Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10769 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Laksono P.M.
"Studi tentang pengambilan keputusan menyangkut suatu 1 masalah yang rumit. Dari apa yang sudah saya uraikan pada bab-bab yang terdahulu, terlihat bahwa pengambilan keputus_an bertransmigrasi terjadi karena adanya perubahan inter pretasi d para pengambil keputusan terhadap lingkungan yang dihadapi di daerah asal ketika mereka beradaptasi de_ngan lingkungannya. Perubahan-perubahan lingkungan yang dalam penelitian ini diperlihatkan karena pengaruh kegiat_an gunung Merapi, menekan penduduknya dan menimbulkan ada_nya ketegangan dalam diri para penduduk serta menimbulkan kesulitan pengetahuan kebudayaan yang digunakan sebagai pedoman untuk menginterpretasikan lingkungan. Dalam usaha_usaha mengatasi kesulitan tersebut, masuknya kategori-ka_tegori baru tentang suatu daerah pilihan mempengaruhi in-terpretasi mereka terhadap lingkungan daerah asalnya. De_ngan demikian daerah asal tidak lagi diinterpretasikan sebagai satu-satunya tempat pilihan yang dapat menjamin kelangsungan hidup para transmigran potensial. Karena itu"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1980
S12814
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1980
S7348
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Dwi Rustiono Widodo
"Kawasan Rawan Bencana KRB III Gunung Merapi adalah kawasan yang letaknya dekat sumber bencana, oleh sebab itu kawasan ini harus bebas dari permukiman penduduk. Penelitian ini bertujuan untuk: 1 melihat kondisi yang menyebabkan masyarakat tetap tinggal di KRB III Gunung Merapi 2 melihat kondisi kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana letusan gunung api 3 membuat indeks kesiapsiagaan masyarakat dengan metode skoring dan pembobotan. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan mixed method. Penentuan jumlah responden dengan rumus Slovin dengan batas toleransi 7 persen dan terpilih sebanyak 151 responden. Penentuan responden untuk kepala keluarganya dengan menggunakan sistematik random sampling. Analisis yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat tetap tinggal di daerah rawan bencana menggunakan analisis deskriptif. Sementara untuk indeks komposit kesiapsiagaan menggunakan lima parameter yaitu pengetahuan bencana, kebijakan kesiapsiagaan bencana, rencana tanggap darurat, peringatan dini bencana dan mobilisasi sumber daya. Selanjutnya, setiap pertanyaan yang sudah dikelompokan berdasarkan parameter dikalikan dengan nilai bobot.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 61,6 persen masyarakat merasa nyaman dan tenteram tetap tinggal di daerahnya meski daerahnya rawan bencana. Kenyamanan ini dikarenakan faktor lingkungan, ekonomi, dan sosial. Faktor lingkungan terutama kesuburan tanah, potensi pasir, kerikil dan batu. Sebanyak 56,9 persen penduduknya berpenghasilan lebih besar dari upah minimum regional kabupaten yang sebesar 1,4 juta rupiah per bulan. Sebanyak 92,7 persen mereka mempunyai kerabat yang masih tinggal di satu lokasi dan 95,4 persen aktif dan ikut serta dalam kegiatan kemasyarakatan seperti arisan, pengajian, dan perkumpulan lainnya. Sementara itu indeks kesiapsiagaan di daerah penelitian dalam kategori sedang atau dalam kondisi siap dengan nilai 66,83.

Disaster Prone Areas KRB III of Mount Merapi is an area that located near the source of the disaster, therefore that area must be free from residential areas. This study aims to 1 considering the conditions that cause people to stay in KRB III of Mount Merapi 2 analyze the factors of community preparedness to face of volcanic eruption disaster 3 Create a community preparedness index using the scoring and weighting method. This research is conducted by mixed method approach. Determination the number of respondents carried out by Slovin formula with a tolerance limit of 7 percent and selected 151 respondents. Determination of respondent for head family by using systematic random sampling. Determination the factors that cause people to stay in disaster prone areas using descriptive analysis. As for the composite index preparedness used five parameters namely disaster knowledge, disaster preparedness policy, emergency response plan, disaster early warning, and resource mobilization. Then each question that has been grouped by parameter multiplied by the weight value.
The results showed that 61.6 percent of people feel comfortable and peaceful stay in their area despite the disaster prone areas. This convenience is due to environmental, economic, and social factors. Environmental factors, especially soil fertility, the potential of sand, gravel, and stone. 56.9 percent of the population earns more than the district minimum wage of 1.4 million rupiahs per month. About 92.7 percent of them have relatives who still live in one location and 95.4 percent active and participate in community activities such as arisan, pengajian, and other associations. Meanwhile, the index of preparedness in the research area is in the medium category with a value of 66.83.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Yuli Hastuti
"Bencana erupsi gunung berapi di Indonesia akhir-akhir ini mengalami peningkatan, gunung Merapi yang sampai saat ini masih pada siaga level 3 selalu dalam pemantauan dikarenakan secara tiba-tiba dapat mengalami erupsi dengan arah yang tidak bisa dipastikan sehingga diharapkan masyarakat sekitarnya untuk selalu waspada dan mengikuti informasi yang diberikan, hal ini memerlukan adanya kemampuan koping yang baik agar dapat membuat keputusan yang tepat pada saat adanya bencana sesuai dengan nilai-nilai budaya sehingga tetap mampu menjaga kesehatan mentalnya. Tujuan penelitian menganalisa pengaruh model KOBERDAYA terhadap peningkatan kemampuan resiliensi keluarga di daerah rawan bencana gunung Merapi. Metode penelitiannya exploratory sequential mixed methods dalam 2 tahapan. Tahap 1 penelitian kualitatif dengan desain fenomenologi, Tahap 2 penelitian kuantitatif dengan desain kuasi eksperimen pre and post test control group design dengan purposive sampling. Pengambilan data menggunakan instrument FRAS untuk mengukur resiliensi keluarga, instrument RSES untuk mengukur self esteem dan instrument GSES untuk mengukur self efficacy. Hasil penelitian tahap 1 didapatkan 7 tema sebagai bahan pengembangan model KOBERDAYA dengan perangkatnya adalah buku modul, buku kerja dan buku evaluasi dan hasil tahap 2 terdapat perubahan kemampuan resiliensi keluarga menjadi meningkat pada kelompok intervensi dan mengalami penurunan pada kelompok kontrol, juga dapat meningkatkan self esteem dan self efficacy keluarga. Model KOBERDAYA sebagai latihan dan pembudayaan perilaku koping di keluarga juga dapat menjadi referensi untuk penyempurnaan modul KATANA dari BNPB, menjadi bahan edukasi dan pelatihan kepada masyarakat oleh Dinas Kesehatan dan BPBD. Penelitian lanjutan dapat meneliti model penanganan bencana dengan pendekatan budaya setempat.

Volcanic eruption disasters in Indonesia have recently increased, Mount Merapi, which is currently still at alert level 3, is always under monitoring because it can suddenly erupt in an uncertain direction so it is hoped that the surrounding community will always be alert and follow it. information provided, this requires good coping skills in order to be able to make the right decisions during a disaster in accordance with cultural values ​​so that they are still able to maintain their mental health. The aim of the research is to analyze the influence of the KOBERDAYA model on increasing family resilience capabilities in disaster-prone areas of Mount Merapi. The research method is exploratory sequential mixed methods in 2 stages. Stage 1 is qualitative research with a phenomenological design, Stage 2 is quantitative research with a quasi-experimental design, pre and post test control group design with purposive sampling. Data collection used the FRAS instrument to measure family resilience, the RSES instrument to measure self-esteem and the GSES instrument to measure self-efficacy. The results of stage 1 research showed that there were 7 themes as material for developing the KOBERDAYA model with the tools being module books, workbooks and evaluation books and the results of stage 2 showed changes in family resilience abilities, increasing in the intervention group and decreasing in the control group, also increasing self-esteem and family self-efficacy. The KOBERDAYA model as training and cultivating coping behavior in the family can also be a reference for improving the KATANA module from BNPB, as educational and training material for the community by the Health Service and BPBD. Further research can examine disaster management models with a local cultural approach.."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wilda Heryanti
"ABSTRAK
Pada 26 Oktober 2010 terjadi peristiwa bencana alam letusan Gunung Merapi. Korban Tewas Merapi Mencapai 347 Jiwa, korban luka bakar 196 orang, korban luka non bakar 151 orang, korban rawat inap 258 orang, dan jumlah pengungsi 58.389 orang di sejumlah 289 titik pengungsian. Dompet Dhuafa Republika sebagai Lembaga Pengelola (Amil) Zakat menjadi salah satu lembaga yang mengatasi dan membantu korban bencana alam letusan Gunung Merapi dengan menggunakan dana zakat. Sesungguhnya, pokok persoalan yang dihadapi selanjutnya bagaimanakah peran zakat dalam penanggulangan bencana alam dan bagaimana pendayagunaan zakat yang dilakukan Dompet Dhuafa Republika terhadap korban bencana alam letusan Gunung Merapi di Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode penelitian normatif. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dana zakat memungkinkan sekali untuk disalurkan kepada korban bencana alam. Zakat mempunyai peranan dalam penanggulangan bencana alam, yaitu dalam hal pendayagunaan terhadap korban bencana. Secara eksplisit dinyatakan dalam penjelasan Pasal 16 ayat (2) Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat: Mustahiq delapan ashnaf ialah fakir, miskin, amil, muallaf, riqab, gharim, shabilillah, dan ibnussabil yang di dalam aplikasinya dapat meliputi orang-orang yang paling tidak berdaya secara ekonomi seperti anak yatim, orang jompo, penyandang cacat, orang yang menuntut ilmu, pondok pesantren, anak terlantar, orang yang terlilit utang, pengungsi yang terlantar dan korban bencana alam. Dana Zakat dapat didayagunakan untuk korban bencana alam letusan Gunung Merapi. Salah satu contohnya yaitu yang telah dilakukan Lembaga Pengelola (Amil) Zakat Dompet Dhuafa Republika dalam pendayagunaan zakat terhadap korban bencana alam letusan Gunung Merapi di Yogyakarta, adapun program-program yang dilakukan antara lain sekolah ceria, medis, mekanik ponsel dan motor, peduli ternak, lansia, rumbamilsu, gruduk kampung, rumah sakit lapangan. Hasil penelitian menyarankan bahwa perlunya pengaturan yang komprehensif mengenai pendayagunaan zakat beserta penyalurannya kepada mustahik zakat yang dilakukan oleh Lembaga Pengelola (Amil) Zakat, melalui revisi Undang-Undang Nomor 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat.

ABSTRACT
On 26 October 2010 disaster eruption of Merapi. Merapi killed 347 people Reaching 196 people, burns victims, injured 151 people, does not burn victims involved 258 inpatients and the number of displaced 58389 people in some evacuation 289 points. Dompet Dhuafa Republika Management Institutions of Zakat was one of the institutions that deal with natural disasters and assist victims of the eruption of the Merapi using charitable funds. Indeed, the main problem in the future, as the role of Zakat in coping with natural disasters and how to use Zakat of Dompet Dhuafa Republika for disaster victims in the Merapi volcano Yogyakarta. This study used normative research. Based on studies that allows occasions Zakat funds for distribution to disaster victims. Zakat plays a role in disaster management, namely in terms of victims of natural disasters. Clearly indicated in the explanation of article 16, paragraph (2) of law No. 39 of 1999 on Managing Zakat: "Eight ashnaf of Mustahiq are fakir, miskin, amil, muallaf, riqab, gharim, shabilillah, and ibnussabil that the application can include people who are most economically powerless, such as orphans, the elderly, the disabled, people attended boarding school, neglected child, people who were in debt, displaced refugees and victims of natural disasters". Zakat Fund can be used for victims of natural disasters, the eruption of Mount Merapi. One example of the Institute of management (Amil) Zakat Dompet Dhuafa Republika to use zakat to the victims of natural disasters in the eruption of Mount Merapi, Yogyakarta and for programs that include happy school, medical, mobile phones and auto mechanics, breeding care, the elderly, nursery home, gruduk village, field hospitals. The results show that the need for a comprehensive agreement on the use of mustahik Zakat distribution by management (Amil) Zakat, through revision of Act No. 38 of 1999, on Managing Zakat. "
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2011
S301
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Aan Ari Witoko
"Tesis ini membahas pengaruh mitigasi bencana,social support, dan social capital terhadap keberfungsian keluarga dengan studi kasus pada masyarakat rawan bencana erupsi Gunung Merapi di Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta). Penelitian menggunakan metode deskriptif analisis dengan observasi dan wawancara mendalam (deep interview). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel mitigasi bencana, social support, dan social capital secara bersama-sama terhadap keberfungsian keluarga masyarakat rawan bencana erupsi Gunung Merapi di Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Analisis korelasi menunjukkan ada hubungan positif pada tingkat kuat antara mitigasi bencana, social support, dan social capital secara bersama-sama dengan keberfungsian keluarga dengan nilai r sebesar 0,619.
Dari hasil analisis regresi juga memperlihatkan bahwa pengaruh yang ditunjukkan oleh mitigasi bencana, social support, dan social capital secara bersama-sama terhadap keberfungsian keluarga adalah positif dan signifikan dengan nilai R Square sebesar 0,384 dan F hitung sebesar 17,833. Hal ini berarti bahwa sebesar 38,4 % keberfungsian keluarga masyarakat rawan bencana erupsi Gunung Merapi dipengaruhi secara bersama-sama oleh faktor mitigasi bencana, social support, dan social capital serta selebihnya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lain. Dari hasil analisis kuesioner, observasi, dan wawancara mendalam dengan warga serta berbagai pihak terkait diketahui bahwa apabila mitigasi bencana terus digalakkan dan diperbaiki, social support ditingkatkan, dan social capital dikembangkan, maka keberfungsian keluarga akan semakin meningkat dan tetap dapat berjalan meskipun dalam kondisi rawan bencana.

This thesis discusses the influence of disaster mitigation, social support, and social capital against the functioning of family with a case study on disaster- prone communities eruption of Mount Merapi in Sleman Special Region of Yogyakarta. This research using descriptive analysis method with observation and in-depth interviews. The results showed that there is a positive and significant influence of variables disaster mitigation, social support, and social capital together toward family functioning society prone to eruptions of Mount Merapi in Sleman district of Yogyakarta Special Region. Correlation analysis showed there was a strong positive relationship between the level of disaster mitigation, social support, and social capital together with family functioning with r value of 0.619.
From the results of the regression analysis also showed that the effects shown by disaster mitigation, social support, and social capital together against the functioning of the family is positively and significantly to the value of R Square of 0.384 and F count equal to 17.833. This means that 38.4% of family functioning society prone to eruptions of Mount Merapi affected jointly by disaster mitigation factors, social support, and social capital as well as the rest influenced by other factors. From the analysis of questionnaires, observations, and interviews with residents and various stakeholders in mind that if disaster mitigation continue to be encouraged and improved, enhanced social support and social capital is developed, it will increase family functioning and still be able to run even in conditions of disaster-prone."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mochammad Ardhya Irawan
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran resiliensi pada remaja penyintas erupsi Gunung Merapi tahun 2010 serta untuk mengidentifikasi nilai-nilai budaya Jawa yang berhubungan dengan kemampuan resiliensi masyarakat suku Jawa yang tinggal di sekitar Gunung Merapi, khususnya di Desa Krinjing, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Gambaran resiliensi remaja di Desa Krinjing ini diperoleh dengan menggunakan alat ukur resiliensi Connor-Davidson Resilience Scale (CD-RISC) 10 (Connor & Davidson, 2003; Campbell-Sills & Stein, 2007) juga melalui wawancara mendalam yang merujuk kepada karak-teristik resiliensi yang dikemukakan oleh Wagnild (2010), yaitu meaningfulness, perseverance, equanimity, self-reliance, dan existential aloneness. Wawancara secara mendalam juga digunakan untuk menggali penghayatan nilai-nilai budaya Jawa dari partisipan. Partisipan penelitian terdiri dari 15 orang remaja berusia 15-20 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja di Desa Krinjing telah menunjukkan resiliensi dalam tingkat yang sedang. Adapun budaya Jawa yang terkait dengan kemampuan resiliensi mereka adalah gotong royong, sopan santun, kebersamaan, dan berbakti pada orang tua. Sejumlah saran untuk menindaklanjuti penelitian ini, termasuk untuk mengatasi keterbatasan yang ditemui, disertakan.

This research was carried out to get an idea of resilience in young survivors of the eruption of Mount Merapi in 2010 and to identify the Javanese cultural values that related to the resilience ability of the Javanese community who live around Mount Merapi, particularly in Krinjing, Magelang regency, Central Java. The idea of resilience in young survivors in Krinjing is achieved by using a measuring instrument Connor Davidson Resilience Scale (CD-RISC) 10 (Connor & Davidson, 2003; Campbell-Sills & Stein, 2007) and by in-depth interviews refers to the characteristics proposed by Wagnild (2010): meaningfulness, perseverance, equanimity, self-reliance, and existential aloneness.. Interviews were also used to explore the appreciation of Javanese cultural values of the participants. The participants consisted of 15 adolescents aged 15-20 years. The results showed that young survivors in Krinjing have shown resilience in the medium level. The Javanese culture associated with the resilience ability of survivors of the eruption of Mount Merapi are mutual cooperation, courtesy, togetherness, and dutiful to parents. A number of suggestions to follow-up this research, and to overcome the limitations that were encountered, are included"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S45461
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>