Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 84749 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mulyatno Kurim
1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Harapan terbesar perbaikan dan peningkatan taraf kehidupan di masyarakat adalah melalui pendidikan yang berkualitas. Melalui pendidikan juga setiap orang dapat mengenal kebenaran. Melalui bimbingan belajar diupayakan terjadi peningkatan kualitas pendidikan bagi anak-anak di wilayah Dumpit, Tangerang. Terdapat banyak anak-anak usia sekolah yang kurang mendapatkan perhatian terhadap pendidikan yang layak karena keterbatasan kondisi keluarga. Orang tua juga terlihat kurang memerhatikan anaknya. Hal itu terlihat dari penampilan, kondisi kesehatan, kelengkapan peralatan belajar, dan tingkah laku. Melalui bimbingan belajar siswa diperkenalkan arti sebuah pendidikan, pendidikan moral dan karakter, serta pola hidup sehat. Materi pelajaran yang diberikan kepada anak pra-TK dan TK adalah menghitung, menulis, membaca, dan menyanyi; untuk anak tingkat SD dan sederajatnya adalah Matematika, IPA, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, Seni Budaya, PKn, dan IPS; untuk anak tingkat SMP, SMA, dan sederajatnya adalah Matematika, Fisika, Biologi, Kimia, Akuntansi, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, Ekonomi, Geografi, Sosiologi, Sejarah, dan PKn. Metode pembelajaran yang digunakan para tutor bervariasi disesuaikan dengan jumlah siswa yang hadir dan keberagaman kemampuan belajar masingmasing siswa. Pembelajaran dibuat aktif dan menyenangkan, sehingga tidak menimbulkan kejenuhan. Harapannya agar bimbingan belajar ini dapat bermanfaat dan berdampak nyata bagi para siswa, tutor, dan masyarakat di sekitar."
Jakarta: Pusat Pemberdayaan Masyarakat - Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, 2019
300 JPM 3:1 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Gayatri
"Penelitian ini dimaksudkan mengungkapkan pandangan orangtua terhadap pendidikan formal anak-anak mereka pada suku bangsa Betawi di lokasi pemukiman Kampung Melayu, kota madya Jakarta Selatan. Untuk menjaring informasi tentang pandangan orang Betawi tersebut, penelitian dilakukan dengan wawancara berstruktur dan berfokus terhadap kepala keluarga yang dipilih secara acak. Berdasarkan penelitian ini, orangtua berpandangan bahwa pendidikan formal bermanfaat bagi kehidupan yang dalam fungsi praktis adalah untuk memperoleh pekerjaan. Tingkat sekolah yang makin tinggi dianggap memengaruhi jenis pekerjaan yang lebih baik dan dapat meningkatkan penghasilan. Pandangan tersebut berbeda dengan tulisan mengenai orang Betawi yang dikemukakan beberapa ahli antara lain Lance Castles (1987), bahwa orang Betawi memandang sekolah sebagai salah satu cara penyebaran agama Nasrani. Pandangan ini muncul karena pengalaman bahwa sekolah mulai diperkenalkan di Indonesia oleh orang Belanda yang mayoritas beragama Nasrani. Karena itu, tumbuh anggapan bahwa sekolah identik sebagai cara hidup orang Nasrani. Pandangan ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan orang Betawi menghindari dan menolak sekolah karena dikhawatirkan akan memperlemah keimanan agama mereka (Islam). Pergeseran pandangan tersebut dipengaruhi oleh perubahan kota Jakarta. Penduduk Jakarta yang terdiri dari beragam suku bangsa memiliki kemungkinan interaksi yang tinggi dengan berbagai suku bangsa yang memiliki latar belakang nilai dan pandangan yang berbeda-beda. Selain itu, banyak penduduk yang didirikan bermacam-macam sekolah berbasis jenjang. Sekarang ini, pendidikan di Jakarta menjadi kebutuhan yang penting untuk mendapatkan pekerjaan yang layak di antara penduduk Jakarta yang makin padat. Sumber mata pencaharian tidak dapat diperoleh hanya dari hasil kebun yang makin sempit atau telah habis.
This study aims to reveal the views of parents towards formal education of their children in the Betawi ethnic group in the Kampung Melayu settlement, South Jakarta City. To gather information about the views of the Betawi people, the study was conducted through structured interviews and focused on randomly selected heads of families. Based on this study, parents are of the view that formal education is beneficial for life, which in practical terms is to obtain a job. Higher levels of schooling are considered to influence better types of jobs and can increase income. This view differs from the writings on the Betawi people put forward by several experts, including Lance Castles (1987), who said that the Betawi people view school as one way to spread Christianity. This view emerged because of the experience that schools were introduced in Indonesia by the Dutch, who were predominantly Christian. Therefore, the assumption grew that school was identical to the way of life of Christians. This view is one of the factors that causes the Betawi people to avoid and reject school because they are worried that it will weaken their religious faith (Islam). The shift in views was influenced by changes in the city of Jakarta. Jakarta's population, which consists of various ethnic groups, has a high possibility of interaction with various ethnic groups that have different backgrounds, values, and views. In addition, many residents have established various level-based schools. Currently, education in Jakarta is an important need to get decent jobs among the increasingly dense population of Jakarta. Sources of livelihood cannot be obtained only from the results of gardens that are increasingly narrow or have run out."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
TEKNODIK 15:1 (2011)(1-2)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Arsyad Sarimay
"Permukiman kumuh di Kampung Buaran, memang belum terjamah oleh pembangunan Daerah, seperti jalan setapak, jalan lingkungan yang masih tanah serta belum ada saluran air kotor atau drainase. Kenyataannya citra permukiman kumuh dimata sebagian masyarakat dewasa ini digeneralisir cenderung adalah kotor, becek, kumuh, tidak nyaman, penduduknya padat dan sebagainya.
Untuk mengantisipasinya, pada tahun anggaran 2002, Pemerintah Kota Tangerang memfokuskan perbaikan prasarana dan sarana fisik lingkungan di Kampung Buaran Kelurahan Cikokol Kecamatan Tangerang, maka penelitiannya didasarkan pada, bagaimanakah langkah-langkah pembangunan permukiman kumuh dan faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap penataan permukiman kumuh di Kampung Buaran Kelurahan Cikokol Kecamatan Tangerang.
Bermula dari latar belakang dan masalah tersebut, penelitian diarahkan secara umum untuk dapat mengetahui tingkat keberhasilan dan ketidakberhasilan pembangunan di wilayah permukiman kumuh Kampung Buaran. Secara khusus, ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisa langkah-langkah yang diambil, serta faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan ketidakberhasilan penataan permukiman kumuh di Kampung Buaran terhadap perbaikan fisik lingkungan, yaitu : jalan setapak, jalan lingkungan, saluran air kotor, pembuatan jamban keluarga Pra Keluarga Sejahtera, perbaikan rumah Pra Keluarga Sejahtera, pembangunan Pos Pelayanan Terpadu serta pembuatan mandi cuci kakus.
Sebagai analisis, penulis menggunakan Kornponen-Komponen Analisa Data Model Interaktif, yakni : Data Collection, Data Reduction, Data Display dan Conclusion Drawing & Verifying yang dirujuk dari pendapat ( Huberman dan Miles dalam Bungin, 2003 ).
Penelitian yang dilakukan bersifat eksploratif dan pendekatannya kualitatif, sedangkan untuk mendapatkan informasi memanfaatkan informan, yang didasarkan pada empat ukuran, yaitu : latar, pelaku, peristiwa dan proses yang dirujuk dari pendapat (Huberman dan Miles, 1984 ).
Permukiman kumuh di Kota Tangerang merupakan masalah yang harus ditata sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah atau Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan, agar tidak terjadi kekumuhan.
Perbaikan prasarana dan sarana fisik lingkungan, yaitu : jalan setapak, jalan lingkungan, saluran air kotor, pernbuatan jamban keluarga, pembuatan mandi cuci kakus dan pembangunan Pos Pelayanan Terpadu yang dibangun, terlihat Kampung Buaran Iebih teratur dan rapih. Pelaksanaan pembangunan tersebut berjalan lancar, karena mendapat dukungan baik dari aparat pelaksana ( Dinas Perumahan dan Permukiman dan aparat Kelurahan ) maupun dari masyarakat.
Perlu pembinaan lanjutan pasca pembangunan melalui Kantor Pemberdayaan Masyarakat, untuk membuat program-program yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat di kampung-kampung yang telah di tata, seperti program pelatihan peningkatan partisispasi pembangunan masyarakat."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T13262
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emon Sastrawinata
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1976
371.91 EMO p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Sari Tuani R.
"Sindroma Down merupakan keadaan luar biasa yang disebabkan oleh kelainan genetik kromosom (Payne & Patton, 1981). Kelainan kromosom inilah yang menyebabkan anak-anak Sindroma Down memiliki keterbatasan-keterbatasan pada kemampuan intelektual dan fisiologisnya, serta memiliki sejumlah masalah dalam kesehatan dan perilakunya. Untuk itu diperlukan berbagai upaya untuk menumbuhkembangkan potensi dan kemampuan yang ada dalam diri anak-anak Sindroma Down ini. Salah satu layanan yang bertujuan menumbuhkembangkan potensi dan kemampuan secara maksimal anak-anak Sindroma Down ini adalah layanan pendidikan luar biasa.
Salah satu kunci keberhasilan menumbuhkembangkan kemampuan dan potensi yang ada dalam diri anak-anak Sindroma Down dalam layanan pendidikan luar biasa adalah melalui pembinaan hubungan yang kolaboratif antara orangtua dan guru. Hubungan yang kolaboratif ini merupakan hubungan rekan kerja yang sejajar antara orangtua dan guru yang sifatnya saling melengkapi dengan saling berkomunikasi dan bekerjasama (Porter & McKenzie, 2000). Dengan hubungan yang kolaboratif ini maka terjadi komunikasi dua arah antara orangtua dan guru. Di satu sisi guru menjadi kolaborator dengan para orangtua sebagai pemberi informasi dan pemecahan masalah (Turnbull, Turbiville, & Turnbull, 2000). Di sisi lain orangtua dapat diberdayakan menjadi fasilitatorlpenghubung pendidikan anak antara lingkungan sekolah dan lingkungan rumah (Porter, 2002), karena orangtua pada dasarnya adalah pengasuh bagi anaknya, yang berperan menjadi guru, pelatih, dan juga sekaligus sebagai pengarah kemampuan sosial anaknya (Hanson, 2003).
Oleh karena itu, peneliti merasa perlu melakukan penelitian ini untuk melihat gambaran hubungan antara orangtua dan guru dalam layanan pendidikan Iuar biasa khususnya bagi anak-anak Sindroma Down. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi panting bagi para orangtua dan pihak sekolah, betapa pentingnya peran serta orangtua dalam penyelenggaraan pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Hasil penelitian ini berupa data demografis subjek penelitian, gambaran kemampuan komunikasi dan sikap guru, gambaran hubungan rekan kerja yang sejajar antara orangtua dan guru, gambaran dukungan sosial yang diberikan guru, dan gambaran keterlibatan orangtua dalam program pendidikan anak. Data-data ini diperoleh dengan menggunakan desain non-experimental dengan metode kualitatif secara in-depth interview terhadap 3 orang subjek orangtua yang memiliki anak Sindroma Down yang sedang menjalani pendidikan luar biasa selama kurang dari 6 tahun, dimana ketiga orangtua tersebut memiliki tingkat pendidikan terakhir setara dengan sarjana dan terlibat langsung dalam penanganan anak-anaknya dalam menjalani kegiatan-kegiatan sekolah anaknya.
Hasil menunjukkan bahwa hubungan orangtua - guru khusus dalam layanan pendidikan Iuar biasa bagi anak-anak Sindroma Down pada umumnya sudah baik dalam berkomunikasi dan dalam pembinaan hubungan rekan kerja yang sejajar namun belum menunjukkan hubungan yang kolaboratif karena orangtua merasa belum diberdayakan sebagai penghubunglfasilitator pendidikan anak mereka antara lingkungan sekolah dan lingkungan rumah, sehingga para guru masih berperan sebagai pengajar dan pelaksana isi kurikulum, serta sebagai pemberi laporanlevaluasi atas basil proses pembelajaran anak didiknya kepada pihak orangtua.
Penelitian ini juga menunjukkan tidak diikusertakannya para orangtua dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan program pendidikan individual anak. Faktor utama tidak diikusertakannya para orangtua dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan program pendidikan individual anak disebabkan karena adanya sistem pendidikan luar biasa di Indonesia yang secara khusus tidak mengadakan program pendidikan anak secara individual balk dalam pelaksanaannya maupun dalam perencanaannya. Oleh karena itu program pendidikan bagi anak-anak sudah ditentukan dalam suatu kurikulum pendidikan luar biasa yang telah ditetapkan oleh Depdiknas, sehingga para guru ini hanya berperan sebagai pengajar dan pelaksana isi kurikulum tersebut."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T18112
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marchelia Lunggaer
"Suku Betawi adalah suku asli Jakarta yang memiliki banyak kegiatan kebudayaan. Suku Betawi merupakan hasil dari percampuran banyak suku bangsa yang membuat suatu kebudayaan baru. Suku Betawi sampai saat ini bertempat tinggal di kampung. Kampung juga merupakan tempat dimana kebudayaan dan identitas berkembang. Contoh kampung yang didiami oleh mayoritas suku Betawi adalah kampung Setu Babakan yang mempertahankan kebudayaannya dengan mewariskannya dari generasi ke generasi melalui tradisi dan upacara adat pada setiap tahapan daur hidup manusia. Apakah ruang arsitektur yang merupakan sarana kebudayaan dalam siklus daur hidup suku Betawi memengaruhi masyarakat dalam menjalani kehidupannya dan perubahan apa saja yang sudah terjadi? Melalui topik ini, saya akan menjelaskan keterhubungan antar ruang kampung yang menjadi rumah disetiap kegiatan upacara daur hidup, siklus dan kebudayaan dalam kampung ini serta perubahan yang terjadi.

Betawi is the ethnic who claimed as the origin of Jakarta with many cultural activity. Betawi is the result of a mixture of many ethnic groups that produce their own culture. Until today, Betawis mostly live in the kampung which is also a place of cultural development and identity. The example of existing kampung Betawi is Setu Babakan. They inherit culture to the next generation which is by way of traditional ceremonies at every level of life cycle. Whether the architectural space that is the means of culture affect the citizens in living their lives and what changes have occurred It is important to understand space of life cycle ceremonies. Life cycle is connected with cultural ceremonies, so in this topic I will explain the connectivity between kampung as a development space of Betawis living and life cycle as a culture, to understand how they treat their own space in kampung as their house and connectivity with each other and the modification during time."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
S8313
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hamdi
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1995
S6800
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>