Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 137574 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
"Petemakan Sapi Perah Pondok Ranggon merupakan industri penghasil susu segar yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan kebutuhan sebagai bahan baku bagi industh makanan di Jakarta. Pada Petemakan Sapi Perah Pondok Ranggon telah diterapkan unit-unit pengolahan air limbah, tetapi effluent yang dihasilkan memiliki kualitas yang lebih buruk dari influent dan melebihi baku mutu berdasarkan SK Gubemur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 582 tahun 1995. Karakteristik dominan air limbah Petemakan Sapi Perah Pondok Ranggon meliputi parameter-parameter BOD, COD, pH, SS, minyak dan lemak, dengan perbandingan BOD/COD < 0,5. Dengan pertimbangan air limbah merupakan limbah organik, dipilih pengolahan air limbah secara fisik dan biologis. Dengan menggunakan unit pengolahan biologis activated sludge. Dari penelitian di laboratorium temadap unit activated sludge tipe extended aeration, didapatkan bahwa unit ini mampu mereduksi kandungan COD sampai 90 %. Secara keseluruhan sistem pengolahan air limbah yang digunakan meliputi unit-unit screen, bak ekualisasi, bak sedimentasi awal, activated sludge tipe extended aeration dan pengolahan lumpur."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S34534
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meily Badriati
"Penelitian ini menelaah dominasi pemilik modal dan resistensi pekerja media: seperti apakah interplay yang didorong oleh habitus masing-masing dalam memperebutkan kapital?
Ini adalah kajian ekonomi politik media massa dengan paradigma ekonomi politik kritis konsrruktivis, yang menekankan interplay antara struktur dan agensi. Konsep kelas Pierre Bourdieu juga contradictory class dari Karl Marx muncul pada kerangka pemikiran.
Konsep habitus dan field dari Pierre Bourdieu, serta teori strukturasi Anthony Giddens juga dipakai Alasannya, dua pemikir ini sama-sama menaruh perhatian pada obyektivisrne (keagenan dan agen diabaikan) dan subyektivisme (mengagungkan tindakan dan pengalaman individu diatas gejala keseluruhan). Namun pisau analisis utama adalah habitus elan fieldnya Bourdieu -- yang dikaitkan ke class analysisnya Marx.
Penelitian ini menerapkan paradigma ktitis dengan metode studi kasus. Studi single case multi level analysis ini menganalisis level makro, meso dan mikro.
Analisis level makro dipusatkan pada konteks perubahan ekonomi dan politik Indonesia orde bare sampai pasca orde barn, juga relasi pernilik Gatra Bob Hasan dengan Orde Baru dan reformasi, serta kondisi makro industri pers di-Indonesia.
Pada level peso, studi dipusatkan pada proses produksi media. Ada 4 arena pertarungan yang dianalisis: (1) posisi pengambilan keputusan dalam Rapat Umum Pemegang Saham, dan kepemilikan pekerja atas 25% saham, (2) serikat pekerja, (3) kebijakan pemberitaan, (4) percetakan.
Pada level mikro, teks berita Gatra yang ada kaitannya dengan pemilik modal dianalisis dengan framing Gamson dan Modigliani. Berikut temuan yang didapat:
Krisis moneter 1997 Asia ternyata berdampak besar pada Gatra. Krisis ekonomi, plus aturan baru tentang pers pasca orde baru membuat Gatra harus bcrjuang untuk tetap eksis. Berbagai upaya pun dilakukan, termasuk melakukan resistensi atas dominasi pemilik modal.
Pertama, pemberian saham 25% yang diberikan cuma-cuma, temyata justru sering menyulitkan pekerja. Terutama bila perusahaan dalam kondisi tidak sehat. Kepemilikan saham 25% justru melanggengkan dominasi pernilik modal
Kedua, pada arena serikat pekerja (SP), terjadi interplay antara pekerja dan pemilik modal. Interplay yang dimaksud adalah tarik menarik antara keputusan mendirikan dan tidak mendirikan SP. Lagi-lagi alasan bahwa pekerja ikut "memiliki perusahaan" menjadi alasan pelarangan dari pemilik modal Tapi pekerja berhasil menjalankan strategi agar fungsi dad SP tetap ada, dengan mengubah fungsi koperasi karyawan.
Ketiga, pada arena kebijakan pemberitaan, resistensi juga dilakukan. Masukan Bob Hasan tidak serta merta diterima. Telpon dari pemilik modal sering diabaikan pekerja. Resistensi pekerja juga berhasil mengubah hari edar kembali ke Senin. Sementara pada teks, hampir semua berita mengenai Bob Hasan ditulis. Dan meski menulis tentang korupsi Bob Hasan, tetap terlihat upaya untuk `menghaluskannya'.
Keempat, pada arena percetakan, banyak sekali pertarungan terjadi. Di satu sisi, pekerja media ingin mengganti percetakan karena adanya perjanjian denda. Sisi yang lain, percetakan tersebut adalah kepunyaan dan pemilik modal de facto. Proses negosiasi yang alot yang dilakukan antara pekerja dengan pemilik modal de jure yang juga sebagai CEO, tidak membuahkan hasil. Pekerja, sempat berhasil mencetak Calm di Iuar Enka. Tapi, akhirnya lahir kekerasan simbolis dad pemilik modal untuk mempertahankan dominasi.
Penelitian ini memberi implikasi teoritis: konteks ruang dan waktu penting dan tidak bisa dipisahkan dari pertarungan-pertarungan yang terjadi. Ini menguatkan Bourdieu maupun Giddens yang sangat mementingkan konsteks ruang dan waktu. Studi kasus ini juga makin menguatkan bahwa pemikiran Bourdieu bisa menjadi benang merah penghubung dengan pemikiran Marxis lainnya.
Studi ini menguatkan apa yang dikatakan Bourdieu: dominasi selalu berhadapan dengan resistensi. Kelompok dominan, selalu berusaha untuk mereproduksi kekuasaan, salah satunya lewat kekerasan simbolis.
Studi ini juga memberi penguatan pada konsep habitus yang diciptakan melalui praktek sosial yang didapat dari pengalaman dan pengajaran, sedangkan praktek sosial merupakan produk interaksi antara habitus dan arena. Dan habitus masing-masing kelompok, jelas berbeda.
Dikaitkan dengan analysis class nya Marx, tentang sifat-sifat kelas yang berada pada wilayah kontradiktori, temuan penelitian ini mcnunjukkan sisi lain analisis itu. jika manajer puncak bukan dari kelas pekerja, maka teori Marx tentang contradictory class bahwa CEO sedikit sekali berbeda dengan kelas kapitalis, adalah benar. Namun jika is lahir dari kelas pekerja, maka sikap CEO akan cenderung ke kelas pekerja karena memiliki habitus yang_sama dengan pekerja.
Sementara manajer menengah tidak selalu bersikap ambigu, malah ditemukan, manajer menengah lebih cenderung ke kelas pekerja. Ini lagi-lagi karena kesamaan habitus. Toh pada kasus tertentu, manajer puncak dan menengah sepakat berbeda dengan kelas pekerja.
Jadi teori Marx mengenai sifat-sifat kelas kontxadiktif harus diterapkan lebih luwes. Sebab, hal ini tergantung pada habitus manajer puncak dan menengah, serta tergantung pula pada kasus-kasus yang spesifik.

This research focus on owner domination and newsworker resistence: on the kind of interplay that being pushed by each other "habitus" to win over capital?
This is an economy politics research on mass media, using constructive critical economy politics paradigm, with emphasis on interplay between structure and agency. "Class" concept from Pierre Bourdieu -- also the concept of "contradictory class" from Karl Marx --will appears. Pierre Bourdieu's other concept, "habitus dan field", and Anthony Giddens's "theory of structuration" also appears_ But the main analysis will came from Pierre Bourdieu's "habitus dan field" which being linked to Marx's "class analysis"
This research apply critical paradigm with single case multi level analysis study. On macro level, analysis focused on the context of economy and political change during New Order era and after. And then also focusing on the role of Bob Hasan, the owner of Gatra, during that change. On Meso level, this study focus on Gatra productions process. On micro level, every Gatras article which mentions the owner, will be analized with Gamson's and Modigliani's framing. And this is the findings:
Asia monetary crisis, in 1997, had a very big impact on Gatra. This economy crisis, along with new regulations about press makes Gatra struggling hard to keep its existence. Gatra 's news workers do everything they could, even campaigning resistence to the owner domination. But this only lead us to four conclusion:
First, the 25% share of the company that news workers get for free (because of government regulations), in reality only became a burden. In fact, its only preserve owner dominations.
Second, in the field of serikat pekerja (SP), or workers union, the owner and the worker pull strength in the issue of establishing the workers union. At the end, when the owner insist to ban the union, the worker use another strategy: altering the functions of their koperasi (economic corporations) to perform as workers union.
Third, in the field of news contents, the workers also exercise resistence. Bob Hasan's input about news, almost never be accepted_ The workers usually turn down the owner's phone call. The workers resistence also can change the time of publications, from Friday to monday.
And fourth, in the field of choosing printing company, the workers and the owner also engage in conflict. The workers want to change the printing house due to their bad performance and silly contract, but since the printing house also owned by the same person as the magazine, its becaming impossible. At the end, the owner use symbolic violence to maintain their domination.
This research has some theoretical implications: time and space context is important, and cannot be separated from the conflict. This is strengthening what Bourdieu's and Giddens's already said. This case study also strengthening the fact that Bourdieu's thinking can becaming a bridge for other Marxist thoughts. This case study underlined what Bourdieu always said: domination will invite resistence. Arid dominant class, will always try to reproduce power, and the way to do it is by practicing symbolic violence.
This Study also strengthening the "habitus" concept which being created by social practices trough experiences and learning process. Social practices is a product of interaction between the "habitus" and the "field". And every class's "habitus" is surely different.
If we linked this with Marx's class analysis, about the attitude of the contradictory class, this research findings shows another side of that analysis. If the top manager not come from the working class, Marx's contradictory class theory which says that CEO is not that different from the capitalist is proven. But if that top manager came from the working class, his options will much closer to the working class, because of their similar "habitus".
Meanwhile, the mid-level manager is not always ambiguous. This study found evidence that they are tend to support the working class. And this is, again, because of their similar "habitus". But, in some cases, also proven that these top and mid-level manager can act differently than the working class.
So, Marx's theory about the contradictory class's attitude has to be implemented more loose. Because it always depend on the manager's "habitus", and also depend on the specific cases."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T22549
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Thelma Nizir
"Dalam rangka pembangunan ekonomi Indonesia, dimana kita harus mampu menciptakan struktur ekonomi yang seimbang antara kekuatan dan kemampuan industri yang maju dan didukung oleh kekuatan dan kemampuan pertanian yang tangguh, maka agribisnis mempunyai peranan yang sangat penting. Agribisnis disini diartikan sebagai kegiatan yang meliputi pembibitan, pengolahan tanah, penanainan, budidaya, pengolahan serta penasaran dan komoditas pertanian dan sub?sektornya (peternakan, dan perikanan) termasuk juga berbagai kegiatan yang merupakan bidang usaha mendukung sektor pertanian.
Walaupun peranannya relatif semakin menurun, sektor perta nian masih akan tetap sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi, tidak saja dari segi penyediaan lapangan kerja tetapi juga sebagai sarana untuk meningkatkan pendapatan rakyat. Industri sub-sektor peternakan berupa daging, telur dan susu menunjukkan prospek yang cerah, baik dilihat dari aspek produksi maupun konsumsinya. Sejak tahun 1978, kegiatan ekspor sapi. potong dihentikan karena permintaan daging dalam negeri semakin kuat. Bahkan sampai saat ini permintaan daging impor masih kuat terutama untuk konsumsi hotel.
Beberapa masalah yang dihadapi. dalam mengembangkan indus tri di sektor pertanian adalah tidak tersedianya komoditi Pertanian dalam jumlah yang cukup dan kontiniu, harga komoditi yang sering berfluktuasi secara tajam, tidak efisiennya pelaku pasar dalam melakukan kegiatan, dan kurangnya pengetahuan terhadap pemasaran disebabkan lemahnya penguasaan aspek-aspek manajemen. Untuk menghasilkari kualitas daging potong yang setara dengan impor maka telah dilakukan peternakan menggunakan sistem ranch, dimana pemberian makananan dan pemeliharaan menggunakan sistem feedlot. Di Indonesia industri peternakan seperti ini masih relatif baru, dan belum banyak perusahaan yang terlibat di dalamnya.
Berdasarkan data survei studi pemasaran daging sapi di Jakarta, Bandung Surabaya dan Lampung baru ada 12 perusahaan yang berpotensi bersaing dalam industri ini. Dan dalam waktu dekat akari muncul 3 perusahaan yang bergerak di industri ini. Adanya dukungan pemerintah terhadap sub-sektor peternakan yang menggunakan pola PIR, juga membuka peluang bagi investor baru untuk memasuki industri ini, dan sekaligus dapat merupakan ancaman bagi perusahaan yang sudah ada di dalamnya.
Melalui karya akhir ini penulis mencoba menerapkan peranan strategi pemasaran industri daging potong pada perusahaan yang sedang berkeng di dalam industri ini. Diharapkan strategi pemasaran yang digunakan dapat memperluas segmen pasar dan meningkatkan penjualan. Secara khusus dipilih PT. Karyana Gita Utania (KGU) sebagai bahan studi dan pembahasan, mengingat PT. KGU merupakan perusahaan yang pertama bergerak di industri ini, dan selama ini merupakan market leader di bidangnya.
Pada pembahasan digunakan model ?Manajemen Strategi Pearce dan Robinson?, karena dianggap cukup memadai untuk menganalisa kondisi PT. KGU dan menentukan strategi pemasaran yang dipandang efektif untuk dilakukan. Di dalam model tersebut digunakan juga analisa SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats) dan Grand Strategy Selection Matrix untuk menentukan grand strategy yang tepat bagi PT. KGU yang kemudian digunakan sebagai pedoman dalam menyusun strategi pemasarannya."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astiani
"Hubungan kerja timbul dari perjanjian kerja yang dibuat antara pihak pemberi pekerjaan (perusahaan) dengan pihak yang lainnya yang akan melakukan pekerjaan (pekerja). Perjanjian kerja yang dibuat antara pemberi kerja dengan penerima kerja mengandung unsur-unsur tertentu, yaitu adanya unsur kerja atau pekerjaan tertentu, unsur pelayanan atau pelaksanaan pekerjaan oleh pekerja, unsur waktu dalam melaksanakan pekerjaan (tertentu ataupun tidak tertentu), dan unsur upah dari pemberi pekerjaan kepada pelaksana pekerjaan atas pekerjaan yang dilakukan. Peraturan Menteri No. PER.06/MEN/1985 tentang Perlindungan Pekerja Harian Lepas dikeluarkan untuk memberikan perlindungan bagi pekerja harian lepas (freelance) yang telah banyak dipekerjakan oleh perusahaan-perusahaan dewasa ini. Pekerja harian lepas sesuai dengan definisi yang disebutkan dalam Permenaker tersebut adalah pekerja yang bekerja dibawah perintah pemberi pekerjaan dengan volume kerja dan waktu kerja yang dapat berubah-ubah dan menerima upah berdasarkan kehadirannya secara harian. Oleh karena itu, hubungan kerja yang tercipta tidaklah seperti hubungan kerja antara perusahaan dengan pekerja pada umumnya yang memiliki empat unsur yang tersebut diatas, melainkan pekerja harian lepas hanya memenuhi unsur pelayanan, dalam arti bekerja dibawah perintah pemberi pekerjaan, ketiga unsur lainnya yaitu kerja, waktu, dan upah tidak dapat di tentukan saat perjanjian kerja dibuat. Selain itu, umumnya perjanjian kerja yaRg diadakan antara perusahaan dengan pekerja harian lepas tidak dibuat dalam bentuk tertulis. Hubungan kerja yang timbul dari perjanjian kerja tersebut, dalam pelaksanaannya banyak menimbulkan masalah baik dipihak pekerja sendiri maupun dipihak perusahaan. Masalah yang dihadapi antara lain masalah jangka waktu kerja yang tidak menentu, pelatihan pekerja, perlindungan pekerja, pendaftaran pekerja, pengupahan dan kesalahan pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya. Untuk mengatasi masalah-masalah itu, dilakukanlah penelitian dengan metode deskriptif-preskriptif sehingga diharapkan dapat menemukan langkah yang tepat bagi penyelesaian masalah-masalah yang terjadi dan memberikan saran-saran untuk penanganan yang lebih baik lagi baik dari segi peraturan hukumnya maupun dari segi pelaksanaannya di lapangan. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa diperlukan peraturan hukum yang dapat menjamin pelaksanaan perlindungan pekerja harian lepas dan pedoman yang jelas bagi perusahaan agar dapat mempekerjakan pekerja harian lepas secara efektif dan efisien."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1998
S20761
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rovazio Okiiza
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3343
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sigit Poedjiono
"ABSTRAK
Peternakan sapi perah merupakan salah satu usaha peternakan dengan tujuan untuk memberikan peningkatan pendapatan dan kesejahteraan peternak. Namun demikian peternakan sapi perah juga, merupakan salah satu kegiatan yang potensial menimbulkan pencemaran lingkungan. Oleh karena itu tata cara penyelenggaraannya harus didasarkan pada peraturan hukum yang berlaku, agar usaha tersebut tidak merugikan alam dan atau manusia itu sendiri.
Berdasarkan sifat yang bertentangan tersebut, kiranya nenarik bila dilakukan penelitian-penelitian, antara lain mengenai pelaksanaan ketentuan hukum lingkungan pada peternakan sapi perah.
Masalah pokok yang diteliti adalah: Bagaimana pelaksanaan ketentuan hukum lingkungan pada peternakan sapi perah rakyat di Kabupaten Banyumas, Propinsi Jawa Tengah.
Penelitian ini dilakukan pada peternakan rakyat yang mendapat bantuan ternak sapi perah dari Penerintah di Kabupaten Banyumas, Propinsi Jawa Tengah.
Tujuan penelitian untuk mengetahui pelaksanaan ketentuan hukum lingkungan pada peternakan sapi perah bantuan Pemerintah di Kabupaten Banyumas, Propinsi Jawa Tengah. Adapun yang dimaksud hukum lingkungan adalah jenis hukum yang berorientasi kepada kepentingan lingkungan hidup dan yang memerintahkan manusia untuk melindungi dan memelihara lingkungan hidup secara serasi, selaras dan seimbang dengan sistim ekologi. Hukum lingkungan dapat diartikan juga sebagai perangkat norma yang mengatur tindakan orang dalam kaitannya dengan pengelolaan lingkungan hidup.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu suatu pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat.
Digunakannya metode ini, karena penelitian ini bertujuan untuk membuat gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai pelaksanaan ketentuan hukum lingkungan pada peternak sapi perah rakyat di Kabupaten Banyumas, Propinsi Jawa Tengah.
Pengambilan sampel dilakukan secara acak (random sampling) dengan intensitas 107 terhadap persebaran populasi, sehingga dari 765 peternak, didapat contoh sebanyak 77 peternak. Pengumpulan data dilakukan dengan studi kepustakaan, dan wawancara yang disertai dengan observasi di lapangan.
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa sarana yang dimiliki peternak, kesadaran dan kemampuan peternak mempunyai hubungan dengan pelaksanaan ketentuan hukum lingkungan pada peternakan sapi perah. Artinya jika sarana yang dimiliki memadai, didukung adanya kesadaran dan kemampuan peternak, maka ketentuan hukum yang berlaku bagi usahanya akan dilaksanakan atau ditaati. Diketahui juga bahwa sanksi merupakan pengukuh atau pendukung bagi dilaksanakannya ketentuan hukum lingkungan pada peternakan sapi perah. Artinya sanksi baru diterapkan kepada peternak, jika sarana yang dimiliki memadai, mempunyai kesadaran dan kenampuan untuk melaksanakan ketentuan hukum itu, tetapi usaha peternakan yang diselenggarakan, tidak sesuai dengan ketentuan hukum tersebut.
Dari hasil penelitian diketahui perlunya penyuluhan hukum pada umumnya dan hukum lingkungan pada khususnya bagi peternak, juga perlunya pembentukan kelompok ternak atau desa ternak yang menempati lokasi khusus dengan jarak sebagaimana diatur dalam ketentuan hukum yang berlaku.

ABSTRACT
Dairy farm is one of farming business aimed at improving income and welfare of dairy farmers. However, it has to be admitted that dairy farming is a kind of activity which is potential to generate environment pollution. Therefore, it has to be organized based on the valid regulators. So that it will not be harmful either to the natural environment or to the people them selves. The two opposing charateristics above, encouraged the writer to conduct the research to find out the environmental law implemented to dairy farming.
The main problems being investigated are: How are the environmental law implemented to dairy farming?
The research was conducted to investigate the people's dairy farm having grant of dairy cattle from the government in Banyumas regency, Central Java.
The objectives of research are to find out the environmental law implemented to dairy farming.
The method used in the research is descriptive, that is fact finding based on appropriate interpretation.
The reason for using this method is that the writer wanted to make a factual, accurate and systematic description about the environmental law implemented to dairy farming.
Sampling was done in a random way with intensity of 10 X. So that out of 765 dairy farmers 77 person are taken as sample. The data were collected based on review of literature, interview and field observation.
The result of research shows that facilities used to ability to carry out the law have correlation with environmental law implemented to dairy farming. 5o sanction is finally alternative to enforcement law.
The result tell us further, that information guiding of law in general and environmental law in particular should be given to dairy farmers, and setting up farmer group in certain areas.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Engga Rahmawati
"Peternakan ayam PT Indocentral telah berdiri sejak tahun 1979. Beberapa waktu lalu, peternakan ini mendapat protes dari masyarakat di sekitarnya akibat gangguan bau dan lalat yang ditimbulkannya. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh peternakan ayam ini terhadap kualitas udara mikrobiologis dan kesehatan pekerja serta masyarakat di sekitarnya.
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang melibatkan 38 responden dan pengukuran kualitas udara mikrobiologis dengan menggunakan metode Environmental Microbial Sampler sebanyak 12 sampel. Kualitas udara mikrobiologis dilihat berdasarkan konsentrasi jamur dan bakteri. Pengaruh kesehatan yang dilihat berupa gejala umum yang diderita akibat paparan mikrobiologis di udara yang akan dianalisis dengan korelasi rank Spearman. Rata-rata konsentrasi jamur di udara pada peternakan ayam PT Indocentral sebesar 28,17x103 CFU/m3 dan bakteri sebesar 23,98x103 CFU/m3.
Berdasarkan hasil pengukuran di lokasi bedeng, didapatkan konsentrasi jamur maksimum di udara sebesar 44,73x103 CFU/m3 yang berada pada bedeng 1 dan konsentrasi bakteri maksimum sebesar 12,19x103 CFU/m3 berada pada bedeng 2. Berdasarkan jenis kandang, didapatkan bahwa konsentrasi bakteri yang lebih kecil berada pada jenis kandang cage-housed daripada floor-housed. Sedangkan konsentrasi jamur yang didapatkan lebih besar berada pada kandang ayam dewasa jenis kandang cage-housed daripada kandang ayam kecil jenis kandang floor-housed.
Konsentrasi jamur dan bakteri di udara mengalami kenaikan seiring bertambahnya umur ayam. Konsentrasi bakteri di udara semakin menurun seiring semakin jauhnya lokasi pengukuran dari kandang ayam. Sedangkan konsentrasi jamur menurun dari lokasi pengukuran yang berada pada tengah kandang hingga jarak 10 m dari kandang ayam, namun kemudian mengalami kenaikan pada jarak 19 m dari kandang ayam dan jarak 25 m dari kandang ayam.
Hasil penelitian tidak menunjukkan adanya korelasi yang bermakna antara kualitas udara mikrobiologis dengan kesehatan pekerja dan masyarakat sekitar peternakan ayam PT Indocentral. Upaya untuk meminimalisasi resiko terpaparnya mikroba udara yang mengganggu kesehatan pekerja dan masyarakat sekitar peternakan meliputi pemberantasan bibit penyakit dari sumbernya, pengendalian penyakit pada media penularan atau transmisi, pengendalian proses pajanan dan pengobatan penyakit.

PT Indocentral poultry farming has been established in 1979. Several years ago, this farming had protests from the community surrounding caused of odor and flies coming from this farm. Therefore, this research conducted to determine the influence of this farm to microbiological air quality and the health of employees and people surrounding.
The study is quantitative research utilized 38 respondents and measured of microbiological air quality by using Environmental Microbial Sampler method as many as 12 samples. Microbiological air quality can be seen based on concentrations of fungi and bacteria. Their influence to the human health can be seen as general symptoms were suffered caused of microbiological exposure in the air, then will be analized by rank Spearman?s correlation. The average concentration of fungi in the air on PT Indocentral poultry farming was 28.17x103 CFU/m3 and average concentration of bacteria was 23.98x103 CFU/m3.
Based on measuring results at worker houses, were obtained maximum concentration of fungi 44.73x103 CFU/m3 around worker house 1 and maximum concentration of bacteria as big as 12.19x103 CFU /m3 around worker house 2. Based on type of cage, concentration of bacteria on cage-housed was fewer than floor-housed. On the other hand, concentration of fungi which obtained on cage-housed for adult hen was bigger than floor-housed for little hen.
Concentration of bacteria and fungi in the air increased along with hen age. Concentration of bacteria in the air decreases along with distance location of the measurement from hen cage. On the other hand, concentration of fungi in the air decreased from location of measurement on the middle cage until 10 meters from hen cage, but afterwards concentration of fungi increased on location of measurement 19 meters from hen cage and 25 meters from hen cage.
The results showed no significant correlations between microbiological air quality with health workers and communities around PT Indocentral poultry farm. Effort to minimize risk exposure caused of microorganism in air which had negative influence to worker and community health such as removal germ at the source, controlling disease in spreading media or transmision, controlling exposure process and medical treatment.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1032
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Shobaruddin
"Koperasi menurut esensinya adalah suatu bentuk organisasi sosial-ekonomi yang menjadi simbol sejarah atas semangat perjuangan bangsa Indonesia untuk lepas dari kemiskinan, serta untuk merdeka dan mandiri. Salah satu jenis koperasi yang telah digariskan dalam haluan negara untuk mengembangkan perekonomian masyarakat di daerah pedesaan adalah koperasi unit desa (KUD).
Dalam dua dekade terakhir ini, KUD menunjukkan perkembangan relatif cepat. Pada akhir Pelita IV saja telah dilaporkan 1/3 dari populasi KUD telah mandiri menurut kriteria dan penilaian pemerintah. Hanya saja penilaian itu lebih mendasarkan pada pendekatan konfigurasi atau struktur fisik organisasi KUD dengan menggunakan indikator-indikator seperti kwantitas satuan organisasi, jumlah anggota KUD, angka simpanan anggota, modal usaha, volume usaha, sisa hasil usaha, serta ukuran-ukuran sejenisnya.
Akan tetapi pendekatan pada proses organisasi, misalkan saja dengan menggunakan indikator-indikator komunikasi organisasi kurang mendapatkan tempat. Pada hal pendekatan ini penting karena unsur manusia, terutama anggotanya, ditempatkan pada posisi sentral dalam penilaian atas kelangsungan hidup dan perkembangan organisasinya.
Dalam suatu konsep yang dikembangkan dalam studi-studi, komunikasi organisasi bahwa pola komunikasi manajemen organisasi berhubungan erat dengan iklim organisasi, dan budaya kerja anggotanya. Dalam konsep ini menempatkan pikiran, perasaan, kepentingan, dan pilihan tindakan manusia pendukung organisasi sebagai fokus sentralnya agar dimungkinkan tiap-tiap kegiatan organisasi dapat menjadi bagian dari totalitas hidupnya. Selanjutnya, setiap kegiatan organisasi akan dapat menjadi produk dari realisasi atas konstruksi realitas .yang terbentuk melalui interaksi para anggotanya. Dengan demikian, kelangsungan hidup dan perkembangan organisasi mendapat pijakan yang lebih kokoh.
Studi ini dimaksudkan untuk menganalisis jaringan komunikasi pada KUD dan hubungannya dengan iklim dan budaya kerjanya. Dalam studi ini, hubungan-hubungan komunikasi mengenai budidaya ternak sapi perah dianalisis dengan menggunakan pendekatan analisis jaringan komunikasi. Sedangkan hubungan antara variabel penelitian dianalisis dengan menggunakan tabel silang dan alat-alat analisis statistik yang dinggap absah sesuai dengan sifat datanya.
Dalam studi ini, penarikan sampel dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama adalah penarikan satuan organisasi KUD sebagai sampel yang dilakukan dengan teknik stratified sampling. Maksudnya, dari populasi KUD yang memiliki unit Sapi Perah diambil sampelnya berdasarkan strata menurut sejumlah kriteria tertentu. Tahap kedua adalah penarikan responden sampel dari tiap-tiap KUD yang telah ditetapkan dengan menggunakan teknik penarikan sampel Sampling Intact System, yaitu menarik sampel kelompok responden yang didasarkan atas wilayah administratif dan pengelompokan yang berlaku di tiap-tiap KUD yang bersangkutan. Tehnik penarikan ini diterapkan agar memungkinkan dilakukan analisis variabel-variabel jaringan pada setiap analisisnya.
Setelah dilakukan analisis data hasil penelitian lapangan diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari hasil analisis gambar sosiogram jaringan komunikasi menunjukkan adanya perbedaan pola jaringan komunikasi yang nyata pada KUD Kertajaya, KUD Tani Jaya, dan KUD Subur. Letak perbedaan itu terutama terletak pada peran personalia (pengurus dan karyawan) KUD dalam struktur komunikasi, jumlah responden pemencil, dan orientasi hubungan komunikasi.
2. Masing.masing dari ketiga KUD sampel yang mewakili strata berbeda menunjukkan perbedaan pola jaringan komunikasi, iklim organisasi, serta budaya kerjanya secara empiris signifikan.
3. Pola jaringan komunikasi mengenai informasi budidaya sapi perah pada KUD (unit Sapi Perah) ternyata menjadi determinan penting atas karakter iklim organisasi dan budaya kerja dalam budidaya sapi perah para peternak anggotanya. Dimensi jaringan komunikasi itu meliputi variabel-variabel jarak hubungan komunikasi, multipleksiti hubungan komunikasi, keterbukaan jaringan individu, keberhubungan jaringan individu, integrasi jaringan individu, diversiti jaringan individu, jarak hubungan komunikasi individu dengan anggota kliq personalia, serta muitipleksiti hubungan komunikasi individu dengan kliq personalia. Disamping dipengaruhi oleh variabel-variabel jaringan komunikasi, khusus dimensi budaya kerja juga dipengaruhi oleh dimensi budidaya ternak.
4. Sedangkan pola jaringan komunikasi tersebut dipengaruhi oleh dimensi individu peternak dan usaha budidaya ternak. Variabel-variabel dimensi individu yang ternyata berhubungan signifikan meliputi variabel tingkat usia peternak, variabel jenis pekerjaan pokok, dan variabel sumber inisitif berternak. Sedangkan variabel-variabel dimensi usaha budidaya ternak yang ternyata signifikan meliputi tingkatan lama berternak, umur ternak yang dimiliki, dan produksi susu segar yang dihasilkan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Benny Cahyanto
"Kebutuhan daging sapi segar di Indonesia semakin besar setiap tahunnya. Pada tahun 1986 konsumsi daging sapi masyarakat Indonesia sebesar 1,37 kilogram per kapita meningkat menjadi 1,95 kilogram pada tahun 1997. Data dari Direktorat Jenderal Petemakan menyebutkan, bahwa pada tahun 2003 Indonesia diramalkan hanya mampu menyumbang 56% dari total konsumsi yang diminta masyarakat. Disisi lain Indonesia diharapkan mampu menjadikan daging sapi sebagai komoditas ekspor dengan total nilai US $ 700 juta.
Berangkat dari kenyataan tersebut, perlu dicari jalan pemecahan dalam menyikapi peluang investasi yang cukup besar di masa depan tersebut. Provinsi Bengkulu adalah daerah yang berpotensi untuk mengembangkan industri ternak sapi potong kedepan, mengingat di daerah tersebut tersedia lahan cukup luas yang didukung oleh sarana dan prasarana fasilitas infrastruktur serta pelabuhan samudra Pulau Baal. Disamping itu adanya hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Soetrisno dan Majestika menyebutkan, bahwa setiap kepala keluarga di Desa Gerbong Serba Bisa Kabupaten Bengkulu Utara mampu memelihara 5 ekor sapi merupakan nilai tambah tersendiri bagi Provinsi Bengkulu. Temuan jenis pakan ternak tambahan berupa Bossdext, merupakan faktor pendukung lain. Dengan Bossdext berat sapi setiap harinya akan bertambah 2 hingga 3 kilogram per hari dari berat sapi bermula 300 kilogram bertambah menjadi + 700 kilogram dalam jangka waktu enam bulan.
Apabila Provinsi Bengkulu berpotensi untuk dikembangkannya industri ternak sapi potong berdaya saing Global, maka pertanyaannya adalah : Strategi dan pola apa serta daya saing seperti apa yang hares dipilih dan diterapkan?. Untuk itu dilakukan penelitian menggunakan alat analisa AHP dengan responden sebanyak 8 orang, yang terdiri dari para aktor pengambil dan pelaksana kebijakan di daerah serta peneliti terdahulu.
Dari hasil analisis penelitian diperoleh, bahwa strategi yang dipilih berdasarkan skala prioritas pertain adalah strategi kelembagaan berbobot prioritas 0,5911 dengan aspek teknis berupa; iklim investasi, pola PIR dan pendanaan. Sedangkan sebagai prioritas kedua adalah strategi pengembangan berbobot 0,2112 dengan aspek teknis berupa; teknologi, administrasi, manajemen, organisasi, sarana dan prasarana serta SDM (IAMOSS). Sebagai prioritas ketiga adalah strategi distribusi dan pemasaran berbobot 0,1977 dengan aspek teknis berupa; segrnentasi, targeting dan positioning.
Ketiga skala prioritas strategi tersebut diarahkan kepada fokus penelitian. yang sekaligus sebagai juduI penelitian, yaitu: Strategi Pengembangan Industri Berdaya Saing Global (Studi Kasus - Peternakan Sapi Potong di Bengkulu).
Dengan demikian Pemerintah Provinsi Bengkulu harus memilih dan menerapkan strategi kelembagaan sebagai prioritas utama dengan lebih dahulu melakukan penelitian lanjutan berupa Strategi Kelembagaan dalam Mengembangkan Industri Ternak Sapi Potong Berdaya Saing Global, dimana format pengembangan pola PIR dianggap telah given bersama labelisasi Halal sebagai daya saingnya selain keuntungan posisi pelabuhan Pulau Baal yang berada dipantai Barat Sumatra."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>