Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 184457 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
S7574
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Hardiyoto
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1990
S41876
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Rijadiati
"Rawa Pekayon Bulak merupakan tempat pembuangan sampah sementara di daerah Pekayon, Bekasi, sebenarnya merupakan daerah resapan air bagi lingkungan sekitarnya. Penumpukan sampah di rawa tersebut berlangsung terus menerus, karena pemerintah kota tidak mampu menyediakan lahan penampungan sampah untuk warganya. Perubahan fungsi rawa dan bertumpuknya sampah mendatangkan dampak negatif bagi kehidupan warga di sekitarnya. Intervensi ditujukan untuk meningkatkan kesadaran warga supaya mau terlibat dalam usaha memperbaiki kerusakan yang terjadi, yaitu dengan mengelola sampah domestik mereka. Pengelolaan dimulai dengan memilah sampah warga dari rumahnya masing-masing. Target intervensi adalah-ibu-ibu di RT 03 dan 04, RW 11, kompleks PPI, Bekasi, dengan jumlah 96 KK.
Baseline study dilakukan dengan observasi lapangan, wawancara dan penyebaran kuesioner. Teori-teori yang mendasari intervensi adalah teori perubahan sosial, theory of planned behavior dan teori belajar sosial. Strategi yang digunakan adalah strategi persuasi melalui pembentukan organisasi dalam komunitas yang bersangkutan, pemberian pelatihan dan penyuluhan bagi seluruh stakeholder yang terlibat dalam proses pembuangan sampah dan penerapan komunikasi yang intensif melalui leaflet dan manipulasi lingkungan.
Perubahan secara khusus yang terjadi adalah: warga mulai memilah sampah (56,75%), membuat kompos pribadi (16,21%), 8 dari 14 tong kompos yang disediakan untuk pembuatan kompos kolektif sudah mulai dipenuhi oleh potongan sayuran dan sampah halaman warga, pengadaan wadah sampah di rumah warga meningkat, terpasang prompts di lingkungan warga yang mengingatkan warga untuk memilah sampah. Secara umum: terjadi perubahan perilaku warga terhadap sampah domestiknya dengan adanya piket dan kerja bakti warga.
Untuk intervensi berikutnya, penulis menyarankan untuk melakukan penyuluhan tindak lanjut bagi para stakeholder pembuang sampah, review terhadap program yang sudah berjalan dan diskusikan perbaikan dan pengembangannya terutama dalam hal komunikasi internal dan pelaksanaan Sistem-sistem monitoring dan evaluasi."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Antonius K. K. Darsono
"Seiring dengan terjadinya perubahan paradigma dalam diri Polri dari pemolisian tradisional menjadi pemolisian modern yang berbasiskan kepada pendekatan kemasyarakatan yang oleh Polri disebut melalui program Perpolisian Masyarakat (Polmas), hal ini tentunya perlu untuk segera diketahui oleh seluruh personil anggota Polri dan perlu mendapat dukungan dari seluruh bagian-bagian yang ada dari Polri itu sendiri. Polmas saat ini dianggap sebagai suatu cara atau metode yang efektif dalam rangka mengajak peran serta aktif masyarakat dalam menghadapi permasalahan-permasalahan sosial yang mungkin timbul ditengah-tengah masyarakat. Polmas yang diangkat dalam tulisan tesis ini oleh peneliti adalah Polmas Cibatu Cikarang Bekasi, karena peneliti melihat peran dari Polmas Cibatu dalam membangun suatu komunitas yang mampu untuk survive terhadap adanya bentuk-bentuk kejahatan dalam satu lingkungan komunitas dianggap cukup berhasil. Komunitas yang dimaksudkan disini adalah komunitas perumahan Taman Cibiru Cikarang Bekasi. Dimana perumahan Taman Cibiru ini awal mulanya ketika belum adanya kehadiran dari petugas Polmas Cibatu merupakan suatu lokasi perumahan yang kerap terjadi kejahatan, ketidak tertiban dan permasalahan-permasalahan sosial lainnya. Permasalahan-permasalahan sosial yang dapat berkembang menjadi kejahatan di perumahan Taman Cibiru dikarenakan di sekitar lokasi perumahan tersebut dekat dengan pusat-pusat hiburan dan pusat-pusat keramaian publik sehingga dimungkinkan terjadinya kejahatan dan permasalahan sosial di lingkungan perumahan Taman Cibiru tersebut. Disamping itu penyebab lainnya tidak adanya kepedulian atau terjadinya pembiaran oleh warga perumahan Taman Cibiru dan petugas Bintara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Babinkamtibmas) yang bertugas dalam lingkup areal tersebut untuk mau peduli dalam rangka meminimalisir dan mencegah kejahatan dan permasalahan sosial yang timbul. Memang cakupan wilayah seorang Babinkamtibmas demikian luas dan kompleks, areal lokasi yang menjadi tanggung jawab wilayah tugasnya tidak hanya lingkungan perumahan-perumahan saja namun juga meliputi areal publik seperti pasar, terminal, dan lain sebagainya. Memang terjadi perbedaan yang sangat signifikan sekali dalam hal cakupan wilyah antara Babinkamtibmas dengan Polmas yang ada saat ini. Dimana Polmas Cibatu memiliki cakupan wilayah cenderung lebih kecil dan pada komunitas masyarakat yang lebih teratur dan tertib. Hal tersebut diatas yang mendasari pemikiran penulis bahwa petugas Polri dalam hal ini Polmas Cibatu cenderung lebih berhasil karena cakupan wilayah yang tidak seberapa luas dan pada komunitas masyarakat yang cenderung teratur serta petugas Polmas tersebut tinggal menetap di lokasi tersebut beserta dengan keluarganya. Peran yang terbina antara petugas Polmas Cibatu dan warga perumahan Taman Cibiru disadari maupun tidak disadari, sengaja maupun tidak sengaja menjadikan lingkungan perumahan Taman Cibiru tersebut menerapkan desain lingkungan melalui pengamanan fisik dan kegiatan sosial yang ada menjadi suatu bentuk strategi pencegahan kejahatan yang mampu untuk meminimalisir bahkan mencegah kejahatan yang selama ini terjadi di wilayah tersebut. Bentuk-bentuk pengamanan fisik yang ada dilingkungan perumahan Taman Cibiru diantaranya adanya lampu penerang disetiap tempat sehingga tidak ada satupun bagian di areal perumahan tersebut yang gelap pada malam hari, pemagaran keliling perumahan Taman Cibiru yang membatasi lingkungan dalam dan lingkungan luar, portal sebagai sarana penghalang bagi orang dan kendaraan yang akan masuk serta keluar perumahan Taman Cibiru dan lain sebaginya bentuk-bentuk pengamanan fisik yang ada di lokasi tersebut. Sedangkan kegiatan sosial kemasyarakatan yang muncul dilingkungan perumahan Taman Cibiru diantaranya arisan bulanan antara warga perumahan Taman Cibiru dan Polmas Cibatu dimana dalam pertemuan tersebut tidak sebatas arisan saja tetapi merupakan ajang pertemuan dalam rangka proses Bottom Up. Keluhan, masukan dan saran yang datangnya dari warga kepada pihak Polmas Cibatu, serta kegiatan pengaktifan sarana komunikasi dengan menggunakan pesawat RIG/HT guna mempercepat proses penyampaian informasi yang berkaitan dengan situasi keamanan di wilayah perumahan tersebut. Peran Polmas Cibatu dan warga perumahan Taman Cibiru sekali lagi disadari atau tidak disadari telah menunjukkan kemampuannya untuk melakukan survive dalam rangka menghadapi permasalahan-permasalahan sosial dan kejahatan-kejahatan yang timbul. Namun demikian, perlu diingat bahwa masih banyak harapan-harapan dari masyarakat terhadap program Polmas yang ada saat ini diantaranya masyarakat berharap program Polmas ini tetap terus berkesinambungan dan mendapat perhatian serius dari pimpinan Polri khususnya dalam hal masalah penyediaan anggaran guna kepentingan operasional dari Polmas tersebut. Peneliti juga menaruh harapan yang sangat besar terhadap program Polmas ini diantaranya dalam hal penempatan petugas Polmas jangan terlalu luas cakupan wilayahnya, petugas Polmas harus benar-benar dipilih secara selektif berdasarkan kemampuan dan hal-hal lainnya yang terkait dengan keberhasilan Polmas kedepan nantinya.

In accordance with the change in the paradigm of Indonesian Police from traditional Police to modern police with the basis on people approach which is called People Police (Polmas) program. Every police office must be aware of this new paradigm and every part of Indonesian Police (Polri) should give the pre-eminent support. Polmas is considered to be one of the effective methods to bring the active participation of the people in solving the social problems that may rise in the society. The Polmas presented in this thesis is Polmas in Cibatu Cikarang Bekasi, because the author believes the Cibatu Polmas has a successful role in creating a community is able to survive in facing criminal?s acts. The community mentioned here is Cibiru Cikarang Bekasi Par Resident. This community used to faces a high criminal rate, and social problems in the neighborhood before the presence of Cibatu polmas officers. The social problems that can lead to criminal acts in this community is caused by the location of the residence that is near entertainment centre and public places. The other reasons are the ignorance and lenience by the resident of Cibiru Park and the officers from Bintara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Babibkamtibmas) in this area. The area scope of this Babinkamtibmas is quite ample and complex; they are responsible not only for the residential area but also the public places such as markets, terminals, etc. they are a significant difference in the area scope between Babinkamtibmas and Polmas, which Polmas has a much smaller area and in a more relatively controlled society. This fact becomes the basis for this thesis, the author believes that police officer in this case, and Cibatu polmas has become more successful due to the relatively smaller area of scope and operated in a much ordered society. The fact the Polmas officer also lived in the same area also contributed to the success. This role that is created between the Cibatu Polmas and the Cibiru Park Resident considered the implementation of physical security and the social activities as a part of criminal prevention strategy that capable of diluting criminal action in the area. Some forms of physical security is the lights in every places in the area, so that the residence does not have a dark corner, the construction of fences around the area of residence which border the outside and inside area, the establishment of portal as a way of barricade the flow of vehicles in and out of the residential area are forms of physical security. Meanwhile, the social activities that arise from the Cibiru Park Residential area are monthly meetings (arisan) between the residents of Cibiru and Cibatu Polmas where these meetings do not serve the purpose of only arisan but also a means for bottom up process. Not only can they deliver their complains and inputs, but also with the activation of communication using RIG/HT devices, they can increase the speed of communication concerting the security condition in the neighborhood. The role of Cibatu Polmas and the Cibiru Park residence have show their ability to survive in order to face the criminal acts and social problems. But, we need to remember that the people still hope for the Polmas program remain sustainable and gain serious attention from Polri, specially in the budget allocation area. The author also give enormous expectation towards the Polmas program, so that the area of scope of the Polmas officers are not too wide-ranging, the Polmas officers should be selectively picked based on their competency, and also other matters that contributed to the success of the Polmas program in the future."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T24553
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Andromeda M.F.K.
"Masalah lingkungan yang banyak muncul merupakan konsekuensi dari kegiatan tidak ramah lingkungan yang dilakukan manusia. Seiring dengan berjalannya waktu, masyarakat di setiap negara mulai menyuarakan kepedulian lingkungannya dalam berbagai macam bentuk. Kepedulian lingkungan tersebut menjamur di setiap lapisan status sosial ekonomi, baik di negara berkembang dan maju.
Penelitian ini membahas kepedulian lingkungan dalam konteks Indoensia sebagai negara berkembang. Berdasarkan temuan penelitian, tidak ada hubungan antara status sosial ekonomi dan kepedulian lngkungan. Namun, ada hubungan antara kepedulian lingkungan khusus dan tindakan lingkungan. Implementasi nyata dari kepedulian masyarakat justru karena rusaknya lingkungan hidup sekitar. Di samping itu, masyarakat setempat, pemerintah lokal, dan pelaku pasar juga memiliki peran dalam pembentukan kepedulian lingkungan.

Emergence of environmental problems is a consequence from unfriendly activities toward environment by humans. As time goes by, society in every country become concern to the environment in all sort of way. The environmental concern has spread to all socio-economic status in both developing countries and developed countries.
This research talks about environmental concern in Indonesia?s context as a developing country. According to the research finding, there is no relation between socio-economic status and the environmental concern. However, there is a correlation between specific environmental concern and environmental action. Real implementation from the society concern is driven by damaged environment its self. In addition, local community, local government, and market doer also has a role in making the environmental concern.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ivo Noviana
"Tinggal dalam suatu lingkungan yang dikenal rawan bukanlah hal yang mudah. Apalagi jika lebih dari 30 tahun perilaku dan tindakan kekerasan yang dilakukan secara terus menerus dan berulang-ulang. Hal inilah yang dialami warga yang berasal dari berbagai etnis, yang mau tidak mau, suka atau tidak sukan harus hidup dengan warga Ambon yang terkenal dengan tindakan kriminalitas yang dilakukannya sejak kepindahan mereka pada tahun 1973 ke Kompleks Permata, Cengkareng, Jakarta Barat. Apalagi sejak beragam tindakan kriminalitas silih berganti di Kompleks Permata. Hingga pada tahun 2000 mulai marak dengan peredaran narkoba, yang akhirnya membuat nama Kompleks Permata atau yang lebih dikenal dengan sebutan Kampung Ambon terkenal hingga keluar Jakarta, sebagai tempat transaksi narkoba terbesar. Stereotip warga Ambon di Kompleks Permata akhirnya tetap bertahan. Bagaimana proses terbentuknya stereotip warga Ambon di Kompleks Permata (produksi stereotip) dan bagaimana proses bertahannya stereotip tersebut (reproduksi stereotip), menjadi pertanyaan dalam penelitian ini. Setting penelitian dilakukan di Kompleks Permata Rw 07, Kelurahan Kedaung Kaliangke, Cengkareng, Jakarta Barat. Sedangkan subjek penelitiannya adalah warga non Ambon di Kompleks Permata.
Penelitian ini berusaha untuk dapat memberikan pemahaman yang penting mengenai stereotip terhadap suatu etnis dalam hal ini etnis Ambon yang sudah berlangsung lama sehingga berpengaruh pada interaksi sosial antara warga non Ambon dengan warga Ambon yang berada di Kompleks Permata. Secara metodologis, pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam, studi kepustakaan, dan juga dilakukan pengamatan terhadap subjek penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa stereotip yang melekat pada etnis tertentu berpengaruh terhadap hubungan sosial yang terbangun dengan etnis lain. Sikap saling curiga, tidak peduli, dan berinteraksi seperlunya, adalah relasi yang mudah ditemui di Kompleks Permata. Selain itu, persoalan stereotip merupakan ancaman laten dan seperti bom waktu yang siap meledak apa bila tidak segera ditangani. Hal ini juga berpengaruh pada generasi berikutnya, karena adanya aturan dari orangtua non Ambon yang mengharuskan anak-anaknya untuk tidak bergaul dengan anak-anak Ambon. Sebenarnya, ada keinginan untuk terjadinya perubahan di lingkungan mereka yang dianggap rawan tersebut. Tetapi, perubahan tersebut antara harapan dan kenyataan. Di satu pihak, ingin keadaan berubah. Tetapi di pihak lain, jika perubahan terjadi, maka sejumlah orang akan kehilangan mata pencaharian ekonomi, khususnya warga Ambon.

It is not easy to live a life in a 'hard' environment. It is hard because of the gristle image of the place. It is hard since it has been more than 30 years of living in a violence that happens again and again. This is what the people who came from different ethnics, inhabitant in the area of Kompleks Permata, Cengkareng, West Jakarta, experience their life. They must share a life, whether they like it or not, with the Ambonese who came to that place since 1973. These Ambonese are known for their notoriety. As then, crimes become the part of their everyday life. And it was getting worse when, in 2000, it was found drugs distributed among the community. Since then, the area of Kompleks Permata is notorious as the most place for drugs transaction, even among the people outside Jakarta. This confirms the notorious stereotype of the people living in that place, which is also known as Kampung Ambon, and it is still on and on up to now. The description above leads to the following research questions, they are, how the process of establishing the stereotype of the people of Ambon living in the Kompleks Permata ( the production of stereotype) and how the process of holding out the stereotype ( the reproduction of stereotype). The setting of this research is in Kompleks Permata RW 07, in the Kedaung Kaliangke district, in Cengkareng, West Jakarta. And the subject of the research is the people of non-Ambonese living in that area.
The objective of this research is to give an important acknowledgement on stereotype of an ethnic, in this research the ethnic is Ambonese. The stereotype of Ambonese has already been adhered for a long time that it influences the social interaction between the non-Ambonese and the Ambonese in Kompleks Permata. This research utilizes the qualitative approach to the methodology. The datas are collected through a series of deep interviews, library research, and observing the subject of the research.
The finding of the research shows that the stereotype adhered to an ethnic gives influence to the social relation to other ethnic. What the researcher finds out among the inhabitants in Kompleks Permata is that they build the attitude of distrusting, inattentive, and lacking of neighborhood. Besides, this stereotype becomes the latent threat for the people and just like a bomb that can explode at any time, if it is not well taken care of. This also gives influence to the next generation because the non-Ambonese parents make their children to obey their rules to not to mingle with the Ambonese children. In fact, indeed, the people living in Kompleks Permata wish for a change for their community. But it seems that it is just about between dream and reality. On one side, they need for a change, but on the other side, the change will make some of them lost their living, especially the Ambonese."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2010
T27899
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Sjarif
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1991
S41866
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sonya Maudi Anna
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1992
S41895
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>