Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 162275 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rina Fatimah
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
S7166
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kurnia Fitra Utama
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
S6981
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riah Sunayah
"Pemerintah Indonesia mulai memperhatikan Pendidikan Anak Usia Dini secara serius sejak tahun 2003. Hal ini menyebabkan semakin menjamurnya lembaga Pendidikan Anak Usia Dini PAUD. Masyarakat Indonesia khususnya keluarga muslim menyekolahkan anak-anak mereka ke lembaga Pendidikan Anak Usia Dini PAUD yang berciri keagamaan Islam. Skripsi ini memberikan gambaran mengenai pendidikan karakter bagi anak usia dini. Studi ini melihat adanya agen sosial yang berperan penting, yaitu guru dan orangtua. Penelitian ini berlokasi di sebuah lembaga Pendidikan Anak Usia Dini PAUD Darul Himmah, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Pemilihan informan dilakukan secara purposif sampel. Penelitian ini dilakukan terhadap individu-individu yang terdapat di lembaga Pendidikan Anak Usia Dini PAUD Darul Himmah diantaranya kepala sekolah, guru, dan orangtua anak didik lembaga Pendidikan Anak Usia Dini PAUD Darul Himmah.
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat macam-macam nilai karakter yang ditanamkan kepada anak usia dini di lembaga Pendidikan Anak Usia Dini PAUD Darul Himmah. Namun, lembaga Pendidikan Anak Usia Dini PAUD Darul Himmah lebih memfokuskan pada 3 nilai karakter diantaranya karakter religius, nasionalisme, dan hormat. Cara penanaman nilai-nilai karakter yaitu dengan modelling atau peneladanan kepada anak usia dini yang dilakukan oleh guru baik didalam kelas maupun diluar kelas. Kelemahan atau hambatan yang dialami yaitu penanaman nilai-nilai karakter telah baik dalam tahap perencanaan dan implementasi, namun kurang baik dalam tahap evaluasi. Upaya yang dilakukan oleh lembaga Pendidikan Anak Usia Dini PAUD Darul Himmah adalah guru menanamkan nilai-nilai karakter menggunakan panduan tambahan yang dibuat oleh kepala sekolah.

The Government of Indonesia has begun to pay attention to Early Childhood Education seriously since 2003. This has led to the proliferation of Early Childhood Education. Indonesian people, especially Muslim families, send their children to Early Childhood Education, which is characterized by Islamic religion. This thesis provides an overview of character education for early childhood. This study sees the presence of important social agents, teachers and parents. This research is located in an institution of Early Childhood Education Darul Himmah, District Bojongsari, Depok City. This research uses qualitative method with case study approach. Data collection is done through in depth intervews, observation, and documentation. The selection of informants was done puposively. This study was conducted on individuals in the Early Childhood Education Darul Himmah, including the headmaster, teachers, and parents of children of Early Childhood Education Darul Himmah.
The results of this study indicate there are various character values implanted to early childhood in Early Childhood Education PAUD Darul Himmah. However, the institution of Early Childhood Education PAUD Darul Himmah focuses more on 3 values of character such as religious character, nationalism, and respect. How to cultivate the character values that is by modeling or peneladanan to early childhood conducted by teachers both in the classroom and outside the classroom. The weaknesses or obstacles that are experienced are the planting of character values has been well in the planning and implementation phase, but less good in the evaluation phase. The effort undertaken by Darul Himmah 39 s Early Childhood Education PAUD institution is that teachers instill character values using additional guidance made by the principal.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lita Patricia Lunanta
"Masa remaja adalah masa dimana ketertarikan seksual dan hubungan dengan lawan jenis (berpacaran) biasanya pertama kali terbentuk. Hal ini menyebabkan remaja berisiko untuk terlibat dalam berbagai perilaku seksual yang biasanya merupakan bagian dari berpacaran. Perilaku seksual remaja dalam berpacaran ini berkaitan dengan nilai-nilai yang dimilikinya, dimana nilai-nilai ini terbentuk karena pengaruh lingkungan sosial remaja, misalnya kebudayaan, institusi sosial (jenis kelamin, usia, kelas sosial, dan ras), pendidikan agama, serta oleh pengalaman personal dan kebutuhan individu. Nilai-nilai seksual ini merefleksikan apa dianggap benar dan salah dari suatu perilaku seksual serta kapan dan bagaimana seksualitas seharusnya diekspresikan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran nilai-nilai seksual remaja dalam berpacaran. Dengan demikian pihak yang berwenang (misalnya, orang tua, guru) dapat melakukan intervensi terhadap remaja dalam pembentukan nilai-nilai seksual yang mempengaruhi perilaku mereka. Hal ini dapat membantu remaja memilih perilaku seksual yang tepat dan menyadari akibat dari perilaku seksual mereka. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif melalui wawancara individual dengan 25 orang remaja berusia 13-20 tahun yang mempunyai pengalaman berpacaran di Makassar, Depok, dan Jakarta.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipan penelitian secara umum memiliki standar abstinence dalam hubungan seksual sebelum menikah. Selanjutnya, terdapat perbedaan nilai-nilai seksual yang dimiliki oleh partisipan penelitian yang tampaknya sebagian besar berkaitan dengan standar dan hubungan dengan orang tua; standar teman sebaya; sikap dan tingkah laku saudara kandung; gender; serta pengharapan dalam pendidikan. Partisipan yang memiliki hubungan yang dekat dengan orang tua cenderung menginternalisasi nilai-nilai yang dimiliki oleh orang tuanya, namun sebagian dari partisipan juga menunjukkan kecenderungan untuk membentuk standar yang sesuai dengan standar teman sebayanya. Selanjutnya, partisipan puteri yang memiliki saudara perempuan yang melakukan hubungan seksual pranikah juga melakukan hal yang sama dengan saudaranya. Partisipan putera mempunyai nilai-nilai seksual yang lebih permisif dan perilaku seksual yang lebih bebas dibandingkan partisipan puteri. Ditemukan juga bahwa partisipan yang melakukan hubungan seksual sebelum menikah ternyata tidak memiliki pengharapan dalam bidang pendidikan. Selain itu, tidak ditemukan secara konsisten faktor-faktor personal dan lingkungan yang mempengaruhi nilai-nilai dan perilaku seksual para partisipan. Pada beberapa partisipan juga tampak adanya ketidakkonsistenan antara nilai-nilai yang dimiliki dengan perilaku seksual mereka.
Secara umum, perilaku seksual yang dianggap boleh dan tidak boleh dilakukan oleh partisipan memiliki kesamaan. Perilaku seksual yang boleh dilakukan dalam berpacaran adalah touching (pegang tangan, memeluk), dan kissing (pipi, bibir), dimana partisipan putera juga membolehkanpetting. Di sisi lain, perilaku seksual yang menurut sebagian besar partisipan mutlak tidak boleh dilakukan adalah sexual intercourse, dimana partisipan puteri mengungkapkan bahwa kissing pada leher atau tempat-tempat tertentu, dan petting juga termasuk dalam perilaku seksual yang tidak boleh dilakukan.
Terdapat seorang partisipan puteri (19 tahun) dan seorang partisipan putera (20 tahun) yang sudah biasa melakukan hubungan seksual dengan pasangannya, namun mereka mempunyai alasan yang berbeda. Partisipan puteri melakukan hubungan seksual dengan pasangannya karena ia merasa tengah menjalin hubungan berpacaran yang serius, sebaliknya partisipan putera justru melakukan hubungan seksual dengan pasangan-pasangannya karena ia merasa tidak menjalin hubungan yang serius sehingga tidak perlu bertanggung jawab. Tampaknya nilai-nilai seksual partisipan puteri dipengaruhi oleh saudara sekandungnya yang mempunyai perilaku seksual yang sama, namun partisipan putera tidak mempunyai saudara sekandung yang mempunyai perilaku seksual yang sama dengannya. Kedua partisipan ini tampaknya mempunyai kebebasan sosial yang sangat longgar dalam keluarganya serta hubungan yang tidak terlalu dekat dengan orang tua. Kedua partisipan ini juga tidak menunjukkan adanya pengharapan dalam bidang pendidikan.
Untuk melengkapi hasil penelitian ini sebaiknya dilanjutkan dengan penelitian lain dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif sehingga diperoleh gambaran nilai-nilai seksual remaja dengan sampel yang lebih besar serta analisis yang lebih mendalam lagi mengenai hal-hal yang mempengaruhi terbentuknya nilainilai seksual tertentu pada remaja."
2002
S3141
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syamsul Arifin
"Masalah pokok yang mendasari penelitian ini adalah perbedaan paham keagamaan dua komunitas Islam; NU(tradisionalis) dan Muhammadiyah(modernis), yang terproyeksikan ke dalam pemilihan sistem pendidikan yang dianut, baik dari segi substansi maupun kelembagaannya. Dalam perkembangan awal, NU memnakai sistem pendidikan pesantren salaf, sedangkan Muhammadiyah memakai sistem pendidikan modern. Namun dalam proses selanjutnya ada semacam "sintesa" di antara keduanya, di mana NU mengadopsi sistem pendidikan modern ke dalam pesantrennya, sedangkan Muhammadiyah mengadopsi sistem pendidikan tradisional, dengan mendirikan pesantren.
Namun demikian, melalui lembaga pendidikan yang mereka kelola. kedua komunitas itu sama-sama memperkuat identitasnya secara tegas dan sama-sama mempunyai watak ambiguity. Di satu sisi sama-sama ingin meningkatkan mobilitas umat, sedangkan di sisi lain justru membangun ikatan-ikatan strukturalnya yang khas untuk kelestarian paham keagamaannya dan pengembangan organisasinya. Sehingga pendidikan yang mereka kelola masih bersifat populis dan tak ubahnya sebagai cagar yang menjamin terselamatkannya struktur dan identitasnya dart generasi ke generasi.
Berdasar pada persoalan di atas, penelitian ini bertujuan untuk menelaah mengenai modal sosial(social capital) dan jangkauannya di pesantren Alhamidiyah(NU) dan Pesantren Darul Argom(Muhammadiyah). Peneliti menggunakan konsep keterlekatan sosial(social embededness) dalam tingkat mikro menurut Michael woollcock dan empat komponen social capital menurut Alex Inkeles. Tesis yang diajukan adalah social capital pesantren yang dikembangkan dengan baik akan akan meningkatkan kualitas output pesantren.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa social capital di kedua pesantren yang diteliti tidak berkembang baik. Kendatipun hubungan pesantren Alhamidiyah dengan komunitasnya dan pemerintah(Depag-Diknas) cukup baik, partisipasi wali santri juga cukup signifikan, serta peran pemerintah juga bask, namun di pesantren ini terjadi hubungan konfliktual dan tidak harmonis di antara para aktor-aktor internal pesantren. sering terjadi di pesantren Alhamidiyah.
Sementara itu, keadaan di pesantren Darul Arqom Iebih parah lagi. Karena aktor-aktor kunci seperti PWM(Pengurus Wilayah Muhanunadiyah) DKI dan direktur pesantren justru tidak melakukan perannya yang signifikan dalam mengembangkan pesantren ini. Akibatnya masalah yang dihadapi pesantren terus bertambah dan dan bisa dikatakan tidak ada masalah yang terselesaikan. Disamping itu, hubungan dengan komunitasnya terputus, karena mereka tidak percaya kepada pesantren ini yang telah mengajarkan paham NII(Negara Islam Indonesia) dan kasus tanah yang tidak selesai. Sementara partisipasi wali santri juga kurang baik, sedangkan peran pemerintah(Depag-Dikanas) terhadap pesantren ini nihil.
Penelitian ini dengan demikian melahirkan sebuah rumusan modal sosial, sebagai sebuah hubungan hubungan antar aktor-aktor dalam sebuah institus-institusi sosial yang mengarah kepada tercapainya tujuan-tujuan yang diinginkan oleh anggotaanggota komunitasnya.
Akhirnya, penelitian ini melahirkan rekomendasi untuk pengembangan kedua pesantren tersebut. Kedua pesantren itu perlu membangun social capital dengan memperbaiki manajemen pesantren terlebih dahulu. Dalam rangka membangun social capital ini kedua pesantren juga perlu menyusun strategi perencanaan pesantren kembali secara lebih akurat dengan meninjau kembali visi, misi, dan tujuan serta input, proses, output dan outcomes kedua pesantren sebelumnya. Karena perencanaan merupakan fungsi manajemen yang hares dilaksanakan terlebih dahulu sebelum fungsi-fungsi yang lain. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T495
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Haryati
"PKS memiliki dua (karakter) yang sangat menonjolkan aspek keagamaannya. Dua tersebut ialah (1) paradigma hubungan agama dan negara yang dianut adalah hubungan yang tidak terpisahkan. PKS menganggap bahwa antara agama dan negara tidak boleh ada pemisahan. Keduanya saling terintegrasi (integrated) dan (2) idealisme politik sangat terasa keberadaannya. Idealisme politik ini merupakan implementasi dari nilai-nilai agama Islam yang menjadi landasan filosofis mereka.
Teori konstruksi sosial Berger yang melihat agama sebagai realitas sosial ini dijadikan pijakan teoritik dalam penelitian. Melalui sosialisasi yang berjalan menurut tiga momentum maka agama sebagai realitas sosial dikonstruksikan. Tiga momentum atau langkah tersebut ialah: eksternalisasi, obyektifikasi, dan internalisasi. Eksternalisasi ialah suatu pencurahan kedirian manusia secara terus menerus ke dalam dunia, baik dalam aktivitas fisik maupun mental. Setelah mengalami proses eksternalisasi berikutnya terjadi obyektivikasi yaitu disandangnya produk-produk aktivitas itu (baik fisik maupun mental), suatu realitas yang berhadapan dengan para produsennya semula, dalam bentuk suatu kefaktaan (faktisitas) yang eksternal terhadap, dan lain dari para produsen itu sendiri. Pada akhirnya seorang manusia akan mengalami proses berikutnya yaitu internalisasi di mana terjadi perasaan kembali atas realitas yang telah dialami oleh manusia tersebut. Realitas yang telah diserap selanjutnya ditransformasikan sekali lagi dari struktur-struktur dunia obyektif ke dalam struktur-struktur kesadaran subyektif. Dalam proses internalisasi inilah maka manusia menjadi produk masyarakat.
Proses internalisasi nilai-nilai agama ini merupakan konstruk Islam yang dibangun oleh PKS. Konstruksi Islam yang demikian membuat para simpatisan PKS mengalami obyektivikasi yang ditandai dengan adanya karakteristik pribadi Islam, yang dalam teori Berger disebut memiliki struktur sosial baru yang berbeda dengan karakteristik pribadi mereka sebelum mengikuti kegiatan Pos Keluarga KeadiIan. Setelah melewati proses internalisasi dan obyektifikasi, sosialisasi nilai-nilai agama akan memasuki tahap baru yaitu eksternalisasi. Sebagai manifestasi dari proses eksternalisasi adalah upaya membangun konstruksi sosial yang sesuai dengan nilai-nilai agama yang telah terinternalisasi dalam diri. Di dalam PKS perubahan karakteristik individu menjadi karakteristik pribadi Islam diharapkan akan membawa perubahan dan perbaikan pada masyarakat di mana individu tersebut tinggal.
Pertanyaan tentang apakah terjadi hubungan di antara pemahaman nilai-nilai agama -yang merupakan hasil dari sosialisasi nilai-nilai agama- dengan tingkat partisipasi politik perempuan seperti yang banyak terjadi di negara-negara Timur Tengah dapat juga terjadi di Kecamatan Kebayoran Lama yang dipilih sebagai lokasi penelitian. Bagaimana signifikansi sosialisasi nilai-nilai agama yang dimiliki oleh para politisi perempuan yang terlibat dalam partai politik (dalam hal ini PKS DPC Kecamatan Kebayoran Lama) berperan penting dalam menentukan tingkat partisipasi politik mereka. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan inilah maka penelitian sosial berbasis pada metodologi ilmiah perlu dilakukan.
Studi ini berhasil memperlihatkan dua temuan utarna menyangkut perilaku politik perempuan. Pertama, studi ini memperlihatkan bahwa sosialisasi nilai-nilai agama yang dilakukan oleh partai politik temyata tidak terlalu efektif untuk mendongkrak perilaku partisipasi politik. Dalam studi ini model sosialisasi nilai-nilai agama yang sudah lama tidak dilakukan oleh institusi politik formal seperti partai politik membuat masyarakat enggan untuk melakukan partisipasi politik di luar kegiatan pemilihan umum. Kalangan perempuan yang terpinggirkan dari aktivitas politik sejak masa Orde Baru tidak dapat meningkatkan partisipasi politiknya walaupun diberikan stimuli politik."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T22197
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
S5081
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Elvandary Yarita O.I.
"Penelitian ini berjudul Darul Islam di Garut 1949-1962 yang berusaha untuk menjelaskan dan merekontruksi gerakan Darul Islam yang terjadi di Garut mulai dari diproklamirkan telah berdirinya Negara Islam Indonesia NII pada tahun 1949 hingga dieksekusi matinya pemimpin NII yaitu Kartosuwiryo pada tahun 1962. Yang menjadi fokus utama dari penelitian ini adalah mengenai pergerakan Darul Islam di Kabupaten Garut, Pemikiran dan aksi-aksi dari Sekarmadji Maridjan Kartosuwiryo dan Institut Suffah. Ruang lingkup penelitian ini hanya meliputi wilayah Kabupaten Garut pada tahun 1949-1962. Metode penelitian ini menggunakan Teori Gerakan Sosial dan sumber penelitian yang digunakan didapatkan melalui sumber primer dan sekunder, sumber primer merupakan merupakan arsip dan dokumen resmi yang penulis peroleh dari Arsip Nasional Republik Indonesia ANRI di Jakarta, Perpustakaan Daerah dan Kearsipan di Kabupaten Garut, Dinas Pariwisata dan Dinas Pemasaran di Kabupaten Garut dan Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia. Selain itu sumber lainnya adalah berupa hasil wawancara kepada narasumber terkait yang menunjang penelitian ini. Sedangkan sumber sekunder didapatkan melalui karya-karya terdahulu yang berkaitan dengan Darul Islam, melalui buku-buku yang sudah diterbitkan, karya skripsi dan tesis yang membahas pemberontakan Darul Islam. Darul islam merupakan suatu gerakan yang menuntut untuk mengislamkan secara utuh negara Indonesia.

This study titled Darul Islam in Garut 1949 1962 which seeks to explain and reconstruct the Darul Islam movement that occurs in Garut start has been proclaimed the establishment of the Islamic State of Indonesia NII in 1949 until the death of the leader of the NII is executed Kartosuwiryo in 1962. The main focus of this study is the Darul Islam movement in Garut, thoughts and actions of Sekarmadji Maridjan Kartosuwiryo and Suffah Institute. The scope of this study covers only the district of Garut in 1949 1962. This research method using the Theory of Social Movements and the source of the research obtained through primary and secondary sources, primary sources are the archives and official documents that the authors obtained from the National Archives of the Republic of Indonesia ANRI in Jakarta, Regional Library and Archives in Garut, Office Tourism and Marketing Office in Garut and Central Library of the University of Indonesia. Moreover other sources is in the form of interviews to relevant sources that support this research. While the secondary sources obtained through previous works related to Darul Islam, through the books that have been published, thesis work and thesis discusses the Darul Islam rebellion. Darul Islam is a movement that demands to convert the whole of Indonesia.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>