Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 168162 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Meidy Maulia Rakhmi
"Keberhasilan penyelenggaraan Diklat berbasis kompetensi ditunjukkan dengan adanya keselarasan tujuan program dengan kebutuhan dan strategi organisasi, dukungan manajemen dan teknis pelaksanaan program. RSIA Hermina Bekasi termasuk salah satu rumah sakit yang memiliki keseriusan dalam penyelenggaraan program Diklat Keperawatan berbasis kompetensi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penyelenggaraan serta rencana pengembangan program Diklat Keperawatan berbasis kompetensi di RSIA Hermina Bekasi dengan mengacu pada Teori Dubois (1996) tentang Model Sistem Strategik Diklat Berbasis Kompetensi. Metode penelitian menggunakan metode kualitatif dengan wawancara mendalam semi terstruktur serta telaah data sekunder.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa penyelenggaraan Diklat Keperawatan berbasis kompetensi di RSIA Hermina Bekasi sudah cukup baik dilaksanakan dari segi teknisnya. Perlu adanya perbaikan terutama pada tahap analisa kebutuhan pelatihan, tahap pengembangan model kompetensi dan pada tahap pengembangan intervensi pembelajaran. Rencana pengembangan program Diklat Keperawatan berbasis kompetensi di RSIA Hermina Bekasi meliputi perlunya dilakukan pengkajian kembali budaya organisasi, meningkatkan profesionalisme SDM pengelola Diklat, mengadakan penelusuran potensi dan kompetensi guna pembuatan matriks kompetensi, penilaian kompetensi metode 360º, membuat model kompetensi kelompok unit kerja, standarisasi penilaian kompetensi dasar, mengembangkan metode pembelajaran mandiri dan diskusi kelompok, membudayakan pembelajaran masal sistem on-line, dan membuat penilaian kompetensi instruktur.
Diharapkan saran pada penelitian ini dapat menjadi masukan dan perbaikan bagi pelaksanaan Diklat Keperawatan berbasis kompetensi di RSIA Hermina Bekasi pada masa mendatang.

The success of the organizing a competency-based training was demonstrated by the synchronized program goals with the needs and organization strategy, management support and the organizing program techniques. RSIA Hermina Bekasi is an exemplary hospital that showed seriousness in implementation of nursing competence-based training.
This research aims to find out the organizing as well as competency-based Nursing development training program in the RSIA Hermina Bekasi. The method referenced to the theory of Dubois (1996) on the Strategic System Competency-based Training Model. Research methods using qualitative methods with semi structured in depth interviews and deep examination of secondary data.
The results of the study noted that organizing of the Nursing competence-based training program in the RSIA Hermina Bekasi already fairly well implemented in terms of technical assistance. Improvements are necessary especially on training needs analysis phase, the development model of competence and on the stage of development of the learning intervention. Nursing development plan-based competency training program in the RSIA Hermina Bekasi needs to be evaluated. Particularly the study of organization culture to enrich the values, increase the professionalism of HRD, conducting soft competency assessment in order to assemble competency matrix, assessment by the method of 360º, models for competency based work team development, standardization of basic competencies assessment, develop self study method and forum group discussion, cultivate learning mass on-line system and create assessment of the competence of trainers.
The recommendation on the study is expected can be used as inputs to improve the implementation of the nursing competence-based training in the RSIA Hermina Bekasi in the future.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2012
T29943
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rr. Tutik Sri Hariyati
Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2014
610.730 68 TUT p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Rr. Tutik Sri Hariyati
Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2014
610.730 68 TUT p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Yoen Aulina
"Program pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu upaya yang dapat ditempuh untuk meningkatkan dua karakteristik kompetensi yaitu pengetahuan dan ketrampilan. Untuk dapat mengetahui jenis pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan perawat klinik di ruang rawat map dan poll RSIA Tambak maka terlebih dahulu harus diketahui gambaran kompetensi perawat.
Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran kompetensi pada populasi perawat klinik di ruang rawat imp dan poli RSIA Tambak dan menganalisis hubungannya dengan faktor karakteristik perawat yaitu Pendidikan, Pengalaman dan pelatihan. Data mengenai gambaran kompetensi didapat melalui pengukuran dengan menggunakan instrument yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya. Sampel yang digunakan adalah total populasi.
Uji statistik dilakukan untuk mendapatkan gambaran distribusi perawat berdasarkan karakteristik, gambaran kompetensi berdasarkan pendidikan,pengalaman dan pelatihan. Sedangkan hubungan antara tingkat kompetensi dengan faktor karakteristik perawat diuji dengan menggunakan uji statistic koefisien korelasi Phi. Pada penelitian ini juga dilakukan uji t sample bebas (Independent sample t test) yang dilakukan untuk melihat adakah perbedaan nilai rata-rata kompetensi intelektual, kompetensi tekhnikal dan komunikasi interpersonal pada kelompok SPK dengan kelompok D3, Kelompok Tidak berpegalaman dengan Kelompok Berpengalaman serta Kelompok yang tidak mendapat pelatihan dengan kelompok yang mendapat pelatihan. Sebelum dilakukan uji t, terlebih dulu dilakukan uji normalistas data dan hasil menunjukkan data kompetensi berdistribusi normal.
Dari hasil penelitian gambaran karakteristik perawat adalah sebagai berikut : 40% perawat berpendidikan SPK dan 60% lainnya D3: 60% perawat termasuk kelompok berpengalaman dan 40% belum berpengalaman serta 30 % perawat belum mendapat pelatihan sedangkan 70% lainnya sudah mendapatkan pelatihan. Pelatihan yang diterima adalah Pemeriksaan EKG, Universal Precaution, service excellent, dengan gambaran kompetensi sebagai berikut; 65% perawat termasuk kategori kompeten untuk kompetensi intelektual, 55 % kompeten untuk kompetensi tekhnikal dan 55% kompeten untuk komunikasi interpersonal.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa nilai rata-rata kompetensi tekhnikal dan komunikasi interpersonal pada kelompok yang berpengalaman dan kelompok yang mendapat pelatihan lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok yang belum berpengalaman dan kelompok yang tidak mendapat pelatihan, sementara untuk kompetensi intelektual kelompok yang belum berpengalaman dan kelompok yang belum mendapat pelatihan nilai rata-rata kompetensi nya lebih tinggi, tetapi secara statistik perbedaan tersebut tidak bermakna. Untuk kelompok berdasarkan pendidikan nilai rata-rata kompetensi intelektual kelompok D3 lebih tinggi dari kelompok SPK, tetapi nilai rata-rata kompetensi tekhnikal dan komunikasi interpersonal lebih tinggi pada kelompok SPK lebih tinggi dari kelompok D3, hal tersebut lebih mungkin disebabkan karena faktor pengalaman dimana dari 8 orang yang berpendidikan SPK, 7 diantaranya termasuk kelompok berpengalaman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor Pendidikan tidak mempunyai hubungan dengan kompetensi . Hubungan yang signifikan hanya diperlihatkan pada faktor pengalaman terhadap kompetensi tekhnikal dan komunikasi interpersonal, serta hubungan antara pelatihan dengan kompetensi tekhnikal.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan kompetensi pengetahuan dan ketrampilan dapat dilakukan dengan pelatihan, sekalipun terdapat perbedaan latar belakang pendidikan dan pengalaman.

The Education and training program is one of effort which may be performed in order to improve two characteristic of competencies, namely knowledge and skill, In order to identify the type of training which is appropriate to the need on clinical nurses at the ordinary ward and policlinic of RSIA Tambak, first, we should identify the description on the competence of nursing.
This study is aimed at identifying the description of competency at the population of nurses at ordinary ward and policlinic of RSIA Tambak and to analyze its correlation with the characteristic factors of nurses, namely education, experience and Training. Data of the description on the competencies are obtained through measurement by using the instrument that has been tested for its validity and reliability. Sample used in this study is total population.
Statistical test is performed in order to obtain the description on the distribution of nurses on their characteristic, description of competencies based on their education, experience and training. While, the correlation between the levels of competence with the characteristic factors of nurses, tested by applying the Phi Coefficient Correlation test. In this study, the independent sample t test is also performed in order to identify the difference of average score for the intellectual competence, technical competence and interpersonal communication between SPK group and the D3 group, between inexperience group and the Experience group, as well as the untrained group and trained group. Prior to implementation of t-test, normality test is performed for the data of competence and the results indicate the distribution is normal.
The result of study reveal the description of the characteristic of nurses as follows: 40% of nurses have the educational background of SPK, and another 60% has the educational background of Diploma of nursing; 60% of nurses belong the experienced group and another 40% is inexperienced, while 30% of nurses are untrained and another 70% are trained. The training provided to the nurses are ECG examination, Universal precaution, service excellent, with the description of competence as follows : 65% of nurses belong to competent for intellectual competence and 55% s competent for Technical competence and another 55% is competent for interpersonal communication.
Results of study also indicate that the average score for technical competence and interpersonal communication of the experienced group and trained group are higher than the inexperienced group and untrained group. While, for the intellectual competence the inexperienced group and untrained group obtain the higher average for their competencies. Statistically, however, this difference is not significant. For the groups categorized on their level of education the average score for intellectual competence of D3 group is higher than SPK group; however, the average score for technical competence and interpersonal competence is higher at the SPK group than D3 group. It is more possible due to the factor of experience, in which seven among eight nurses having educational background of SPK belong to the experienced group.
The results of study also indicate that the factor of education has no correlation with the competence. The significant correlation is only shown between the factor of experience with the technical competence and interpersonal communication as well as between training and technical competence.
Based on the results of this study, it can be concluded that the competence of knowledge and skill be improved through training, despite the different educational background and experience.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T19345
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Baltimore: Mosby, 1989
610.73 MOS
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Oxford: Wiley-Blackwell, 2009
610.73 NUR
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Fuller, Jill
Philadelphia : J.B.: Lippincott Company, 1994
610.73 FUL h
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Missouri: Mosby. Inc. , 1999
610.73 MOS
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Eylles, Mary O
St Louis Missouri: Elsevier Mosby, 2011
610.73 EYL m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Efitra
"Sumber daya manusia (SDM) merupakan kunci keberhasilan bagi organisasi apapun, oleh karena itu perlu diberdayakan agar lebih produktif. Demikian pula halnya dengan SDM keperawatan yang ada di Puskesmas, karena perawat Puskesmas mempunyai peran yang besar untuk mewujudkan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010. Hal ini dapat dilihat dari tujuan dan fokus intervensi pelayanan keperawatan di Puskesmas. Namun kenyataan tidak demikian, pemberdayaan SDM keperawatan di Puskesmas masih terlihat lambat dan seperti terlupakan bila dibandingkan dengan pemberdayaan SDM di rumah sakit, sehingga hal ini berdampak terhadap mutu pelayanan keperawatan di Puskesmas.
Di Kota Padang tahun 1999, didapatkan persentase pencapaian kegiatan perawatan kesehatan masyarakat masih rendah, yaitu 35 %. Hal ini menunjukkan mutu pelayanan keperawatan yang diberikan perawat Puskesmas di Kota Padang belum optimal. Untuk melihat bagaimana mutu pelayanan keperawatan yang diberikan oleh perawat Puskesmas, maka perlu dikaji indikator dari mutu tersebut. Pada penelitian ini salah satu indikator yang dikaji adalah produktivitas kerja. Banyak faktor yang berhubungan dengan produktivitas kerja. Ilyas (1999) mengemukakan produktivitas berhubungan dengan faktor lingkungan, faktor personal, faktor organisasi, dan faktor manajemen. Pada penelitian ini, peneliti mengasumsikan bahwa faktor yang berhubungan dengan produktivitas kerja perawat Puskesmas di Kota Padang adalah umur, masa kerja, pelatihan, motivasi, penghargaan, dan kemampuan manajerial pimpinan Puskesmas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran produktivitas kerja perawat Puskesmas, dan melihat bagaimana hubungan antara faktor: umur, masa kerja, pelatihan, motivasi, penghargaan, dan kepemimpinan dengan produktivitas kerja perawat Puskesmas di Kota Padang. Desain penelitian menggunakan metode deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel adalah total sampling. Pengambilan sampel secara purposive yaitu seluruh perawat Puskesmas yang bekerja sebagai perawat kesehatan masyarakat baik di dalam maupun di luar gedung.
Hasil penelitian menunjukkan 50,7 % perawat Puskesmas di Kota Padang menilai produktivitas kerja mereka dengan kategori rendah. Hasil uji statistik bivariat Chi - Square menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara variabel motivasi (p = 0,005), penghargaan (p= 0,009), dan kepemimpinan (p=0,0001) dengan produktivitas kerja. Sedangkan variabel umur (p= 0,247), masa kerja (p= 0,617 ) dan pelatihan (p= 0,135) tidak berhubungan dengan produktivitas kerja. Selain itu hasil uji regresi logistik didapatkan bahwa kepemimpinan paling berkontribusi terhadap produktivitas kerja perawat Puskesmas di Kota Padang.
Merujuk pada hasil penelitian di atas, terlihat lebih dari sebagian perawat yang menilai peran dan keterlibatan mereka dalam memberikan asuhan keperawatan pada individu, keluarga, dan masyarakat masih belum optimal. Faktor yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam meningkatkan produktivitas kerja perawat Puskesmas di Kota Padang adalah kemampuan manajerial pimpinan, motivasi perawat, dan penghargaan. Walaupun secara statistik dalam penelitian ini, pelatihan tidak mempengaruhi produktivitas kerja, namun secara substansi pelatihan akan mempengaruhi produktivitas kerja karyawan, sehingga pelatihan tetap menjadi pertimbangan dalam meningkatkan produktivitas kerja perawat Puskesmas di Kota Padang. Tidak ditemukannya hubungan antara pelatihan dengan produktivitas kerja, kemungkinan disebabkan perawat yang mengikuti pelatihan baru dalam jumlah yang sedikit. Selain itu juga belum adanya evaluasi atau monitoring terhadap efektivitas dari pelatihan tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian ini, rekomendasi ditujukan kepada pengelola Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kota Padang, untuk meningkatkan produktivitas kerja perawat dengan meningkatkan kemampuan manajerial pimpinan Puskesmas melalui pendidikan, atau membuat kebijakan dengan menetapkan kriteria kemampuan manajerial sebagai prasarat utama bagi seorang pimpinan, meningkatkan motivasi melalui pengembangan karir, dan supervisi, merancang sistem penghargaan untuk perawat yang berprestasi secara tepat sesuai dengan kebutuhan atau harapan perawat, serta meningkatkan program pelatihan untuk perawat sesuai kebutuhan.
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, sehingga diharapkan penelitian ini dapat dilanjutkan oleh peneliti lain dengan metoda yang berbeda, antara lain pengumpulan data dengan tehnik observasi atau wawancara. Selain itu dapat menggunakan alat ukur yang berbeda, seperti yang dikemukakan IIyas (1999) dan Amstrong (1990).

Human resource is a main key of success to any organization. They need to be empowered in order to be more productive. Human resource also become the key of success in Puskesmas because of nurses in Puskesmas have the major role to achieve "Indonesia Sehat 2010", as we can see from the purpose and the focus of nursing care in Puskesmas. In reality, human resource in Puskesmas is less empowered than in Hospital, so it affects the quality of nursing care in Puskesmas.
In Kodya Padang, 1999, it was found that the percentage of nursing achievement in Puskesmas is low, around 35 %. It indicates that quality of nursing care which has given by nurses in Puskesmas is not optimal yet. In order to find how the quality of nursing care has given by nurses, we need to assess the work productivity. Many factors relate to productivity. Ilyas (1999) stated that productivity relates to environmental, organizational, personal, and managerial factors. This study assumed that the factors relate to nurses work productivity in Kodya Padang are age, job experience, training, motivation, reward and the managerial capability of the Puskesmas leader.
The purpose of the study was to identify the level of productivity of nurses at Puskesmas; the relationship between: age, work experience, training, motivation, reward, and leadership and the nurses productivity at Puskesmas in Kodya Padang. The design of the study was descriptive analytical through cross sectional approach. A total sampling was utilized purposively. All nurses who work as community health nurses either at Puskesmas or outside Puskesmas participated in the study. The findings demonstrated that 50,7 % nurses evaluated themselves as having low productivity. A bivariate statistical test Chi - Square showed that there are significant relationship between motivation (p = 0,005), reward (p = 0,009) and leadership (p 0,0001) and their work productivities. The variable: age (p = 0,247), work experience (p = 0,617), and training (p = 0,135) did not have relationship with nurses productivity. In addition, a logistic regression test showed that leadership is the most influencing variable to the work productivity of Puskesmas nurses in Padang.
Based on the result of this study, some recommendations were conveyed to the management of Puskesmas and regional office of health in Padang to improve nurses work productivity by providing them with several types of training, designing a reward system for nurses according to their needs or expectation, motivating them through a definite career development and supervision system. Also, by improving managerial skills of Puskesmas leaders through a formal education, continuing education, or developing a policy based on criteria requirements of a leader.
Referred also to the findings from this study, it showed that over a half of nurses feel that their involvement in giving nursing care to individual, family or society is not optimal yet. The factors that considered can improve nurses work productivity in Puskesmas Kodya Padang are leader's managerial, motivation, and reward. Even though statistically, the training has not influenced the work productivity, the substance of training itself may influence the staff work productivity. So, training is still needed to improve nurses work productivity in Puskesmas Kodya Padang. This study could not find the relationship between training and work productivity. It might be happened because there is not evaluation on the effectiveness of the training and the number of nurses who followed training is low.
This study has some limitation, however, it is expected that the future studies will be conducted with different methods and instruments, such as, in collecting the data may use observation or interview technique. Or, use different measurement technique as Ilyas (1999) or Armstrong (1990) suggested.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
T1678
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>