"Dalam kehidupan wanita, terdapat beberapa transisi penting, transisi masa menarche (masa permulaan haid), masa kehamilan dan masa menopause. Curtis dan Fraser (1991) mengatakan, menopause merupakan masa transisi yang paling sering mengundang masalah. Hal ini disebabkan karena pada masa ini sering muncul keluhan-keluhan baik yang bersifat fisik maupun bersifat psikologis (emosional). Akan tetapi, berdasarkan beberapa penelitian, temyata tidak semua wanita mengeluhkan datangnya masa ini. Keluhan bahwa menopause bermasalah dalam hal fisik maupun psikologis, datang dari wanita yang tinggal dan dibesarkan dalam budaya western atau di negara-negara industri, seperti di Amerika. Sebaliknya pada wanita yang tinggal dan dibesarkan dalam budaya non-western atau negara-negara non industri, keluhan-keluhan di atas, tidak ditemukan (Beyene dkk, 1999; Souza, 1994).
Dari literatur yang diperoleh, penelitian mengenai menopause Iebih banyakdilakukan di negara-negara barat. Karenanya perlu dipertanyakan bagaimana pandangan terhadap menopause pada wanita-wanita di negara-negara Iain yang tinggal dan dibesarkan dalam budaya ketimuran, umumnya di Asia. Meskipun pernah dilakukan penelitian Iintas budaya di Asia, seperti penghayatan wanita India, Cina dan Jepang terhadap menopause yang ternyata Iebih positif dibandingkan dengan penghayatan wanita yang tinggal di negara-negara dengan budaya kebaratan (Matlin, 1987), sejauh ini peneliti belum menemukan hasil penelitian mengenai bagaimana penghayatan wanita Indonesia terhadap menopause, ataupun penelitian yang mengemukakan apakah menopause dianggap bermasalah atau tidak bagi wanita Indonesia. Di satu pihak, jika diperhatikan, di Jakarta sudah berdiri klinik-klinik menopause di beberapa kawasan strategis (Kemang dan Kebayoran) yang berdasarkan informasi, bergerak di bidang pelayanan HRT (Hormone Replacement Therapy) untuk mengantisipasi dampak menopause (agar tidak mudah terserang osteoporosis, menunda proses penuaan, menjaga stamina dan sebagainya). Di lain pihak, beberapa wanita menyatakan bahwa menopause tidak menimbulkan keluhan apa-apa, bahkan mereka tidak membutuhkan treatment apapun untuk mengatasinya. Sebagian dari mereka justru menantikan datangnya masa ini. Sampai di sini peneliti masih mempertanyakan bagaimana sebenarnya wanita Indonesia memandang datangnya menopause? Menyenangkankah sehingga dinantikan kedatangannya, atau justru dianggap bermasalah sehingga diperlukan perlakuan khusus untuk mengatasinya.
Anggapan bermasalah tidaknya menopause, menurut Paltiel (dalam Koblinsky dkk, 1993) disebabkan karena adanya kaitan antara peristiwa menopause dengan penilaian masyarakat terhadap fungsi dan peran seorang wanita. Menurut Lanson (1981) penilaian ini selanjutnya mempengaruhi persepsi wanita, baik terhadap datangnya menopause maupun persepsi terhadap wanita yang mengalaminya. Peneliti berasumsi, wanita yang memandang menopause sebagai suatu perubahan yang wajar dan akan dialami oleh setiap wanita, maka persepsi terhadap keadaan ini akan positif, yang selanjutnya dapat dilalui tanpa kesukaran dan keluhan. Namun bagi mereka yang memiliki persepsi negatif akan cenderung menganggap bahwa menopause merupakan awal dari suatu keadaan yang tidak menyenangkan. Akan tetapi persepsi dapat berubah akibat pengaruh belajar dan pengalaman individu terhadap obyek yang ia persepsikan tersebut (Dember, 1971).
Dari adanya pandangan yang berbeda terhadap menopause pada wanita yang peneliti temukan, tampaknya wanita Indonesia ada yang beranggapan bahwa menopause sebagai bermasalah dan ada juga yang tidak menganggapnya demikian. Karenanya, peneliti tertarik untuk melihat bagaimana gambaran kecenderungan persepsi wanita Indonesia terhadap keadaan ini. Selain itu, karena persepsi dapat berubah akibat pengaruh belajar dan pengalaman, peneliti tertarik juga untuk meneliti lebih lanjut apakah faktor pengalaman dan belajar ini mempengaruhi menopause (premenopause), baru mengalami menopause (perimenopause) dan sudah lama mengalami menopause (postmenopause).
Penelitian dilakukan terhadap tiga kelompok subyek, yang diambil dengan menggunakan metode accidental sampling. Subyek penelitian ini adalah wanita berusia 40 tahun ke atas. Alat yang digunakan adalah kuesioner dengan skala 1 sampai 6 dengan mengikuti bentuk skala Likert. Data yang terkumpul diolah dengan teknik Analisa Varians (F-test) untuk melihat adanya perbedaan persepsi terhadap menopause di antara ketiga kelompok tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan adanya gambaran bahwa menopause secara umum dipandang sebagai tidak bermasalah (mean = 4.05). Jika dilihat per aspeknya, responden cenderung memandang bahwa menopause tidak mengandung masalah yang bersifat psikologis maupun seksual. Adapun masalah yang cenderung dianggap timbul pada masa ini adalah masalah yang berkaitan dengan perubahan fisik dan keluhan-keluhan yang menyertainya.
Hasil dari perbandingan terhadap ketiga kelompok menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan di antara kelompok premenopause, perimenopause dan postmenopause dalam memandang menopause secara umum (F= 3.156, p = .O46). Jika dilihat per aspeknya, perbedaan yang signifikan ini hanya terdapat pada persepsi terhadap kondisi fisik (F= 4606, p=.012) dan kondisi psikologis (F= 4395, p= ,O14), sedangkan persepsi di antara ketiga kelompok responden terhadap kondisi seksual, menunjukkan adanya perbedaan yang tidak signifikan (F= .285 , p= .752)."