Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 61875 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dwi Pangastuti Marhaeni
"Pada dasa warsa ini banyak fenomena sosial yang terjadi dilingkungan masyarakat kita. Salah satu diantaranya adalah dengan semakin terbukanya kesempatan mencari pekerjaan bagi wanita, yang mengakibatkan berubahnya pola berpikir dan pola hidup mereka.
Perubahan sikap wanita ini secara tidak langsung menimbulkan masalah-masalah dalam keluarga khususnya yang berkaitan dengan pendidikan anak. Disinyalir waktu yang tersedia untuk berkumpul dengan keluarga dirumah bagi wanita bekerja cenderung akan berkurang, sehingga komunikasi dengan anak dengan sendirinya akan berkurang pula.
Kondisi semacam ini akan berbeda dengan yang dialami wanita yang tidak bekerja, mereka mempunyai lebih banyak kesempatan untuk berkumpul bersama anak-anaknya. Namun demikian pada kenyataannya wanita yang tidak bekerja justru banyak mempunyai kegiatan-kegiatan diluar rumah sehingga komunikasi dengan anak berkurang pula.
Penelitian ini akan mengungkapkan apakah pola komunikasi suami istri antara keluarga ibu bekerja dan tidak bekerja berpengaruh terhadap prestasi belajar. Kemudian juga untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pole komunikasi suami istri pads keluarga ibu bekerja dan tidak bekerja.
Karena dalam penelitian ini yang diukur adalah persepsi anak maka sebagai sampel diambil anak-anak SD kiss VI di daerah Ciputat Kab.Tangerang, Jawa-Barat sebanyak 150 siswa, dengan komposisi 75 anak dari ibu bekerja dan 75 anak dari ibu tidak bekerja. Sedangkan teknik pengukurannya dilakukan dengan cara Stratified Random Sampling. Sedangkan pengumpulan datanya dilakukan dengan menggunakan kuesioner.
Melalui analisa statistik diketahui bahwa pola komunikasi suami istri tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar anak. Kemudian juga tidak ada perbedaan pola komunikasi suami istri antara keluarga ibu bekerja maupun tidak bekerja."
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1985
S6573
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Astiliani
"ABSTRAK
Keterikatan karyawan terhadap perusahaan sangat diperlukan bagi perusahaan
untuk dapat tetap bertahan pada dunia usaha saat ini yang telah mengalami
perkembangan dan perubahan yang semakin cepat. Rendahnya keterikatan organisasi
pada karyawan dapat membawa dampak negatif bagi perusahaan, yaitu tingginya
tingkat absensi dan pergantian karyawan (turnover). Namun di pihak lain, tingginya
keterikatan karyawan terhadap perusahaannya dapat membawa dampak negatif bagi
karyawan terutama yang telah berkeluarga.
Waktu dan tenaga yang dicurahkan untuk perusahaan akan mengurangi
interaksi individu dengan keluarganya, sehingga individu tidak sepenuhnya dapat
memenuhi peran di dalam keluarganya. Hal ini terutama dialami olah pasangan bekerja
yang memiliki anak usia balita. Kesulitan yang dihadapi pasangan bekerja tidak hanya
terbatas pada pengurusan anak yang masih membutuhkan perhatian yang besar dari
kedua orang tua, tetapi terbatasnya waktu yang diluangkan bagi pasangannya dan
dalam penyelesain tugas-tugas rumah tangga.
Beberapa penelitian di negara Barat menunjukkan bahwa peran dalam keluarga
berhubungan dengan perkembangan keterikatan organisasi seseorang. Suatu penelitian
yang dilakukan terhadap karyawan yang memiliki anak usia balita menyatakan bahwa
tingginya keterlibatan peran dalam keluarga berhubungan dengan tingginya keterikatan
organisasi karyawan. Namun, terdapat pula penelitian yang menunjukkan bahwa
rendahnya keterlibatan diri seseorang terhadap perannya di dalam keluarga
berhubungan dengan tingginya keterikatan organisasi seseorang.
Dapat terlihat bahwa masih terdapat hasil yang kontradiksi dari penelitian-
penelitian tersebut. Berdasarkan hal ini, maka pada penelitian ini ingin diketahui lebih
jelas hubungan antara peran dalam keluarga dan keterikatan organisasi pada pria dan
wanita bekerja yang memiliki anak usia balita, khususnya di Jakarta. Penelitian ini
menggunakan pengumpul data berupa kuesioner yang terdiri dari dua alat ukur yang
telah diadaptasi, yaitu Life Role Salience Scale dari Amatea et al. dan Commitment
Organization Scale dari Allen dan Meyer. Subyek dalam penelitian ini adalah pria dan wanita yang merupakan suami istri bekerja, memiliki anak usia balita,
berpendidikan minimal D3, dan telah bekerja di perusahaan minimal 15 bulan.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
signikan antara peran dalam keluarga dan keterikatan organisasi. Pada subyek
wanita menunjukkan hubungan yang positif dan keterikatan yang tidak
berhubungan dengan peran dalam keluarga adalah keterikatan afektif. Sedangkan
pada pria, hubungan yang terjadi adalah hubungan negatif dan keterikatan yang
tidak berhubungan dengan peran dalam keluarga adalah keterikatan
kesinambungan.
Hasil tambahan menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang
signifikan pada tingkat keterikatan organisasi. Namun berdasarkan komponennya,
hasil menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat
keterikatan afektif dan normatif antara pria dan wanita. Dalam hal keterlibatan
terhadap peran dalam keluarga, pria dan wanita menunjukkan skor yang berbeda
secara signifikan pada peran dalam keluarga dan dalam dimensi peran sebagai
orang tua dan pengurus rumah tangga. Selain itu hasil menunjukkan bahwa pada
wanita terdapat perbedaan tingkat keterikatan organisasi dan komponen
kesinambungan berdasarkan jumlah pengeluaran. Hal ini tidak berbeda dengan
pria, bahwa terdapat perbedaan skor rata-rata yang signiilkan pada keterikatan
organisasi serta pada komponen afektif dan normatif berdasarkan jumlah
pengeluaran untuk rnemenuhi kebutuhan anak dan keluarga. Hasil juga
menunjukkan bahwa semakin besar gaji yang diterima oleh pria bekerja, maka
semakin tinggi keterikatan organisasi, terutama keterikatan kesinambungannya"
1998
S2675
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Patri Hartanti
"Individu dalam kehidupan bermasyarakat memiliki peran-peran tertentu yang disandangnya. Salah satu yang saat ini sedang marak dibicarakan adalah peran suami istri yang sama-sama bekerja. Pria dan wanita yang telah memasuki masa dewasa dan menikah, diharapkan memenuhi harapan peran masing-masing aebagai pasangan. Sebagaimana dijelaskan dalam peran jenis kelamin, pria maupun wanita juga mempunyai peran-peran yang harus dipenuhi oleh diri sendiri dan berhak meminta pasangannya melakukan kewajiban perannya. Peran jenis kelamin tradisional yang selama ini ditanamkan adalah bahwa pria sebagai suami diharapkan untuk mencari keluarga sementara peran wanita adalah sebagai pengelola rumah tangga dan anak-anak. Bagaimana dengan keberadaan pria dan wanita yang suami istri bekerja? Fenomena pria dan wanita yang suami istri bekerja saat ini banyak terjadi. Banyak alasan mengapa pria dan wanita menikah memutuskan untuk sama-sama bekerja, diantaranya mencari tambahan penghasilan meningkatkan taraf hidup, merasa kesepian dan terasing di rumah dan sebagainya. Keputusan pria dan wanita menikah untuk sama-sama bekerja ini menimbulkan sejumlah konsekuensi negatif, yang salah satunya adalah berkuranggnya waktu bagi keluarga, terutama bagi pengelolaan rumah tangga dan merawat anak~anak.
Penelitian ini menitikberatkan pada pembagian peran antara pria dan wanita yang suami istri bekerja, khususnya dalam melaksanakan tugas rumah tangga dan tugas perawatan anak. Mengapa hal ini menarik diteliti disebabkan oleh beberapa sumber yang menyatakan bahwa masalah yang seringkali terjadi pada pasangan suami istri bekerja adalah pada pembagian waktu untuk keluarga dan pekerjaan. Adapun masalah umum yang diajukan dalam penelitian adalah; Bagaimana harapan dan kenyataan atas partisipasi diri dan pasangannya dalam pelaksanaan tugas rumh tangga dan tugas perawatan anak pada pria dan wanita yang suami istri bekerja? Adanya ketidakseimbangan partisipasi antara, pria, dan wanita dalam pelaksanaan tugas-tugas tersebut menarik peneliti untuk menjawab masalah ini.
Subyek penelitian ini adalah pria dan wanita yang suami istri bekerja, memiliki anak usia balita dan berpendidikan minimal SLTA. Alat ukur utama yang digunakan adalah kuesioner dan wawancara sebagai alat tambahan untuk memperkaya analisa data dari kuesioner. Kuesioner terdiri dari 34 item (11 item tugas rumah tangga dan sisanya item tugas perawatan anak). Kepada responden ditanyakan bagaimana harapan serta kenyataan pada tiap item tugas, sehingga analisa dilakukan pada masing-masing item tugas pula (survey opini). Harapan dan kenyataan dilihat melalui derajat tanggung jawab antara pria dan wanita yang suami istri bekerja. Caranya, dengan melingkari salah satu angka yang terentang dari angka 5 (bertanggungjawab penuh) sampai angka 1 (tidak ikut bertanggungjawab).
Hasilnya, wanita mengharap dirinya (sebagai istri) sedikit dibantu dalam pelaksanaan tugas perawatan anak, tapi mengharap berbagi tanggung jawab dengan suami daiam melaksanakan tugas rumah tangga. Harapan pria (sebagai suami), istri tetap bertanggung jawab lebih besar dari dirinya pada pelaksanaan tugas perawatan anak. Dengan demikian, ada kesesuaian harapan pria dan wanita dalam hal Ketidaksesuaian kenyataan yang dipersepsi oleh pria atas tanggungjawab istri rata-rata terjadi di mana kenyataan partisipasi istri dipersepsi lebih kecil dari harapannya. Sedangkan pada wanita, ketidaksesuaian harapan dengan kenyataan atas partisipasi dirinya terjadi di mana partisipasi istri dipersepsi lebih besar dari kenyataannya.
Di samping pria dan wanita menyatakan harapan atas partisipasi istri, kedua kelompok responden juga diminta menyatakan harapan dan mempersepsi kenyataan partisipasi suami dalam rumah tangga. Tugas yang paling banyak diharapkan wanita dari suami untuk sama-sama bertanggung jawab lebih cenderung pada tugas praktis perawatan anak, seperti membuatkan susu botol, memakaikan popok dan sebagainya. Pada sendiri sebagai suami mengharap dirinya hanya membantu untuk sebagian besar tugas rumah tangga. Perbedaan harapan antara pria dan wanita adalah pada tugas mengatur keuangan rumah tangga dan membuatkan susu botol balita. Pria mengharap partisipasi dirinya lebih sedikit dibanding partisipasi istri.
Ketidaksesuaian harapan pria atas partisipasi dirinya dengan kenyataan yang dipersepsinya lebih kepada tugas perawatan anak, di mana ketidaksesuaian tersebut terjadi karena kenyataan partisipasi suami yang dipersepsi pria lebih kecil dari harapannya. Sedangkan ketidaksesuaian harapan wanita atas partisipasi suaminya dengan kenyataan yang dipersepsi wanita lebih kepada tugas perawatan anak."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
S2708
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
S6401
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pambadjeng Budho Mastikosari
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
S2619
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Dian Kencana Wulan
"ABSTRAK
Dalam rumah tangga berkembangnya peran tradisional wanita sebagai ibu dan
istri menjadi peran pekerja tidak saja menuntut penyesuaian dari pihak wanita tetapi
juga dari pihak pria (suami). Di satu sisi kehadiran istri bekerja dapat mengurangi
beban suami menghidupi keluarga. Namun di sisi lain dapat menyebabkan pergeseran
kekuatan dalam perkawinan dan menimbulkan sejumlah tuntutan untuk berbagi tugas
pengasuhan anak dan rumah tangga. Bahkan situasi ini berpeluang menyebabkan
harga diri suami terganggu karena suami merasa tersaingi oleh tingkat pendidikan,
jabatan dan penghasilan istri.
Keadaan ini dipengaruhi oleh kuatnya nilai-nilai tradisional yang ditanamkan
masyarakat. Sejak kecil, orang tua dan lingkungan oenderung mengarahkan
seseorang untuk berperilaku sesuai dengan stereotip peran jenis kelaminnya. Jika
pada wanita yang ditanamkan adalah pentingnya aspek keluarga, maka pada pria yang
ditanamkan adalah pentingnya aspek kerja. Hal ini menyebabkan pria memandang
karir pekerjaan sebagai sumber harga dirinya.
Di samping itu, stereotip peran jenis kelamin juga mempengaruhi terbentuknya
sex-role beliefs seseorang yaitu: kepercayaan seseorang tentang hubungan peran
yang pantas antara pria dan wanita. Sex-role beliefs merupakan suatu kontinum yang
memiliki dua kutub yaitu tradisional dan liberal. Seseorang yang memiliki sex-role
beliefs tradisional percaya bahwa pria memiliki kedudukan yang Iebih tinggi
dibandingkan wanita, sedangkan suami yang memiliki sex-role beliefs liberal percaya
bahwa kedudukan pria dan wanita setara. Sex-role beliefs mempengaruhi
keseimbangan kekuatan dalam perkawinan; sex-role beliefs tradisional berasosiasi dengan pembagian kekuatan suami istri yang tidak seimbang. Hasil penelitian
mengungkapkan bahwa suami dengan sex-role beliefs tradisional lebih sering
mengalami stres dan kecemasan apabila memiliki istri bekerja dibandingkan apabila
istri tidak bekerja. Sedangkan pria yang memiliki sex-role beliefs liberal cenderung
menunjukkan gejala depresi yang lebih ringan dibandingkan suami dengan sex-role
beliefs liberal dalam menghadapi situasi keluarga dengan istri bekerja.
Di landasi penelitian tersebut, diduga keterlibatan istri pada suatu pekerjaan
yang berorientasi karir yaitu: pekerjaan yang menonjol bagi identitas seseorang,
membutuhkan pendidikan dan komitmen tinggi serta memiliki prestis dan identik
dengan penghasilan yang memadai akan lebih berpengaruh terhadap harga diri suami
dengan sex-role beliefs tradisional dibandingkan suami dengan sex-role beliefs liberal.
lni disebabkan suami dengan sex-role beliefs tradisional memiliki dorongan untuk
menjadi pihak yang dominan dalam rumah tangga khususnya dalam menjalankan
peran pencari nafkah
Penelitian ini ingin menguji kebenaran dan dugaan tersebut yaitu dengan
melihat bagaimanakah pengaruh sex-role beliefs terhadap harga diri suami. Selain itu,
juga ingin diketahui apakah usia berpengaruh terhadap harga diri suami dan
bagaimanakah pengaruh perbedaan tingkat pendidikan, jabatan, dan penghasilan
suami istri terhadap harga diri suami yang memiliki sex-role beliefs tradisional dan
liberal.
Penelitian ini dilakukan di Jakarta terhadap 68 responden. Sampel penelitian ini
adalah suami dan istri bekerja minimal sebagai supervisor, berusia 25-50 tahun,
berpendidikan minimal akademi atau pendidikan lain yang sederajat, memiliki anak dan
berasal dari tingkat sosial ekonomi menengah ke atas. Alat ukur yang digunakan
berupa kuesioner yaitu kuesioner harga diri dan sex-role beliefs.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan
dalam harga diri antara suami yang memiliki sex-role beliefs tradisional dan liberal.
Keduanya memiliki harga diri yang tergolong tinggi. lni berarti sex-role beliefs bukan
merupakan faktor yang berpengaruh pada sampel penelitian ini. Diduga tingginya
harga diri subyek dipengaruhi oleh kekhususan sampel penelitian ini yaitu mayoritas
subyek adalah orang-orang yang sukses karena memiliki pendidikan tinggi, menduduki jabatan tinggi dan berpenghasilan tinggi pula. Hasil lainnya menunjukkan bahwa tidak
ada pengaruh usia terhadap harga diri suami. Sementara itu, dari hasil penelitian untuk
mengetahui pengaruh perbedaan tingkat pendidikan, jabatan dan penghasilan suami
istri terhadap harga diri suami yang memiliki sex-role beliefs tradisional ternyata hanya
variabel penghasilan saja yang terbukti berpengaruh terhadap harga diri suami dengan
sex-role beliefs tradisional yaitu ditemukannya perbedaan yang signifikan dalam harga
diri suami tradisional yang berpenghasilan sama dengan istri dan yang berpenghasilan
lebih rendah dari istri. Sedangkan pada suami dengan sex-role beliefs liberal, tidak
ditemukan pengaruh perbedaan tingkat pendidikan, jabatan dan penghasilan suami
istri terhadap harga diri.
Harga diri yang menjadi dependent variable dalam penelitian ini adalah harga
diri umum (globali self esteem) yaitu penilaian diri yang menyeluruh yang diberikan
seseorang pada dirinya. Selain harga diri umum, pengukuran harga diri juga dapat
ditinjau per dimensi, maka untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk meneliti
pengaruh sex-role beliefs terhadap harga diri pada dimensi tertentu misalnya harga diri
suami pada dimensi kompetensi peran pencari nafkah. Selain ttu untuk melengkapi
hasil penelitian ini, dapat pula dilakukan penelitian serupa yang melibatkan keiompok-
kelompok subyek dengan karakteristik berbeda, misalnya pada suami yang memiliki
penghasilan lebih rendah dari istri atau suami yang memiliki jabatan lebih rendah dari
istri."
1997
S2652
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>