Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 110617 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
cover
Abdur Rouf Sam
"Wilayah perairan Indonesia meliputi perairan Indonesia, yang terdiri dari Teritorial 0,3 juta Km2, Nusantara 2,8 juta Km2 dan perairan Zona Ekonomi Eksklusif seluas 2,7 juta Km2, dengan potensi lestari sumberdaya hayati perairan tercatat sebesar 6.6 juta ton/tahun, meliputi berbagal jenis komoditi Ikan pelagis dan lion demersal, seperti Cakalang, tuna, udang, dan ikan karang. Sumber daya hayati perairan ini telah dimanfaatkan sekitar 60 %. Selama tahun 1989-1999, produksi perikanan laut cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 1999 produksi perikanan taut mencapal 4 juta ton atau mencapai 75% dari total produksi perikanan di Indonesia (Ditjen Perikanan Tangkap, 2000).
Karena potensi yang begitu besar, sub-sektor perikanan memberikan peranan yang berarti dalam pembangunan nasional, yaitu sebagai salah satu mata pencarian utama bagi sebagian masyarakat pedesaan, terutama yang menetap di pesisir pantai dan daerah-daerah kepulauan, serta merupakan salah satu sumber devisa negara. Hasil sub-sektor perikanan selain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri juga merupakan salah satu komoditas ekspor.
Pengembangan sektor perikanan diharapkan dapat meningkatkan produksi ikan, memperbaiki tingkat hidup serta kesejahteraan nelayan dan petani ikan, yaitu melalui peningkatan pendapatan, konsumsi protein hewani, ekspor dan mengurangi impor hasil perikanan. Akan tetapi usaha pengembangan ini selama ini dihadapkan pada beberapa permasalahan, antara lain : ciri hasil tangkapan nelayan yang membutuhkan penanganan khusus, misalnya : sifat sumberdaya perikanan yang mudah busuk, produksi yang sulit diramalkan, proses produksi sangat tergantung pada musim serta resiko ketidakberhasilan yang tinggi. Semua ini membuat nelayan berada pada posisi tawar yang rendah. Lemahnya posisi tawar ini juga disebabkan oleh system."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T13205
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmat Fadillah
"Produk perikanan yang bermutu rendah dan kurang terjamin keamanannya akan berakibat pada tidak tercapainya misi pembangunan kelautan dan perikanan dalam meningkatkan kecerdasan dan kesehatan masyarakat melalui konsumsi ikan. Hal ini dikarenakan produk perikanan terkandung bahan tambahan makanan (BTM) terlarang dan tidak aman dikonsumsi, sehingga akan memengaruhi kesehatan (efek akut dan kronis) bahkan mengakibatkan kematian bagi konsumen.
Tujuan penelitian untuk (1) Mengetahui kandungan BTM terlatang pada ikan segar dan produk olahan di PPN Palabuhanratu; (2) Mengetahui aspek sosial budaya meliputi hubungan karakteristik, persepsi dan sikap pengolah ikan, nelayan dan konsumen mengenai BTM terlarang; dan (3) Mengetahui aspek kelembagaan meliputi identifikasi regulasi dan kebijakan keamanan pangan produk hasil perikanan.
Penelitian dilaksanakan dari bulan Januari hingga April 2013 di PPN Palabuhanratu, Sukabumi terhadap produk ikan segar dan ikan olahan (ikan asin/kering, ikan pindang, kerupuk ikan, bakso ikan dan terasi). Metode pengambilan sampel untuk pengolah/pedagang dan nelayan dilakukan secara proportionate stratified random sampling masing-masing berjumlah 76 sampel pengolah ikan dan 169 sampel nelayan. Adapun teknik pengambilan sampel konsumen menggunakan metode sampling yang secara kebetulan dijumpai sebanyak 100 sampel. Metode pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner terdiri dari pertanyaan tentang persepsi, sikap dan aspek teknis unit pengolahan ikan di Palabuhanratu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan BTM terlarang pada produk hasil perikanan di PPN Palabuhanratu sangat signifikan terhadap jenis produk olahan. Kandungan boraks 100% negatif, formalin 58,5% positif, Hidrogen peroksida 84,0% positif serta rhodamin B pada terasi 66,7% positif.
Persepsi pengolah/pedagang ikan terhadap keamanan produk hasil perikanan "cukup baik" (55,12%), akan tetapi sikap terhadap keamanan produk hasil perikanan "sangat baik" (91,67%) dan persepsi terhadap upaya pemerintah juga "baik" (61,23%). Selanjutnya persepsi nelayan "cukup baik" (50,82%), adapun sikap nelayan "sangat baik" (98,07%) dan persepsi terhadap upaya pemerintah "cukup baik" (53,89%). Berikutnya persepsi konsumen "cukup baik" (55,61%), sikap konsumen "sangat baik" (99,0%), dan persepsi terhadap upaya pemerintah pada keamanan dan mutu hasil perikanan "baik" (61,37%). Selanjutnya regulasi tentang keamanan produk hasil perikanan yang intinya dibuat untuk melindungi konsumen jenis BTM terlarang sesuai dengan upaya pemerintah, khususnya Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi dan PPN Palabuhanratu, dalam melaksanakan kebijakan keamanan produk hasil perikanan sudah baik, akan tetapi dalam pengawasan dan monitoringnya belum terealisasi secara berkala dan berkesinambungan.

Low quality dan safety fishery products will result in failure to achieve the mission on marine and fisheries development to increase the society intelligence and healthy through fish consumption. The objectives of the research were: (1) To understand content of illegal food additives on fresh fish and processed product in Palabuhanratu; (2) To understand social aspects on the relationship of characteristics, perception and attitude of the fish processors, fishermen, and consumers on those illegal food additives, and (3) To understand institutional aspects on regulation identification and food safety policy of fishery products.
The research was carried out on January-April 2013 in Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, Sukabumi. The products tested were fresh fish and processed products (salted/dried fish, boiled fish, fish crackers, fish ball and belachan). Sampling method for processors/traders and fishermen was carried out by proportionate stratified random sampling, 76 samples and 169 samples respectively. Consumers sampling technique was carried out by random sampling of 100 samples. The method for collecting data was carried out by quesioner related to perception, attitude and technical aspects of the establishment in di Palabuhanratu. The data was analyzed descriptively and laboratory tested.
The results of the research showed the difference of additives chemical content on fishery products in PPN Palabuhanratu were very significant to the type of products. Borax content 100% negative, formalin 58,5% positive. Hydrogen peroxide 84,0% positive, rhodamine B on belachan 66,7% positive.
Processors/traders perception on food safety of fishery products were good enough (55.12%), attitude on safety of fishery products were very good (91.67%), and perception on government effort were good (61.23%). Then fishermen perception were good enough (50.82%), fishremen attitude were very good (98.07%), and perception on government effort were good enough (53.89%). Further that consumers perception were good enough (55.61%), consumers attitude were very good (99,0%), and perception on government effort to quality and safety of fishery products were good (61.73%). The regulation related to safety of fishery products to protect consumers on illegal additives as the government effort, especially for Marine and Fisheries service of Sukabumi and PPN Palabuhanratu, has been implemented well, nevertheless for controlling and monitoring periodically and continously has not been implemented yet.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
T35657
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Clara Giovani Andayu
"ABSTRAK
Besarnya potensi pariwisata yang dimiliki oleh Kabupaten Sukabumi memacu pengembangan konsep ekowisata dalam memanfaatkan potensi alam dan memperhatikan kelestarian lingkungan hidup. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan menganalisis aspek fisik bentuk lahan dan tipologi pesisir dan aspek sosial fasilitas wisata dan aksesibilitas sebagai pendukung pengembangan ekowisata. Penelitian ini menggunakan metode overlay dengan perangkat lunak ArcGIS 10.1 peta wilayah ketinggian berdasarkan klasifikasi ketinggian dan peta wilayah lereng berdasarkan klasifikasi Van Zuidam 1985 untuk mendapatkan peta bentuk lahan. Identifikasi tipologi pesisir dilakukan melalui pengisian matriks material pantai jenis dan struktur batuan , relief wilayah lereng dan ketinggian , dan genesis. Selain itu, dilakukan plotting titik-titik fasilitas dan aksesibilitas. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah comparative analysist dan analisis spasial deskriptif. Hasil yang diperoleh, yaitu pantai Cibangban, Karang Naya, Kadaka, dan Loji memiliki bentuk lahan pesisir vulkanik dengan tipologi pantai datar, bergelombang, berpasir, dan berbatu. Pantai-pantai di Kecamatan Pelabuhan Ratu, seperti Pantai Citepus, Gado Bangkong, dan Karang Pamulang, memiliki bentuk lahan pesisir pengendapan laut marine deposition coast dengan tipologi pantai datar dan berpasir. Pantai Karang Haji dan Karang Hawu adalah pantai organik terumbu karang. Ekosistem estuaria ditemukan di Pantai Muara Cikakak dan Pantai Cimaja. Bentuk lahan pesisir yang mendominasi adalah bentuk lahan pesisir vulkanik hasil erupsi gunung api. Tipologi pantai pada bentuk lahan tersebut adalah pantai berpasir dan berbatu, dengan relief wilayah yang relatif datar, sehingga mendukung pengembangan ekowisata. Fasilitas wisata yang mendukung pengembangan ekowisata adalah hotel dan vila, restoran, dan penyedia jasa transportasi, yang menggunakan prinsip ramah lingkungan sebagian besar terdapat di Kecamatan Pelabuhan Ratu.

ABSTRACT
The amount of tourism potential owned by Sukabumi District spur the development of ecotourism concept in exploiting the potential of nature and paying attention to environmental sustainability. This study aims to examine and analyze the physical aspects landform and coastal typology and social aspects tourism facilities and accessibility as support for ecotourism development. This study uses an overlay method with ArcGIS 10.1 map of altitude area based on altitude classification and slope area map based on Van Zuidam classification 1985 to obtain landform map. Identification of coastal typology is done by filling the matrix of coastal materials rock types and structures , relief region slope and altitude , and genesis. In addition, plotting of facility points and accessibility. The analysis used in this research is comparative analysist and descriptive spatial analysis. The results obtained, namely Cibangban beach, Karang Naya, Kadaka, and Loji have a form of volcanic coastal areas with flat coastal typology, bumpy, sandy, and rocky. The beaches of Pelabuhan Ratu sub district, such as Citepus Beach, Gado Bangkong, and Karang Pamulang, have marine deposition coast with flat and sandy beach typology. Karang Haji Beach and Karang Hawu are coral reef organic beaches. The estuary ecosystem is found in Muara Cikakak Beach and Cimaja Beach. The form of coastal land that dominates is a form of volcanic coastal land erupted volcanoes. Coastal typology on the landform is sandy and rocky beaches, with relatively flat relief areas, thus supporting the development of ecotourism. Tourism facilities that support the development of ecotourism are hotels and villas, restaurants, and transportation service providers, which use environmentally friendly principles mostly located in Pelabuhan Ratu District. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pindi Setiawan
"Proses pemberdayaan masyarakat yang baik adalah yang memperhatikan pengetahuan masyarakat terkait. Oleh karena itu, pemahaman tentang pengetahuan lokal menjadi penting. Pemberdayaan berarti melakukan sesuatu untuk menjadi lebih berdaya, sehingga tentu di dalamnya mempunyai tahapan belajar atau alih pengetahuan. Pemahaman tentang proses belajar pentimg karena akan mempengaruhi strategi pemberdayaan masyarakat nelayan. Untuk itu saja memfokuskan pada pola proses belajar di dalam kelompok nelayan payang. Kelompok nelayan yang tinggal di Pelabuhan Ratu itu adalah nelayan yang operasi menangkap ikannya menggunakan jenis jaring kantong yang bernama payang. Para nelayan payang berkelompok selain karena kesamaan alat dan tehniknya, juga karena keberadaan kelompok usaha payang dari juragan-juragan yang mempunyai kapal dan jaring payang. Mereka tidak berkelompok karena alasan kesukuan atau kesamaan tempat tinggal.
Para nelayan payang Pelabuhan Ratu percaya bahwa kegiatan menangkap ikan adalah `warisan' leluhur mereka. Sehingga kajian mengenai aksi-aksi memayang dari nelayan Pelabuhan Ratu sedikit banyak akan mengungkapkan salah satu kesinambungan tentang pengetahuan lokal nelayan setempat. Namun pengetahuan nelayan payang tidak berhenti seperti yang diwariskan leluhumya saja, ia terus disempurnakan oleh nelayannelayan payang. Pengetahuan yang ada di individu nelayan juga tidak berhenti menjadi sekumpulkan inovasi-inovasi mereka saja, pengetahuan para nelayan itu, `disebarkan' kepada kelompoknya.
Ada empat peran utama dalam operasi nelayan payang, yaitu peran juragan, peran juru much, peran orang bengkel dan peran anak payang. Anak payang juga terbagi atas sejumlah pecan Lae. Semua peran itu saling berkaitan dan tentu berkaitan dengan kebudayaan yang lebih besar dari nelayan di Pelabuhan Rata dalam membentuk pengetahuan nelayan payang. Peran-peran itu mempengaruhi proses alih pengetahuan. Derajat perbedaan dan persamaan pengetahuan ditentukan pada tingkatan seseorang dalam menjalani perannya. Untuk dapat menelaah proses ini, maka dipakai pendekatan sejumlah teori kognitif dan pembentukan kelompok kecil.
Pada proses alih pengetahuan tidak sepenuhnya bisa terjadi dimana saja dan pada siapa saja. Pengalihan itu butuh 'trig? dan `suasana' untuk mengaktifkannya. Proses alih pengetahuan atau proses belajar ini juga dimungkinkan karena kelompok ini mempunyai kebiasaan membawa orang baru dalam operasi payang. Kenyataan ini membuat para nelayan Pelabuhan Ratu menganggap bahwa kegiatan operasi payang ini adalah sakalal.iannya para nelayan muda. Alih pengetahuan mempunyai dua tahapan penting, yaitu tahapan pengetahuan kelompok dan tahapan pengetahuan minat individu.
Tahapan ini sangat dipengaruhi sifat mekanisme pembagian tugas yang tegas dan luwes dalam operasi menangkap ikan di taut. Proses belajar di dalam tahapan pengetahuan kelompok di atas terdiri dari proses tiru semirip mungkin, tiru-tanya dan tiru contoh. Sedang tahapan minat individu mempunyai proses tiru semirip mungkin per-individu dan proses tirulihat tindakan individu. Proses belajar individu juga dilengkapi dengan percakapan verbal terbatas dan diskusi khas. Suasana proses belajar di atas juga `dilengkapi' dengan cerita tentang kesuksesan likong. Para !ikon yang sukses ini disebut kolot laut, dan mereka menjadi tokoh-tokoh individu yang mempengaruhi pengetahuan kelompok nelayan payang di Pelabuhan Ratu.
Ada sejumlah tempat yang digunakan untuk proses belajar, yaitu di atas perahu ketika melaut, di atas perahu di dermaga, di gudang, di pantai ketika mencelup jating. Selain hari-hari operasi di laut, selama musim payang melaut ada hari yang mempunyai makna penting, yaitu hari jum'at. Hari yang dianggap hari libur, namun juga menjadi waktu untuk para nelayan payang saling berbagi pengalaman."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T11990
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Umar Baihaqki
"Pemberdayaan adalah sebuah istilah yang problematik. Sebagai sebuah turunan dari konsep pembangunan, pemberdayaan dijadikan solusi untuk menambal Iubang-lubang pembangunan. lerbagai fakta empiris menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak menjamin terciptanya pemerataan hasil-hasil pembangunan. Pemberdayaan menjadi jembatan penghubung jurang ketimpangan sosial akibat pembangunan yang tidak merata. Melalui berbagai program pemberdayaan, warga negara yang tidak beruntung diikutsertakan dalam berbagai kegiatan yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. Akan tetapi, dalam konteks Indonesia, sejak tahun 1970an istilah pemberdayaan didiskusikan dan dipraktekkan dalam bentuk kebijakan, istilah tersebut belum menemukan maknanya yang tepat. Pemberdayaan lebih sering menjadi jargon dan retorikan dari pemerintah maupun masyarakat sipil untuk menjadikan mereka yang tidak beruntung sebagai objek kepentingan mereka. Pemberdayaan yang seperti itu justru membuat warga negara semakin terekslusi dari pembangunan. Tesis ini akan mendiskusikan pemberdayaan dalam makna yang sebenarnya. Hanya saja, cakupannya dibatasi dalam tata ruang wilayah pesisir.
Ada dua alasan yang melatarbelakangi pembatasan ini. Pertama, konsep pembangunan masyarakat Iebih memungkinkan menerapkan model pembangunan lokal (locallity development) yang terbatas pada tingkat lokal secara geografis. Model ini diharapkan Iebih mampu menggerakkan masyarakat yang memiliki kesamaan kebutuhan dan kepentingan dibandingkan dengan wilayah yang Iebih Iuas, serta mampu mengantisipasi perbedaan karakteristik antara wilayah daratan dengan wilayah pesisir dan kelautan, Kedua, pembatasan ini jugs dilatarbelakangi oleh prioritas permasalahan sosial, yaitu tereksklusinya komunitas pesisir secara sosial, ekonomi dan politik dalam pembangunan di republik ini. Tiga aiternatif model pemberdayaan komunitas pesisir diuji dengan pendekatan kuantitatif dalam tesis ini. Ketiga alternatif model tersebut adalah model koperasi, model pusat komunitas dan model inti plasma. Sebagai lokus peneiitian adalah Kecamatan Pelabuhanratu, yang menjadi sentra perikanan di sepanjang garis Pantai Selatan Pulau Jawa.
Hasil analisis data dari responden ahli yang diolah melalui teknis Analytic Hierarchy Process (AHP) menempatkan model koperasi sebagai alternatif model yang memiliki peluang keberhasilan tertinggi di Pelabuhanratu. Akan tetapi, basil survey atas 55 responden di Desa Pelabuhanratu menunjukkan adanya kekecewaan atas kinerja koperasi maupun program-program bantuan yang disalurkan kepada warga. Hasil survery juga menemukan tetap terbukanya peluang bagi perbaikan model koperasi sehingga memberikan kepuasan bagi warga lokal yang mengikuti program pemberdayaan. Peluang tersebut bisa menjadi nyata bila model koperasi yang baru benar-benar memperlihatkan perbaikan kinerja, terutama pada sisi pelayanan.

Empowerment is a problematic concept. As a part of development theory, empowerment means to be the solution to cover everything that left behind in development process. There are many facts showing that a high economic growth doesn't always distribute equally in society. This condition is what make empowerment become a strategic issue in development. Through many empowerment program, every unlucky citizen were joined together and organized to help them to rise their quality of life. Unfortunately, in Indonesian context, the practical of empowerment progress is not as good as the discussion of the concept. Almost every empowerment practical experience in Indonesia has not find its true meaning. Empowerment is just a slogan and rhetoric from government or professional to cover their interest. This is why empowerment program only make community become dependent to the program or the actor, instead gaining a better wealth and better life. This thesis discuss empowerment concept in its true meaning. Only, the scope is limited to coastal area.
There are two reason for this limitation. First, community development as practical concept has a higher rate of success if running in a limited area. A local development model can generate better participation from the people to gain their needs together. This strategy also avoid generalization in implementing strategy of empowerment in land area and coastal area. Second, the priority in solving social and economic problem in coastal community. The Indonesian coastal community has already excluded from national social and economic development for many years. Three aIterratives of coastal community empowerment model are tested in field research with quantitative approach. Those three models are cooperation model, community center model, and local company model. As the locus of the study, this research is conduct in Kecamatan Palabuhanratu of Sukabumi Regency in West Java province.
The founding of this study with Analytic Hierarchy Process (AHP) show that cooperation model is the most suitable model among the three alternatives. The local company model is in the second place. But, when a survey conduct to show community perception about the three alternatives, a surprising result was appear. The survey show that most of the community member in grass root level were disappointed to cooperation performance recently, This finding can be concluded that participation in empowerment program doesn't always support the success of the program and rise the quality of life from member of the community."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2008
T24394
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fransisca Ristria Jaya
"ABSTRAK
Globalisasi yang tidak hanya menimbulkan dampak positif bagi kehidupan
manusia, namun juga dapat memberikan sisi negatif. Semakin kabuniya batasbatas
negara menjadi salah satu penyebab teqadinya penyelundupan migran
sebagai bagian dari kejahatan transnasional. Oleh karena isu-isu penyelundupan
migran di Indonesia yang beredar tak kunjung reda, maka muncul suatu dugaan
bahvva ada jaringan penyelundup migran yang memainkan suatu bisnis dalam lalu
lintas migrasi transnasional. Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk
melihat peran jaringan penyelundup migran di Indonesia dalam melakukan
kegiatan bisnis migrasinya yang juga melibatkan agen lokal dalam operasinya.
Oleh karena itu dalam penelitian ini menggunakan konsep kejahatan transnasional
dan didukung dengan teori bisnis migrasi, untuk melihat bentuk kegiatan bisnis
misrasi yang dilakukan oleh jaringan penyelundup migran di Indonesia.

ABSTRACT
Globalization does not only bring a positive impact on human life, but also can
cause a negative side. The blurring of the state boundaries become (s) one of the
causes of migrant smuggling as part of transnational crime. Therefore, because of
migrant smuggling issues in Indonesia never stop, it appears a suspicion that there
is a network of migrant smugglers who plays a traffic business in tenus of
transnational migration. Under these conditions, this thesis focuses to see the role
of the network of migrant smugglers in Indonesia in conducting business activities
which also involve the migration of local agents in the operation. Therefore this
study uses the concept of transnational crime and supported by the business theory
of migration, to see the form of the business activities conducted by the network
migration of migrant smugglers in Indonesia."
2015
T48886
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Setiyo Riswanto
"Tuna mata besar merupakan komoditas ekspor. Di PPN Palabuhanratu tuna merupakan hasil tangkapan dominan. Jenis tuna yang terbanyak didaratkan adalah tuna mata besar. Untuk itu perlu dilakukan penelitian mengenai status perikanan tuna mata besar. Pengumpulan data dilakukan dengan metode sampling bertujuan. Jumlah sampel tuna mata besar sebanyak 397 ekor diambil secara acak pada armada longline yang siap melakukan bongkar. Analisis data menggunakan surplus produksi dan Model Von Bertallanfy Growth Function.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa produktivitas tuna mata besar yang didaratkan di PPN Palabuhanratu mengalami kecenderungan yang meningkat. Pola pertumbuhan tuna mata besar bersifat allometrik negatif dengan bentuk tubuh kurang pipih. Tuna mata besar yang tertangkap sudah berumur sekitar 2 tahun dan sudah mengalami fase pemijahan. Tingkat pemanfaatan tuna mata besar sudah padat tangkap (82,43 %), sedangkan tingkat pengusahaan sudah lebih tangkap (104,21 %).

Bigeye Tuna is an export commodity. Tuna is the predominant catches in PPN Palabuhanratu. Species of tuna that ever landed was a bigeye tuna. Therefore, need to do studies about the status of the bigeye tuna. Data collection is conducted by purposive sampling. The number of bigeye tuna samples are 397 taken at random on the longline fleet ready unloaded. Data analysis using the surplus production and Von Bertallanfy Growth Model funcion.
The results showed that the productivity of the bigeye tuna landed in PPN Palabuhanratu experiencing an upward trend. Bigeye tuna pattern of growth is negative allometrik with less flattened body shape. Bigeye tuna caught about 2 years old and has been through a phase of spawning. Utilization rate of bigeye tuna is already intense capture (82.43%), while the rate of operation already overfishing (104.21%).
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
T30150
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Maulana Hidayat
Depok: Universitas Indonesia, 2004
S33872
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>