Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 132253 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yurio Provandi Sholichin
"Salah satu usaha untuk mengurangi konsumsi energi adalah melalui penggunaan material dinding yang mampu mengurangi transmitansi termal dari luar ke dalam bangunan. Dalam SNI 03-6389-2000 dijelaskan bahwa Overall Thermal Transfer Value (OTTV) bertujuan untuk mengidentifikasi dan mencari peluang penghematan energi dari selubung bangunan. Dalam hal ini ditentukan nilainya tidak boleh melebihi 45 W/m2. Penelitian ini mengambil sampel bangunan sederhana tipe 36 yang dianggap mampu mewakili kebutuhan masyarakat menengah kebawah.
Metode penelitian yang digunakan adalah testing out dengan pendekatan kuantitatif. Dalam riset ini banyak melibatkan perhitungan kinerja dinding terhadap nilai OTTV. Software OTTV v2.01 digunakan untuk memudahkan penghitungan. Rumah sederhana yang diteliti disimulasikan dengan menggunakan material yang berbeda, yaitu batu bata merah, batako dan beton ringan aerasi. Variabel lain yang turut mempengaruhi adalah peneduh dan nilai absorbtansi radiasi matahari bahan.
Hasil perhitungan OTTV menunjukkan bahwa material dinding yang paling memenuhi kriteria konservasi energi adalah beton ringan aerasi dan yang paling boros energi adalah bata merah.

One attempt to reduce energy consumption is by using wall material that able to reduce thermal transmittance from outside into the building. SNI 03-6389-2000 stated that Overall Thermal Transfer Value (OTTV) aims to identify and seek for opportunity to conserve energy by means of building skin. In this case the value should not exceed 45 W/m2. This research takes sample of type 36 simple house which is believed to represent medium to low income people's needs.
The research method used here is testing out with quantitative approach. In this research a lot of calculations of wall's performance involved towards OTTV value. OTTV v2.01 software used to aide the calculations. The investigated simple house is simulated with different materials, which is red brick, hollow concrete block and autoclaved aerated concrete. Other variables affecting are shade and material's absorbtance value.
The OTTV calculations result suggests that building material that fulfills energy conservation criteria is autoclaved aerated concrete and red brick being the most consumptive material.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
T30059
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dhyan Seminar Asih
"Fasade bangunan merupakan selubung bangunan yang sangat berpengaruh terhadap kondisi nyaman dan energi pada suatu bangunan. Pada penelitian ini material pelapis pada fasade bangunan mengambil material cat, batu alam, dan keramik. Karena ragam material pelapis pada fasade inilah yang banyak digunakan pada bangunan bertingkat rendah. Ketiga jenis material akan diuji nilaiOTTV pada masing-masing material untuk mengetahui material mana yang mempunyai nilai OTTV tertinggi, sedang dan rendah.
OTTV atau Overall thermal transfer value adalah merupakan satu paket kebijakan dari pemerintah mengenai konservasi energi pada bangunan yang mengatur nilai perpindahan panas pada fasade dinding bangunan. Dalam hal ini nilainya tidak boleh melebihi 45 watt/m². Semakin tinggi nilai OTTV maka semakin besar watt per meter persegi energi yang akan diterima suatu bangunan. Metode yang digunakan adalah testing out dengan pendekatan kuantitatif.
Luasan bukaan mempengaruhi nilai OTTV pada suatu bangunan. Semakin besar bukaan dinding tembus cahaya maka semakin besar beban energi yang dihasilkan suatu bangunan. Ketebalan dinding memperkecil beban energi oleh karena itu penambahan material pelapis dilakukan untuk mengoptimalisasikan konservasi energi pada suatu bangunan dengan memakai software OTTV v2.01didapat batu alam memiliki OTTV baik ( nilai OTTV= 21.70 watt/m²), keramik nilai OTTV sedang (nilai OTTV= 21.33 watt/m²), cat nilai OTTV terendah (nilai OTTV=29.4 watt/m².

Building façade is the cover of a building that strongly influences the comfort and energy inside a building. In this research, coating materials are paints, natural stones, and ceramics since these various coating materials are commonly used for low-rise buildings. Each material was tested/examined for its OTTV value to figure out the one of which has the highest, average and lowest OTTV value.
OTTV or Overall thermal transfer value is the government's policy about energy conservation in buildings to manage the value of energy transfer of a building wall façade. For this extent, the value can't be more than 45 watt/m². the higher OTTV value is, the more watt per meter square will be absorbed by the building. The method used is 'testing out' with quantitative approach.
The width of the openings influences OTTV value of a building. The wider of the transpicuous opening is, the more energy load generated by the building. The thickness of the walls reduces the energy load so that the additional coating materials is to optimize energy conservation in a building by using OTTV v2.01 software. The finding is that natural stones have good OTTV( OTTV value= 21.70 watt/m²), ceramics has average OTTV (OTTV value = 21.33 watt/m²), and paint has the lowest (OTTV value = 29.4 watt/m²).
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
T30041
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rudy Prasetya
"ABSTRAK
Peneduh pada selubung bangunan tinggi sangat berperan dalam
membentuk penampilan dan keberlanjutan bangunan. SC peneduh sebagai
komponen perhitungan OTTV cukup sulit diaplikasikan dalam proses desain.
Sudut bayangan dapat menggantikan SC peneduh dalam proses dan eksplorasi
desain peneduh sekaligus mengendalikan perolehan nilai OTTV. Setiap orientasi
memerlukan sudut bayangan peneduh yang mempertimbangkan posisi matahari.
Hubungan sudut bayangan peneduh, SHGC kaca dan orientasi terhadap nilai
OTTV diteliti menggunakan perangkat lunak EnergyPlus V7.2. Peneduh
horisontal memiliki kemampuan yang lebih baik daripada peneduh vertikal pada
semua orientasi. Semakin kecil sudut bayangan peneduh maka semakin besar
perbedaan nilai OTTV. Menurunkan sudut bayangan di orientasi dengan sumber
radiasi tinggi (Barat/Timur) efektif mengurangi nilai OTTV. Kombinasi sudut
bayangan dan SHGC memberikan variasi bentuk peneduh dan spesifikasi kaca.
Peneduh horisontal yang miring 30o dan 45o mempunyai nilai OTTV yang lebih
kecil 16,86% dan 24,64% daripada peneduh horisontal lurus. Memiringkan
peneduh vertikal ke arah kanan di orientasi Utara dan Timur dan ke arah kiri di
orientasi Selatan dan Barat efektif mengurangi nilai OTTV. Desain peneduh
mampu membawa bangunan menjadi lebih berkelanjutan.

ABSTRACT
Shading on a high building envelope is important instrumental in forming the
appearance and sustainability of the building. Shading Coefficient (SC) as a
component of calculate the OTTV is quite difficult to be applied in the design
process. Shadow angle can replace SC in design exploration process and
controlling OTTV. Each orientation requires shadow angles that consider to
position of the sun. Relationships between shadow angle, orientation and SHGC
to OTTV investigated using EnergyPlus V7.2. Horizontal shade has a better
capability than vertical shade at all orientations. The smaller the shadow angle, the
greater differences of OTTV. Lowering shadow angle on orientation with high
radiation source (West/East) effectively reduces OTTV. Combination of shadow
angle and SHGC provide shade variations and glass specifications. Sloping
horizontal shade 30o and 45o decrease OTTV up to 16.86% and 24.64% than
straight horizontal shade. Shade vertical tilt to the right on the Northern and
Eastern orientation and to the left on the Southern and Western orientation
effectively reduce OTTV. Shade design is able to bring the building more
sustainable."
2013
T35801
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aufalia Rosyida Maula
"Di negara tropis, suhu dan kelembapan tinggi menjadi salah satu kendala yang perlu ditangain dalam perancangan rumah. Sehingga banyak perumahan di perkotaan Indonesia yang bergantung pada pengudaraan buatan atau air-conditioning (AC). Sementara itu, dengan perkembangan pengetahuan, maka berkembang juga berbagai macam teknik pemanfaatan udara alami. Konsep passive cooling berpotensi mengurangi kebutuhan konsumsi energi listrik. Pengetahuan terkait sifat dasar pergerakan aliran udara serta strategi menurunkan suhu udara dapat mengoptimalkan passive cooling sehingga suhu udara tidak bergantung pada alat pendingin mekanis. Tujuan dari passive cooling adalah untuk mencapai kenyamanan termal dengan konsumsi listrik minim. Tulisan ini mendalami hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perancangan sistem passive cooling yaitu iklim dan perubahan iklim, serta pengaruhnya pada kenyamanan termal manusia. Didapatkan bahwa pengetahuan terkait dasar pergerakan udara serta strategi passive coolinglainnya dapat mendukung tercapainya kenyamanan termal penghuni di suatu rumah.

In tropical countries, high temperatures and humidity are a few of the obstacles that need to be overcome when designing a home. Thus, many urban housings in Indonesia are dependent on artificial air-conditioning (AC). However, various kinds of natural air utilization techniques have been and are being developed. The concept of passive cooling has the potential to reduce the need for mass electricity consumption. Knowledge regarding the nature of air flow movements and strategies to reduce air temperature can optimize passive cooling so that a comfortable air temperature is not dependant on mechanical cooling devices. The purpose of passive cooling itself is to achieve thermal comfort with minimal electricity consumption. This paper explores the things that need to be considered in designing passive cooling systems, namely climate and climate change, and their effects on human thermal comfort. It was found that a thorough understanding of basic principles of air movement and other passive cooling strategies can support the achievement of residents' thermal comfort in a house."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gendrany Rara Pinilih
"Dengan peningkatan pembangunan, itu juga akan mendorong permintaan listrik di sektor rumah tangga, yang juga disertai dengan peningkatan emisi gas rumah kaca yang dihasilkan. Maka dari itulah diambil inovasi pembangunan di bidang pembangunan perumahan berbasis Near zero energy house. Tetapi metode ini menggunakan teknologi tinggi di mana harga bahan dan biaya perawatan mahal. Sehingga dua hal yang dibutuhkan saling bertentangan.
Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan bantuan optimisasi dengan menggunakan instrumen penelitian perangkat lunak BeOpt yang menggunakan metode pencarian sekuensial dengan memasukkan input dalam bentuk variabel yang telah divalidasi oleh penelitian sebelumnya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui variabel berbasis NZEH yang diterapkan pada rumah dengan tipe sederhana dan hasil analisis biaya dari proses optimasi.
Hasil optimasi yang diperoleh dengan menerapkan variabel NZEH mengakibatkan penurunan biaya siklus hidup NPV berkurang dari Rp.1.187.834.228,96 menjadi Rp.771.992.791,88, atau dengan nilai persentase 35%. Dari pengeluaran ini, itu akan dikurangi dengan menghemat listrik yang diperoleh dari Photovoltaics sebesar 66,39% setiap tahun. Dengan demikian hasil yang optimal diperoleh dengan harga yang terjangkau, sehingga perumahan Near Zero Energy Housing akan banyak diterapkan di Indonesia.

With increased development, it will also drive electricity demand in the household sector, which is also accompanied by an increase in greenhouse gas emissions produced. Therefore, innovation development in the field of housing development based on Near zero energy house is taken. But this method uses high technology where material prices and maintenance costs are expensive. So that the two things needed are conflicting.
To overcome this problem, optimization assistance is needed by using BeOpt software research instruments that use a sequential search method by inputting input in the form of variables that have been validated by previous studies.
The purpose of this study was to determine the NZEH-based variables applied to homes with simple types and the results of the cost analysis of the optimization process.
Optimization results obtained by applying the NZEH variable resulted in a reduction in the life cycle cost of the NPV reduced from Rp.1,187,834,228.96 to Rp.771,992,791.88, or with a percentage value of 35%. From this expenditure, it will be reduced by saving electricity obtained from Photovoltaics by 66.39% every year. Thus optimal results are obtained at an affordable price, so that Near Zero Energy Housing housing will be widely applied in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1991
S6662
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S36507
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
S6962
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Hamdi
Depok: Fakultas Psikologi Unversitas Indonesia, 1997
S2684
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>