Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 162728 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Endah Suwandhini
"ABSTRAK
Skripsi ini berusaha untuk membahas faktor-faktor yang mempengaruhi sikap penduduk yang bermukim di tepi sunga1 Ci1iwung terhadap penggunaan air sungai tersebut untuk kehidupan sehari-hari. Sikap ada1ah kesediaan bereaksi terhadap suatu hal (obyek), bersifat tertutup tetapi bi1a sudah terbentuk akan turut menentukan cara-cara tingkah laku manusia terhadap obyek tersebut. Penulis merasa perlu membahas topik ini karena masalah pencemaran (terutama pencemaran air sungai) telah menjadi masalah lingkungan hidup yang dihadapi oleh kota-kota besar di Indonesia. Masa1ah itu ternyata baru dibahas o1eh ilmuwan dari bidang ilmu pasti alam saja, pembahasan yang dilakukan ilmuwan sosial sangat sedikit sekali. Untuk memudahkan analisa maka penulis menggunakan variabel status sosial ekonomi dan pengetahuan mengenai kebersihan dan kesehatan lingkungan sebagai variabel pengaruh (independent variable), variabel sikap terhadap penggunaan air sungai Ciliwung sebagai variabel antara (intervening variable) dan variabel penggunaan air sebagai variabel terpengaruh (dependent variable). Penulis menggunakan variabel-variabel tersebut untuk mengetahui sampai seberapa jauh faktor sosial ekonomi dan pengetahuan yang dimiliki seseorang mengenai kebersihan dan kesehatan lingkungan dapat mempengaruhi sikapnya terhadap penggunaan air sungai yang telah tercemar. Selain itu penulis juga ingin mengetahui apakah sikap yang dimiliki seseorang berkaitan dengan tindakan (tingkah lakunya) terhadap suatu obyek terutama dalam hal ini adalah tindakan dalam menggunakan air sungai Ciliwung yang telah tercemar untuk kehidupan sehari-hari). Untuk studi empiris yang harus dilakukan, penulis menetapkan daerah Kelurahan Kampung Melayu sebagai daerah penelitian. Alasan dari ditetapkannya daerah tersebut adalah karena wilayah keiurahan itu hampir seluruhnya terletak memanjang di tepi sungai Ciliwung, dan banyak penduduk daerah itu yang menggunakan air sungai tersebut untuk berbagai, keperluan hidup sehari-hari. Padahal menurut penelitian secara fisio-kimiawi dan mikro-biologi, pencemaran yang terjadi pada sungai Ciliwung telah melampaui Nilai Ambang Batas (NAB). Sebagai populasi penelitian, penulis menetapkan semua penduduk yang bermukim tepat di tepi sungai Ciliwung dan proses penarikan sampelnya dilakukan secara acak tetapi bertahap (multi-stage random sampling). Dari proses itu penulis mendapatkan 100 orang responden yang terdiri dari para ibu rumah tangga, karena mereka itulah yang paling banyak menggunakan air untuk berbagai keperluan (baik untuk kepentingan dirinya sendiri maupun bagi kepentingan keluarganya). Dari data yang terkumpul didapat bahwa sebagian besar responden bersikap negatif (setuju) terhadap penggunaan air sungai Ciliwung untuk kehidupan sehari-hari. Setelah diadakan analisa didapat bahwa sikap itu berkaitan dengan faktor sosial ekonomi dan tingkat pengetahuan mengenai kebersihan dan kesehatan lingkungan yang relatif rendah. Dari ketika analisa itu dilanjutkan didapat bahwa sikap yang dimiliki responden itu ternyata sejalan dengan tindakan atau tingkah lakunya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sugiarto Wirjosiswojo
"Dalam seminar sehari gerakan Ciliwung Bersih tanggal 22 Ag ustus 1989 dikemukakan bahwa Alur Ciliwung dengan panjang + 117 km, dihuni o l eh ± 6 . 264. 509 jiwa, serta tata gunanya diperuntukan sebagaf sawah , situ dan sungai, ladang, perkebunan, bangunan dan pekarangan . Salah satu penyebab banjir adalah berkurangnya jalur hijau sebagai penyanggah air. Hal ini disebab kan meningkatnya pertambahan penduduk dan kebutunan tanah untuk bermukim. Permukiman sesuai dengan ketentuan pemerintah adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan kehidupan.
Permukiman penduduk yang tidak sesuai dengan ketehtuan pemerintah merupakan penyimpangan dari pola permukiman dan keadaan tersebut lebih banyak dipengaruhi oleh perilaku penduduk. Perilaku penduduk terhadap Daerah Alur Sungai yang dapat mempengaruhi pola permukiman antara lain adalah karena tingkat pendidikannya yang belum memadai terutama mengenai lingkungan hidup. Demikian juga jenis pekerjaan penduduk yang beraneka ragam belum meberikan dampak yang positif terhadap pemeliharaan lingkungan. Di samping itu perencanaan dan pengawasan Pemerintah Daerah terhadap pembatasan pertambahan penduduk serta tata guna tanah belum secara keseluruhan dapat di1aksanakan. Keadaan ini dapat dikemukakan pada hal-hal sebagai berikut :
  1. Berkurangnya jalur hijau di sepanjang Daerah Alur Sungai.
  2. Bertambahnya jumlah permukiman di Daerah Alur Sungai menimbulkan pula bertambahnya aktivitas pembuangan sampah rumahtangga ke badan air.
  3. Banyaknya rumah penduduk yang dibangun menjorok ke badan sungai sehingga mengakibatkan penyempitan atau mengubah A1ur Sungai.
Dari uraian-tersebut maka masalahnya adalah sebagai berikut :
Seberapa jauh pengaruh tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan
penduduk setempat dengan pola permukiman di Daerah
A1ur Ci11wung ?.
Hipotesis yang dikemukakan adalah sebagai berikut ;
  1. Penduduk yang mempunyai pendidikan tinggi bermukim lebih jauh dari tepi sungai daripada penduduk yang berpendidikan dasar dan menengah,
  2. Penduduk yang mempunyai pekerjaan bukan sebagai pegawai negeri bermukim lebih dekat ke tepi sungai dari pada pegawai negeri.
Jenis penelitian adalah survai, observational cross sectional dengan menggunakan sampel secara acak. Besarnya sampel ditentukan berdasarkan taksiran proporsi jumlah subyek dan interval konfidensi ditetapkan sebesar 95%. Jumlah sampel di kelurahan Bidaracina adalah 58 KK dan di kelurahan Baranangsiang 30 KK. Pengolahan data dilakukan secara deskriptif dan pengujian hipotesis dengan uji Ch1 Square.
Hasil penelitian adalah sebagai berikut :
  1. Semakin tinggi tingkat pendidikan penduduk setempat, maka mereka ternyata semakin agak jauh bermukim dari Daerah Alur Ciliwung. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk yang berpendidikan tinggi mempunyai persepsi yang lebih baik terhadap pola permukiman penduduk danipada mereka yang berpendidikan dasar dan menengah, berarti pendidik an dapat mempengaruhi pola permukiman.
  2. Jenis pekerjaan penduduk setempat ternyata tidak mempengaruhi mereka untuk bermukim di Daerah Alur Ciliwung. Hal ini berarti dengan jenis pekerjaan apapun tidak mempengaruhi pola permukiman.
  3. Perencanaan diarahkan kepada status, penempatan dan proses kegiatan penduduk dengan upaya membatasi pertambahan penduduk. Sedangkan pendidikan diarahkan kepada pendidikan non formal yang memprioritaskan pendidikan berwawasan lingkungan.
  4. Pengawasan dilakukan dalam hal tata guna tanah- untuk mencegah berkurangnya jalur hijau, pemakaian tanah negara dan pengendalian bahaya banjir.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oos M. Anwas
"Dengan sifat dan karakteristiknya, teknologi diyakini banyak pihak sebagai media alternatif pembelajaran. Sebagai hasil inovasi, pemanfaatan internet untuk pembelajaran memerlukan kajian dan penyempurnaan. Selain itu proses difusi juga perlu terus dilakukan sehingga bisa diadopsi oleh sasaran khususnya dosen yang sering disebut sebagai agen pembaharuan dalam pendidikan. Oleh karena itu kegiatan penelitian, pengkajian, dan penyebarluasan perlu terus dilakukan.
Pendekatan difusi inovasi menempatkan sikap sebagai salah sate tahapan panting dalam proses keputusan inovasi. Oleh karena itu permasalahan penelitian ini adalah faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi sikap terhadap internet sebagai salah satu kesiapan dalam mengadosi inovasi e-learning. Asumsinya bahwa sikap terhadap internet yang rnerupakan basil inovasi dipengaruhi oleh exposure informasi, kedekatan dengan teknologi komunikasi dan informasi, serta kebutuhan sebagai profesi dosen. Untuk menguji kemurnian hubungan antar variabel tersebut dikontrol dengan aspek domografi dan personality yang merupakan variabel penjelas.
Studi ini merupakan multi level analysis yaitu tidak hanya meneliti pada level individu tetapi juga level organisasi, dengan cara membandingkan dua organisasi yang memiliki kondusivitas berbeda yang diduga dapat membedakan model hubungan antar variabel tersebut.
Metode yang digunakan adalah survei (cross sectional survey) terhadap dosen Universitas Pendidikan Indonasia dan Universitas Pasundan Bandung dengan total sampel 140 orang. Hasil uji multiple regression, diketahui adanya hubungan yang positif dan signifikan antara ketiga variabel independen dengan variabel dependen. Melalui uji elaborasi dan signifikansi perbedaan diketahui bahwa hubungan tersebut tidak dipengaruhi oleh faktor: jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, klas ekonomi, dan tipe kepribadian. Berdasarkan nilai standarized regression coefficients dan signifikansi diketahui terdapat perbedaan model. Organisasi yang mendukung (kondusif) menunjukan model hubungan yang signifikan, sebaliknya organisasi yang kurang mendukung terbukti tidak signifikan.
Implikasi akademisnya adalah bahwa dalam penelitian difusi inovasi pada level individu perlu pula dipertimbangkan faktor lingkungan, seperti: institusi, budaya, atau faktor-faktor Iain di luar level individu. Diketahui pula masih ada variabel-variabel lain yang mempengaruhi sikap terhadap internet yang belum dimasukan dalam model tersebut. Untuk itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dan mendalam.
Sebagai rekomendasi praktis, untuk membentuk sikap positifloptimis terhadap internet dalam organisasi yang relatif homogen ini, diperlukan kebijakan dan komitmen pimpinan organisasi dan anggotanya untuk menciptakan organisasi yang kondusif dalam mengadopsi inovasi e-learning."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
T124
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiwiet Mugi Lestari
"ABSTRAK
Keterikatan tempat terhadap lingkungan tempat tinggal akan berbeda, sesuai dengan karakteristik tempat dan karakteristik penduduk. Dengan membagi wilayah penelitian Kelurahan Kampung Melayu menjadi dua, yaitu wilayah tidak banjir dan wilayah banjir, tujuan penelitian ini adalah menganalisis keterikatan tempat terhadap lingkungan tempat tinggal dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keterikatan tempat. Kuesioner self-administered menggunakan skala likert disebar secara random pada 400 penduduk. Analisis statistik menggunakan distribusi frekuensi dan Structural Equation Modelling SEM . Hasil dari penelitian menunjukkan penduduk cenderung memiliki keterikatan tempat dengan lingkungan tempat tinggalnya. Faktor yang mempengaruhi keterikatan tempat pada penduduk yang lahir di lingkungan tempat tinggal dengan lama tinggal 10 tahun atau lebih dan memiliki rumah adalah faktor keluarga untuk penduduk di wilayah tidak banjir dan faktor fisik serta faktor sosial di wilayah banjir. Kesimpulan dari penelitian ini adalah keterikatan tempat terhadap lingkungan tempat tinggal terbentuk karena dimensi tempat dimaknai tidak hanya dalam setting fisik, namun juga secara sosial yaitu adanya ikatan keluarga dan hubungan sosial dengan orang-orang di lingkungan tempat tinggalnya.

ABSTRACT
Place attachment on neighborhood differs according to place characteristics and person characteristics. By dividing the research area of Kelurahan Kampung Melayu into flood area and non flood area, this research aims at analyzing place attachment on neighborhood and analyzing factors influencing the place attachment. Self administered questionnaires using likert scale were distributed randomly to 400 residents. Statistical analysis is carried out using frequency distribution and Structural Equation Modeling SEM . Result of the study shows that residents tend to have place attachment to their neighborhood. Factors influencing place attachment on residents born in the neighborhood with length of stay 10 years or longer and having house are family factor for residents living in non flood area and physical factor as well as social factor for residents in flood area. This research concludes that place attachment on neighborhood is formed because dimension of place is interpreted not merely physically but also socially, namely the existence of family ties and social relationship with people in the neighborhood."
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yasti Yulianti
"Kartu kredit merupakan alat pembayaran yang menawarkan banyak manfaat, termasuk kepraktisan, penundaan pembayaran, dan hadiah dari pengumpulan poin. Namun, penggunaan kartu kredit juga dapat menyebabkan pemegangnya terlibat dalam hutang atau menyesal karena pembelian yang tidak direncanakan atau konsumtif. Penelitian ini bertujuan mengungkap faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan kartu kredit berlebihan.
Penelitian ini adalah studi kasus kualitatif dengan empat subyek penelitian. Peneliti melakukan wawancara dan mengumpulkan laporan tagihan kartu kredit selama tiga bulan terakhir. Analisis yang dilakukan adalah analisis inter-subyek, yang menunjukkan keunikan tiap kasus serta perbedaan dalam respons terhadap stimulus kartu kredit.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan kartu kredit berlebihan ditemukan dari sisi:
1. Stimulus Kartu Kredit:
- Total limit kredit yang diberikan.
- Penundaan pembayaran.
- Fasilitas praktis dari kartu kredit.
2. Perbedaan Individu:
- Motivasi untuk memuaskan keinginan barang-barang konsumtif dan tindakan pembelian impulsif.
- Ilusi daya beli dari kepemilikan kartu kredit tanpa kontrol diri yang kuat.
- Sikap terhadap biaya bunga atau tahunan sebagai konsekuensi dari kepemilikan kartu kredit.
- Sifat impulsif yang terlihat dari kurangnya kontrol diri, mudah tergoda, dan tidak adanya rencana belanja.
- Gaya hidup hedonik yang sangat mempengaruhi penggunaan kartu kredit.
3. Faktor Lain:
- Budaya hutang.
- Lingkungan sosial yang juga mempengaruhi penggunaan kartu kredit berlebihan.
Karena penelitian ini adalah studi kasus, hasil yang diperoleh tidak bisa digeneralisasi. Setiap individu memiliki interaksi unik antara karakteristik pribadinya dan stimulus kartu kredit sebagai alat pembelian, yang menyebabkan variasi dalam penggunaan kartu kredit yang berlebihan."
Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifwandi Rasyidin
"ABSTRAK
Ci Liwung membentang dari Gunung Gede-Pangrango, Jawa Barat sampai ke Wilayah
DKI Jakarta dengan panjang kurang lebih 117 km. Pemanfaatan Ci Liwung adalah
untuk memenuhi kebutuhan air penduduk kota Jakarta dan sebagian Kabupaten Bogor.
Dalam peneUtian ini Daerah Pengaliran Ci Liwung merupakan ;
1. Satu satuan wilayah tata air yang menampung dan menyimpan air hujan yang jatuh
di atasnya untuk kemudian menahan dan mengalirkannya melalui sungai utama ke
laut (Sandy; Komunikasi Langsung 14 Juli 1995).
2. Satu satuan ekosistem dengan unsur utamanya adalah sumberdaya alam, flora dan
fauna, tanah dan air serta manusia dengan segala aktivitas di atasnya yang
berinteraksi satu sama Iain (Salim, 1986)
Ci Liwung ditetapkan sebagai air baku untuk air minum dengan kiasifikasi golongan A
(Kep. Gub. DKI No. 1608 Tahun 1988) dan golongan B, C, D (Kep. Gub. DT I Jawa
Barat No. 38 Tahun 1991).
Pada abad ke-17 kaum penjajah (kolonial) dapat langsung meminum air Ci Liwung
(Soeijani, 1989), yang sekarang tidak dapat dilakukan lagi. Ini berarti Ci Liwung
sudah mengalami perubahan mendasar yang secara konsepsional teijadi pengotoran
(contamination), pemburukan (deleterins effect), penurunan kualitas (degradation),
kemerosotan nilai (devaluation), dan mengurangnya daya penggunaan (impairment of
quality of use).
Kondisi di atas teijadi diduga karena adanya k^atan pembangunan di sepanjang
daerah pengaliran Ci Liwimg. Kegjatan pembangunan ini erat kaitannya dengan dengan
laju pertambahan penduduk di daerah pengaliran hulu dan tengah; yang banyak teijadi
areal terbuka menjadi pemukiman, tempat wisata, bungalow, restoran dan Iain-lain,
khususnya di daerah kecamatan Ciawi, Kedung Kalang, Kodya Bogor dan Kotif
Depok (di mana hulu Ci Liwung luasnya 11.776 Ha. memiliki hutan lindung seluas
4.224 Ha. (35% nya). Perubahan pemanfaatan tanah ini terlihat tidak terkendah dan
menggeser keseimbangan dinamis lingkungan alam sekitamya, sehingga dapat menjadi
penyebab terganggunya fungsi hidrologi Ci Liwung Hulu tersebut.
Ketergangguan fungsi hidrologis yang pertama-tama terlihat adalah bertambah
cepatnya laju aliran permukaan (surface run-off), infiltrasi air menurun, suhu dan
kelembaban tanah juga menurun. Kondisi ini dapat menjadikan daerah hilir banjir di
musim hujan dan kekeringan di musim kemarau, yang dapat menurunkan kualitas
perairan sungai.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan perkembangan pola penggunaan
tanah dan hubungannya dengan kondisi hidrolodis, serta menggambarkan perbedaan
kondisi kualitas air secara spasial dan perbedaan waktu pengambilan sampel pagi dan
sore di dua lokasi (stasiun Ciawi dan Sugutamu), dan mencari pengaruh perkembangan
pola penggunaan tanah terhadap kondisi hidrologis dan kualitas air Ci Liwung.
Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan tentang
perkembangan pola penggunaan tanah yang optimal pada suatu daerah aliran sungai,
agar keseimbangan fungsi dan kondisi hidrologis serta kualitas air Ci Liwung tidak
terganggu.
Masalah pokok yang diteliti adalah apakah benar kondisi hidrologi di DA Ci Liwung
sebagai akibat dari perkembangan pola penggunaan tanah serta pengaruhnya terhadap
kualitas air sungai. Melalui pengamatan dan analisis perkembangan keadaan di atas,
dapat dilihat pengaruh dan korelasi "perkembangan pola penggunaan tanah terhadap
kondisi hidrologis dan kualitas air sungai" pada daerah aliran sungai tersebut.
Penelitian ini dilaksanakan pada daerah aliran (DA) Ci Liwung yang secara
administratif termasuk dalam Kecamatan-kecaraatan Cisarua, Ciawi, Kedunghalang,
Cibinong, Cimanggjs, Kotamadya Bogor dan Kota Admistratif Depok-Propinsi Jawa
Barat, Kecamatan Kebon Baru dan Matraman/Manggarai di wilayah DKI-Jakarta, yang meliputi perkembangan kondisi hidrologis dalam kunin waktu 81 tahun (1913-
1994). Perkembangan pola penggunaan tanah pada daerah aiiran (DA) Ci Liwung ini
diuraikan dan diungkapkan dalam dua periode 1976 sampai tahun 1986 dan antara
tahun 1986 sampai tahun 1994 secara deskriptif analitis, serta berdasarkan hasil
analisis perkembangan pola penggunaan tanah pada peta penggunaan tanah tahun
1976, 1986 dan tahun 1994 yang disertai dengan comparative checking perkembangan
luas dari data Kantor Kecamatan setempat dan Biro Pusat Statistik pada cakupan
wilayah di daerah pengaliran (DA) Ci Liwung di atas.
Pengaruh yang dilihat antara ;
1. Perkembangan pola penggunaan tanah (untuk pemukiman, pertanian, hutan,
pariwisata dan Iain-lain) sebagai independent variabel (Xi - Xn), dan debit dan
kualitas air sebagai dependent variabel (Y) pada musim hujan dan musim kering,
dipergunakan sebagai data seri dari pantauan instansi selama tahun 1976 sampai
1994 (18 tahun).
O Lokasi dan waktu pengambilan sampel (pagi dan sore), di dua stasiun pengamatan
(Ciawi dan Sugutamu) pada musim hujan dan kering.
Di kedua lokasi ini diambil masing-masing 30 sampei pada waktu dan lokasi di atas,
dengan asumsi kedua stasiun telah mewakUi dua kondisi dasar perkembangan tata guna
di hulu dan tengah Daerah Aiiran Ci Liwung.
Fakta menunjukan bahwa;
1. Keadaan debit Ci Liwung sampai tahun 1986, memperlihatkan rasio debit banjir pada
musim hujan dan musim kering sudah melebihi 10 banding 1, akan tetapi sifat
hidrologisnya masih baik, di mana debit pada musim kering tidak begitu kering (ratarata
antara 10,30-14,45 m^) dan perairan tetap berair sepanjang tahun.
2. Keadaan debit Ci Liwung pada tahun 1986 sampai 1994, memperlihatkan rasio debit
pada musim hujan dan musim kering sudah mendekati 20 banding 1. Kondisi ini
memberikan indikasi fiingsi hidrologis daerah pengalirannya sudah berada pada
tingkat ketidak-seimbangan (terganggu), manakala air hujan yang jatuh pada
permukaan tanah sebagian besar langsung mengalir begitu saja ke badan air dalam
bentuk aiiran permukaan (surface run-off). Akibat sebagian kecil saja yang dapat
meresap ke dalam tanah. Kondisi ini menyebabkan debit pada musim hujan melebihi daya dukung aliir aliran sungai yang menyebabkan banjir di daerah hilir, dan pada
musim kering pengaliran Ci Liwung menjadi sangat kering.
Kondisi di atas, menunjukkan bahwa perkembangan pola tata guna tanah berpengaruh
terhadap ketergangguan flingsi hidrologis pada daerah pengaliran Ci Liwung yang
berpengaruh pada perubahan volume debit dan air limpasan, di mana;
1. Perkembangan tata guna tanah untuk hutan dan guna tanah untuk Iain-lain, bersamasama
mempengaruhi debit:
a. Dengan berkurangnya hutan, debit akan lebih besar pada musim hujan, dan kecil
pada musim kering;
b. Dengan bertambahnya penggunaan tanah untuk kawasan wisata dan lain - lain,
debit pada musim hujan lebih besar, dan sangat kecil pada musim kering.
2. Perkembangan tata guna tanah untuk hutan, kawasan wisata dan Iain-lain, signiJBkan
terhadap perubahan debit, terlihat dari:
a. Keadaan debit Ci Liwung sampai tahun 1976 cukup baik, karena didukung oleh
sifat hidrologisnya yang masih baik. Dalam kondisi ini debit pada musim kering
tidak begitu kering (antara 10,30-14,45 m^) dan debit tidak terlalu besar pada
musim hujan; dengan kata lain perairan tetap stabil dan berair sepanjang tahun.
b. Keadaan debit Ci Liwung pada tahun 1977 ke atas dan tahun 1986 sampai 1994,
terlihat debit pada musim kering (rara-rata 8,94-12,35 m^/dt atau lebih kecil dari
sebelumnya) sudah mendekati buruk, dalam artian kestabilan aliran semakin
menurun, di mana debit pada musim kering menjadi sangat kering dan musim
hujan debit menjadi besar. Kondisi ini dikatagorikan sifat dan fungsi
hidrologisnya sudah terganggu.
Dari hasil uji statistik, memperlihatkan bahwa perkembangan tata guna tanah pada
daerah aliran (DA) Ci Liwung mengindikasikan berpengaruh pada kualitas air, baik
pada musim hujan maupun pada musim kering, di mana ;
1. Perkembangan tata guna tanah untuk hutan dan untuk bangunan Iain-lain, secara
bersama-sama mempengaruhi kualitas air pada musim hujan, di mana dengan
berkurangnya hutan dan bertambahnya penggunaan tanah untuk Iain-Iain, kualitas
air untuk ;
a. R- (square) untuk TSS, BOD (20°C,5hari) dan COD masing-masing adalah
18%, 89% dan 67% ; artinya variasi data perkembangan penggunaan tanah dari model regresi ini, untuk TSS berpenganih 18%, BOD (20®C,5hari) berpengamh
89%, dan COD berpenganih 67% pada musim hujan.
b. PI untuk TSS, BOD (20°C,5hari) dan COD masing - masing adalah -8,062,
-7,537 dan -6,254 ; artinya dengan pengurangan satu satuan guna tanah untuk
hutan, menyebabkan penambahan kadar parameter di atas.
c. 32 i^ntuk TSS, BOD (20°C,5hari) dan COD masing-masing adalah -t-6,750,
+4,374 dan +5,102 ; artinya dengan penambahan satu satuan guna tanah untuk
bangunan Iain-lain, menyebabkan penambahan kadar parameter di atas.
d. Sig T < a. Independent Variable-vcjz. signifikan masuk model, terlihat kedua
variabel penggunaan tanah untuk hutan dan bangunan Iain-lain signifikan masuk
model.
2. Perkembangan tata guna tanah untuk hutan dan untuk Iain-lain, secara bersamasama
signifikan terhadap besaran kadar TSS, BOD (20®C,5hari) dan COD dalam
mg/liter pada musim hujan maupun pada musim kering, walau untuk kadar TSS
mg/liter tingkat pengaruhnya kecd besamya pengaruh tersebut adalah ;
a. R2 (square) untuk TSS, BOD (20°C,5hari) dan COD masing-masing 45%, 91%
dan 76% ; artinya variasi data perkembangan penggunaan tanah dari model
regresi ini, untuk TSS berpenganih 45%, BOD (20''C,5hari) berpenganih 91%
dan untuk COD berpenganih 76% pada musim kering.
b. P| untuk TSS, BOD (20°C,5hari) dan COD masing-masing adalah -3,212,
-7,500 dan -13,398 ; artinya dengan pengurangan satu satuan guna tanah untuk
hutan, menyebabkan penambahan kadar parameter di atas.
c. 32 TSS, BOD (20°C,5hari) dan COD masing-masing adalah +1,310,
+4,369 dan +10,872 ; artinya dengan penambahan satu satuan guna tanah untuk
bangunan Iain-Iain, menyebabkan penambahan kadar parameter di atas.
d. Sig T < a. Independent Variable-nydi signifikan masuk model, terlihat di sini
variabel penggunaan tanah untuk hutan dan bangunan Iain-lain signifikan masuk
model.
Dari hasil pengujian hipotesis menyimpulkan bahwa; Perubahan pola tata guna tanah
yang terkendali akan mengakibatkan debit dan kualitas air juga terkendali dapat
diterima.
Dari kondisi di atas dapat direkomendasikan, tanah perkebunan yang tidak produktif
lagi di daerah pedalaman yang berbukit dan berlereng teijal dengan kemiringan melebihi 40 %, hams dihutankan kembali menjadi hutan lindung, untuk memperbaiki tandon air
secara alami dan menjaga jalur flmgsi hidrologis hulu Ci Liwung. Seiain itu, daerahdaerah
resapan air bempa danau dan situ di Ci Liwung hulu maupun tengah, sepedd
Situ Lebakwangi di Parang, Danau Rawa Kalong di Cimanggis perlu dipertahankan dan
dipelihara teras.
Dalam dimensi lingkungan pertanahan, pembangunan sejumlah lapangan golf,
peramahan dan perkantoran dan industri di sisi kiri-kanan Ci Liwung, syarat
pembangunannya haras ditegaskan dan diatur dengan Perda No. 5 Tahun 1987, bahwa
pembangunan di kedua sisi daerah pengaliran sungai (DPS) beijarak 8 sampai 25 meter
dari sisi sungai atau tanggul sungai tersebut.

ABSTRACT
The Ci Liwung is the largest stream, that flows from the mountains in the interior of
West Java to Jakarta, the National Capital City of Indonesia. It was on the left
handbank of this stream that Governor General Daendels at the beginning of the 19^^
century constructed the road that leads to a village on the foothills by the name of
Bogor, wiiere he built a Summer Palace. Through the years Bogor grew and become a
city with a pleasant temperature, albeit wish amble rain.
Wish the growth of the population of the city of Bogor and surrounding villages, the
water of the Ci Liwung also experienced a change. The water of the river that was once
clear and clean, where one can fish and enjoy swimming, without any reservation,
gradually turned murky which might be partly due to increasing volume of domestic
waste.
During the Icist decades not only the city of Bogor had grown, but the land area along
side the Ci Liwung on the foothills of the mountain range to the East of Bogor has
become crowded as well. Growing prosperity experienced by more city people boosted
the building of more and more cottages aside from hotels, where people can relax and
enjoy the pleasant air during weekends.
More and more woodland on the mountain slopes had been cleared also to make room
for temperate zone vegetable and flower gardens, which can provide the farmer with a
healthy and steady income. All those human activities, however posed a negative
impact on the river. Every body of course is entitled to earn money as long as the method used is legal and not destiuctive. But the weight that the Ci Liwung watershed
had to carry in relation to the fullfilment of human needs seemed to be beyond it's
capacity to endure. The flow of the river during the last few years has turned erratic.
It's water has never been clear and clean any more.
The problem now is; to what extent is this change due to human intervention, especially
along tlie upper watershed ? That is the essence of the problem which we intent to find
out the answer in this study.
The following parameters are being applied to the problem ; the development pattern of
land use for housing, agriculture, forest, tourism and others as independent variable (xi
- Xn) and flow and water quality as dependent variables (Y) in the wet and dry season.
The objective of this study is to see the influence of land utilization change towards the
hydrologjc condition and water quality as well as factors that influence the pattern of
land utilization in the Ci Liwung watershed.
It is found out, that;
1. The change of the pattern of land use through time, had brought about changes in
the flow regiment of the river.
2. The increase in population within the Ci Liwung watershed area was the main cause
of the decline in the quality of the water of the stream."
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Santosa
"Perlindungan terhadap Petani bawang merah dari bahaya pestisida merupakan suatu tantangan bagi dinas- dinas yang terkait di Kabupaten Brebes. Data hasil uji Cholinesterase darah yang dilakukan Dinas Kesehatan Brebes, dari 1764 sampel darah petani menunjukkan dan 1181 orang ( 66,9 %) masuk kategori normal sedangkan 583 orang ( 33 %) masuk kategori ringan sampai berat.
Thesis ini meneliti faktor-faktor yang berpengaruh terhadap persepsi petani bawang merah yaitu : kepemilikan lahan, pengetahuan tentang pestisida, masa kerja dan pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3 ).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1 dari 4 faktor yang diteliti, hanya 1 faktor yang mempengaruhi persepsi petani bawang merah yaitu pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( K3 ). Bila dilihat lebih jauh, pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( K3) adalah faktor eksternal yang dapat diintervensi.

Influencing Factors on the Perception Onion Farmer of Pesticide Used at the Brebes ResidenceOnion farmer protection from dangerous pesticides is a big challenge for the institutions at Brebes residence. Health services was reporting a set of data blood cholinesterase test from 1764 blood sample of onion farmer show that 1181 sample (66,%) is normal and 583 sample ( 33% ) are light, middle, and weight.
In this Thesis the writer was doing a research to find out the relationship between a set of factors with onion farmer perception of pesticide used. Those factor are : period of work, the owner of land, knowledge of pesticide, and safety training.
The result of this research show that 1 of 4 factors are significantly influencing onion farmer perception, that is safety and occupational health training. When we look deeper , safety and occupational health training is a external factors that is something intervened able.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13179
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hera Agustina
"Penyakit infeksi amuba di keiurahan Kampung Melayu menempati urutan 9 dari I0 besar penyakit di wilayah tersebut, diduga disana banyak terdapar kasus infeksi amuba asimptomatik yang dapat menular ke orang lain. Selain itu kondisi sanitasi Iingklmgan dan higiene yang buruk juga mempakan faktor risiko unruk penyakit infcksi amuba.
Penelitian ini hertujuan untuk mendapatkan ganmbanm hubungan kontanninasi air oleh Iihistobftica dcngan kejadian infcksi amuba asimptcmatik pada anak usia sekolah. Desain penelitiau case comrol, jumlah sampel 92 terdiri dari 46 kasus dan 46 kontrol. Pengumpulan data melalui pemeriksaan laboratorium , wawancara dan observasi. Analisa data dengan disuibusi fnekuensi, uji chi square dan regresi logistik.
Prevalensi kejadian infcksi amuba asimptomatik dengan pemeriksaan antigen Elhistolyrica pada tinja anak usia sekolah adalah 9,6 %. Faktor yang bcrhubungan dengan kejadian infeksi amuba asimptomatik pada anak usia sekolah adalah sarana sanitasi (jamban) dengan OR=5,27l (95% CI: 1,753 - IS,855) dan kebiasaan cuci tangan dengan OR=2,438 (95% CI: 1.051 » 5,654). Faklor risiko dorninan yang b¢rpenga.ruh terhadap kcjadian infcksi amuba asimptomatik pada anak usia sekolah adalah sarana sanicasi (iamban).
Faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian infeksi amuba asimptomatik pada anak usia sekolah adalah sarana sanitasi (iamban) dan kcbiasaan cuci tangan anak. Membangzm sarana jamban umum dan sarana jamban pribadi yang mcmenuhi syarat. Meningkatkan penyuluhan pada orang tua., anak usia sekolah, guru SD, kadcr dan tokoh masyarakat tentang pcnyakit infeksi amuba dan faktor-faktor yang mempcngaruhinya. Juga memberi pengobatan pada anak usia sekolah yang antigen E. histobdica positif pada tinja.

Amoeba infection disease in Kampung Mclayu chief village placed 9"` grade from l0"? highest disease in that area. estimated that in the area tbund many asymptomatic amoeba infections that contagious to others. Besides, bad condition of environment sanitation and bad hygiene also become risk factor for amoeba infection disease.
This research purpose is to obtain description of relation between water contaminations by Iihislogwxica and asymptomatic amoeba infection cases in school age children _ Research design is case controI,.total samples are 92 people that consist of 46 cases and 46 controls. Data gathering are through laboratory check-up, interview and observation. Data analysis is frequency distribution, chi-square test and logistic regression.
Case prevalence of asymptomatic amoeba infection with examination of lihiszolvrica antigen feces of school age children is 9_6 %_ Factor that related with asymptomatic amoeba infection cases in school age children is sanitation medium (toilet) with OR=5,27l and 95 % C|:l.753-15.855 and children rinse habit with OR=2,438 and 95% CI:l,05l-5,654 Dominant risk factor that affecting asymptomatic amoeba infection cases in school age children is sanitation medium (toilet).
Risk factor that affecting asymptomatic amoeba infection cases in school age children is sanitation medium (toilet) and children rinse habit. The building general toilet medium and building qualified toilet medium. Increase counseling to parents, school age children, SD teacher, cadre and public figure toward amoeba infection disease and affecting factors. Give medication to school age children that have positive histolytica antigen feces.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T32100
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nanny Ophir Yani Zainuddin
"ABSTRAK
Air merupakan kebutuhan mutlak bagi kelangsungan hidup manusia. Ini mendorong manusia untuk selalu dekat dengan air Akibatnya banyak bermunculan pemukiman di sepanjang sungai yang sebagian besar penduduknya memanfaatkan air sungai sebagai sumber air keluarga untuk mandi, mencuci, wudlu dan buang air.
Ada asumsi yang mengatakan bahwa pemanfaatan air sungai untuk kebutuhan rumah tangga berkaitan erat dengan status sosial ekonomi yang relatif rendah (Sumandhini,1991). Mereka yang memiliki tingkat sosial ekonomi dan tingkat pengetahuan yang relatif rendah dikatakan cenderung memiliki sikap negatif atau setuju terhadap pemanfaatan air sungai, sekalipun air sungai tersebut telah tercemar, sedang mereka yang memiliki tingkat sosial ekonomi dan pengetahuan yang relatif tinggi dikatakan bersikap positif atau tidak setuju terhadap penggunaan air sungai Ciliwung untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga (Sumandhini, 1991:62-65).
Kini sebagian besar masyarakat yang tinggal di pinggiran sungai Ciliwung masih memanfaatkan air sungai untuk kebutuhan rumah tangga, walaupun pemerintah telah berusaha membantu mereka untuk memperoleh air bersih yaitu dengan membangun MCK dan pompa-pompa tangan serta memasang saluran PAM . Penelitian ini ingin mengetahui hal-hal apa saja yang mendorong mereka, melakukan hal tersebut dan apakah kemiskinan telah membuat mereka tidak mau memanfaatkan fasilitas yang telah disediakan oleh pemerintah, dan apakah kemiskinan berpengaruh terhadap perilaku mereka dalam memanfaatkan air sungai.
Selama ini penelitian mengenai masalah pencemaran air sungai kebanyakan dilakukan oleh ahli-ahli dari disiplin ilmu biologi dan ilmu kimia, yang mengukur kadar pencemaran dengan menggunakan parameter biologi atau kimia, sedang analisis dari kacamata sosial budaya relatif masih sedikit jumlahnya selain itu beberapa penelitian yang pernah dilakukan selama ini pada umumnya menggunakan persepsi dari si peneliti bukan persepsi dari orang yang diteliti. Tesis ini mencoba mengatasi kelemahan ini dengan mengungkapkan pandangan-pandangan orang yang diteliti:
Tujuan Penelitian
Sehubungan dengan permasalahan tersebut di atas, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan:
1. untuk mengetahui apakah orang memanfaatkan air sungai Ciliwung untuk kebutuhan rumah tangga karena tingkat sosial ekonomi mereka yang masih rendah.
2. untuk mengetahui apakah kemiskinan merupakan satusatunya faktor yang menyebabkan mereka masih
3. untuk mengetahui pandangan serta persepsi masyarakat mengenai lingkungan dan kesehatan.
Penelitian ini, dilakukan selama 3 (tiga) bulan, yaitu dari bulan Aprl 1992 s/d pertengahan bulan Juni 1992 di 2 (dua) lakasi yaitu:
a. Kelurahan Manggarai Selatan RW 10 dan RT 01
b. Kelurahan Kampung Melayu RT 01/07, RT 04/07, RT 08/07
Metode Penelitian
Karena sifatnya yang kualitatif, pengumpulan data dilakukan melalui; a) Observasi partisipasi. b) Wawacara mendalam dengan menggunakan pedoman wawancara. Pertanyaan-pertanyaan dalam wawancara ini dapat berkembang di lapangan.
Hasil Temuan dari Penelitian ini adalah:
a. Kemiskinan bukan merupakan satu-satunya alasan yang mendorong warga masyarakat untuk memanfaatkan air sungai Ciliwung guna memenuhi kebutuhan rumah tangga.
Data yang diperoleh memperlihatkan bahwa masih relatif banyak informan yang memiliki pendidikan yang cukup dengan tingkat sosial ekonomi yang relatif tinggi masih memanfaatkan air sungai Ciliwung untuk kebutuhan rumah tangga.
b. Ada beberapa faktor lain yang menyebabkan warga masyarakat di daerah penelitian masih memanfaatkan air sungai Ciliwung, walaupun fasilitas MCK di sana sudah ada. Faktor tersebut antara lain:
1. Adanya peraturan yang melarang warga untuk membuat jamban (tempat buang air besar) di dalam rumah mereka, karena terlalu rapatnya jarak rumah penduduk di situ. Pembuatan jamban pribadi dikhawatirkan akan mencemari air tanah di sekitar daerah tersebut (peraturan ini hanya berlaku di RT 08/07).
2. Warga masyarakat (terutama mereka yang akan pergi bekerja) umumnya malas untuk antri ke MCR, pada jam-jam sibuk (yaitu antara pukul 6 pagi sampai dengan pukul 9 pagi). Oleh karena terburu-buru mereka memulih cara yang lebih praktis yaitu pergi ke sungai, di sana mereka tidak perlu antri.
3. Hereka menganggap bahwa air sungai masih lebih bersih jika dibandingkan dengan air pompa yang ada di gang maupun di MCR. Air sungai tidak berbau sedangkan air pompa menimbulkan bau dan apabila digunakan untuk memcuci beras maka beras akan menjadi kebiru-biruan. Kalau untuk mencuci pakaian air pompa akan menimbulkan pada pakaian bintik-bintik hitam.

ABSTRACT
Water is a necessity of human life. This leads to the emergence of human settlements along the rivers where people can easily obtain water for washing, bathing, ablution etc.
It is assumed that those who make use river water have low social, economic status (Sumandhini 1991)_ They are also assumed to have low educational level and have a tendency to accept or to agree with the use of river water, even when it is already polluted. Those who relatively have higher education or better knowledge are said to have a positive attitude, that is to disagree with the use of river water for their household needs (Sumandhini 1991: 62-65).
Most of the people settling along the Ciliwung river still use the river water for their daily needs, despite the government's help to obtain clean, fresh water by setting up MCKs and installing PAM pipes. This study tries to elucidate factors that make them not to use the facilities provided by the governments, and gives answers to the peoblem of the influence of proverty on the patterns of use of Ciliwung water.
Research on problems of pollution were mostly conducted by biologist and chemists, in which the level of pollution was measured in biological and chemical parameters. Socio cultural analysis on these problems is still lacking. Furthermore, most sociocultural analysis adopt researchers perspective, while the perspective of the people under study is neglected.
This study tries to remedy this weakness. It describes the views of the local people and take them into account in the explanation of their behavior.
AIMS OF TSE STUDY
With regard to the problems above, this study is aimad at:
1. Determining the relation between social, economic status and the use of the river water, i.e. whether or not the use of river water is attributable to the low social, economic status.
2. Determining the relation between prov and the use of the river water, i.e. whether or not poverty is the only factor responsible for the making use of river water.
3. Elucidating the people's perceptions of their environment and health conditions
This three-month study was carried out from June to August 1992. in two locations
a. Kelurahan Manggarai Selatan
b. Kelurahan Kamoung Melayu
RESEARCH METHODS
Since the study is a qualitative one, the data was obtained through : (a) Participant Observation; (b) Depth Interview, in which an interview guide was used. The questions were developed in the field;
FINDINGS OF THE STUDY
1. Poverty is not the only reason for making use the water of Ciliwung for household' needs. The data show that informants with relatively high education and high social-economic status are still using the Ciliwung water in their daily lives.
2. Some factors responsible for the use of Ciliwung water, despite the presence of MCK facilities, are.
a. The rule that forbids the local people to build private latrine in their own houses due to the high density of the local settlement. It is feared that the installation of private latrines would result in the pollution of the local ground water (this rule, however, is valid only in RT 08/07).
b. Shortage of MCK facilities, which compels people to line up during the "peak hours" (i.e. between 6-9 a.m), discourages them to use the facilities when they are in a hurry. They prefer to go to the river where they do not need to line up.
c. Many people who use the river water are of the opinion that the river water is still better than the water from the local pumps or from the MCKs. Unlike the river water, the pump water stinks. Moreover, when rice is wash in pump water, it would turn bluish. When the pump water is used to wash clothes, it creates black spots on the clothes.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Odang, Dian Mardianti
"Dasar Pemikiran; Ci Liwung yang berfungsi sebagai sumber air baku air minum penduduk DKI Jakarta menurut hasil pemantauan PAM Jaya dan Pusat Penelitian Masalah Perkotaan dan Lingkungan DKI Jakarta (P4L) pada saat ini telah tercemar diantaranya oleh limbah industri. Hal ini menyebabkan terjadinya penurunan kualitas air Ci Liwung dan selanjutnya agar dapat tetap menjaga kualitas air minum maka diperlukan peningkatan biaya produksi pengolahan air minum yang harus ditanggung konsumen. Industri di DKI Jakarta sebagian besar pada saat ini telah berlokasi di Kawasan Industri Pulo Gadung, namun di luar DKI Jakarta yaitu di bagian hulu dan tengah DA Ci Liwung (daerah Bogor ) berkembang pesat industri-industri yang membuang limbah cairnya ke Ci Liwung dan anak-anak sungainya. Berkembangnya industri di daerah tersebut dapat dimengerti karena sesuai teori lokasi industri ( Weber, Norman Pounds) daerah tersebut memiliki aksesibilitas yang baik, tenaga kerja, pasar dan ditunjang kebijaksanaan pemerintah.
Tujuan Penelitian; untuk mengetahui perkembangan industri tahun 1979-1986 di bagian hulu dan tengah DA Ci Liwung dan dampaknya terliadap kualitas air Ci Liwung yang berfungsi sebagai air baku air minum untuk wilayah DKI Jakarta.
Masalah; 1. Bagaimana perkembangan industri di bagian hulu dan tengah DA Ci Liwung tahun 1979-1986 ? 2. Dimana terjadi pencemaran air Ci Liwung tahun 1979 dan 1986, dan parameter-parameter apa yang telah tercemar ? 3. Bagaimana hubungan antara perkembangan industri di bagian hulu dan tengah DA Ci Liwung dan perkembangan kualitas air Ci Liwung ? 4. Dimana penyebaran jenis-jenis industri yang mencemarkan air Ci Liwung di bagian hulu dan tengah DAS Ci Liwung ?"
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1989
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>