Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 172952 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
S7614
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bowo Waluyo Bunyamin
"Ketepatan (accuracy) dan ketelitian (precision) alat kesehatan hanya ditunjukkan dari kegiatan kalibrasi yang benar, dan dibuktikan melalui hasil pengukuran dapat ditelusuri kembali ke standar internasional. Tak terkecuali alat kesehatan baru, tetap harus dikalibrasi dahulu sebelum dioperasikan. Suatu sikap yang sebaiknya diambil sebagai pegangan untuk setiap instrumen ukur harus dianggap tidak cukup baik sampai terbukti melalui kalibrasi dan pengujian bahwa instrumen ukur tersebut memang baik. Dengan melaksanakan kegiatan kegiatan tersebut diatas akan didapat tersedianya Alat Kesehatan yang aman, bermutu dan bermanfaat.
Suatu penelitian cross-sectional telah dilaksanakan di RSCM dan ditunjang oleh Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan, Pusat Standardisasi dan Penelitian Keselamatan Radiasi BATAN dan Penyalur Alat Kesehatan sebagai pelaksana kalibrasi. Data penelitian ini diperoleh dari wawancara mendalam terhadap 16 responden, dengan keabsahannya melalui triangulasi sumber.
Hasil penelitian menunjukan kebijakan kalibrasi alat kesehatan di RSCM didasarkan pada mata anggaran No.350, dengan pelaksanaannya dipercayakan kepada Penyalur Alat Kesehatan untuk alat canggih yang ada di ICU dan Radiologi, Pusat Standardisasi dan Penelitian Keselamatan Radiasi BATAN untuk alat yang mengandung bahan radiasi dan pesawat radioterapi dan alat kesehatan yang sederhana dilakukan sendiri oleh Instalasi Pemelihara Sarana RSCM. Sedangkan kemampuan sumberdaya di RSCM Tenaga yang ada masih kurang, dengan latar belakang pendidikan bidang S1 elektro, D3 elektro medik dan penata ronsen, biaya pemeliharaan alat kesehatan 30% dari biaya pemeliharaan keseluruhan.
Guna meningkatkan mutu alat kesehatan, prinsip kecermatan dan ketelitian perlu ada pada setiap alat kesehatan, dengan melaksanakan kalibrasi untuk selang waktu tertentu dan disarankan alat kesehatan yang dioperasionalkan di RSCM selalu laik pakai.

The accuracy and precision of medical devices only comes from the right calibration which is proven through its measurement results which in turn can be traced back to the international standard. Even though the medical devices are still new, they should remain calibrated before operated. One disposition should be kept as a principle that each instruments should be considered not good until it is proven that the instrument is really good through calibration and testing.
A cross-sectional research has been done in the Cipto Mangunkusumo Hospital and supported by the Bureau 1 Laboratory for Safety of Health Facilities, the Center of Standardization and Research of Radiation Safety of BATAN (National Atomic Agency) and Distributor of medical devices performance of the calibration. The data is obtained from in-depth interview of 16 respondents, with the verification through the resource triangulasi.
The proceeds of the research indicate that the calibration policy of the medical devices in the Cipto Mangunkusumo Hospital based on the budget item N.350, the realization of which is authorized to the Distributor of the medical devices for sophisticated instruments which is available in the ICU and Radiology, Standardization Center and Research for Radiation Safety of BATAN(National Atomic Agency) for instruments which contain the radiation material and radiotherapy equipment and other simple ones. While the ability of the human resources in the RSCM is still limited: lack of the personnel with educational background of graduate study of electronics, Diploma program of electronics and x-ray operator, the maintenance cost of the medical devices is 30% of the total maintenance cost.
In order to increase the quality of the medical devices, the accuracy and precision principle should be exist for each medical devices by performing the calibration for certain time interval and the medical devices should be proposed to be calibrated."
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T1072
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1991
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"Kondrosarkoma sangat langka ditemukan di area mediastinum, terutama di mediastinum posterior. Belum ada pasien sarkoma mediastinum yang bertahan hidup lebih dari dua tahun. Dalam kasus ini, seorang pria berusia 28 tahun dirujuk ke RSCM, Jakarta dengan keluhan utama sesak memberat sejak satu bulan disertai batuk dan demam ringan. Rontgen toraks dan CT Scan menunjukkan gambaran massa mediastinum dan pneumotoraks. Pemeriksaan EBUS TBNA, bronkoskopi, esofagoskopi, EUS, dan biopsi dilakukan. Pemeriksaan EUS menunjukkan gambaran kondrosarkoma. Diagnosis tumor ini menjadi sulit karena biopsi kecil atau biosi jarum biasanya hanya mendapatkan sedikit elemen jaringan sehingga interpretasi sering keliru dengan tumor lain, semisal timoma tipe A, tumor fibrosis soliter, dan sarkoma sinovium. Pasien menjalani lima sesi radioterapi namun tidak dapat menjalani torakotomi karena kesulitan intubasi. Pasien dipulangkan dengan rencana kemoterapi selanjutnya.
"
CHEST 2:1 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dita Sulistyowati author
"ABSTRAK
Penilaian kinerja secara individu berdasarkan Indeks Kinerja Individu melalui
pencapaian target kinerja merupakan hal baru bagi perawat pelaksana RSUPN Dr.
Cipto Mangunkusumo dan pencapaian target tersebut dipengaruhi oleh banyak
faktor. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor tersebut.
Penelitian deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional (n=121 orang)
memperoleh hasil bahwa tingkat pendidikan mempunyai hubungan bermakna dengan
pencapaian target kinerja individu perawat pelaksana (nilai p = 0,001) dan sebagian
besar perawat pelaksana berkinerja istimewa, namun metode penilaian kinerja
dipersepsikan kurang baik oleh sebagian besar perawat. Peneliti menyarankan bahwa
perlu adanya pengembangan instrumen penilaian kinerja individu perawat pelaksana
dan peningkatan pendidikan bagi perawat pelaksana.

ABSTRACT
Individual performance appraisal based on Individual Performance Index is a new
thing for nurse practitioner at A building Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital and the
achievement of the target is affected by many factors. The aim of the study is
identifying those factors. Descriptive correlative research used cross sectional
(n=121 people) results that educational background had correlation with the
achievement of individual performance target of nurse practitioner (p value = 0,001)
and the achievement was excellent although many nurse practitioners perceived not
very good to performance appraisal method. The researcher suggests that the
instrument of nurse practitioner performance appraisal should be developed and
hospital provide continuing education for nurse practitioners."
2012
T30938
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lawrence James Giovanni Limesa
"ABSTRAK
Tenggelam merupakan penyebab ketiga tersering dari seluruh kejadian kematian menurut WHO. Walau demikian, penegakkan diagnosis tenggelam merupakan suatu hal yang sulit. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mencari hubungan temuan-temuan pemeriksaan dengan penegakkan diagnosis tenggelam.Metode: Sampel penelitian diambil dari rekam medis jenazah dengan dugaan tenggelam oleh polisi yang diotopsi di Departemen Forensik dan Medikolegal RSCM pada tahun 2009-2016. Peneliti kemudian mencari tahu mengenai temuan pemeriksaan luar, pemeriksaan dalam dan pemeriksaan penunjang dengan penegakkan diagnosis tenggelam oleh ahli forensik dari rekam medis.Hasil: Didapatkan 95 sampel pada penelitian ini yang di antaranya didapatkan 88 92.6 sampel tenggelam dan 7 7.4 sampel tidak tenggelam. Dari 88 sampel tenggelam didapatkan bahwa 61 69.3 memiliki kulit keriput, 66 75 bertubuh basah, 47 53.4 ditemukkan benda asing di dalam saluran cerna, 45 51.1 ditemukan benda asing di dalam saluran napas, dan 53 60.2 ditemukan diatom pada pemeriksaan getah paru.Pembahasan: Temuan pemeriksaan luar memiliki sensititas yang cukup tinggi untuk menjaring kejadian tenggelam namun tidak cukup spesifik untuk menegakkan diagnosis. Temuan pada pemeriksaan dalam cukup spesifik untuk lebih lanjut memperkuat dugaan diagnosis tenggelam disertai dengan pemeriksaan penunjang.Kesimpulan: Penegakkan diagnosis tenggelam tidak dapat dilakukan semata-mata hanya dengan mengandalkan pemeriksaan luar saja namun memerlukan hasil dari pemeriksaan dalam dan pemeriksaan penunjang untuk memeriksa lebih lanjut seperti pemeriksaan diatom pada getah paru.

ABSTRACT
Background Drowning is the third leading cause of death around the world according to WHO. Despite the fact, diagnosing a body is truly drowned to death is a challenge by itself. This research is to find any correlation among the findings with the diagnosis of drowning.Methods Medical records of body with the suspicion of drowning by police which are examined in the Forensic and Medicolegal Department of Cipto Mangunkusumo Hospital within 2009 2016. Researcher then note down the findings of external, internal and laboratory examination and the diagnosis of Forensic Specialist.Results From 95 samples in this research, 88 92.6 of which were diagnosed with drowning and 7 7.4 were not death caused by drowning. Among the 88 drowned bodies, 61 69.3 shows wrinkles, 66 75 were wet, 47 53.4 got foreign body in their digestive tract, 45 51.1 got foreign body in their respiratory tract and 53 60.2 got diatom recovered from their lung samples.Discussion The external findings of suspected drown bodies are sensitive enough to filter in drowning cases but not specific enough to diagnose the drowning itself. Further examination of autopsy of the body will provide further hints as to suggest the cause of death to be drowning with the aid of laboratory examinationConclusion The diagnosis of drowning can not rely on external examination but also require further examination including the autopsy of the body and the laboratory examination to further diagnose drowning.Keywords Diatom Drowning foreign body in digestive tract foreign body in respiratory tract wet body wrinkled skin "
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanartoaji Anggana Pribadi
"ABSTRAK
Latar Belakang. Sekitar 75% perawat di rumah sakit menjalani kerja gilir. Salah satu dampak negatif akibat kerja gilir jangka panjang adalah gangguan fungsi kognitif. Mekanisme yang menjelaskan gangguan fungsi kognitif adalah gangguan tidur kronik, desinkronisasi irama sirkadian dan stress kerja. Pengetahuan mengenai fungsi kognitif pada perawat gilir merupakan hal yang penting karena akan mempengaruhi produktivitas kerja perawat.
Metode. Desain penelitian berupa studi potong lintang. Subyek penelitian adalah perawat gilir di IGD, ICU dan bangsal gedung A RSCM yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Subyek diperoleh secara konsekutif proporsional. Pada subyek dilakukan wawancara, pengisian kuesioner, pemeriksaan fisik dan fungsi kognitif. Pemeriksaan fungsi kognitif dilakukan minimal dua malam setelah gilir malam terakhir. Dilakukan analisis data menggunakan perangkat SPSS 17.0.
Hasil. Diperoleh 36 subyek perawat gilir di masing – masing unit kerja. Prevalensi gangguan kognitif pada perawat gilir berdasarkan MoCA-Ina adalah 14,8%. Proporsi gangguan fungsi kognitif terbanyak terdapat pada perawat IGD (50,0%) diikuti oleh bangsal gedung A (31,2%) dan ICU (18,8%). Pada domain fungsi kognitif rerata tertinggi terdapat pada perawat ICU, kecuali pada domain visuospasial terdapat pada perawat bangsal, sedangkan pada domain orientasi sama pada semua unit.
Kesimpulan. Sebagian perawat gilir mengalami gangguan fungsi kognitif. Tidak terdapat perbedaan bermakna rerata skor MoCA-Ina maupun proporsi gangguan fungsi kognitif antar unit kerja. Pada domain MoCA-Ina perbedaan rerata yang bermakna hanya terdapat pada domain atensi-konsentrasi-working memory.

ABSTRACT
Background. About 75% hospital nurses work in shift. One of negative effects due to long term shift work is cognitive function impairment. Mechanisms explaining the cognitive function impairment are chronic sleep disorder, circadian rhythm desynchronisation, and work stress. Knowledge of cognitive function in shift nurses is important because affects nurse work productivity.
Method. This is a cross sectional study. The subjects of this study were shift nurses working at Emergency Ward, Intensive Care Unit, and Inpatient Ward of RSCM who are eligible based on inclusion and exclusion criteria. This study used proportional concecutive sampling, where all subjects were interviewed, filled questionnaires, and underwent physical and cognitive examination. The cognitive examination were done at least two nights after last night shift. Data was analyzed by using SPSS 17.0.
Result. There were 36 shift nurses in each work unit. Prevalence of cognitive impairment in shift nurses based on MoCA-Ina battery was 14.8%, which the most prevalence was found at Emergency Ward (50.0%), followed by Inpatient Ward (32.1%) and Intensive Care Unit (18.8%). The highest score of all cognitive domains was found at Intensive Care Unit, except in visuospatial which was found at Inpatient Ward, meanwhile every unit had similar mean score in orientation.
Conclusion. A few shift nurses had cognitive impairment. There was no significant difference in both MoCA-Ina mean score and proportion of cognitive impairment among work units. There was significant difference in mean score of attention-concentration-working memory."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"[Salah satu komplikasi berat akibat kolestasis kronik adalah peritonitis bakteri spontan (PBS). Kondisi ini dapat meningkatkan angka mortalitas pada anak dengan kolestasis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko dan spektrum klinis PBS pada anak dengan kolestasis di RSCM. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus sampai Oktober 2015 dengan metode kohort retrospektif terhadap pasien anak dengan kolestasis usia 0-5 tahun yang diikuti selama 6 bulan melalui rekam medis pasien. Dari 97 pasien, didapatkan prevalensi PBS sebanyak 13,4%. Dari analisis multivariat didapatkan rasio odds untuk sirosis sebesar 10,21 (IK 95%=1,83-56,84). Manifestasi klinis yang sering ditemukan adalah infeksi di tempat lain (n=12, 92,3%), sirosis (n=11, 84,6%), hepatomegali (n=9, 69,2%), splenomegali (n=8, 61,5%), dan perdarahan saluran cerna (n=8, 61,5%). Mikroorganisme patogen dari hasil kultur cairan asites adalah Streptococcus epidermidis (n=1) dan Klebsiella pneumoniae(n=1). Sirosis merupakan faktor risiko independen terhadap kejadian PBS pada anak dengan kolestasis, Spontaneous bacterial peritonitis (SBP) is a serious complication of chronic cholestasis. This condition may increase mortality rate among the children with cholestasis. The aim of this research is to identify risk factors and clinical spectrums of SBP in children with cholestasis admitted to RSCM. This research was conducted from August to October 2015 by using retrospective cohort study toward cholestatic children age 0-5 years old who were followed-up for 6 months through medical record. From 97 patients, prevalence of SBP is 13.4%. In multivariate analysis, odds ratio for cirrhosis is 10.21 (95% CI=1.83-56.84). The most common clinical manifestations in children with SBP are other source of infections (n=12, 92.3%), cirrhosis (n=11, 84.6%), hepatomegaly (n=9, 69.2%), splenomegaly (n=8, 61.5%), and gastrointestinal bleeding (n=8, 61.5%). Microorganism pathogens from ascitic fluid cultures are Streptococcus epidermidis (n=1) and Klebsiella pneumoniae (n=1). Cirrhosis is an independent risk factor of SBP in children with cholestasis.]"
[, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia], 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rakean Ahmad Kiansantang
"Latar Belakang
Cedera otak traumatis atau traumatic brain injury (TBI) merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan yang umum terjadi pada anak-anak, orang dewasa hingga umur 24 tahun, dan lansia dengan umur >75 tahun.1–3 Di Amerika Serikat terdapat sekitar 2,87 juta kasus pasien cedera otak traumatis, dimana 2,5 juta pasien masuk ke Instalasi Gawat Darurat, termasuk lebih dari 812.000 pasien anak-anak. Di Indonesia sendiri, menurut Riskesdas 2018, prevalensi kejadian cedera kepala di Indonesia berada pada angka 11,9%.2 Pada penelitian ini, akan dilakukan pengumpulan serta pengolahan data terkait profil diagnosis cedera kepala yang dioperasi. Data yang terkumpul dapat digunakan oleh pihak terkait untuk menilai resiko, prevalensi, diagnosis, dan tatalaksana operatif cedera kepala.
Metode
Metode penelitian melibatkan data retrospektif terhadap pasien yang menjalani tatalaksana operatif akibat cedera kepala di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo pada tahun 2016 hingga 2020. Desain penelitian ini menggunakan desain deskriptif observasional dengan metode consecutive sampling.
Hasil
Populasi yang masuk dalam kriteri studi berjumlah 219 pasien. Terdiri dari, 176 pria (80,37%) dan 43 wanita (19,63%) dengan rata-rata umur 28,66. Kelompok umur terbanyak adalah kelompok umur remaja akhir (17-25 tahun) (Tabel 1 & 2). Diagnosis tersering yang ditemukan adalah epidural hematoma sebesar 54,34% (n = 119). Jenis tatalaksana tersering adalah kraniotomi (54,74%; n = 120). Dari 219 mengenai GCS dan penyebab trauma tersedia untuk 80 pasien. GCS 14-15 atau mild TBI adalah pasien terbanyak (43,59%; n = 34), dengan penyebab terbanyak adalah kecelakaan lalu lintas (63,75%; n = 51)
Kesimpulan
Pasien cedera kepala yang dioperasi di RSCM pada tahun 2016-2020, umumnya mengalami mild TBI (GCS 14-15). Peneybab tersering adalah akibat kecelakaan lalu lintas. Jumlah pasien laki-laki dibandingkan perempuan adalah 4 : 1. Rata-rata umur pasien adalah 28,66. Kelompok umur terbanyak adalah kelompok umur 17-25 tahun. Epidural hematoma adalah diagnosis yang tersering yang ditemukan pada populasi studi. Kemudian jenis tatalaksana yang tersering adalah kraniotomi.

Background
Traumatic brain injury (TBI) is a common cause of death and disability in children, adults up to 24 years of age, and elderly people aged >75 years. 1–3 In the United States there are approximately 2, 87 million cases of traumatic brain injury patients, of which 2.5 million patients were admitted to the Emergency Department, including more than 812,000 pediatric patients. In Indonesia itself, according to Riskesdas 2018, the prevalence of head injuries in Indonesia is 11.9%.2 In this research, data will be collected and processed regarding the diagnosis profile of head injuries that are operated on. The collected data can be used by related parties to assess the risk, prevalence, diagnosis and operative management of head injuries.
Methods
The research method involved retrospective data on patients who underwent operative treatment for head injuries at Cipto Mangunkusumo Hospital from 2016 to 2020. This research design used an observational descriptive design with a consecutive sampling method.
Results
The population included in the study criteria was 219 patients. Consisting of 176 men (80.37%) and 43 women (19.63%) with an average age of 28.66. The largest age group is the late teenage age group (17-25 years) (Table 1 & 2). The most common diagnosis found was epidural hematoma at 54.34% (n = 119). The most common type of treatment was craniotomy (54.74%; n = 120). Of the 219 questions regarding GCS and causes of trauma were available for 80 patients. GCS 14-15 or mild TBI was the most common patient (43.59%; n = 34), with the most common cause being traffic accidents (63.75%; n = 51).
Conclusion
Head injury patients operated on at RSCM in 2016-2020 generally experienced mild TBI (GCS 14-15). The most common cause is a traffic accident. The number of male patients compared to female is 4: 1. The average age of patients is 28.66. The largest age group is the 17-25 year age group. Epidural hematoma was the most common diagnosis encountered in the study population. Then the most common type of treatment is craniotomy.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>