cina sedang bersiap-siap untuk membebaskan Taiwan. Rencana tersebut menjadi terhambat karena pada saat itu Amerika menempatkan pasukannya (Armada ke-7)2 untuk berpatroli di selat Taiwan, sehingga secara otomatis usaha Cina untuk mempersatukan wilayahnya menjadi terhambat (Gregor, 1986:124-125).
Masalah mengenai Taiwan ini selalu menjadi sumber konflik antara Cina dan Amerika. Pada pertengahan tahun 1950-an, mulai muncul ketidaksesuaian pendapat antara Cina dan Soviet, sehingga menyebabkan hubungan kedua negara tersebut menjadi renggang. Beberapa sebab yang turut mempengaruhi buruknya hubungan Cina dan Soviet adalah adanya perbedaan persepsi mengenai koeksistensi damai. Menurut Khrushchev, koeksistensi damai berarti mencegah timbulnya perang baru antara Soviet dan Amerika. Dalam hal ini, hanya diperkenankan perlombaan di bidang ekonomi dan bukan militer.
Sementara itu Cina berpendapat, bahwa koeksistensi damai berarti bersahabat dengan negara-negara yang menganggap Cina sebagai sahabat dan sederajat serta sekaligus menentang imperialisme dan kolonialisme. Selanjutnya adalah munculnya de-Stalinisasi di Soviet,3 dan adanya rasa tidak setuju di kalangan pemimpin Soviet, khususnya Khrushchev terhadap program Lompatan Jauh ke Muka (Dayuejin) yang dilaksanakan oleh Mao.4 Buruknya hubungan Cina-Soviet ini mencapai puncaknya pada tahun 1963, yaitu pada waktu Soviet dan Amerika menandatangani perjanjian untuk tidak melakukan percobaan nuklir di atmosfir yang dikenal dengan nama Test Ban Treaty,5 padahal pada waktu itu Cina masih memerlukan bantuan nuklir dari Soviet (Schurmann, et al., 1967:264-266).
Memburuknya hubungan antara Cina dan Soviet telah membuat Cina sadar, bahwa ia harus mencari dan membina hubungan dengan negara lain. Karena pada saat itu hanya Amerika yang dapat menandingi Soviet, maka Cina mulai menjalin kembali hubungannya dengan Amerika. Hubungan ini mulai membaik karena baik Cina maupun Amerika merasa terancam akan kekuatan Soviet yang makin lama makin kuat. Mereka menyadari, bahwa mereka sesungguhnya saling membutuhkan. Pada tanggal 21 Februari 1972, Presiden Nixon yang didampingi oleh salah seorang asistennya, Dr. Henry Kissinger memulai lawatannya ke Beijing selama 8 hari (21-28 Februari 1972). Dalam pertemuan ini, Presiden Nixon dan Mao Zedong juga membahas kemungkinan diadakannya normalisasi hubungan dan juga membicarakan masalah-masalah luar negeri. Hal yang sama juga dibicarakan oleh Presiden Nixon dengan Perdana Menteri Zhou Enlai dan juga oleh Sekretaris Negara Amerika William Rogers dengan Menteri Luar Negeri Cina Ji Pengfei (Solomon, 1984:12-17).
Bila ditinjau dari segi politik global Amerika, adanya normalisasi hubungan ini dimaksudkan oleh Amerika untuk menghadapi Soviet. Dalam hal ini tampak adanya kesesuaian dalam pandangan dan kebutuhan yang sama antara Cina dan Amerika, sehingga kedua negara merasa perlu untuk segera merealisasikan normalisasi hubungan tersebut. Di pihak Amerika, kebutuhan tersebut didasarkan pada beberapa pertimbangan, yaitu: a). secara militer Soviet mulai mengimbangi Amerika b). secara politis, Soviet cenderung akan meluaskan pengaruhnya ke Afrika, Yaman Selatan, Afganistan maupun Asia Tenggara, khususnya Indocina; Sedangkan di pihak Cina, normalisasi hubungan didasarkan pada pertimbangan, bahwa untuk mengadakan imbangan kekuatan terhadap Soviet, jalan satu-satunya adalah melalui hubungan dengan Amerika. Kebutuhan ini dilihat Cina sebagai sesuatu yang sangat mendesak berhubung meningkatnya persengketaan antara Vietnam dan Kamboja yang mengakibatkan bertambahnya tekanan terhadap Cina dari sebelah selatan. Sementara itu, di perbatasan sebelah barat dan utara tentara Soviet semakin mendesak.
Ditinjau dari segi kepentingan nasionalnya, Amerika melihat bahwa untuk jangka panjang ia berkepentingan agar Cina mencapai stabilitas dalam negerinya dan dapat mengatasi masalah pangan dan perkimbangan ekonominya. Pemikiran tersebut muncul karena Amerika melihat, bahwa Cina dengan penduduk yang jumlahnya sangat banyak ini memiliki pengaruh internasional di masa mendatang dan juga adanya perimbangan politik di kawasan Asia-Pasifik, yang diharapkan dapat diambil alih oleh Cina. Dari sudut ekonomi, Amerika melihat bahwa Cina merupakan daerah pasaran yang cukup besar bagi barang-barang modal dan teknologi Amerika. Melalui ekspor barang-barang modal dan teknologinya, terutama alat-alat pertambangan untuk eksplorasi minyak, Amerika berharap dapat ikut memperbesar suplai minyak dunia. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka Amerika memberi dukungan dan dorongan kepada kaum moderat di bawah pimpinan Deng Xiaoping agar lebih memperkuat diri Analisa, 1972:6-101.
Walaupun normalisasi hubungan ini didasarkan pada berbagai pertimbangan di atas, tetapi kepentingan utama kedua belah pihak saat ini adalah untuk menciptakan imbangan terhadap Soviet. Karena desakan yang semakin dirasakan oleh Cina, maka akhirnya Cina bersedia melakukan kompromi mengenai masalah Taiwan , yaitu: Secara diam-diam Cina menerima pernyataan sepihak Amerika, bahwa masalah Taiwan harus diselesaikan secara damai. Sebagai jaminan, Amerika akan tetap mempertahankan hubungan ekonominya dengan Taiwan, walaupun hubungan diplomatiknya dengan Taiwan akan diakhiri,Amerika akan tetap menjual senjata defensif kepada Taiwan walaupun pakta pertahanan dengan Taiwan (1954)6 akan diakhiri pada tanggal 1 Januari 1980.
Setelah normalisasi hubungan Cina-Amerika direalisasikan pada tanggal 15 Desember 1978, beberapa kesepakatan lain telah diambil oleh ke dua negara, yaitu: Kedua negara berjanji untuk lebih saling mengenal dan sepakat untuk membuka hubungan diplomatik secara resmi pada tanggal 1 Januari 1979. Pemerintah Amerika harus mengakui bahwa Cina merupakan pemerintahan yang sah. Amerika dapat melanjutkan hubungannya dengan Taiwan, tetapi terbatas pada bidang perdagangan, kebudayaan dan hubungan yang non-pemerintah. Kedua negara harus berusaha untuk memperkecil konflik bersenjata dan berusaha mencegah hegemoni di wilayah Asia-Pasifik. Mereka akan mengadakan tukar-menukar dutabesar dan membuka kedutaan secara resmi pada tanggal 1 Maret 1979 (Hsu, 1972:63-64)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1991
S12874
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Carla Tinaningsih
"Tulisan ini membahas perkembangan ekonomi Cina pasca Mao Zedong dan hubungan ekonomi Cina dengan ASEAN-Cina Free Trade Area. Deng Xiaoping merupakan tokoh sentral dalam usaha modernisasi di Cina, reformasi Cina yang dicanangkan pada tahun 1978, yaitu program ?Reformasi dan Keterbukaan' (Gaige Kaifang) yang telah membawa Cina pada sebuah sistem perekonomian baru ala Cina yaitu sistem pasar-sosialis. Pada tahun 1982 perekonomian Cina telah terbuka pada perdagangan luar negeri dan investasi asing. Hal ini menyebabkan pertumbuhan ekonomi Cina terus mengalami peningkatan, pada tahun 2002 negara-negara anggota ASEAN melakukan kerjasama perdagangan bebas dengan Cina mengenai penurunan tarif, bea masuk dan pajak. Integrasi ekonomi ini memacu masuknya Foreign Direct Investment (FDI) yang akan membantu menstimulasi pertumbuhan ekonomi di ASEAN dan di Cina melalui perbaikan teknologi, penciptaan lapangan kerja, pembangunan sumber daya manusia (human capital) dan memperluas akses ke pasar dunia.

This paper discusses China's economic development post Mao Zedong and China's economic relations with ASEAN - China Free Trade Area. Deng Xiaoping was a central figure in the effort of modernization in China. China's reform, proclaimed in 1978, which is a program of ?Reform and Openness' (Gaige Kaifang), has brought China to a new Chinese-style economic system, i.e. a socialist-market system. In 1982, China's economy had been open to foreign trade and foreign investment. This caused China's economic growth to continue to increase. In 2002, ASEAN member countries conducted free trade cooperation with China regarding the reduction in tariffs, duties and taxes. This economic integration has spurred the entry of Foreign Direct Investment (FDI) which will help stimulate economic growth in ASEAN and in China through technological improvement, employment procurement, human resource development (human capital); and will expand access to the world market."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Sukendar
"WTO adalah organisasi internasional yang berhubungan dengan aturan-aturan perdagangan antar negara dan bertujuan untuk meliberalisasi serta membuat perputaran perdagangan antar bangsa secara babas serta untuk mengatasi berbagai macam konflik dagang yang terjadi. Mengingat cepatnya pertumbuhan ekonomi Cina sejak tahun 1978, maka Cina merasa perlu melakukan integrasi ekonomi ke dalam WTO, hal ini bertujuan untuk meliberalisasi pasar domestik Cina. Integrasi ekonomi Cina ke dalam ekonomi global akan membuka lebih luas aloes pasar Cina kepada negara lain.
Tesis ini menjelaskan tentang integrasi ekonomi Cina ke dalam WTO dan dampaknya terhadap hubungan ekonomi Cina-AS. Pertanyaan yang muncul dalam tesis ini adalah bagaimana dampak keanggotaan Cina di WTO terhadap hubungan ekonomi Cina-AS. Dalam tesis ini juga dijelaskan hubungan ekonomi Cina-AS pasca keanggotaan Cina di WTO.
Penelitian ini menekankan penggunaan teori integrasi untuk menjawab pokok permasalahan. Integrasi yang dimaksud adalah integrasi ekonomi dengan model integrasi penuh (full integration model), yakni integrasi ekonomi yang menempatkan Cina berada pada tingkat dan kedalaman yang sama dengan negara ekonomi industri terbuka lainnya.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis, dengan memaparkan data yang ada dan menganalisis data tersebut melalui pendekatan kualitatif. Berdasarkan data analisa yang ada, dapat disimpulkan bahwa keanggotaan Cina di WTO memberikan dampak positif terhadap perkembangan ekonomi domestik Cina dan hubungannya dengan negara lain terutama AS. Perubahan hubungan ekonomi Cina-AS pasca keanggotaan Cina di WTO terlihat dari adanya peningkatan hubungan ekonomi dan perdagangan yang cukup signifikan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12502
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Eko Prasetyo Warsito
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2010
S5959
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>