Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 125848 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andi Meganingratna
"ABSTRAK
Penelitian ini menggambarkan tentang efektivitas kerjasama yang dibentuk oleh
Indonesia, Malaysia dan Singapura di dalam pengamanan selat Malaka setelah
terjadinya peristiwa 11 September 2001 hingga tahun 2010 yang telah mengubah
ancaman dan tantangan keamanan di kawasan ini. Penelitian ini merupakan
penelitian yang bersifat kuantitatif dengan data sekunder. Hasil penelitian
menyimpulkan bahwa efektivitas kerjasama yang dibentuk oleh littoral states
dalam pengamanan selat Malaka ini sangat di pengaruhi oleh banyak alasan
sehingga bentuk bentuk kerjasama di Asia tenggara antara littoral states terbatas
bahkan hingga pasca peristiwa 11 September 2001. Secara historis perompakan
dan terorisme maritim memang bukan merupakan masalah yang dianggap
penting. Akibatnya ada keengganan untuk bekerjasama pada isu tersebut. Adanya
peristiwa 11 September 2001 dan beberapa kejadian lain yang berhubungan
dengan terorisme akhirnya membuat littoral states mengubah persepsinya pada
berbagai masalah yang sebelumnya diyakini bukan sebagai ancaman pada masa
lalu. sehingga sangat penting untuk menginterpretasikan kerjasama keamanan
maritim secara lebih luas sehingga diharapkan dapat menjawab tantangan dan
dinamisme perkembangan maritim dalam batas teritorial setiap negara

Abstract
This study illustrates the effectiveness of cooperation established by Indonesia,
Malaysia and Singapore in the Malacca Strait security after the event of 11
September 2001 that have changed the threats and security challenge in the
region. This research is a quantitative study with secondary data. Study concluded
that the effectiveness of cooperation established by littoral states in securing the
Malacca strait is influenced by many reasons, so the form of cooperation in
Southeast Asia between the littoral states is limited even after the events of
11 September 2001. Historically piracy and maritime terrorism is not
an issue that is important. As a result there is a reluctance to cooperate on the
issue. The existence of the event of 11 September 2001
and some other events related to terrorism ultimately make littoral states to
change their perception on various issues that were previously believed to be not
as a threat in the past. So it is important to interpret maritime security
cooperation more broadly so that is expected to meet the challenges and
dynamism in the development of maritime territorial limits of each country.

Abstract
This study illustrates the effectiveness of cooperation established by Indonesia,
Malaysia and Singapore in the Malacca Strait security after the event of 11
September 2001 that have changed the threats and security challenge in the
region. This research is a quantitative study with secondary data. Study concluded
that the effectiveness of cooperation established by littoral states in securing the
Malacca strait is influenced by many reasons, so the form of cooperation in
Southeast Asia between the littoral states is limited even after the events of
11 September 2001. Historically piracy and maritime terrorism is not
an issue that is important. As a result there is a reluctance to cooperate on the
issue. The existence of the event of 11 September 2001
and some other events related to terrorism ultimately make littoral states to
change their perception on various issues that were previously believed to be not
as a threat in the past. So it is important to interpret maritime security
cooperation more broadly so that is expected to meet the challenges and
dynamism in the development of maritime territorial limits of each country."
2012
T30452
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sianipar, Cecilia Paulina
"Wacana tentang hubungan Islam dan Barat kembali hangat pasca peristiwa 11 September 2001. Topmlc mengenai Islam dan terorisme menjadi isu sensitif yang mewamai berbagai pemberitaan dalam media massa. Beragam opini dan representasi tentang Islam dan teroris muncul dari berbagai macam media massa. Tidak dapat dipungkiri bahwa media mempunyai peranan besar dalam mengembangkan waoana tentang Islam dan terorisme tersebut Tesis ini mempakan analisis tcntang bagaimana Newsweek sebagai suatu media massa oetak mencitrakan Islam dalam pemberitaan yang disampaikan kepada masyarakat. Dari analisis tampak bahwa Newsweek secara komprehensif mencoba memahami wacana tentang Islam dan teroris dcngan dukungan berbagai data, analisa, dan argumentasi para penuiisnya. Hasilnya, Newsweek dengan jelas membedakan antara Islam secara umum dengan teroris yang beragama Islam. Akan tetapi jika dilihat dengan lebih kritis, tampak bahwa pemberitaan Newsweek cendenmg mendukung dan atau senada dengan wacana yang dikembangkan pcmerimah Amerika tentang Islam dan teroris.
Kata kunci: media, berita, artikel, Newsweek, cina, gambamn, representasi, wacana,
teroris, terorisme, Islam, dunia Islam, lcelcuasaan, ideologi.

The issue of Moslem and Westemers has been getting popular after September 11, 2001. The topic about Islam and terrorism has become a negative issue in the news report and mass media Much opinion and representation about Islam and terrorism appeared from all over mass media. It is obvious that media has big roles in developing thc issue of Islam and terrorism. The thesis is written to analyze how Newsweek as a printed media describing Islam in their news. From the analysis, we can see that Newsweek tried to comprehend Islam and terrorism, supported by much data, analysis, and argumentation Bom the columnists. The result is Newsweek can clearly distinguish between Islam as a general and the radical terrorists. However, if we analyze critically, it could be seen that Newsweek tends to support the issue developed by US government about Islam and terrorists."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T34244
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
S8224
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sianipar, Cecilia Paulina
"Wacana tentang hubungan Islam dan Barat kembali hangat pasca peristiwa 11 September 2001. Topik mengenai Islam dan terorisme menjadi isu sensitif yang mewarnai berbagai pemberitaan dalam media massa. Beragam opini dan representasi tentang Islam dan teroris muncul dari berbagai macam media massa. Tidak bisa dipungkiri bahwa media mempunyai peranan besar dalam mengembangkan wacana tentang Islam dan terorisme tersebut. Tesis ini merupakan analisis tentang bagaimana Newsweek sebagai suatu media massa cetak mencitrakan Islam dalam pemberitaan yang disampaikan kepada masyarakat. Dari analisis tampak bahwa Newsweek secara komprehensif mencoba memahami wacana tentang Islam dan teroris dengan dukungan berbagai data, analisa, dan argumentasi para penulisnya. Hasilnya, Newsweek dengan jelas membedakan antara Islam secara umum dengan teroris yang beragama Islam. Akan tetapi jika dilihat dengan lebih kritis, tampak bahwa pemberitaan Newsweek cenderung mendukung dan atau senada dengan wacana yang dikembangkan pemerintah Amerika tentang Islam dan teroris.

The issue of Moslem and Westerners has been getting popular after September 11, 2001. The topic about Islam and terrorism has become a negative issue in the news report and mass media. Much opinion and representation about Islam and terrorism appeared from all over mass media. It is obvious that media has big roles in developing the issue of Islam and terrorism. The thesis is written to analyze how Newsweek as a printed media describing Islam in their news. From the analysis, we can see that Newsweek tried to comprehend Islam and terrorism, supported by much data, analysis, and argumentation from the columnists. The result is Newsweek can clearly distinguish between Islam as a general and the radical terrorists. However, if we analyze critically, it could be seen that Newsweek tends to support the issue developed by US government about Islam and terrorists."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lintang Suproboningrum
"ABSTRAK
Tesis ini menjelaskan mengenai kerja sama keamanan maritim antara Indonesia, Malaysia dan Singapura dalam melindungi Selat Malaka dari ancaman terhadap keamanan maritim di kawasan tersebut. Tesis ini menggunakan konsep Diplomasi Maritim sebagai alat untuk mengukur keberhasilan patroli terkoordinasi di Selat Malaka. Fokus dari penelitian ini adalah menganalisis dinamika keamanan internasional di Asia Tenggara. Selat Malaka dipilih karena merupakan salah satu jalur perairan terpenting di dunia. Salah satu isu terbesar di Selat Malaka adalah ancaman pembajakan dan perompakan laut. Ketiga negara yang berada di sekitar Selat Malaka menanggapi ancaman ini dengan menciptakan sebuah inisiatif baru untuk mengatasi keamanan maritim yang disebut Patroli Terkoordinasi pada tahun 2004. Tesis ini menyimpulkan bahwa pemenuhan tanggung jawab untuk keamanan di Selat Malaka dapat menekan ancaman pembajakan dan perompakan laut. Patroli Koordinasi yang diselenggarakan oleh tiga negara bagian di Selat Malaka juga membuktikan bahwa Diplomasi Maritim merupakan kunci keberhasilan dalam merespon masalah kawasan bersama. Melalui Diplomasi Maritim, ketiga negara di Selat Malaka berhasil mengatasi ancaman di kawasan bersama antara ketiga negara bagian tersebut. Kata Kunci : Diplomasi Maritim, Selat Malaka, Keamanan Maritim, Patroli Terkoordinasi, Pembajakan dan Perompakan Laut

ABSTRACT
Name Lintang SuproboningrumStudy Program Master rsquo s Degree International RelationsTitle The Role of Maritime Diplomacy in the Success of Indonesia Malaysia Singapore in Supressing the Number of Piracy and Armed Robbery in the Malacca Strait This thesis is study of maritime security cooperatioon among Indonesia, Malaysia and Singapore in safeguarding the Malacca Strait from threats to maritime security in the area. This thesis uses Maritime Diplomacy concept as tool to measure the sucess of coordinated patrol in the Malacca Strait. The focus of this research is to analyze the dynamic of international security in the Southeast Asia. Malacca Strait is chosen because it is one of the most important waterways in the world. One of the biggest issue in the Malacca Strait is the threat of piracy and armed robbery. The three states which is located around Malacca Strait respond to this threats by creating a new initiative for tackling maritime security called Coordinated Patrol in 2004. This thesis conclude that the fulfillment of responsibility for security in the Malacca Strait can suppress the threats of piracy and armed robbery. The Coordinated Patrol held by the three states in the Malacca Strait also proves that Maritime Diplomacy is a key to the exercise of success in responding to the problems of shared area. Through Maritime Diplomacy, the three states in the Malacca Strait successfully overcome the threats to the shared area among the three states. Keyword Maritime Diplomacy, Malacca Strait, Maritime Security, Coordinated Patrol, Piracy and Armed Robbery"
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Subeno
"Tesis ini membahas strategi dan upaya penanganan keamanan maritim di area tumpang tindih antara Malaysia dengan Indonesia khususnya di perairan Selat Malaka. Berdasarkan ketentuan hukum internasional yang berlaku selama ini, proses penegakan hukum antar negara tetangga yang memiliki wilayah tumpang tindih dan belum ditetapkan batasnya, perlu memperhatikan prinsip-prinsip proporsional dan didasari pada ketentuan United Nation Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) 1982, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Eksklusif, Undang-undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktor utama dalam pengamanan area tumpang tindih khususnya di perairan Selat Malaka ialah TNI AL, Bakamla, Ditpolairud Baharkam Polri dan Ditjen Bea Cukai. Kendati demikian, tata kelola keamanan maritim masih belum jelas sehingga menyebabkan adanya kesimpangsiuran dalam kewenangan penegakan hukum di wilayah perbatasan laut. Untuk mengatasi hal itu maka diperlukan suatu regulasi yang komprehensif didukung dengan satu gugus tugas khusus yang berperan mengkoordinasi aktor-aktor yang terlibat dalam pengamanan area tumpang tindih di perairan Selat Malaka.

This study discusses strategies and efforts to handle maritime security in the undelimited water area between Malaysia and Indonesia, especially in the waters of the Malacca Strait. Based on the provisions of international law that have been in force so far, the process of law enforcement between neighboring countries that have overlapping areas and the boundaries have not been determined, need to pay attention to proportional principles and are based on the provisions of the 1982 United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS), Law No. -Law Number 5 of 1983 concerning Exclusive Economic Zones, Law Number 6 of 1996 concerning Waters. This research uses a qualitative approach with a case study method. The results showed that the main actors in securing overlapping areas, especially in the waters of the Malacca Strait, were the Navy, Bakamla, Ditpolairud Baharkam Polri and Customs. However, maritime security governance is still unclear, causing confusion in the authority of law enforcement in maritime border areas. To overcome this, a comprehensive regulation is needed supported by a special task force whose role is to coordinate the actors involved in securing overlapping areas in the waters of the Malacca Strait.
"
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Usman Arief
"Selat Malaka adalah selat yang terletak diantara tiga negara, yaitu Indonesia, Malaysia dan Singapura. Pada bagian yang lebarnya kurang dari 24 mil, maka laut wilayah dua dari tiga negara tersebut berhimpitan. Selat Malaka mempunyai arti penting karena salah satu selat yang digunakan untuk pelayaran internasional. Diinformasikan dalam Asia Research Bulletin bahwa pelayaran di Selat Malaka itu semakin meningkat dan kini merupakan selat yang paling ramai di dunia sesudah Selat Dover.
Arti penting Selat Malaka semakin bertambah dengan telah diproduksinya kapal-kapal tanker raksasa untuk mengangkut minyak dari Timur Tengah melewati Selat Malaka ke negara-negara Timur Jauh, terutama Jepang yang 90% kebutuhan minyaknya diangkut melalui selat ini. Disamping iu Selat Malaka juga merupakan jalur air penting untuk kegiatan pelayaran dengan berbagai macam dagangan ekspor/impor dari berbagai negara.
Seiring dengan perkembangan waktu, makin lama kapal-kapal tanker itu semakin besar dan kemampuan Selat Malaka yang sempit, dangkal dan ramai itu makin lama makin terbatas untuk melayani tanker-tanker raksasa yang semakin lama semakin besar itu. Dengan demikian, maka makin lama makin seringlah terjadi kecelakaan kapal-kapal tanker raksasa di selat tersebut yang membawa bencana pengotoran laut kepada negara-negara pantai yang selanjutnya mempengaruhi kelestarian lingkungan laut dan kehidupan rakyat negara pantai tersebut. Padahal sekarang, sebagian besar kegiatan produksi minyak terdapat diperairan Indonesia bagian Barat, khususnya sepanjang Selat Malaka dan. Singapura.
Pencemaran laut yang dapat menganggu kelestaraian lingkungan laut karena pertama adanya tumpahan minyak selain berasal dari adanya kegiatan angkutan laut misalnya terjadi kebocoran kapal, maupun kecelakaan kapal karena kandas, tabrakan, atau pecah, kedua adanya kegiatan produksi minyak lepas pantai. (pencemaran oleh minyak), termasuk bila terjadi kebocoran pada pipa penyalur, dan tanki penyimpanan minyak produksi lepas pantai. Mengingat Selat Malaka merupakan penghasil minyak terbesar, ada?"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Himawan
"Kekerasan telah menjadi bagian dari kehidupan bangsa Amerika sejak awal kedatangan orang-orang kulit putih ke benua Amerika hingga saat ini. Keragaman masyarakat yang membentuk Amerika di satu pihak memperkaya budaya dan kehidupan namun di pihak lain merupakan sumber konflik yang terns berlangsung. Konflik tidak lepas dari sifat-sifat dasar manusia, namun akal budi manusia yang didasarkan pada ajaran-ajaran manusia diharapkan dapat mempersempit ruing gerak konflik.
Konflik yang dilandasi oleh pencitraan diri yang bersifat objektif atas "kita" dan "mereka" serta sangkaan¬sangkaan negatif atas pihak lain atau yang dikenal dengan stereotip dan prasangka, merupakan bagian dari sejarah bangsa Amerika yang tercatat dalam berbagai tulisan maupun penayangan. Keterbukaan merupakan nilai tambah bangsa Amerika untuk berkaca pada pengalaman masa lalu guna melihat ke masa datang. Melalui mekanisme dialog, konflik yang telah dan masih terjadi diharapkan dapat ditelaah secara objektif agar hal-hal buruk yang timbul dari adanya konflik dapat diantisipasi dan diminimalisir.
Tesis ini membahas mengenai konflik yang terjadi antara pihak militer dan Kaplan James Yee, seorang ulama dalam kemiliteran yang didasarkan oleh adanya stereotip dan prasangka yang merupakan bahan bakar ketakukan dan kecemasan akan Islam atau yang dikenal dengar. Islamofobia. Dalam tesis ini juga dibahas mengenai perlunya dialog guna menjembatani kesenjangan yang terjadi antara islam yang dijadikan sebagai alat pembenaran atas tindakan-tindakan kekerasan sebagian kecil orang / kelompok dan Islam sebagai ajaran damai dengan persepsi sebagian masyarakat Amerika pasca terjadinya peristiwa 11 September 2001 atau 9/11.

Violence has been part of American life since the arrival of the European to the continent until present day. The pluralism of American society that formed America, in one side has enriched the culture and life of American as a nation but on the other side is a source of conflict. Conflict is part of basic human nature, but human virtue based on the teaching of religions is expected to restrict the nature of conflict.
Conflict that based on the objective self image on "us" and "them" and the negative perception on the other side or known as stereotype and prejudice has been part of American history that has been recorded through various writings and motion pictures. Openness is American value added as a mirror of the past to see the future. Through the mechanism of dialog, the past and present conflict could be judged objectively to anticipate and minimize horrible incident that occur from conflict.
This thesis looks on conflict between the American military and Captain James Yee, a military chaplain, based on stereotype and prejudice which is the fuel of fear and anxiety of Islam or known as IsIamofobia. 'The thesis also looks on the need of dialog to bridge the gap between Islam used as a tool to backed violence by a small group of people and Islam as a religion of peace and the perception of some American society post 11 September 2001 or 9/11.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T24043
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Hari Saktiawan
"Usainya perang dingin tidak menjadikan Asia Tenggara lepas dari ancaman terutama terorisme. Dalam konteks hubungan internasional. terorisme telah menjelma sebagai aktor non-tradisional yang pada akhirnya turut berperan dalam hubungan internasional antar negara. Selain itu saat ini telah diakui bersama bahwa terorisme telah menjadi ancaman nyata bagi stabilitas keainanan kawasan. Di kawasan telah terdapat suatu mekanisme dialog multilateral. ARF untuk membahas permasalahan keamanan kawasan. termasuk didalamnya terorisme. Dengan mekanisme yang dimilikinya. ARF dapat memainkan peranannya dalam menangani isu tersebut.
Untuk membahas hal tersebut. kiranya beberapa kerangka pemikiran dapat diajukan antara lain seperti yang dikcmukakan oleh Krasner dengan regime theorynya, konsep Confidence Building Measures yang dikembangkan oleh negara-negara peserta serta salah satu definisi terorisme untuk memberi gambaran mengenai konteks ancaman yang ditimbulkan oleh kelompok teroris. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif yang mcnckankan pada pengembangan keadaan realilas sosial serta proses interaktif dari objek yang diteliti.
Mekanisme ARF telah cukup memberikan respons terhadap penanganan terorisme akan tetapi masih .terdapat beberapa hal yang perlu dioptimalkan kembali terutama yang berkaitan dengan kerjasama konkrit antar negara peserta guna menangani isu terorisme tersebut dalam secara kolektif. Beberapa instrumen yang dihasilkan dari pertemuan ARF belum mencukupi untuk menangani isu terorisme yang sifatnya kompleks. Akan tetapi penanganan itu sendiri merupakan proses yang berjalan sehingga memerlukan cukup waktu bagi penanganannya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12265
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
S. Permata Setiawati
"Tesis ini membahas mengenai kebijakan luar negeri pemerintahan Mahathir di Malaysia pasca 11 September 2001 yang berkaitan dengan kepentingan politik domestik dan eksternal pemerintahan Mahathir.
Penelitian ini dilakukan dengan melakukan pengumpulan data data sekunder dari buku, jurnal, artikel serta website, dengan menggunakan metode penelitian deskriptif analitis, yang menggambarkan suatu fenomena. Kebijakan luar negeri pemerintahan Mahathir pada pasca 11 September 2001.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori kebijakan luar negeri KJ Holsti, mengenai output komponen gagasan politik luar negeri, yang menjelaskan tindakan kebijakan luar negeri Malaysia, teori Ideosinkretik dan Sistemile, yang sifatnya mendukung proses output kebijakan luar negeri Malaysia itu sendiri. Selanjutnya terdapat teori Determinan domestik yang mendukung penjelasan pembentukan kebijakan luar negeri pemerintahan Mahathir dan Output sistem politik ?Easton? yang mendukung teori KJ Holsti tersebut di atas, serta teori ?Two Level Games? yang digunakan untuk menjelaskan secara keseluruhan fenomena kebijakan luar negeri pemerintahan Mahathir yang dilatar belakangi oleh kepentingan domestik dan eksternal bagi pemerintahan Mahathir.
Berdasarkan hipotesa dan asumsi pada awal bab memaparkan Kebijakan luar negeri suatu negara dipengaruhi oleh faktor faktor domestik dan internasional, yakni adanya kepentingan domestik dan eksternal yang mempengaruhi output kebijakan luar negeri suatu negara tersebut dan bahwa kebijakan luar negeri pemerintahan Mahathir yang merespon isu terorisme yang dikampanyekan oleh AS merupakan wujud tindakan untuk memperbaiki citra politiknya di kalangan Negara Barat/AS serta kepentingan domestik bagi pemerintahannya di dalam negeri.
Analisa dari data-data yang diperoleh, memperlihatkan adanya kepentingan domestik pemerintahan Mahathir bagi partainya dan kepemimpinannya serta kepentingan eksternal yang hendak diperjuangkan, dalam hal ini terhadap AS, dan adanya isu terorisme pasca 11 September 2001 dipergunakan sebagai isu dalam peningkatan hubungan luar negeri pemerintahan Malaysia berupa respon dan kerjasama Malaysia dengan internasional, sekaligus mendapatkan keuntungan bagi kepentingan politik domestik pemerintahan Mahathir.
Kepentingan Domestik pemerintahan Mahathir adalah eksistensinya sebagai pemimpin Negara yang tetap dipercaya dan dihormati oleh masyarakatnya, juga melalui kepercayaan masyarakat terhadap partai UMNO di dalam koalisi Barisan Nasional. Selanjutnya kepentingan eksternal, yakni menarik kembali perhatian dunia dan kepercayaan AS terhadap eksistensi Negara Malaysia di dalam forum internasional dengan kebijakan luar negerinya melalui upaya upaya mendukung kampanye global anti terorisme AS, dengan melakukan pertukaran informasi dan prosedur pengembangan sistem komunikasi dengan Negara lain, inisiatif keamanan pengangkutan barang barang keluar dan masuk, penangkapan para tersangaka kelompok Islam garis keras, penandatangan deklarasi untuk melawan terorisme dengan AS, berbagi intelejen dengan AS serta partisipasi aktif PM Mahathir di dalam ASEAN."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T21654
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>