Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 133678 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ezra Mahresi Choesin
"ABSTRAK
Adanya sanggar-sanggar tari yang beranggotakan orang-orang dengan berbagai macam latar belakang menimbulkan pertanyaan mengapa orang-orang tersebut mau terlibat dalam perwujudan tari dan bagaimana bentuk interaksi mereka pada saat bersama-sama di sanggar. Tulisan ini memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di atas dengan mengambil kasus sanggar tari kreasi Bagong Kussudiardjo di Padepokan D.I. Yogyakarta di TMII. Jawaban yang diberikan berupa gambaran tentang kerangka struktur interaksi yang dipergunakan para anggota untuk menafsirkan pengalaman mereka sehingga terwujud tingkah laku yang disesuaikan dengan penafsiran tersebut. Perhatian ditujukan kepada pemilihan identitas yang relevan dalam sebuah kerangka struktur interaksi."
1990
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yos Rizal Setiawan
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah gambaran peran jenis
kelamin pria penari tarian tradisional. Pemilihan pokok permasalahan dilandasi oleh
kenyataan bahwa umumnya pria (khususnya remaja pria) tidak tertarik menjadi penari.
Ketidak-tertarikan pria untuk menjadi penari dapat disebabkan oleh unsur-unsur tarian
(gerak, ekspresi, dan ritme), dan juga ketrampilan penunjang tarian (diantaranya tata rias
wajah dan tubuh), yang kesemuanya itu cenderung menuntut pria untuk lebih
mengembangkan sifat/ciri-ciri feminin (kewanitaan).
Kehidupan sanggar tari yang umumnya wanita menjadikan kaum pria sebagai
golongan minoritas. Pergaulan bersama wanita akan menyebabkan remaja pria Iebih
menginternalisasikan nilai-nilai dan ketrampilan wanita, yang pada akhirnya dapat
menyebabkan ia lebih terpengaruh oleh sifat-sifat feminin. Kondisi ini lebih diperparah
lagi oleh berkembangnya stereotip peran jenis kelamin didalam masyarakat, akibatnya
sebagai golongan minoritas para penari pria sering dianggap memiliki sifat-sifat dari
golongan mayoritasnya (wanita).
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas diperkirakan adanya hubungan antara peran jenis
kelamin penari pria dengan faktor-faktor seperti : usia mulai menari, lamanya bergabung
dalam sanggar tari, dan banyaknya tarian yang dikuasai.
Penelitian ini dilakukan pada bulan November 1996 sampai Desember 1996,
terhadap sejumlah sanggar tari tradisional di Jakarta. Subyek penelitian adalah penari pria
yang berusia remaja, yaitu mulai dari 11 tahun sampai 24 tahun. Subyek diambil secara
accidental/incidental sampling dengan teknik non probability sampling. Subyek
penelitian yang berhasil diperoleh berjumlah 71 orang.
Penelitian ini menggunakan kuesioner dan skala maskulin-feminin. Kuesioner terdiri
dari data kontrol dan data-data tambahan yang sesuai dengan tujuan penelitian. Skala
maskulin-feminin digunakan untuk mengetahui tingkat maskulinitas dan femininitas
individu. Skala ini merupakan axlaptasi dari Bern 's Sex Role Inventory.
Metode analisa data menggunakan prosentase, dan untuk mengetahui ada-tidaknya
hubungan antara maskulinitas-femininitas dengan usia awal menari, lamanya bergabung
dalam sanggar tari, dan banyaknya tarian yang dikuasai, digunakan perhitungan Chi-
Square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa gambaran peran jenis kelamin penari pria
cenderung berperan jenis kelamin maskulin, androgini, dan feminim. Selain itu diketahui
bahwa hanya faktor usia awal mulai menari yang terbukti secara signifikan berhubungan
dengan peran jenis kelamin penari pria. Sedangkan faktor lamanya bergabung dalam sanggar tari dan banyaknya tarian yang dikuasai tidak terbukti secara signifikan
berhubungan dengan peran jenis kelamin penari pria.
Dengan demikian, dari penelitian ini diperoleh informasi bahwa sebagian besar
penari pria ternyata dapat tetap mempertahankan peran jenis kelamin maskulin, yang
merupakan peran jenis kelamin yang cocok bagi pria. Usia awal mulai menari merupakan
faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan peran jenis kelamin penari pria.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, akhirnya peneliti mengajukan beberapa saran,
yaitu : bagi pria yang beminat menjadi penari disarankan untuk memperhatikan faktor usia
saat berniat menjadi penari, pria jangan ragu untuk menjadi penari karena ternyata hanya
sebagan kecil saja penari pria yang tergolong feminin. Sedangkan masyarakat disarankan
untuk Iebih menerima dan mendukung pria menjadi penari."
1997
S2921
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Gusti Ayu Agung Sumarheni
"Salah satu sarana untuk mempertebal keyakinan dan menghubungan diri dengan Ida sang Hyang Widi Wasa (tuhan yang maha esa) adalah dengan cara berkesenian. Tari rejang adat klasik pada umumnya mempunyai fungsi sebagai sarana upacara dalam rangkaian suatu upacara piodalan (dewa Yadnya). Karena agama hindu dalam menghubungan diri dengan tuhan lebih banyak dengan menggunakan simbul-simbul, seperti halnya dengan sarana tulisan aksara suci, upakaral banten, berkesenian (tari) dan lain sebagainya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan fungsi tari rejang adat klasik di desa bebandem, kabupaten karangasem. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif.
Objek penelitian ini adalah fungsi tari rejang adat klasik dalam upacarapiodalan di pura sanggar agung desa bebandem. teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan wawancara. instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri dengan alat bantu perekam suara, dan pedoman wawancara.
Hasil penelitian ini ditemukan ada tiga fungsi tari rejang adat klasik di pura sanggar agung desa bebandem akbupaten karangasem tersebut: (1) Pada bagian pertama (memendet) adalah sebagai penyambutan kepada para dewa dan dewi yang turun dari kahyangan ke bumi, (2) bagian kedua (rejang) sebagai simbol dewa dan dewi yang menuntun bhatara bhatari turun kedunia (3) pada bagian ketiga (memande) sebagai ucapan syukur, dan menghibur para dewa dewi dan bhatara bhatari yang telah hadir dalam upacara"
Bali: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Balai Pelestarian Nilai Budaya Bali, NTB dan NTT , 2017
902 JNANA 22:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sutono Rendra Lysthano
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1999
S7191
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardela Maesyaroh
"Ondel-ondel sebagai kesenian Betawi telah mengalami perkembangan dari kesenian arak-arakan rakyat menjadi ikon kota Jakarta. Unsur pendukung kesenian ondel-ondel tetap eksis dan berkembang adalah dengan adanya sanggar. Sanggar Beringin Sakti sebagai salah satu kelompok kesenian ondel-ondel yang sudah aktif dari sebelum tahun 1970-an memiliki peran besar dalam mengembangkan ondel-ondel. Berbeda dengan penelitian sebelumnya karya Joko Susanto yang hanya berfokus kepada komposisi musik yang digunakan Sanggar Beringin Sakti.
Fokus penelitian ini adalah peran Sanggar Beringin Sakti dalam mengembangkan ondel-ondel di Jakarta mulai dari terbentuknya hingga lahirnya anak sanggar terakhir dari Sanggar Beringin Sakti. Penelitian ini menggunakan metode sejarah dengan empat tahapan, yaitu heuristik, kritik, intepretasi, dan historiografi. Pada tahapan heuristik, mengumpulkan data berupa wawancara dengan pemilik Sanggar Beringin Sakti, artikel jurnal, surat kabar dari Perpustakaan Nasional RI, dan buku.
Hasil penelitian ini adalah Sanggar Beringin Sakti menjadikan ondel-ondel sebagai ikon kota Jakarta yang aktif melaksanakan berbagai kegiatan seperti acara perfilman kesenian, pembukaan acara atau perayaan khusus kota Jakarta, dan menampilkan ondel-ondel dalam bentuk cendera mata dan boneka penerima tamu, selain itu Sanggar Beringin Sakti mampu mengembangkan ondel-ondel dengan menjadikan sanggar sebagai tempat belajar dan regenerasi dengan melahirkan anak-anak sanggar yang aktif dan eksis sesuai pakemnya di masa modern saat ini.

Ondel-ondel as a Betawi art has developed from a folk art procession to become an icon of the city of Jakarta. The supporting element of ondel-ondel art that still exists and develops is the existence of a studio. Sanggar Beringin Sakti as one of the ondel-ondel art groups that has been active since before the 1970s has played a major role in developing ondel-ondel. This is different from the previous research by Joko Susanto, which only focused on the music composition used by Sanggar Beringin Sakti.
The focus of this research is the role of Sanggar Beringin Sakti in developing ondel-ondel in Jakarta from its formation until the birth of the last studio child of Sanggar Beringin Sakti. This study used the historical method with four stages, namely heuristics, criticism, interpretation, and historiography. At the heuristic stage, collecting data in the form of interviews with the owner of Sanggar Beringin Sakti, journal articles, newspapers from the National Library of Indonesia, and books.
The result of this research is that Sanggar Beringin Sakti made ondel-ondel as an icon of the city of Jakarta which actively carried out various activities such as art film events, opening special events or celebrations for the city of Jakarta, and displaying ondel-ondel in the form of souvenirs and dolls for the receptionist. Beringin Sakti is able to develop ondel-ondel by making the studio a place for learning and regeneration by giving birth to studio children who are active and exist according to the standards in today's modern times.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Diko
"Analisis Eksekutif
Sekolah Otonom Sanggar Anak Akar merupakan sebuah sekolah yang didirikan pada November 1994 di daerah Cipinang, Jakarta Timur. Sekolah ini merupakan pengembangan dari sebuah program open house yang dilakukan oleh Biro Advokasi Anak, Institut Sosial Jakarta pada tahun 1989. Sekolah ini lahir dari keinginan untuk memberikan rasa aman bagi anak-anak jalanan agar bisa berkembang dan membuat mereka mampu mengekspresikan ide serta kemampuan yang dimiliki. Sanggar Anak Akar melihat jika lingkungan anak-anak jalanan sangatlah tidak kondusif dan tidak baik untuk perkembangan anak. Siswa-siswi Sanggar Anak Akar juga ingin meluruskan pandangan yang menganggap jika mereka adalah anak jalanan biasa yang tidak bisa melakukan apa-apa. Sanggar Anak Akar sangat menekankan pada pengembangan kreativitas siswa-siswinya. Beberapa prestasi dari Sanggar Anak Akar di bidang seni adalah terpilih untuk menjadi ensamble musik di Kongres Perempuan Asia Pasifik 2002 di Bangkok, Thailand, memproduksi album yang berjudul ?Gema Gita Mahardika?, sukses menggelar Konserta Gema Gita Mahardika yang bekerjasama dengan PPHUI di tahun 2013, dan berhasil menggelar sebuah pagelaran teater di bulan November 2014 yang berjudul ?Sayap-sayap Mimpi?. Selain itu, Sanggar Anak Akar sering ditunjuk sebagai perwakilan DKI Jakarta di festival-festival seni di Indonesia seperti di Jember Fashion Festival. Segala pencapaian ini tidak lepas dari kuatnya kerjasama yang mereka miliki baik dengan lembaga donor, sekolah swasta nasional maupun internasional, hingga Sahabat Akar yang selalu mendukung segala kegiatan Sanggar Anak Akar, baik dalam kegiatan belajar mengajar maupun pementasan seni.
Sahabat Akar adalah para praktisi yang sudah memiliki pengalaman yang banyak di bidangnya masing-masing namun memiliki komitmen untuk membantu anak-anak Sanggar Anak Akar agar bisa memiliki kemampuan lain. Peran Sahabat Akar sangatlah penting karena mereka berbagi pengalaman kepada siswa-siswi Sanggar Anak Akar. Selain itu, Sahabat Akar sangatlah loyal terhadap Sanggar Anak Akar sehingga keberadaannya bisa diandalkan. Sanggar Anak Akar menyadari bahwa terjadi kekosongan pada penggunaan media untuk menyebarkan visi mereka. Sanggar Anak Akar juga memiliki berbagai macam prestasi di bidang seni dan memiliki siswa-siswi yang sudah mendapatkan pelajaran ilmu jurnalistik sehingga akan percuma jika kemampuan yang sudah dimiliki ini tidak dikembangkan lebih lanjut.
Tujuan
· Menjadi sarana diskusi dengan komunitas seni lain
· Memperlihatkan kemampuan siswa-siswi Sanggar Anak Akar kepada publik yang lebih luas.
· Meningkatkan apresiasi terhadap karya musik Sanggar Anak Akar
Strategi
Mendirikan radio komunitas berbentuk streaming.
Khalayak Sasaran
Laki-laki dan perempuan yang bergelut di bidang seni dengan rentang usia 15-30 tahun serta merupakan anggota komunitas seni seperti tari dan teater.
Program
1. Aktivitas Pendirian
2. Perencanaan Program
3. Operasional Radio
4. Peluncuran Radio
5. Eksekusi Program :
· BIR PLETOK!
· Seru!
· Kreasi
Jadwal
Minggu I Februari 2015 - Minggu IV Juni 2015
Anggaran
Total anggaran yang dibutuhkan sebesar Rp12.122.000,00
Evaluasi
Metode evaluasi yang digunakan adalah dengan melakukan rapat perkembangan, assessment, dan trial and error.

Situation Analysis
Sanggar Anak Akar is a school that was established in November 1994 in the area of Cipinang, East Jakarta. The school was developed from an open house program conducted by the Bureau of Child Advocacy, Jakarta Social Institute in 1989. Sanggar Anak Akar was born from the desire to provide security for street children in order to grow and make them able to express their ideas and capabilities. Sanggar Anak Akar sees if the environment of street children is not conducive and not good for children's development. In addition to that, Sanggar Anak Akar students also want to straighten the common paradigms that assume if they were ordinary street children who cannot do anything.
Sanggar Anak Akar emphasis on developing creativity of students. Some of the achievements of Sanggar Anak Akar students in art were chosen to be the musical ensemble in the Asia-Pacific Women's Congress 2002 in Bangkok, Thailand, producing an album titled "Gema Mahardika Gita", successfully held Konserta Gema Gita Mahardika in cooperation with PPHUI in 2013, and successfully staged a theatrical performance in the month of November 2014, entitled "Sayap-sayap Mimpi". Additionally, Sanggar Anak Akar students are often appointed as the representative of Jakarta at art festivals in Indonesia as in Jember Fashion Festival. All of this achievements cannot be separated from the strength they have good cooperation with aid bodies, national and international private schools, to Sahabat Akar whose always supports all the activities of Sanggar Anak Akar students, both in teaching and learning activities and art performances.
Sahabt Akar are practitioners who already have a lot of experience in their respective fields, but committed to helping children Anak roots in order to master soft-skill abilities. Sahabat Akar have got very important role because they share experiences to students Anak Roots. In addition, the Sahabat Akar is very loyal to Anak roots so that its presence can be relied on.
Sanggar Anak Akar realizes that there is a vacant occurs in the use of media to spread their vision. Sanggar Anak Akar also have a wide range of achievements in the arts and have students who already had a class journalism that would be useless if it already possessed this ability not developed further.
Goals
· Being medium of discussion with other art community
· Shows the ability of the students of Sanggar Anak Akar to the public.
· Increase appreciation of musical works Sanggar Anak Akar
Strategy
Develop a community media inside streaming radio.
Target Audience
Men and women who worked in the field of art with an age range of 15-30 years and is a member of the art community as dance and theater.
Programs
1. Establishment Activity
2. Planning
3. Operational Radio
4. Launch Radio
5. Executed Programs :
· BIR PLETOK!
· Seru!
· Kreasi
Schedule
1st Week of February - 4th Week of June 2015
Budget
Total budget needed is Rp12.122.000,00
Evaluation
The evaluation method used is by development meeting, assessment, and trial and error;Situation Analysis
Sanggar Anak Akar is a school that was established in November 1994 in the area of Cipinang, East Jakarta. The school was developed from an open house program conducted by the Bureau of Child Advocacy, Jakarta Social Institute in 1989. Sanggar Anak Akar was born from the desire to provide security for street children in order to grow and make them able to express their ideas and capabilities. Sanggar Anak Akar sees if the environment of street children is not conducive and not good for children's development. In addition to that, Sanggar Anak Akar students also want to straighten the common paradigms that assume if they were ordinary street children who cannot do anything.
Sanggar Anak Akar emphasis on developing creativity of students. Some of the achievements of Sanggar Anak Akar students in art were chosen to be the musical ensemble in the Asia-Pacific Women's Congress 2002 in Bangkok, Thailand, producing an album titled "Gema Mahardika Gita", successfully held Konserta Gema Gita Mahardika in cooperation with PPHUI in 2013, and successfully staged a theatrical performance in the month of November 2014, entitled "Sayap-sayap Mimpi". Additionally, Sanggar Anak Akar students are often appointed as the representative of Jakarta at art festivals in Indonesia as in Jember Fashion Festival. All of this achievements cannot be separated from the strength they have good cooperation with aid bodies, national and international private schools, to Sahabat Akar whose always supports all the activities of Sanggar Anak Akar students, both in teaching and learning activities and art performances.
Sahabt Akar are practitioners who already have a lot of experience in their respective fields, but committed to helping children Anak roots in order to master soft-skill abilities. Sahabat Akar have got very important role because they share experiences to students Anak Roots. In addition, the Sahabat Akar is very loyal to Anak roots so that its presence can be relied on.
Sanggar Anak Akar realizes that there is a vacant occurs in the use of media to spread their vision. Sanggar Anak Akar also have a wide range of achievements in the arts and have students who already had a class journalism that would be useless if it already possessed this ability not developed further.
Goals
· Being medium of discussion with other art community
· Shows the ability of the students of Sanggar Anak Akar to the public.
· Increase appreciation of musical works Sanggar Anak Akar
Strategy
Develop a community media inside streaming radio.
Target Audience
Men and women who worked in the field of art with an age range of 15-30 years and is a member of the art community as dance and theater.
Programs
1. Establishment Activity
2. Planning
3. Operational Radio
4. Launch Radio
5. Executed Programs :
· BIR PLETOK!
· Seru!
· Kreasi
Schedule
1st Week of February - 4th Week of June 2015
Budget
Total budget needed is Rp12.122.000,00
Evaluation
The evaluation method used is by development meeting, assessment, and trial and error;Situation Analysis
Sanggar Anak Akar is a school that was established in November 1994 in the area of Cipinang, East Jakarta. The school was developed from an open house program conducted by the Bureau of Child Advocacy, Jakarta Social Institute in 1989. Sanggar Anak Akar was born from the desire to provide security for street children in order to grow and make them able to express their ideas and capabilities. Sanggar Anak Akar sees if the environment of street children is not conducive and not good for children's development. In addition to that, Sanggar Anak Akar students also want to straighten the common paradigms that assume if they were ordinary street children who cannot do anything.
Sanggar Anak Akar emphasis on developing creativity of students. Some of the achievements of Sanggar Anak Akar students in art were chosen to be the musical ensemble in the Asia-Pacific Women's Congress 2002 in Bangkok, Thailand, producing an album titled "Gema Mahardika Gita", successfully held Konserta Gema Gita Mahardika in cooperation with PPHUI in 2013, and successfully staged a theatrical performance in the month of November 2014, entitled "Sayap-sayap Mimpi". Additionally, Sanggar Anak Akar students are often appointed as the representative of Jakarta at art festivals in Indonesia as in Jember Fashion Festival. All of this achievements cannot be separated from the strength they have good cooperation with aid bodies, national and international private schools, to Sahabat Akar whose always supports all the activities of Sanggar Anak Akar students, both in teaching and learning activities and art performances.
Sahabt Akar are practitioners who already have a lot of experience in their respective fields, but committed to helping children Anak roots in order to master soft-skill abilities. Sahabat Akar have got very important role because they share experiences to students Anak Roots. In addition, the Sahabat Akar is very loyal to Anak roots so that its presence can be relied on.
Sanggar Anak Akar realizes that there is a vacant occurs in the use of media to spread their vision. Sanggar Anak Akar also have a wide range of achievements in the arts and have students who already had a class journalism that would be useless if it already possessed this ability not developed further.
Goals
· Being medium of discussion with other art community
· Shows the ability of the students of Sanggar Anak Akar to the public.
· Increase appreciation of musical works Sanggar Anak Akar
Strategy
Develop a community media inside streaming radio.
Target Audience
Men and women who worked in the field of art with an age range of 15-30 years and is a member of the art community as dance and theater.
Programs
1. Establishment Activity
2. Planning
3. Operational Radio
4. Launch Radio
5. Executed Programs :
· BIR PLETOK!
· Seru!
· Kreasi
Schedule
1st Week of February - 4th Week of June 2015
Budget
Total budget needed is Rp12.122.000,00
Evaluation
The evaluation method used is by development meeting, assessment, and trial and error"
Depok: Universitas Indonesia, 2014
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Afriman Djafri
"Kebisingan merupakan risiko dalam bidang kesehatan bagi pekerja yang kemungkinan timbulnya penyakit terkait kerja (work related diseases) disebabkan oleh suatu faktor yang berasal dari tempat kerja dalam bentuk gangguan kesehatan, penyakit, kecelakaan, cacat, dan kematian. Pemerintah telah mengeluarkan surat keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep-51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas (NAB) faktor fisika di tempat kerja, di dalamnya ditetapkan Nilai Ambang Batas (NAB) kebisingan sebesar 85 dBA sebagai intensitas tertinggi dan merupakan nilai yang masih dapat diterima oleh pekerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan seharihari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu.
Data Tahun 2000 di Amerika Serikat menunjukkan lebih dari 9 juta pekerja setiap hari terpajan kebisingan sebesar 85 dBA. Ada sekitar 5,2 juta pekerja terpajan kebisingan > 85 dBA pada Manufacturing dan Untilities atau sekitar 35 % dari total pekerja pada industri manufacturing di Amerika. Departemen pekerja Amerika memperkirakan ada 19,3 % pekerja pada manufacturing dan untilities terpajan kebisinganSOH 90 dBA, 34,4 % terpajan kebisingan > 85 dBA dan 53,1 % terpajan kebisingan > 80 dBA.
Berdasarkan hasil pemeriksaan audiometri pada 103 orang pekerja di perusahaan PT. Sanggar Sarana Baja ditemukan adanya penurunan status pendengaran pada frekuensi 4000 Hz sebanyak 52,4 %, terlihat bahwa separuh pekerja dari sampel yang diperiksa pada penelitian ini telah mengalami gangguan fungsi pendengaran tidak normal.
PT. Sanggar Sarana Baja adalah salah satu perusahaan berspesialisasi dalam desain dan manufaktur dari peralatan-peralatan proses, fabrikasi baja umum, dan pemeliharaan dan konstruksi untuk minyak dan gas, petrokimia dan industri pembangkit listrik yang beroperasi sejak tahun 1977. Produk permintaan tinggi lainnya yaitu Vessel Pressure, Glycol Dehydration Packages, CO2 Removal Plants, and Heater Treatment Package. Dalam proses kerjanya perusahaan ini menggunakan mesin yang menimbulkan suara yang cukup keras seperti mesin welding, Mechining, bending, rolling, setting dan alat tersebut dioperasikan oleh pekerja, sehingga para pekerja setiap harinya akan terpapar oleh suara bising tersebut, hal ini bagi pekerja/karyawan PT. Sanggar Sarana Baja dapat berpeluang untuk terganggu oleh suara tersebut Besarnya risiko kesehatan yang disebabkan suara bising pada masyarakat khususnya pada karyawan / pekerja dapat berpeluang terhadap gangguan fungsi pendengaran.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pajanan kebisingan dengan fungsi pendengaran pada pekerja pabrik di PT. Sanggar Sarana Baja tahun 2010.
Penelitian ini merupakan studi deskriptif yang bersifat analitik dengan pendekatan rancangan studi yang digunakan Cross Sectional, yaitu melakukan pengamatan dan wawancara pada subyek penelitian dan diikuti pengukuran intensitas kebisingan di lingkungan kerja. Waktu penelitian dilakukan pada bulan April-Mei 2010 di bagian/unit kerja produksi PT. Sanggar Sarana Baja.
Hasil penelitian menunjukan bahwa, tingkat pajanan kebisingan PT. Sanggar Sarana Baja melebihi nilai ambang batas yang telah di tetapkan, yaitu berkisar antara 82 dB(A) - 89 dB(A) di bagian/unit kerja produksi. Tingkat pajanan kebisingan tertinggi terdapat di unit/bagian kerja/seksi area Vessel II yaitu 89 dB(A) dan tingkat kebisingan terendah yaitu di unit/bagian kerja/seksi area Engineering dan terdapatnya hubungan antara Tingkat pajanan kebisingan dengan fungsi pendengaran.
Berdasarkan hasil penelitian, perlunya peranan Pihak perusahaan agar mengembangkan program pengendalian kebisingan yang telah ada dengan penerapan komponen Hearng loss Prevention Program (HLPP) sebagai upaya meminimalisasi pajanan kebisingan yang diterima oleh pekerja sampai ke titik dimana bahaya terhadap pendengaran dapat dikurangi atau dihilangkan. Contoh; HLPP audit, Audiometric Evaluation, engineering control, dan administrative control.

Noise is a health risk for workers in the possibility of work-related illness (work related diseases) is caused by a factor derived from the workplace in the form of health problems, illness, accident, disability, and death. The Government has issued Decree No Minister of Labor. Kep-51/MEN/1999 about Threshold Limit Value (TLV) of physical factors in the workplace, in which established Threshold Limit Values (TLV) of 85 dBA noise as the highest intensity and a value that can still be accepted by the workers without causing disease or disorder health in their daily work for a period not exceeding eight hours per day or 40 hours a week.
Data Year 2000 in the United States showed more than 9 million workers daily exposed to noise at 85 dBA. There are about 5.2 million workers exposed to noise> 85 dBA at the Manufacturing and Untilities or approximately 35% of the total workers in manufacturing industry in America. United workers Department estimates there are 19.3% of workers in manufacturing and untilities SOH 90 dBA noise exposure, 34.4% exposed to noise> 85 dBA and 53.1% exposed to noise> 80 dBA.
Based on the results of audiometry in 103 people working in the company of PT. Sarana Baja studio found a decrease in hearing status on the frequency 4000 Hz were 52.4%, showed that half the workers from the sample examined in this study had impaired hearing function is not normal.
PT. Sanggar Sarana Baja is one company specializing in the design and manufacturing of process equipment, general steel fabrication, and maintenance and construction services to oil and gas, petrochemical and power industries operating since 1977. Other high demand products are Pressure Vessel, Glycol Dehydration Packages, CO2 Removal Plants, and Heater Treatment Package. In the process his company uses the machines that create a loud enough voice like welding machines, Mechining, bending, rolling, setting and the equipment operated by workers, so workers will be exposed to everyday noises such, this is for the workers / employees of . Steel Facility workshop can expect to distracted by the voice. The magnitude of health risks caused by noise in the society especially in the employee / worker can expect to auditory dysfunction.
The purpose of this study is to determine the correlation between noise exposure on hearing function of factory workers in PT. Sanggar Sarana Baja 2010. This study was a descriptive study was analytic approach used in study design was cross sectional, that is to make observations and interviews on the subject of research and followed by measuring the intensity of noise in the workplace. When the study was conducted in April-May 2010 in unit of PT Sanggar Sarana Baja.
The results showed that noise exposure level of PT Sanggar Sarana Baja exceeds the threshold value that has been on the set, ranging from 82 dB (A) - 89 dB (A) in the unit of production. Have the highest noise exposure levels in the unit / working part / section II Vessel area that is 89 dB (A) and the lowest noise level that is in the unit / working part / section area of Engineering and the presence of the relationship between the level of noise exposure on hearing function.
Based on this research, the need for companies to develop the role of party noise control programs that already exist with the implementation of component loss Hearng Prevention Program (HLPP) in an effort to minimize the noise exposure received by workers to the point where the danger of hearing loss can be reduced or eliminated. Example; HLPP audit, Audiometric Evaluation, engineering controls, and administrative control.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T29375
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Trubus
"Perkembangan jumlah kasus HIV/AIDS di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang signifikan, sebagai akibat cara penularannya yang pada umumnya melalui hubungan seksual.
Sejak secara resmi dilaporkan dan ditemukan di Bali tahun 1987, penyakit ini telah mengundang perhatian para ahli dari sejumlah bidang ilmu terkait. Data jumlah kasus HIV/AIDS sampai sekarang, 31 Maret 2000, yang tercacat dan terlaporkan adalah 1190 kasus, yang terdiri dari 887 orang HIV positip dan 303 orang AIDS. Selama ini kajian penyakit ini lebih banyak dikaji dengan pendekatan medis, karena ada asumsi bahwa permasalahan penyakit HIV/AIDS seperti halnya penyakit-penyakit lain merupakan permasalahan medis belaka. Namun demikian dalam perkembangannya seorang penderita yang sering disebut dengan Odha ternyata tidak hanya mengadapi persoalan kesehatannya saja, tetapi dalam kehidupan sehari-harinya Odha juga menghadapi permasalahan sosial, yakni mendapat perlakuan yang diskriminatif baik dari keluarga maupun dari tenaga medis sendiri. Bahkan dalam banyak kasus, Odha dan keluarganya mendapat tuduhan yang bermacam-macam yang berkaitan dengan perilaku seksualnya.
Mengingat kehidupan sosial yang buruk, karena selalu mendapat tekanan baik dari tekanan internal maupun eksternalnya, menyebabkan Odha harus menggunakan cara-cara tersendiri dalam rangka mempertahankan kehidupannya. Oleh karena itu penulis mengadakan penelitian terhadap proses adaptasi Odha dalam mempertahankan hidup dengan studi kasus pada pengidap HIV/AIDS di Sanggar Kerja Yayasan "X". Seperti diketahui bahwa sanggar tersebut selain berfungsi sebagai tempat penampungan sementara dan sebagai salah satu model perawatan Odha di rumah, tetapi juga sebagai tempat Odha untuk beradaptasi dengan lingkungan sosialnya. Dalam penelitian ini penulis mengambil beberapa Odha untuk dijadikan informan, termasuk juga orang-orang yang terkait dengan Odha.
Walaupun dalam penelitian ini menggunakan analisis individual, tetapi dalam pelaksanaannya berhasil mengungkapkan bahwa pengetahuan dan reaksi Odha, terhadap penyakit HIV/AIDS, termasuk juga reaksi keluarga ataupun masyarakat, sangat berbeda-beda dan bergantung pada pengetahuan masingmasing. Reaksi masyarakat pada umumnya menghindari Odha, dan bahkan dalam beberapa kasus justru mengucilkan Odha, karena takut tertular penyakitnya. Sedangkan reaksi Odha sendiri secara terinci dapat dikemukakan, sebagai berikut: (1) ketakutan akan kehilangan pekerjaan; (2) masalah keungan dan biaya pengobatan; (3) takut ditolak oleh pasangan, kolega, dan keluarga; (4) mempunyai teman yang sakit atau meninggal karena AIDS; (5) takut terhadap diskriminasi; (6) cemas akan terjadi cacat dan kehilangan fungsi tubuh; (7) antisipasi terhadap isolasi sebelum kematian; (8) takut akan terjadi gangguan mental; dan (9) takut akan kematian.
Oleh karena kondisi yang tidak menguntungkan, maka dalam banyak kasus para Odha dengan menggunakan seperangkat pengetahuannya, kemudian secara aktif berhasil mengatasi berbagai kesulitan yang dihadapinya. Beberapa strategi Odha dalam mepertahankan hidupnya adalah dengan mengisolasi diri dari lingkungannya, membuka diri dengan memberitahukan penyakitnya kepada orang-orang yang dianggapnya dekat, bersikap hidup positif dan selalu berserah diri pada Tuhannya, dan membentuk jaringan sosial dengan sesama Odha dalam rangka berbagi perasaan, penderitaan, dan informasi."
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pancasiwi, H. Hermawan
"This study ducusses anak pinggiran who survive for life in the city of Jakarta
which is growing into a capitalistic city. The existence of such children in big cities,
especially in the cities of developing countries, as a matter of fact, has been a global
phenomenon, that means their presence in such cities is almost unavoidable. The term of
anal: pinggiran here refers to urban children Who because of poverty have got very bad
living conditions and very limited access to societal resources, such as education and play
grounds, provided by the city. Anak pinggiz-an covers two groups of poor children
surviving for life in Jakarta, namely street children and those living in slum areas. Among
thousanm of such chddren found in Jakarta, some are recruited by Sanggar Anal: Akar,
one of the non-govemmental institutions which takes care of the children?s life. Those
who are recruited are then called anak Sanggar.
Sanggar recruits the children and gathers them in some rumah terbulaz (open
houses) situated close to the locations where the children live or survive. The children of
the commtmities around the open houses are called basic C0¢'lllI?llII\ili¢8~, and so far
Sanggar has had coordination with five basic communities, namely Jatinegara, Cakung,
Penas Lama, Rawa Panjang, and Bantar Gebang Bckasi, Within these communities the
children are tnined and educated with an intention of elaborating and developing their
potentials. Periodically. usually on Sundays, they are brought to Sanggar, a bigger open
house, which has been the center of activities and information In Sanggar the children
have some exercises in, among other things, dramatnrgy, music, journalism, and English
classes. The children are freed to choose what activity(ies) they prefer to join. The
freedom of choosing activity(ies) is intended to create children?s intrinsic motivation
became such a motivation will be able to make them join the activities happily, seriomiy,
and fill! of enthusiasm.
This study is intended to observe and explore the changes of the ehi1dren's
behavior and attitude afler being trained and educated through the various activities
which take place in Sanggar and other places as well. Besides, it is also intended to sec, if
any, the childrcn's aspiration for a better life in the future. During the research period,
from December 1999 to July 2000, I tried to bc among the children as much as possible"
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T5614
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>