Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 119182 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
S6826
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febria Yunita
"Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara pria dan wanita dewasa untuk
rnembentuk keluarga bahagia dan kekal berdasarkan Tuhan Yang Maha Esa (Undang»
Undang Perkawinan 1974, dalam Soewondo, 2001). Adapun tujuan pernikahan tidak
selamanya tercapai karena beberapa faktor, salah satunya dengan adanya perisliwa
nagatif dalam perkawinan. Salah satu peristiwa negatif yang terjadi adalah poligami
Menurut Soewondo (2001) poligami adalah bentuk ketidaksetiaan pasangan yang
diresmikan melalui perkawinan sehingga dapat membuat sakit hati pasangan lainnya.
Sikap perempuau sendiri dalam menyikapi poligami bermacam-macam. Menurut
Poenvandari (2003) ada perempuan yang terpaksa menerima dipoligami walaupun
hatinya sakit, ada yang menerima karena bentuk kepatuhan kepada agama, dan
sbagainya. Bagaimanapun, bagi perempuan yang tetap memutuskan bersama suaminya
dibutuhkan cara penyelesaian agar ia dapat tetap hidup sehat secara mental, salah satu
caranya dengan memaatkan. Menurut McCullough (1997), memaafkan adalah bentuk
motivasi prososial dimana individu yang disakiti menurunkan keinginan untuk
melakukan hal negatif kepada pelaku seperti menghindar dan balas dendam, dan mulai
memberikan hal positif kepada pelaku.
Dalam hal ini peneliti ingin melihat proses yang dijalani subjelc dalam memaalkan
suaminya. Peneliti menggunakan teori proses memaafkan dalam perkawinan menurut
Gordon & Baucom (1999) yang menyatakan ada 3 tahap dalam proses memaafkan, yaitu
mengalami akibat dari peristiwa tersebut, mencari makna dan berempati, dan
menjalankan kehidupan selanjutnya dengan konsep lceyakinan baru. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian kualitatif dengan subjek sebanyak 3 orang. Mereka
semua adalah istri pertama. Penelitian ini memakai studi desknriptif sebagai tipe
penelitian dan wawancara serta observasi sebagai metode pengambilan data.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa seliap subjek menghayati setiap tahap
dalam proses secara berbeda. Dua orang subjek berhasil memaafkan suaminya walaupun
masih menghayati perasaan negative, sedangkan satu orang subjek belum dapat
memaafkan suaminya karena masih didominasi perasaan negative. Dengan memaafkan,
dua orang subjek menghayati hidupnya lebih positif dibandingkan subjek yang tidak
memaafkan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T38511
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mira Damayanti
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
S3162
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kunti Saptoworini
"Anak merupakan salah satu tujuan perkawinan yang dianggap penting oleh pasangan yang menikah. Sepasang suami istri umumnya merasakan dorongan yang kuat untuk memiliki anak karena anak memiliki berbagai peran (Samsulhadi, 1996). Selain dorongan yang dirasakan sepasang suami istri dari diri mereka sendiri, masyarakat juga memiliki pandangan bahwa anak merupakan hal yang penting dalam perkawinan dan umumnya mempertanyakan jika sepasang suami istri belum dikaruniai anak. Pasangan yang disebut infertil (tidak subur) dan sulit mendapat anak, serta pasangan yang memang sudah mendapat vonis tidak dapat memiliki anak biasanya berpaling ke adopsi setelah berbagai usaha mereka yang mereka lakukan tidak menunjukkan hasil.
Ketika dihadapkan pada pilihan untuk melakukan adopsi, individu kemungkinan merasakan kebimbangan. Kebimbangan ini dapat disebut sebagai konflik dimana konflik didefinisikan sebagai kondisi yang kita alami ketika kita dihadapkan pada berbagai dorongan yang saling bertentangan dan sama kuatnya (Lewin, 1935). Maka dari itu penelitian ini ingin mengungkapkan tentang konflik yang dialami pihak istri ketika dihadapkan pada pilihan untuk melakukan adopsi dan kemudian bagaimana proses pengambilan keputusan yang dilakukannya sehingga sampai pada keputusan untuk mengadopsi anak. Menurut Janis dan Mann (1977), dalam proses pengambilan keputusan seseorang biasanya melalui lima tahapan, yaitu menilai masalah, mensurvei altematif, menimbang altematif, membuat komitmen, dan tetap bertahan pada keputusan meskipun mendapat umpan balik negatif.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatifkarena peneliti ingin melihat gambaran konflik dan proses pengambilan keputusan yang dihayati secara subyektif oleh individu. Penelitian dilakukan terhadap tiga orang istri, yang telah menikah lebihdari limatahun, berusia lebih dari 30 tahun, dantelah mengadopsi anak maksimal dua tahun yang lalu. Pihak istri dipilih sebagai subyek penelitian karena menurut beberapa penelitian, dalam hal masalah kondisi tidak memiliki anak dikatakan bahwa perempuan mengambil peranan sebagai pengambil keputusan yang lebih besar daripada laki-laki (Greil & Leitko dalam Davidson & Moore, 1996).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa para subyek mengalami konflik mendekat menjauh {approach avoidance) karena di satu sisi mereka merasakan dorongan untuk mengadopsi {approach tendency)^ namun di sisi lain mereka juga merasakan dorongan untuk menjauh {avoidance tendency). Hal-hal yang menyebabkan mereka ingin mengadopsi antara lain adalah persepsi mereka tentang pentingnya anak dalam perkawinan, perasaan kesepian, tidak adanya tujuein masa depan, dan juga menuruti keinginan suami. Sedeingkan hal-hal yang menyebabkan keraguan untuk mengadopsi antara lain adalah karena takut tidak dapat menyayangi anak, takut anak kelak akan meninggalkan, dan juga takut akan perkembangan jiwa anak jika anak tahu ia adalah anak adopsi.
Selain mengalami konflik personal, para istri juga mengalami konflik interpersonal dengan pasangan mereka. Semua subyek pada awalnya belum menyetujui niat untuk mengadopsi sedangkan pasangan mereka sudah siap untuk mengadopsi. Semua subyek juga melalui proses pengambilan keputusan seperti yang dikemukakan oleh Janis dan Mann (1977) walaupun mereka melakukannya tidak secara sadar dan sistematis. Mereka awalnya melakukan penilaian masalah terhadap kondisi mereka, melihat altematif apa saja yang ada dan menilai altematif yang paling baik dan kemudian membuat komitmen serta menjalankannya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T38026
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratu Arras Shafara
"[Di era modern ini, terbukanya kesempatan bagi perempuan untuk mengembangkan dirinya semakin terbuk. Saat ini banyak perempuan yang memperhatikan tingkat pendidikannya demi memiliki karier yang baik di dalam dunia pekerjaan. Peningkatan karier perempuan diiringi juga dengan peningkatan penghasilan membuat perempuan memiliki peran lebih dalam memenuhi kebutuhan ekonomi di dalam keluarga. Fenomena tersebut kemudian memunculkan istilah alpha wife. Skripsi ini memberikan gambaran mengenai dinamika relasi suami istri dan pengambilan keputusan pada keluarga alpha wife. Di Indonesia, alpha wife tidak hanya memiliki penghasilan lebih besar dari suami, hal tersebut juga mempengaruhi relasi kekuasaan di dalam keluarga. Namun, hubungan di antara keduanya masih tetap dipengaruhi oleh nilai dan norma yang berlaku di masyarakat.

In this modern era, opening up opportunities for women to develop themselves increasingly exposed. Today women are paying attention to level of education in order to have a good career in the world of work. Career advancement of women followed by an increase in income makes women have a larger role to fulfill the economic needs of the family. The phenomenon then led to the term alpha wife. This thesis provides an overview of the dynamics of husband and wife’s relationship and decision making in alpha wife family. In Indonesia, alpha wife not only who earns more than her husband but it also affects the power relations within family. However, the relationship between husband and wife still influenced by the values and norms in society.
, In this modern era, opening up opportunities for women to develop themselves increasingly exposed. Today women are paying attention to level of education in order to have a good career in the world of work. Career advancement of women followed by an increase in income makes women have a larger role to fulfill the economic needs of the family. The phenomenon then led to the term alpha wife. This thesis provides an overview of the dynamics of husband and wife’s relationship and decision making in alpha wife family. In Indonesia, alpha wife not only who earns more than her husband but it also affects the power relations within family. However, the relationship between husband and wife still influenced by the values and norms in society.
]
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia , 2014
S61293
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S2035
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Supriyanto
"ABSTRAK
Aktivitas pengambilan keputusan hampir setiap saat kita lakukan ketika
kita dihadapkan pada suatu masalah atau alternatif pilihan. Untuk situasi
keputusan yang sifatnya kurang penting dan rutin sehari-sehari, kita dapat
menentukan alternatif melalui judgment yang sederhana. Namun untuk situasisituasi
yang memiliki kompleksitas lebih tinggi dan sifatnya jangka panjang,
seperti memilih jurusan dalam pendidikan atau menentukan bidang pekerjaan
dibutuhkan suatu prosedur yang sistematis agar diperoleh hasil optimal.
Carrel dkk.(1992), Hom & Griffeth (2001), Harvey & Stalker (2002)
menyatakan bahwa keputusan individu untuk pindah kerja (turnover) merupakan
suatu proses yang kompleks. Penyebab-penyebab yang mendasari keputusan
pindah kerja ini melibatkan faktor internal dan eksternal. Mobley (1982),
mengelompokkan faktor-faktor penentu dari pindah kerja ke dalam 4 faktor
umum, yaitu: faktor ekonomi eksternal, faktor keorganisasian, faktor individual
yang berkaitan dengan pekerjaan, dan faktor individual yang tidak berkaitan
dengan pekerjaan. Dalam pandangan Mobley (1982) keputusan pindah kerja
merupakan hasil dari rangkaian proses kognitif dimana faktor ketidakpuasan
terhadap pekerjaan turut menentukan keputusan individu untuk pindah kerja. Ia
mengembangkan model teoritis dari proses pengambilan keputusan pindah kerja
yang tersusun dalam tahapan-tahapan. Model teoritis ini mengasumsikan bahwa
individu secara rasional mengikuti proses (tahapan-tahapan) yang berurutan ketika
mereka memutuskan pindah kerja.
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai
faktor-faktor yang dipertimbangkan individu dalam memutuskan pindah kerja,
proses (tahap-tahap) yang dilalui individu dalam pengambilan keputusan pindah
kerja, dan hasil pengambilan keputusan pindah keija, Peneliti menggabungkan 2
pendekatan penelitian yaitu pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Sampel
penelitian ini adalah karyawan dari perusahaan yang pernah melakukan pindah kerja, dimana pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Occidental sampling.
Jumlah sampel penelitian kuantitatif sebanyak 40 orang, sementara itu untuk
penelitian kualitatif 3 orang. Metode pengumpulan data dilakukan dengan
kuesioner yang kemudian dilanjutkan dengan wawancara. Kuesioner penelitian
terdiri dari 3 bagian, yaitu: bagian A, mengukur faktor-faktor yang
dipertimbangkan dalam memutuskan pindah kerja; bagian B, mengukur tahaptahap
pengambilan keputusan pindah kerja, dan bagian C yang mengukur hasil
pengambilan keputusan pindah kerja. Untuk mengukur tahap kepuasan kerja,
digunakan Minnesota Satisfaction Questionnaire (MSQ) di kuesioner bagian BI.
Penelitian ini menunjukkan bahwa faktor keorganisasian menjadi
pertimbangan pertama dalam memutuskan pindah kerja, disusul dengan faktor
ekonomi eksternal, faktor individual yang berkaitan dengan pekerjaan, dan faktor
individual yang tidak berkaitan dengan pekerjaan. Terdapat 55,0% subyek yang
cenderung melalui tahap-tahap pengambilan keputusan pindah kerja yang rasional
sesuai dengan model teori Mobley (1977). Saat bekeija di perusahaan yang
terakhir, mayoritas subyek mengalami kepuasan kerja yang rendah terhadap aspek
ekstrinsik dari pekerjaan. Sementara itu terhadap pekerjaan secara menyeluruh
dan aspek intrinsik dari pekerjaan, tingkat kepuasan keija subyek tergolong
sedang. Ketidakpuasan ini bagi 80% subyek cenderung menimbulkan pikiran
untuk pindah kerja. Terdapat 75% subyek yang cenderung mencari pekerjaan
alternatif saat memutuskan pindah kerja dan 85% subyek cenderung mengevaluasi
pekerjaan alternatif ketika mengambil keputusan pindah kerja. Sementara itu,
subyek yang cenderung membandingkan pekerjaan alternatif dengan pekerjaannya
yang terakhir sebanyak 82,5%. Keputusan pindah kerja yang telah dilakukan
subyek menghasilkan keputusan yang memuaskan. Artinya keputusan pindah
kerja dari perusahaan terakhir ke perusahaan alternatif memberikan hasil yang
cenderung cukup tepat, cukup sesuai dengan harapan, cukup benar dan cukup
menguntungkan bagi subyek penelitian.
Penelitian kualitatif menunjukkan bahwa 3 subyek melalui proses-proses,
dan rentang waktu yang berbeda dalam mengambil keputusan pindah kerja. Dua
subyek cenderung rasional saat memutuskan pindah kerja dengan melalui tahaptahap
model pengambilan keputusan pindah kerja Mobley (1977). Sementara itu 1
subyek cenderung tidak melalui. Ketiga subyek mengalami ketidakpuasan
terhadap pekerjaan saat bekerja di perusahaan terakhir, namun ketiganya
mempunyai intensitas yang berbeda untuk melakukan pindah kerja. Keputusan
pindah kerja pada subyek yang tidak melalui tahap-tahap pindah kerja dari
Mobley (1997), menghasilkan keputusan yang kurang optimal. Sementara itu,
bagi 2 subyek yang melalui, keputusan pindah kerja ke perusahaan alternatif
menghasilkan keputusan yang memuaskan,
Untuk memperoleh hasil optimal dalam mengambil keputusan pindah
kerja, disarankan individu melalui prosedur-prosedur yang lebih rasional yaitu
dengan mengumpulkan informasi yang relevan, mempertimbangkan faktor-faktor
yang berkaitan, serta menilai dan membandingkan keuntungan-keuntungan
maupun kerugian-kerugian dari setiap aspek pekerjaan."
2004
S3322
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Endang Parwieningrum
"ABSTRAK
Penelitian ini mengamati masalah peranan suami dalam
pengambilan keputusan perencannan keluarga. Perencanaan
keluarga yang dimaksud di sini meliputi perencanaan jumlah
anak, pendidikan anak serta hal-hal yang berhubungan dengan
keluarga Berencana yaitu kesertaan KB, metode dan tempat
pelayanan kontrasepsi.
Masalah peranan suami dalam perencanaan keluarga yang
tidak dapat dipisahkan dari peranan isteri menarik untuk
dipelajari. Selama ini hal-hal yang berkaitan dengan
Keluarga Berencana terasa lebih akrab bagi para isteri
dibanding para suami, sehingga seringkali isteri yang
menjadi perhatian. Perubahan sosial yang terjadi memantapkan
bentuk keluarga inti sehingga peranan suami dan isteri
menjadi semakin penting dalam kehidupan berkeluarga,
termasuk pada keluarga Betawi.
Dari beberapa penelitian mengenai pengambilan keputusan
dalam keluarga, besarnya peranan suami atau isteri
ditentukan oleh banyak faktor seperti umur, status sosial
ekonomi, kemampuan, nilai dan norma, lama perkawinan,
kepribadian, status pekeriaan isteri disamping bidang
kegiatan yang dibicarakan dan diputuskan. Kegiatan yang
sifatnya rutin dan berkaitan dengan rumah tangga cenderung
menjadi bagian isteri sementara kegiatan yang lebih penting
menjadi bagian suami atau bersama.
Khusus mengenai pengambilan keputusan perencanaan
keluarga terdapat hasil penelitian yang berlainan. Dari
penelitian Elan terungkap lebih besarnya peranan isteri dan
suami dalam pengambilan keputusan jumlah anak dan penggunaan
metode kontrasepsi. Penelitian lain yang dilakukan Tan dan
Soeradji justru mengungkapkan besarnya peranan pria dalam
pengambilan keputusan mengenaj jumlah anak dan keinginan
menambah anak.
Penelitian mengenai faktor?faktor yang mempengaruhi
peranan suami dalam pengambilan keputusan perencanaan
keluarga ini dilakukan di kelurahan Kebagusan?Pasar Minggu
dengan beberapa pertimbangan. Kelurahain ini merupakan salah
satu wilayah yang tingkat kesertaan KB nya tinggi (80.85%)
dan wilayah kantong Masyarakat Betawi asli.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua suami Betawi
asli yang diri atau isterinya peserta KB dan sebagai sampel
diambil sejumlah 130 orang suami yang dipilih dengan cara
diundi. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara
langsung menggunakan daftar petanyaan dan pedoman wawancara.
Data yang terkumpul diolah melalui tiga tahap yaitu dengan
menyusun tabel frekuensi semua variabel, tabel, silang antar
variabel dan pengolahan data tabel silang dengan menggunakan
rumus chi-kuadrat untuk melihat kecenderungan hubungan
antara variabel bebas (pengaruh) dan tak bebas
terpengaruh).
Dari penelitian ini terungkap dominannya suami di
kalangan keluarga Betawi asli dalam pengambilan keputusan
mengenai jumlah anak, pendidikan anak dan kesertaan dalam
Keluarga Berencana. Peranan isteri sangat menyolok pada
pengambilan keputusan mengenai jenis metode dan tempat
pelayanan kontrasepsi. Besarnya peranan isteri ini ada
kemungkinan disebabkan oleh meningkatnya kesadaran para
isteri untuk aktif berperan, baik dalam keluarga maupun
masyarakat. Kemungkinan lain adalah pengahihan wewenang dari
suami untuk memutuskan karena penentuan jenis metode dan
tempat pelayanan kontrasepsi merupakan tindak lanjut dan
tidak sepenting keputusan kesertaan KB.
Keempat faktor yang dianggap dapat mempengaruhi atau
berhubungan dengan besarnya peranan suami dalam pengambilan
keputusan perencanaan keluarga ternyata tidak seluruhnya
terbukti pada sampel penelitian ini. Tingginya status sosial
ekonomi suami justru cenderung mengurangi peranan suami dan
memperbesar persentase keputusan yang diambil bersama. Usia
suami semakin tua cenderung memperbesar peranan isteri dan
bersama Justru pada kelompok usia 30 sampai 39 tahun
Peranan suami narnpak lebih besar dibandingkan dengan
kejompok usia 40 sampai 49 tahun.
Terrdapat kecenderungan hubungan antara lama perkawinan
dengan besarnya peranan suami dalam pengambilan keputusan
mengenai pendidikan anak dan kesertaan KB saja. Bekerja dan tidak bekerjanya isteri memberi warna tersendiri pada pola
pengambilan keputusan perencanaan keluarga. Dari penelitian
ini terlihat keccnderungan besarnya peranan suami dalam
pengambilan keputusan perencanaan keluarga pada pasangan
yang isterinya tidak bekerja, kecuali pada pengambilan
keputusan mengenai kesertaan KB.
Keputusan menjadi peserta KB dan siapa yang menjadi peserta
KB tetap menjadi dominan suami tidak terpengaruh oleh
bekerja atau tidak bekerjanya isteri.
"
1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>