Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 204570 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
S6933
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Pratiwi Widyasari
"Penerimaan teman sebaya bagi anak berkebutuhan khusus pada lingkup pendidikan inklusif dianggap penting. Hal ini dikarenakan adanya kesempatan bagi mereka untuk berinteraksi bersama dengan teman teman sebaya mereka sehingga proses belajar dan bersosialisasi dapat berjalan dengan lebih baik. Penelitian ini hendak melihat bagaimana hubungan antara efikasi guru dengan penerimaan teman sebaya terhadap siswa berkebutuhan khusus yang dimediasi oleh strategi pengajaran guru pada sekolah inklusif. Partisipan dari penelitian ini adalah 70 orang guru dan 596 murid dari 18 sekolah inklusi. Adapun alat ukur yang dipergunakan pada penelitian ini adalah The Teacher Sense of Efficacy Scale (TSES) untuk mengukur efikasi guru, The Bender Classroom Structure Questionnaire Versi Indonesia (BCSQ VI) untuk mengukur strategi pengajaran guru, dan Peer Acceptance Scale (PAS) untuk mengukur penerimaan siswa sebaya. Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa tidak ada pengaruh langsung (direct effect) yang signifikan antara efikasi guru terhadap penerimaan teman sebaya terhadap siswa berkebutuhan khusus di sekolah inklusif, b 0,0145, t 0,3584, p 0,7212 dan ada pengaruh tidak langsung (indirect effect) yang signifikan antara efikasi guru terhadap penerimaan teman sebaya terhadap siswa berkebutuhan khusus di sekolah inklusif, b 0,0311, LLCI 0,0083 dan ULCI 0,0722. Hal ini membuktikan bahwa strategi pengajaran guru memediasi penuh hubungan antara efikasi guru dan penerimaan teman sebaya terhadap siswa berkebutuhan khusus di sekiolah inklusif."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dan Ikatan Psikologi Sosial-HIMPSI, 2018
150 JPS 16:2 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Tiatri
"Penelitian ini bertolak dari adanya kesenjangan antara tujuan pendidikan dengan kenyataan dalam pendidikan dasar di Indonesia, yaitu kurangnya penguasaan materi
pelajaran dasar. Pentingnya penguasaan materi pelajaran khususnya Matematika dan Bahasa Indonesia membuat pengkajian terhadap faktor-faktor yang berperan terhadap prestasi belajar menjadi perlu. Dua faktor yang diteliti adalah faklor corak interaksi gum-
siswa dan motivasi berprestasi. Secara teoritis, kedua hal tersebut berperan terhadap prestasi belajar.
Dalam penelitian ini dikaji peran corak interaksi guru-siswa yang dipandang dari sudut penerapan prinsip Mediared Learning Experience (MLE) oleh guru terhadap
prestasi belajar siswa, peran motivasi berprestasi siswa terhadap prestasi belajar, dan kaitan antara penerapan prinsip MLE oleh guru dengan motivasi berprestasi siswa
Sampel penelitian adalah para siswa kelas lima di enam Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Grogol Petamburan sebanyak SO siswa, yang ditetapkan melalui teknik accidental sampling. Pengarnbilan data dilakukan melalui skala yang disusun sendiri
oleh peneliti. Data yang diperoleh diolah dengan program komputer SPSS,menggunakan analisis regresi dan korelasi Pearson (Pearson Product Moment Correlation).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan prinsip MLE oleh guru tidak berperan signifikan terhadap prestasi belajar. Namun, dalam hal ini perlu dicatat bahwa
penelitian ini mengukur pcnerapan MLE yang dilakukan secara alami, bukan mengukur hasil suatu intervensi yang terstruktur, intensif dan bertarget.
Penelitian ini menunjukkan bahwa motivasi berprestasi berperan terhadap prestasi belajar, khususnya Matematika. Penerapan prinsip MLE oleh guru dan motivasi berprestasi pun ditemukan memiliki korelasi yang cukup kuat Di lain pihak, ditemukan
hasil bahwa penerapan prinsip MLE dan motivasi berprestasi secara bersama-sama tidak memiliki peran yang signifikan terhadap prestasi belajar.
Walau tidak ditemukan peran yang signifikan dan penerapan prinsip MLE oleh guru terhadap prestasi belajar, ditemukan hubungan yang signifikan antara penerapan
prinsip MLE oleh guru dengan motivasi berprestasi siswa Motivasi berprestasi ini pada gilirannya berperan terhadap prestasi belajar. Karena itulah penelitl tetap menyarankan
agar prinsip-prinsip MLE tetap dikaji dan dikuasai oleh para guru, digunakan sebagai alat untuk meningkatkan kemampuan kognitif para siswa, dan sebagai cara mempengaruhi motivasi berprestasi siswa.
Saran untuk penelitian selanjutnya, agar dilakukan pengkajian terhadap peran penerapan prinsip MLE, dengan MLE yang dilaksanakan melalui intervensi yang terstruktur, intensif, bertargct. Disarankan juga agar menggunakan metode kualitatif, dan
pengkajian peran penerapan prinsip MLE terhadap variabel tujuan pendidikan lainnya."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Pekerjaan rumah mempakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru, yang dikerjakan siswa di rumah, dan diharapkan siswa harus mempertanggungjawabkan hasil tugas tersebut. Pemberian tugas belajar kadang-kadang bermaksud agar anak-anak tidak banyak bermain. Disisi lain, siswa yang merniliki atribut sebagai seorang remaja, yang mempunyai tugas perkernbangan pada usianya ditambah banyaknya konflik atau stress yang timbul baik dari faktor intemal atau ekstemal, memiliki persepsi yang berbeda pula mengenai pekerjaan rumah. Dengan demikian untuk melihat adanya perbedaan persepsi antara guru dan siswa mengenai pengaruh pekerjaan rumah terhadap tingkat stress anak dapat dilihat dari persepsi masing-masing kelompok yaitu guru dan siswa. Tuiuan penelitian adalah untuk mengetahui perbandingan persepsi guru dan siswa SLTP (remaja awal) tentang pengaruh pekerjaan rumah terhadap tingkat stress anak Sampei yang digunakan adalah guru dan siswa SLTP kelas 3 di wilayah kelurahan Kalibaru, Tanjung priok dan pemilihan sampel dilakukan 'secara acak (sampel random sampling).
Pengurnpulan data diiakukan dengan menggunakan kuesioner untuk data demograti dan data tentang persepsi guru dan siswa. Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah deksriptif perbandingan. Setelah data diuji dengan menggunakan uji dua arah dan menggunakan rumus statistik mmpaired student t test dengan derajat kebebasan 0.05 dan degree of freedom n1+ n2 -2, didapatkan hasil nilai t = 0.33 sehingga nilai ini berada pada area terima Ho, yang berarti bahwa tidak terdapat perbedan yang bermakna antara persepsi guru dan siswa mengenai pengaruh pekerjaan rumah terhadap tingkat stress anak."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA5110
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Jusuf Mudzakkir
"Salah satu strategi pokok pembangunan pendidikan nasional sebagaimana diamanatkan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara Republik Indonesia (GBHN RI) 1993 adalah pentingnya upaya peningkatan kualitas pendidikan kejuruan untuk memenuhi tuntutan pasar tenaga kerja yang berkembang secara dinamis.
Peningkatan kualitas pendidikan kejuruan, justru sangat tergantung dari besarnya peranan guru dalam proses belajar mengajar. Dalam hal ini kemampuan dan motivasi guru memiliki posisi kunci yang tidak dapat diabaikan dalam menciptakan prestasi belajar siswa.
Pada kasus rendahnya prestasi belajar siswa yang dicerminkan oleh rendahnya rata-rata NEM Siswa SMEA Negeri di DKI Jakarta sebesar 6,98 pada tahun 1994/1995 sudah tentu merupakan indikasi rendahnya kemampuan dan motivasi guru dalam proses belajar mengajar.
Atas dasar hal tersebut, dalam penelitian ini akan diketahui :
(1) Apakah kemampuan dan motivasi guru berpengaruh positif terhadap NEM Siswa SMEA Negeri di DKI Jakarta.
(2) Variabel apakah yang dominan pengaruhnya terhadap NEM Siswa SMEA Negeri di DKI Jakarta.
Berkaitan dengan tujuan penelitian di atas, diduga secara statistik akan terbukti keberartiannya. Oleh karena itu alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi linier berganda.
Temuan hasil dari wawancara dengan 138 responden menunjukkan kesimpulan sebagai berikut :
(1) Hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa kemampuan guru, motivasi profesional guru, kesesuaian waktu yang digunakan dalam proses belajar mengajar dan kesesuaian keahlian dengan beban tugas, berpengaruh positif terhadap NEM Siswa SMEA Negeri di DKI Jakarta, ternyata dapat diterima dengan sangat nyata yaitu dengan besar pengaruh 90,31%.
(2) Faktor kemampuan guru merupakan faktor yang dominan berpengaruh terhadap NEM Siswa SMEA Negeri di DKI Jakarta.
Berdasarkan hal tersebut maka dapat disarankan sebagai berikut :
(1) Pada upaya peningkatan kemampuan guru, perlu memperhatikan faktor kemampuan dasar, kemampuan profesional dan kemampuan sosial yang dimiliki guru, dengan jalan pola pembinaan dan pengembangan kemampuan.
(2) Walaupun faktor-faktor motivasi profesional, kesesuaian waktu dengan tugas dan faktor kesesuaian keahlian dengan beban tugas, bukan merupakan faktor yang dominan tetapi perlu juga mendapat perhatian perbaikan yang serius sehubungan dengan pengaruhnya yang sangat penting terhadap penciptaan prestasi belajar siswa.
xiii + 119 halaman + 19 tabel + 3 Gambar + 13 lampiran
Daftar Pustaka : 41 buku, 6 artikel, 18 lain-lain."
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tikky Suwantikno Sutjiaputra
"Penelitian ini dilatarbelakangi oleh terpuruknya kondisi pendidikan di Indonesia, khususnya pendidikan kreativitas. Padahal kreativitas merupakan suatu hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia saat ini dan masa yang akan datang. Melalui kajian teoritis diperoleh pemahaman bahwa guru dengan perannya sebagai pemimpin mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan kreativitas siswa. Gaya kepemimpinan (Telling, Selling, Participating Delegating) dan kreativitas guru di dalam kelas diperkirakan merupakan dua faktor di antara faktor Lainnya yang mempengaruhi kreativitas siswa. Oleh karena 'itu penelitian ini bermaksud menjawab permasalahan bagaimanakah pengaruh dan pola hubungan variabel gaya kepemimpinan (Telling, Selling, Participating Delegating) dan kreativitas guru terhadap kreativitas siswa.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sejumlah 133 siswa kelas 5 SD pada sekolah BPK PENABUR Tasikmalaya, Serang, Jatibarang dan Indramayu dimana sekolah-sekolah tersebut masih menggunakan sistem guru kelas, dengan rincian 57 siswa dari dua kelas di Tasikmalaya, 37 siswa dari dua kelas di Serang, 23 siswa dari satu kelas di Jatibarang dan 16 siswa dari satu kelas di Indramayu. Untuk mengukur gaya kepemimpinan guru (Telling, Selling, Particgnczting, Delegating) dan kreativitas guru di dalam kelas digunakan instrumen yang disusun sendiri oleh penulis, yang sebelum digunakan telah dilakukan uji coba terlebih dahulu terdapat 38 siswa kelas 5 SD BPK PENABUR Bogor.
Alat ukur gaya kepemimpinan (Telling, Selling, Participating, Delegating) dan kreativitas guru di dalam kelas tersebut merupakan alat ukur sekunder berupa skala penilaian subyektif dari siswa (persepsi siswa). Sedangkan untuk mengukur kreativitas siswa digunakan Tes Kreativitas Figural dari Torrance yang telah diadaptasi dan dibakukan untuk murid-murid di Indonesia oleh Utami Munandar.
Dari hasil analisis dengan menggunakan Pearson Product Moment diperoleh informasi bahwa korelasi antara setiap dimensi gaya kepemimpinan (Telling, Selling, Participating, Delegating) dengan kreativitas siswa tidak ada yang sesuai dengan pemahaman teoritis bahwa gaya kepemimpinan Telling dan Delegating berhubungan secara signifikan dan negatif sedangkan gaya kepemimpinan Selling dan Participating berhubungan secara signifikan dan positif Namun dari hasil analisis tersebut ditemukan korelasi yang signifikan antara setiap gaya kepemimpinan (Telling, Selling, Participating, Delegating) dengan kreativitas guru di dalam kelas yang sesuai dengan kajian teoritis, dimana gaya kepemimpinan Telling berkorelasi negatif dan signifikan dengan kreativitas guru, r = - 0,233 (p=0,0l2), sedangkan gaya kepemimpinan Selling dan Participating berkorelasi positif dan signifikan dengan kreativitas guru, korelasi gaya kepemimpinan Selling dengan kreativitas guru sebesar r = 0,652 (p=0,000) dan korelasi antara gaya kepemimpinan Participating dengan kreativitas guru sebesar r = 0,226 (p=0,006).
Disamping itu diperoleh informasi bahwa pengaruh setiap dimensi gaya kepemimpinan (Telling, Selling, Participating, Delegating), dan kreativitas guru terhadap kreativitas siswa sangatlah kecil, karena berdasarkan analisis regresi hanya diperoleh skor R square sebesar 0.093 yang artinya variabel-variabel prediktor tersebut hanya memberikan sumbangan pengaruh sebesar 9,3 %, sedangkan yang 90,7 % merupakan sumbangan pengaruh dari variabel lain.
Penelitian ini juga memberikan temuan, bahwa kreativitas siswa SD di kota Jatibarang (M= 21,6957) dan Indramayu (M= 21,5625) lebih rendah dibandingkan kreativitas siswa SD di kota Tasikmalaya (M= 26,842l) dan.n Serang (M=25,9730). Perbedaan kreativitas antar sekolah dinilai sangat signifikan melalui analisis statistik ANOVA karena diperoleh skor F= 12,404 (p=0,000). Perbedaan tersebut diduga disebabkan karena adanya perbedaan kondisi psikologis pribadi siswa, lingkungan sekolah, masyarakat dan budaya di setiap sekolah Temuan lainnya adalah bahwa terjadi perbedaan persepsi siswa di setiap sekolah (kota) terhadap gaya kepemimpinan Telling (F=4,216, p=0,007), Participating (F=3,966, p=0,0l0) dan Delegating (F=3,465, p=0,0l8). Sedangkan terhadap gaya kepemimpinan Selling tidak terdapat perbedaan yang signifikan (F=l,967, p=0,122). Perbedaan persepsi siswa di setiap sekolah (kita) juga tidak terjadi terhadap kreativitas guru (F=0,32l, p=0,810).
Berdasarkan hasil-hasil penelitian, kesimpulan dan diskusi dapat diajukan saran-saran yang berkaitan dengan :
1. Sampel penelitian, diharapkan sampel penelitian diusahakan diwakili oleh kelompok sekolah yang Lebih banyak agar dapat diperoleh sampel yang lebih bersifat heterogen
2. Alat ukur, alat ukur dalam penelitian ini merupakan alat ukur yang disusun sendiri oleh penulis dan bam pertama kali digunakan, kiranya perlu dikembangkan lebih lanjut dengan perbaikan aspek bahasa dan penambahan item yang lebih banyak, agar diperoleh data yang lebih terperinci.
3. Variabel penelitian, mengingat variabel prediktor, yaitu gaya kepemimpinan (Telling, Selling, Participating dan Delegating) dan kreativitas guru hanya memberikan sumbangan pengaruh sebesar 9,3% terhadap variabel kriterium, yaitu kreativitas siswa, sedangkan 90,7% merupakan sumbangan pengaruh dari variabel lainnya, maka perlu
dilakukan penelitian yang lebih mendalam tentang kreativitas siswa dengan melibatkan variabel-variabel lain secara terpadu, baik yang bersifat inrelelctzf maupun non-inrelektiff
4. Dalam kaitan peningkatan mutu pendidikan, khususnya pendidikan kreativitas di BPK PENABUR maka pengurus BPK PENABUR membentuk dan menugasi suatu tim guna meneliti lebih lanjut masalah ini dan perlu dirancang suatu evaluasi internal atau cause root analysis di setiap sekolah."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuni Widiastuti
"[Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa bagaimana program pelatihan pembelajaran sains bagi guru TK sebagai upaya meningkatkan kemampuan mengajarkan berpikir kritis pada siswa TK B. Pelatihan pembelajaran sains dikembangkan berdasarkan program Preschool Pathway to Science (PrePS) (Gelman et al., 2010). Menggunakan desain posttest only non-equivalent control group design, tujuh orang guru TK B di wilayah Serpong dilibatkan dalam
penelitian. Empat orang guru dari kelompok eksperimen diberikan pelatihan pembelajaran sains yang didalamnya terdapat penjelasan konsep berpikir kritis, anak usia dini, pembelajaran sains, dan peran guru dalam mengajarkan berpikir kritis siswa. Analisis data dilakukan dengan membandingkan kemampuan guru kelompok eksperimen dengan tiga orang guru dari kelompok kontrol yang tidak diberikan pelatihan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa setelah mengikuti
program terlihat perbedaan yang signifikan pada kemampuan guru kelompok eksperimen dalam mengajarkan berpikir kritis pada siswa TK B dibanding dengan kelompok kontrol. Lebih lanjut peneliti juga menemukan bahwa terjadi perubahan konsep berpikir kritis, perkembangan anak usia dini dan pembelajaran sains pada guru yang mengikuti pelatihan;The study aimed at the effectivity of science learning training program to improve teacher’s ability in teaching critical thinking. Science learning training program were being constructed from preschool pathway to science (PrePS) program
(gelman et al., 2010). Using posttest only non-equivalent control group design, seven kindergarten teachers were asked to participate in the research. Four of them were grouping as experimental group, and received science learning training with critical thinking concept, early childhood, science learning and teacher’s role in teaching critical thinking were conducted to this group. Meanwhile three teachers were grouping in to control group which not received any training. The study found that teachers who joining the training program show significant differences in teaching critical thinking to kindergarten student compare to control group. Furthermore, the study also found that teacher’s knowledge to critical thinking concept, early childhood development, and science learning were increases.;The study aimed at the effectivity of science learning training program to improve
teacher’s ability in teaching critical thinking. Science learning training program
were being constructed from preschool pathway to science (PrePS) program
(gelman et al., 2010). Using posttest only non-equivalent control group design,
seven kindergarten teachers were asked to participate in the research. Four of
them were grouping as experimental group, and received science learning
training with critical thinking concept, early childhood, science learning and
teacher’s role in teaching critical thinking were conducted to this group.
Meanwhile three teachers were grouping in to control group which not received
any training. The study found that teachers who joining the training program
show significant differences in teaching critical thinking to kindergarten student
compare to control group. Furthermore, the study also found that teacher’s
knowledge to critical thinking concept, early childhood development, and science
learning were increases., The study aimed at the effectivity of science learning training program to improve
teacher’s ability in teaching critical thinking. Science learning training program
were being constructed from preschool pathway to science (PrePS) program
(gelman et al., 2010). Using posttest only non-equivalent control group design,
seven kindergarten teachers were asked to participate in the research. Four of
them were grouping as experimental group, and received science learning
training with critical thinking concept, early childhood, science learning and
teacher’s role in teaching critical thinking were conducted to this group.
Meanwhile three teachers were grouping in to control group which not received
any training. The study found that teachers who joining the training program
show significant differences in teaching critical thinking to kindergarten student
compare to control group. Furthermore, the study also found that teacher’s
knowledge to critical thinking concept, early childhood development, and science
learning were increases.]"
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
T44012
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>