Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 173088 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Joko Supono
"ABSTRAK
Pendekatan pembangunan melalui kebijakan kebijakan ditingkat makro, tidak dapat memberikan nilai tambah pada sebagian lapisan anggota masyarakat. Adanya pendekatan masalah secara kasus perkasus merupakan salah satu alternatif melengkapi pendekatan pembangunan secara makro tersebut. Wujud pendekatan kasus-perkasus ini dapat dilihat pada usaha penanganan masalah kemiskinan dengan Program Usaha Ekonomi Produktif Kelompok. Program kegiatan ini secara konsep untuk tual disebut pengembangan masyarakat, dan karena kahadiran nya pada masyarakat sebagai program baru maka hal ini dapat dilihat sebagai inovasi. Untuk melihat lebih Jauh tentang inovasi ini, maka harus dikaitkan dengan konsep-konsep komunikator- (agen pembaru), saluran komunikasi (media), dan konteks sosial. Tujuan penelitian ini adalah mendiskripsikan konsepkonsep di atas dalam kaitannya dengan proses pengembangan masyarakat. Dengan memahami konsep ini, maka akan dapat memberikan evaluasi terhadap berkembang atau gagalnya program tersebut. Untuk mencapai tujuan ini metode grounded dinilai paling tepat sebagai metodologi penelitiannya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Program Usaha Ekonomi Produktif dapat berkembang dengan baik karena munculnya hubungan patron-klien antara para peserta program. Namun jika dilihat dari konsep pengembangan masyarakat, hadirnya hubungan tersebut menandakan kekurang berhasilnya program. Adanya hubungan patron-klien diantara para peserta program disebabkan, adanya nilai-nilai kultural yang mengarah pada hubungan tersebut, kurang berkualitasnya komunikator, pemakaian saluran komunikasi yang memungkinkan terjadinya pemusatan informasi pada ketua kelompok, dan kurang dipersiapkannya para peserta program dengan pengetahuan yang diperlukan sebelum aktif dalam kegiatan usaha kelompok."
1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"Pasal 34 UUD 1945 yang mengatur pemeliharaan fakir miskin dan anak-anak terlantar oleh negara mempunyai kaitan yang sangat erat dengan pasal 33 yang mengatur dasar demokrasi ekonomi negara. Dengan menggunakan penafsiran sistematik dari kedua pasal tersebut, penyelesaian masalah fakir miskin dan anak-anak terlantar di Indonesia harus dikaitkan dengan asas demokrasi ekonomi. Oleh karena itu peraturan perundang-undangan yang secara khusus mengatur tugas-tugas pemerintah untuk "memelihara fakir miskin dan anak-anak terlantar perlu segera dibuat."
Hukum dan Pembangunan Vol. 25 No. 3 Juni 1995 : 227-235, 1995
HUPE-25-3-Jun1995-227
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Kepuasan perkawinan merupakan kepuasan subyektif pasan-
gan suami isteri terhadap perkawinan mereka baik secara
keseluruhan maupun terhadap aspek-aspek yang spesifik dari
hubungan perkawinannya.
Ada banyak faktor yang berpengaruh terhadap kepuasan
perkawinan. Duvall dan Miller (1985) mengelompokan faktor-
faktor itu ke dalam 2 kelompok, yaitu premarital factors
(faktor-faktor sebelum menikah) dan post marital factors
(faktor-faktor setelah menikah). Namun diantara kedua kelom-
pok itu menurut mereka yang lebih penting adalah faktor-
faktor setelah menikah. Dari sejumlah faktor-faktor setelah
menikah tersebut, kepribadian merupakan salah satu faktor
yang berperanan penting dalam mempengaruhi tingkat kepuasan
perkawinan pasangan.
Sehubungan dengan hal itu, Fitts (1971) mengungkapkan
bahwa unsur dasar yang berpengaruh terhadap pola kepribadi-
an seseorang adalah konsep diri. Konsep diri merupakan
konstruk sentral untuk memahami manusia dan tingkah lakunya.
Sejalan dengan Fitts, Donald Felker (1974) menyatakan
bahwa konsep diri merupakan kerangka acuan bagi individu
dalam berinteraksi dengan dunianya, sehingga sangat mempen-
garuhi kualitas tingkah laku dan metode penyesuaian individu
dalam menghadapi situasi kehidupannya.
Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti
bagaimana hubungan antara konsep diri dan kepuasan perkawi-
nan. Karena subyek penelitian ini adalah isteri bekerja
dan isteri tidak bekerja, maka selanjutnya ingin diteliti
bagaimana konsep diri dan kepuasan perkawinan, masing-
masing, pada kelompok isteri bekerja dan kelompok isteri
tidak bekerja serta bagaimana pengaruh konsep diri dan
status kerja --bekerja dan tidak kerja-- terhadap kepuasan
perkawinan. Penelitian ini bersifat deskriptif yang bertu-
juan untuk memaparkan gejala yang diteliti, dalam hal ini
tidak dilakukan uji hipotesa.
Subyek penelitian adalah 120 orang yang terdiri dari 80
orang isteri yang bekerja dan 40 isteri yang tidak bekerja.

Alat yang digunakan adalah kuesioner kepuasan perkawi-
nan, dan skala konsep diri.
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan konsep
diri yang signifikan antara kelompok isteri bekerja dan
kelompok isteri yang tidak bekerja. Selain itu juga tidak
ada hubungan yang signifikan antara status kerja dengan
kepuasan perkawinan. Bila dilihat pengaruh status kerja dan
konsep diri secara bersamaan, ternyata tidak ada pengaruh
yang signifikan dari kedua variabel tersebut terhadap kepua-
san perkawinan.
Mengenai konsep diri dalam hubungannya dengan kepuasan
perkawinan, ternyata hanya beberapa aspek saja yang berko-
relasi positif yaitu: aspek 'identity self' dan 'physical
self'. Kedua aspek tersebut memiliki hubungan yang signifi-
kan dengan kepuasan perkawinan , artinya semakin tinggi
'identity self' dan 'physical self' pada diri subyek maka
semakin tinggi pula kepuasan perkawinan seseorang, sebalik-
nya semakin rendah kedua aspek tersebut maka akan semakin
tidak puas ia terhadap perkawinannya."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1994
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmat Fajar Trianto
"Saat ini di Jakarta banyak ditemui perumahan yang berkesan eksklusif karena terlihat seperti sengaja membedakan dan memisahkan diri dari Iingkungan sekitatnya. Kesan eksklusrf yang kita rasakan biasanya muncul akibat hal-hal seperti desain arsitektur yang menonjolkan kesan kemewahan dan kernegahan, penggunaan tembok tinggi sebagai batas kawasan Iengkap dengan portal besi, pos jaga dan satpam di pintu masuk kawasan sehingga menimbulkan kesan tertutup. Hal ini biasanya terjadi pada perumahan-perumahan yang dihuni oleh kelornpok-kelornpok yang tergolong elite dalam masyarakat.
Dengan pengkajian teori mengenai adanya sikap dan perilaku eksklusif pada manusia sebagai sebuah kelompok elite lewat sudut pandang sosiologi, adanya kebutuhan rasa aman manusia lewat sudut pandang psikologi, dan bagaimana kedua hal ini dapat diterjemahkan dengan unsur-unsur desain perumahan Iewat sudut pandang arsitektur, serta dari pengamatan Iapangan, dapatlah diketahui bahwa ketiga hal tersebut saling berhubungan dan memiliki peran dalam tedadinya fenomena eksklusivisme pada perumahan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S48295
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmanto Widjopranoto, researcher
Yogyakarta: BPKS Departemen Sosual RI , 1982
363.96 RAC p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Putri Permata
"ABSTRAK
Disertasi ini membahas tentang Kelompok Usaha Bersama Fakir Miskin KUBE FM , sebagai upaya pemberdayaan masyarakat miskin melalui kelompok. Penelitian ini menggunakan desain kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada proses pembentukan kelompok, rekruitmen terjadi secara top-down, dan pendamping berfungsi sebagai fasilitator. Dalam proses pendampingan dan pembinaan yang dilakukan, yang paling berperan dalam menentukan perkembangan KUBE FM adalah pendamping desa. Hal ini karena pendamping desalah yang paling sering berinteraksi dengan ketua dan para anggota KUBE FM. Kualitas interaksi, peran pendamping sebagai pelaku perubahan, serta adanya komitmen terhadap tujuan kelompok merupakan fakror-faktor yang berinteraksi dalam menentukan perkembangan kelompok. Penelitian ini menyimpulkan bahwa KUBE FM dapat menjadi media dalam memberdayakan fakir miskin. Kelompok yang dinamis disertai dengan pendampingan yang intensif dapat memperbesar peluang keberhasilan pemberdayaan masyarakat miskin melalui KUBE FM.

ABSTRACT
This dissertation discussed about economical joint group effort of the poorest KUBE FM as an effort to empower poor community through group. This research used qualitative design. The result of this research showed that at group formation processs, recruitment was top down and the consultant roled as facilitator. Generally, at consultation and supervision process, the most influenced person in determining the development of KUBE FM was village consultant. This was because he did most interaction with the leader as well as members of the group. Quality of interaction, roles of consultant as change agent and commitment toward the goal were factors which interact in determining the the development of KUBE FM. This research conclude that KUBE FM could be used as medium to empower the poorest community. Dynamic group accompanied by intensive consultation could enhance the success of KUBE FM in empowering poor community. "
2017
D1721
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Damayanti Wardyaningrum
"Penelitian ini dilakukan pada suatu perusahaan yang bergerak dibidang telekomunikasi (selanjutnya disebut PT.X) yang telah beroperasi sekitar lima tahun. Untuk memperluas jumlah jaringan dan mempertahankan pelanggan dan persaingan dengan perusahaan telekomunikasi lain, PT X memerlukan upaya-upaya untuk memahami sampai sejauh mana tingkat persepsi kepuasan pelanggannya terhadap pelayanan yang selama ini disampaikan.
Dalam menyampaikan pelayanan kepada pelanggan, maka tolok ukur keberhasilan dari pelayanan adalah persepsi yang dirasakan oleh pelanggan. Seringkali penyedia jasa menganggap tingkat kualitas pelayanan yang disampaikan adalah indikator tercapainya kepuasan pelanggan bukan aktual yang diterima oleh pelanggan. Sehingga sering terjadi gap antara penyedia jasa dan pelanggan yang dikarenakan perbedaan persepsi terhadap kepuasan pelanggan. Persepsi sebagai inti dari komunikasi merupakan hal yang perlu dipahami oleh pihak penyedia jasa dalam upayanya memahami keinginan pelanggan.
Adapun tujuan dari penelitian persepsi kepuasan pelanggan pada PT X ini adalah 1) untuk mengetahui deskripsi tingkat kepuasan pelanggan menurut persepsi kelompok pelanggan dan kelompok karyawan, 2) untuk mengetahui signifikansi perbedaan tingkat kepuasan pelanggan antara persepsi kelompok pelanggan dan persepsi kelompok karyawan mengenai kepuasan pelanggan 3) untuk mengetahui variabel-variabel mana saja yang membedakan dan paling membedakan antara kelompok pelanggan dan kelompok karyawan 4) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan pada komunikasi internal antara karyawan yang memiliki persepsi sama dengan pelanggan dan karyawan yang yang memiliki persepsi berbeda dengan pelanggan.
Metode yang digunakan untuk memenuhi tujuan penelitian diatas adalah dengan menggunakan deskripsi statistik crosstabs, analisa diskriminan dan uji beda rata-rata kelompok (t-test). Sebelum dilakukan analisa dengan menggunakan metode-metode tersebut dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas terhadap data yang masuk.
Dari analisa deskriptif menunjukkan bahwa persepsi kepuasan pelanggan baik pada kelompok pelanggan maupun karyawan belum mencapai skala kepuasan yang maksimal. Pada dimensi assurance dan empathy persepsi kepuasan lebih tinggi pada kelompok karyawan, sedangkan untuk dimensi tangible dan reliability persepsi kepuasan lebih tinggi pada kelompok karyawan.
Dari hasil analisa diskriminan ditemukan terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok pelanggan dan kelompok karyawan dalam hal persepsinya tentang pelayanan kepada pelanggan. Dari kelima dimensi kepuasan pelanggan yaitu tangible, reliability, responsiveness, assurance dan empathy terdapat tiga dimensi yang berbeda yaitu dimensi assurance, empathy dan tangible. Dengan variabel assurance sebagai variabel yang paling membedakan kedua kelompok, selanjutnya variabel pembeda yang kedua adalah variabel empathy dan variabel tangible sebagai variabel pembeda yang terkecil.
Selain itu dengan analisa uji perbedaan rata-rata diketahui mengenai iklim organisasi karyawan. Dari hasil analisa diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan diantara kelompok karyawan. Sehingga hipotesa yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan komunikasi internal antara kelompok karyawan yang memiliki persepsi sama dan karyawan yang memiliki persepsi berbeda dengan persepsi pelanggan ditolak.
Meskipun komunikasi internal di perusahaan dianggap cukup baik oleh sebagian besar karyawan, namun ternyata faktor komunikasi internal bukan merupakan pembeda antara kelompok karyawan yang memiliki persepsi sama maupun berbeda dengan pelanggan.
Hasil penelitian dan rekomendasi dalam tesis ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan bagi pihak manajemen untuk mengambil kebijakan dan membantu mengurangi kondisi ketidakpastian dalam menjalankan operasional bisnis."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T9934
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>