Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 233439 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1994
S7121
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kristiyabudi Purwo Hananto
"Manusia bekerja karena mereka memerlukan aktivitas yang berguna untuk memenuhi segala kebutuhannya, tidak hanya untuk kebutuhan fisik dan materiil melainkan juga mempunyai fungsi psikologis. Namun tidak selamanya manusia dapat bekerja, walaupun ia ingin selalu aktif dan produktif. Batas dimana seseorang tidak diharapkan untuk bekerja atau tidak bekerja lagi disebut pensiun.
Individu yang mulai memasuki masa pensiun pada umumnya memiliki karakteristik khas karena mereka harus memerankan jobless role, sementara selama bertahun-tahun mereka bekerja dan menemukan makna hidupnya melalui kerja. Hal umum yang biasanya terjadi pada mereka setelah berhenti bekerja adalah perasaan-perasaan tidak berdaya, merasa tidak dibutuhkan lagi oleh orang lain. Sehingga logis jika dikatakan bahwa pensiun merupakan salah satu peristiwa besar dalam hidup seseorang (major life event) yang menimbulkan stres. Hal ini didukung pula oleh Lazarus dan Cohen (1977), Lazarus dan Folkman (1984) dalam Feldmen (1989) yang mengatakan bahwa adanya perubahan dalam kehidupan merupakan salah satu stressor pada diri seseorang. Dalam menghadapi transisi hidup yang penuh ketegangan-ketegangan emosional, individu akan termotivasi untuk meredusirnya; dan hal inilah yang disebut perilaku coping.
Menurut Folkman dan Lazarus (1980, dalam Carver et.al, 1989) terdapat dua jenis umum perilaku coping: yang pertama problem-focused coping, dan yang kedua adalah emotion-focused coping. Nalaupun pada hampir semua stressor kedua jenis coping ini selalu ditampilkan, jenis perilaku coping yang pertama akan lebih digunakan, jika seseorang merasa bahwa sesuatu yang konstruktif dapat dilakukan untuk mengatasi masalah / situasi yang menimbulkan stres; sementara emotion-focused akan dipakai jika situasi yang menimbulkan stres yang mau tidak mau harus diterima karena tidak dapat dirubah (unchangeable).
Individu dengan tipe-A mempunyai karakteristik yang khas. Mereka adalah individu-individu yang memiliki keterlibatan tinggi pada pekerjaan, kompetitif, berorientasi pada pencapaian suatu hasil (achievement-oriented) serta selalu dalam kondisi terburu-buru / sangat mementingkan waktu (time-urgency), akan mengalami kesulitan dalam menghadapi kondisi waktu senggang seperti itu. Mereka menempatkan kerja sebagai sesuatu yang sentral dalam hidupnya. Karena itu, maka masa pensiun mungkin akan dipandang sebagai peristiwa yang mengancam diri mereka karena dengan berhenti bekerja berarti kehilangan aktivitas penting yang sulit untuk digantikan dengan kegiatan lainnya.
Tuntutan untuk segera menyesuaikan diri terhadap lingkungan serta peran barunya tersebut akan timbul agar tercapai rasa puas dan akhirnya integritas pada individu. Diener (dalam Floyd, 1992) mengatakan bahwa hal yang utama bagi pencapaian kesejahteraan diri seseorang adalah penilaian dirinya terhadap kualitas dan kepuasan hidupnya, yang merupakan perbandingan antara kondisi hidup secara kongkrit dengan suatu standar yang telah dibuat.
Bagi semua individu, tidak terkecuali individu tipe-A, masa pensiun merupakan peristiwa yang tidak mungkin dihindarkan karena suatu saat mereka pasti akan tiba pada tahap akhir siklus kerjanya. Karena merupakan peristiwa utama dalam hidup (major life event), mereka mau tidak mau harus melakukan seeuatu untuk menghadapinya. Sejauh ini perilaku coping mereka terhadap situasi yang menekan (dalam bekerja) adalah dengan bekerja cepat, kompetisi dan menampilkan tingkah laku agresif atau bermusuhan. Dengan memasuki masa pensiun berarti mereka tidak lagi memiliki banyak kesempatan untuk menampilkan pola perilaku yang sudah terinternalisasi tersebut, walaupun berada dalam situasi yang menekan lainnya (dalam hal ini pensiun) karena situasi tersebut tidak sama dengan situasi ketika mereka bekerja.
Dari sebuah penelitian longitudinal ditemukan bahwa satu tahun setelah pensiun, mereka menampilkan TABP (Type A Behavior Paterrn) yang lebih rendah dibanding menjelang pensiun (Howard et.al, 1986, dalam Sarafino, 1994). Bagaimanapun juga mengingat karakteristik individu dengan tipe kepribadian-A, maka mereka akan cenderung menggunakan perilaku coping yang problem-focused seperti coping aktif dan langsung menghadapi stressor serta mengabaikan perasaan-perasaan negatif yang menyertai masalah atau situasi yang menganggu (Hattews et.al, 1976, dalam Carver et.al, 1989).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa para responden yang memiliki perbedaan tipe kepribadian, menampilkan juga adanya perbedaan dalam pemilihan perilaku coping-nya. Responden yang memiliki tipe kepribadian-A (TABP), cenderung lebih menampilkan problem-focused coping. Sebaliknya para pensiunan dengan tipe kepribadian-B (TBBP) tampak lebih mempergunakan strategi Coping emotion-focused. Individu dengan tipe kepribadian-B (TBBP) memiliki kepuasan hidup masa pensiun yang lebih tinggi dibanding subyek dengan tipe kepribadian-A. Kelompok problem-focused ternyata memiliki tingkat kepuasan hidup masa pensiun yang lebih rendah dibandingkan kelompok emotional-focused Sebagai rangkuman dari seluruh penelitian ini diperoleh hasil bahwa tipe kepribadian tertentu (tipe-A, maupun tipe-B) memang mempunyai pengaruh terhadap tinggi rendahnya kepuasan hidup pada masa pensiun. Namun efek variabel perilaku coping (problem-focused atau emotional-focused) tidak banyak berpengaruh terhadap terbentuknya kepuasan dalam masa pensiun."
Depok: Fakultas Psikologi Unversitas Indonesia, 1995
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pribadi Wijayanti K.
"Permasalahan dana pensiun telah mendapat perhatian khusus dari Pemerintah. Hingga muncul suatu perundang-undangan baru mengenai dana pensiun, yaitu Undang-Undang No.11/1992. Bersamaan dengan dikeluarkannya UUDP tersebut, terbentuk suatu jenis kelembagaan baru, yaitu Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK). Skripsi ini membahas tentang pemasaran DPLK melalui pendekatan bauran pemasaran 9P. Mengingat bahwa pemasaran sangat penting dalam memperkenalkan suatu bidang usaha baru. DPLK dikelola oleh perusahaan asuransi jiwa atau bank dengan menggunakan program pensiun iuran pasti, yaitu suatu program yang memberikan manfaat atas dasar iuran yang terkumpul dan pengembangannya, bila masa pensiun tiba. Manfaat yang diberikan hanya sebesar 20%, sedangkan sisanya (80%) diberikan secara berkala kepada peserta. Bauran Pemasaran (Marketing Mix) 9P, merupakan perkembangan bauran pemasaran terdahulu, yaitu 4P (product, price, place, promotion). Kemudian 4P tersebut berkembang menjadi 6P (power, public relations) dengan sebutan Megamarketing. Khusus untuk bidang jasa, ditambahkan lagi dengan 3P, yaitu process, people dan physical evidence, sehingga semua berjumlah 9P. Untuk menyelaraskan teori dengan praktek, penulis melakukan penelitian pada perusahaan asuransi jiwa "TM" yang mendirikan DPLK. Di dalam DPLK "TM" tersebut, yang dijadikan modal utama adalah power, physical evidence, people dan process. Bila keempat modal utama tersebut telah dipenuhi, perusahaan memasuki langkah selanjutnya, yaitu price, dengan cara meminimalkan biaya administrasi dan memaksimalkan kebijaksanaan investasi. Kemudian perusahaan mulai menyebarkan berita kepada publik melalui promotion dan public relations. Hal tersebut didukung oleh penyebaran lokasi dan penjualan langsung yang dikategorikan dengan sebutan place. Dan langkah terakhir adalah memasarkan produk sesuai dengan UUDP yang berlaku. Secara keseluruhan, pendekatan pemasaran yang diambil oleh DPLK "TM", berjalan dengan baik. Hal tersebut dapat dilihat dari perkembangan perusahaan yang selaras dengan perkembangan asuransi dana pensiun, yang mana sampai dengan awal tahun 1995, perusahaan asuransi jiwa dan bank yang mendirikan DPLK telah mencapai 13 perusahaan. Kondisi yang yang dialami oleh DPLK "TM" harus terus dipertahankan, atau bahkan ditingkatkan. Untuk meningkatkan perkembangan perusahaan ke masa depan yang lebih baik, penuis berpendapat bahwa ada beberapa saran yang dapat diberikan disini, yaitu dalam hal penggunaan captive market, pengelolaan sumber daya manusia, penetapan biaya administrasi, penyebaran lokasi, promosi dan dalam hal bukti-bukti fisik perusahaan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1995
S19089
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Sulistyorini
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
S2969
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noveaty Mayanoellah
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1991
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Priyono
"Skripsi ini membahas mengenai gambaran penyesuaian diri lansia pensiunan dalam menjalani masa pensiun. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa lansia pensiunan di Paguyuban Werdhatama Jaya Jakarta melakukan penyesuaian diri dengan cukup baik. Hal tersebut tercermin dari munculnya berbagai persepsi terhadap masa pensiun yang cukup akurat dan sesuai dengan realita yang ada. Hal tersebut juga dicerminkan melalui citra diri yang positif, kemampuan mengatasi berbagai perubahan yang cukup baik, kemampuan mengungkapkan perasaan dengan kontrol yang seimbang dan digambarkan pula dengan upaya pembentukan hubungan interpersonal yang cukup baik di masa pensiun. Adapun peneliti menyarankan agar penelitian terkait selanjutnya dapat mengjangkau lingkup informan yang lebih luas sehingga muncul perbandingan upaya penyesuaian diri berdasarkan perbedaan tingkatan PNS, baik yang lebih tinggi ataupun lebih rendah.

This research discusses about the description of retiree elderly self adjustment in heading retirement. This research is an qualitative research which supported by descriptive study. The result of this research is proving that retiree elderlies in Paguyuban Werdhatama Jaya Jakarta is able to adjust themselves quite good toward retirement. It is reflected from various accurate and reality based perceptions that internalized. It is also reflected from their positive self images, their good ability in coping with some changes over retirement, their ability in expressing emotion and feeling with a balance control and also their excellent efforts in forming interpersonal relationship in retirement. Last, researcher recommend the next research supposes to be conducted with larger scope of informant so the next research can gaining a comparison of self adjustment based on lower or higher position of civil servant."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Aidiina Munir Sjamsoeddin
"ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat sumbangan empat bentuk dukungan sosial (dukungan informasi, dukungan praktis, dukungan harga diri, dan dukungan belonging) terhadap kepuasan pada masa pensiun serta melihat apakah ada perbedaan bentuk dukungan sosial terhadap kepuasan hidup pada orang yang pensiun pada usia dewasa madya dengan orang yang pensiun pada usia dewasa akhir.
Subyek yang dipilih dalam penelitian ini adalah laki-laki dan perempuan yang berusia 56-64 tahun yang dikelompokkan sebagai tahapan usia dewasa madya dan 65 tahun keatas sebagai dewasa akhir.
Hasil analisis regresi menemukan bahwa ke empat variabel dukungan sosial secara bersama-sama memberikan sumbangan sebesar 46.7% terhadap kepuasan hidup para pensiunan. Selain itu ditemukan bahwa secara signifikan dukungan harga diri memberikan sumbangan yang terbesar ditunjukkan oleh hasil analisis simple regresi sebesar 28.1%. Perbedaan bentuk dukungan sosial ditemukan antara orang yang pensiun pada usia dewasa madya dengan orang yang pensiun pada usia dewasa akhir. Dukungan belonging memberikan sumbangan yang terbesar terhadap kepuasan hidup pada pensiunan dewasa madya sedangkan dukungan harga diri memberikan sumbangan yang terbesar terhadap kepuasan hidup pada pensiunan dewasa akhir.
Dari hasil penelitian dapat disarankan untuk penelitian selanjutnya untuk menambahkan jumlah subyek dan melakukan kontrol yang lebih ketat terhadap variabelvariabel yang kemungkinan dapat mempengaruhi tingkat kepuasan hidup. Selain itu perlu juga ditambahkan faktor lain untuk melihat pengaruhnya terhadap kepuasan hidup. Untuk praktisnya, disarankan bagi mereka yang hidup berdampingan dengan pensiunan untuk dapat lebih memahami kondisi yang dialami para pensiunan dan dapat memberikan bentuk dukungan sosial yang dibutuhkan mereka sehingga mereka dapat tetap merasakan kepuasan dan menikmati masa tua mereka."
2007
T17833
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>