Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 136199 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1994
S7549
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
M. Taufik Mubarak
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1983
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Amir Sharifuddin
"ABSTRAK
Pengendalian merupakan kegiatan penting dalam rangka mengatasi masalah kehilangan hasil akibat serangan organisme pengganggu tanaman khususnya tanaman padi sawah. Di antara cara-cara pengendalian yang ada., pengendalian dengan menggunakan bahan kimia (pestisida) yang paling banyak dipakai oleh petani.
Pengendalian organisme pengganggu tanaman dengan berbagai permasalahannya memberikan tantangan yang perlu segera diatasi dalam rangka mengamankan produksi dari gangguan organisme pengganggu.
Perubahan lingkungan hidup buatan karena pestisida terlarang yang dialami petani padi sawah, mengakibatkan kualitas lingkungan hidup menurun. Oleh karena itu menuntut mereka untuk dapat mengembangkan cara-cara pengendalian yang ada dengan jalan melakukan perpaduan antara cara pengendalian yang satu dengan cara pengendalian yang lain atau yang dikenal dengan sebutan PHT (Pengendalian Hama Terpadu). Dari kenyataan di lapangan ternyata terdapat indikasi tentang rendahnya kemampuan petani dalam mengatasi masalah gangguan organisme pengganggu tanaman. Hal ini diduga ada hubungan antara tingkat pendidikan, pengetahuan dan pengalaman dengan penggarapan sawah, cara memilih pestisida terlarang , cara bertindak terhadap pestisida terlarang, kesadaran terhadap bahaya pestisida terlarang, lingkungan dan perizinan pestisida yang berlaku.
Penelitian ini dilakukan di daerah Kabupaten Bekasi, Propinsi Jawa Barat dengan sampel sebanyak 300 petani padi sawah yang berlokasi di dua kecamatan, yaitu Kecamatan Sukatani dan Kecamatan Tambelang. Sampel ini diambil dengan cara purposive sampling untuk menentukan lokasi penelitian, dan randomize sampling bagi petani penggarap sawah sebagai responden. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mencegah penggunaan pestisida terlarang oleh petani pada lingkungan padi sawah di Kabupaten Bekasi.
Untuk memperoleh data yang diperlukan, menggunakan daftar pertanyaan dan wawancara secara mendalam. Data yang sifatnya kuantitatif dianalisis dengan uji statistik Chi Kuadrat dan Koefisien Kontingensi. Data yang kualitatif dianalisis dengan cara interpretasi dan pemahaman.
Dari analisis data diperoleh bahwa :
1. Serangan serangga hama yang terluas dan dominan menyerang tanaman padi adalah penggerek batang pada varietas IR64 dan Cisadane, di lapangan dikendalikan dengan insektisida karbamat dengan dosis 1-3 1/kg/musim tanam;
2. Umumnya petani padi sawah berstatus penduduk tetap dengan umur terbanyak ditemukan yaitu 35 - 43 tahun dan sudah bermukim di atas 10 tahun dan terbanyak melakukan penggarapan sawah di atas 1 - 3 ha pada sawah milik orang lain;
3. Pekerjaan tetap petani selain bertani ada yang berdagang, buruh harian, pegawai desa dan mengganggur dengan memiliki anggota keluarga terbanyak 4 - 5 jiwa serta berpenghasilan di atas 1 - 2 juta rupiah per tahun dan pengeluaran di atas 100 - 200 ribu rupiah per bulan;
4. Cara petani memilih pestisida terlarang dipengaruhi Oleh pendidikan non formal, pengetahuan dan pengalaman (C.C ' a 0,05), tetapi tidak dipengaruhi oleh pendidikan formal (C.C < a 0,05);
5. Cara petani bertindak terhadap pestisida terlarang dipengaruhi oleh pengetahuan (C.C > a 0,05), tetapi tidak dipengaruhi oleh pendidikan formal, pendidikan non formal dan pengalaman (C.C < a 0,05);
6. Kesadaran petani terhadap bahaya pestisida terlarang dipengaruhi oleh pendidikan non formal, pengetahuan dan pengalaman (C.C > a 0,05), tetapi tidak dipengaruhi oleh pendidikan formal (C.C C a 0,05);
7. Kesadaran petani terhadap lingkungan dipengaruhi oleh pendidikan formal, pendidikan non formal dan pengetahuan (C.C > a 0,05), tetapi tidak dipengaruhi oleh pengalaman (C.C 4 a 0,05);
8. Kesadaran petani terhadap perizinan pestisida dipengaruhi oleh pendidikan formal, pendidikan non formal dan pengetahuan (C.C > a 0,05), tetapi tidak dipengaruhi oleh pengalaman (C.C < a 0,05);
9. Penggarapan sawah dipengaruhi oleh pendidikan non formal dan pengetahuan (C.C > a 0,05), tetapi tidak dipengaruhi oleh pendidkan formal dan pengalaman (C.C < a 0,05).

Control of crop pests has been an important activity in overcoming yield loss problems due to their attack particularly on rice. Among available control method, chemical control is mostly and widely used by farmers. Subsequently, control of crop pests along with the emerging problems give us challenge which should be undertaken, so that crop production can be exempted from pest attack.
Changes in artificial environment due to the use of banned pesticides experienced by farmers have resulted. in the reduction of the environment quality. Therefore, the farmers are demanded to be capable of developing existing control measures and combining them in a compatible manner as well, which is then so called Integrated Pest Management (IPM). However, in fact, there has been an indication on the capability of the farmers in solving this problem. In this case maybe there are relation between levels of knowledge, education, experience with paddy field cultivated, ways of selecting banned pesticides, handling banned pesticides, awareness of banned pesticide danger, their environment, and pesticide permission .
This study was carried out in Kabupaten Bekasi, West Java Province with the sample comparising of 300 rice field farmers. Two kecamatan in this area were chosen, viz. Kecamatan Sukatani and Kecamatan Tambelang. These sample were taken by using purposive method to decide locations of study, and using randomized sampling to select the rice field farmers as the respondents. In general, this study was aimed to figure out the effects of chemical control using banned pesticides to humans and the environment in Kabupaten Bekasi.
To obtain required data, a list of questions and thorough interview were used. Quantitative data were statistically analyzed by using Chi-square test and Coefficient of Contingency (C.C), whereas qualitative data were analyzed with interpretation and comprehension methods.
Data analysis shows that :
1. The stem borer is the predominantly attacking insect pest to rice of IR-64 and Cisadane varieties and is widely present in the rice field. The chemical control is mostly by using carbamate insecticide with the dosage of I - 3 1/kg/planting season;
2. The status of rice farmers is generally residents with the age ranging from 35 to 43 years old and have already resided for more than 10 years. Among these are mostly doing farming on 1 - 3 ha of rice field belonging to others;
3. Instead of farming, farmers also sell things, become daily laborers, village officers, and some others are unemployment. The member of family is mostly 4 - 5 with the income of more than two million rupiah/year and the outcome of more than two hundreds thousand rupiah/month
4. The farmers' way of selecting banned pesticides is influenced with non formal education, knowledge and experience (C.C > a 0.05), but is no influenced with formal education (C.C < a 0.05);
5. The farmers' way of handling banned pesticides is influenced with knowledge (C.C > a 0.05), but is not influenced with formal education, non formal education and experience (C.C < a 0.05);
6. The farmers' awareness to the danger of banned pesticide is influenced with non formal education, knowledge and experience (C.C > a 0.05), but is not influenced with formal education (C.C ? a 0.05);
7. The farmers' awareness to the environment is influenced with formal education, non formal education and knowledge (C.C > a 0.05), but is not influenced with experience (C.C < a 0.05);
8. The farmers' awareness to pesticide approval is influenced with formal education, non formal education and knowledge (C.C > a 0.05), but is not influenced with experience (C.C < a 0.05);
9. Rice cultivation is influenced with non formal education and knowledge (C.C > a 0.05), but is not influenced with formal education and experience (C.C < a 0.05).
"
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
M. Farid Hamzens
"Penelitian disertasi ini dipicu oleh dua keresahan akademik peneliti. Pertama, realitas kasus penyakit TB Paru di Indonesia yang belum pernah teratasi sejak zaman pemerintahan kolonial sampai saat ini. Kedua, sering diabaikannya hasil-hasil penelitian antropologi kesehatan dengan pendekatan sosial dan kebudayaan tentang penyakit TB paru oleh para ahli biomedis.
Oleh karena itu peneliti mencoba keluar dari tema-tema penelitian antropologi kesehatan selama ini (lingkungan, politik ekonomi, ritual) dengan menawarkan tema kekuasaan dalam memahami penyakit TB paru. Penelitian ini fokus tentang proses bekerjanya kekuasaan pada kejadian penyakit TB Paru di Kecamatan Cinangka Kabupaten Serang Propinsi Banten. Kekuasaan bukanlah semata-mata institusi, sebuah struktur, superstruktur, atau yang memiliki daya paksa dalam masyarakat, melainkan kekuasaan ada di mana-mana, karena kekuasaan merupakan sebuah dimensi dari relasi-relasi, (Foucault, 1980).
Kekuasaan dibentuk oleh pengetahuan yang dikonstruksi masyarakat dalam waktu dan tempat tertentu, demikian juga sebaliknya. Kekuasaan terselenggara melalui tindakan-tindakan sosial masyarakat Kecamatan Cinangka Kabupaten Serang Propinsi Banten (proses sosial) memicu terjadinya proses biologi penyakit TB Paru. Melalui penyelenggaraan kekuasaan (proses sosial) itulah terjadinya pemaparan bakteri tuberkulosis secara inhalasi dan terjadi proses biologi diawali dengan masa inkubasi sampai terjadi infeksi. Pada kondisi terinfeksi tindakan-tindakan sosial yang terkait dengan asupan nutrisi dan kondisi psikis mempengaruhi ketahanan tubuh penderita. Ketika ketahanan tubuh menguat maka bakteri akan dorman, tetapi kalau ketahanan tubuh lemah proses lanjut menjadi penyakit TB Paru. Di sini terllihat jelas bahwa proses sosial dan proses biologi penyakit TB Paru adalah proses yang terintegrasi dan tidak bisa dilihat secara terpisah.
Tiga hal penting sebagai temuan penelitian di lapangan yaitu; (1) bagaimana pengetahuan tantang TB Paru dikonstruksi dalam masyarakat Cinangka Serang Banten, (2) bagaimana penyelengaraan kekuasaan dapat menstimulus, mendorong, dan menfasilitasi terjadinya proses biologi penyakit TB Paru, (3) bagaimana isu kekuasaan dibaca dalam perspektif antropologi kesehatan dalam memahami penyakit ? Temuan penelitian ini paling tidak memiliki tiga efek penting yaitu; pertama, dinamisasi teori dan metode dalam perkembangan antropologi kesehatan, kedua, rekonstruksi pemikiran dalam membaca penyakit sebagai realitas sosial, ketiga, kontribusi konseptual dalam penanggulangan penyakit, terutama penyakit TB Paru.

The backgrounds of this research are two academic unrest of researcher. First, the reality of lung tuberculosis case in Indonesia has never been overcome since colonial governance era until now. Second, Biomedical experts often disregard the results of medical anthropology research with the social and culture approach on lung tuberculosis.
Thus, I try to go out from usual medical anthropological research themes (medical ecology, political economic, and ritual) and offer "power" as a new theme in medical anthropological research on lung tuberculosis. This study focused on the working process of power in emerge and transmission of lung tuberculosis in Cinangka Subdistrict Serang Regency Banten Province. Power is not only institution, or a structure, or superstructure, or the force in society, but power is in everywhere because power is a dimension of relations or networks (Foucault, 1980).
Power is shaped by knowledge that constructed by society in special space and time, and other way around. Power held through social action of Cinangka Subdistrict society (social process) that trigger biological process of disease as lung tuberculosis. Through social action of society (social process) mycobacterium tuberculosis attack person through inhalation and steps to biological process started by incubation period until infection period. At infection period, social action that related to nutrition supply and psychological condition influences the resilience of patient body. When body resilience more powerful, mycobacterium tuberculosis will be dorm, but if body resilience weak, it will be proceed to become the disease of lung tuberculosis. Here progressively clear that social process and biological process of lung tuberculosis is integrated process and cannot be viewed separately.
There are three Important things as research finding are; (1) how knowledge about lung tuberculosis is constructed in Cinangka Serang Banten society ?, (2) how the implementation of power can stimulate, push, or even facilitate the biological process of lung tuberculosis ?, (3) how power issue is used in medical anthropology perspective for understanding disease ? These research findings have three important effects are; first, dynamic of theory and method in medical anthropology development; second, reconstruct the way of thought in view and study disease as social reality; third, conceptual contribution in tackling and prevention of disease, especially lung tuberculosis."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
D1924
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Erar Yusuf
"ABSTRAK
Masalah gizi, dalam hal ini kurang gizi, masih merupakan masalah kesehatan utama anak balita dan menjadi pemerintah dalam upaya meningkatkan kualitas hidup manusia hari ini dan esok. Berbagai masalah telah ditelusuri sebagai penyebab kurang gizi, seperti rendahnya masyarakat, sasaran program tingkat ekonomi dan pendidikan pengetahuan adanya kebiasaan makan yang kurang baik sampai kepada keadaan alam dan jumlah penduduk yang tidak seimbang. Dari semua itu, kebiasaan makan seseorang berhubungan langsung dengan kurang gizi karena melalui kebiasaan makan ini terungkap bagaimana seseorang memenuhi kebutuhan untuk kesehatannya. Khusus bagi balita, kebutuhan makan gizinya sangat ditentukan oleh peranan ibu. Dengan demikian, perilaku kesehatan menjadi kendala utama terhadap permasalahan gizi kesehatan dan pendidikan kesehatan menjadi alternatif penanggulangannya. Untuk itu, tujuan penelitian ini akan menelusuri bagaimana kebiasaan makan responden yang meliputi kebiasaan menyusui, pantangan makan, distribusi makan dalam keluarga dan kebiasaan jajan disamping itu akan dilihat kaitan kebiasaan makan ini dengan faktor faktor pengetahuan sosialisasi pula yang mempengaruhinya gizi kesehatan, pemanfaatan fasilitas kesehatan serta sikap dari tenaga kesehatannya. Untuk memahami itu semua, penulis mencari tahu melalui studi di kampung Lembur Sawah, desa Kampung Sawah kecamatan Rumpin, Bogor, Jawa Barat. Studi ini dilakukan dengan penelitian deskriptif pengumpulan data terhadap 30 responden dengan menggunakan wawancara berstruktur, wawancara mendalam dan pengamatan untuk melengkapi penelitian ini. Gambaran empiris yang diperoleh di lapangan menunjukkan bahwa responden dengan pengetahuan yang lebih baik, pernah ke fasilitas kesehatan dan mendapat penyuluhan gizi kesehatan dari tenaga kesehatan cenderung mempunyai kebiasaan makan baik, dan begitu pula sebaliknya. Ini menunjukkan fasilitas kesehatan yang ada telah berperan sebagai wadah UKS di bidang gizi/kesehatan melalui bantuan tenaga kesehatan, yaitu dengan memberikan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan gizi kesehatan dan membentuk kebiasaan makan masyarakat. Namun demikian, ternyata masih cukup banyak responden yang mempunyai kebiasaan makan buruk yaitu kebiasaan makan yang cenderung dapat mengarah pada kurang gizi. Hal ini karena pengetahuan yang mereka miliki tidak mereka terapkan dalam kehidupan sehari hari mengingat kuatnya nilai nilai kesehatan tradisional dan rendahnya status sosial ekonomi."
1990
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>