Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 137514 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1991
S6670
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Darmiyanti
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mendapatkan suatu gambaran yang mendalam tentang pola hubungan sosial antar kerabat di perkataan dengan membandingkan antara galangan bawah dan menengah. Untuk itu dipilih Kampung Pula sebagai kamunitas yang mewakili galangan bawah dan pemukiman real estate mewakili galangan menengah. Didalam melihat pala hubungan sosial antar kerabat ini, digunakan dua pendekatan berbeda. Pertama, adalah pendekatan yang bersifat mengukur hal-hal nyata dalam hubungan antar kerabat, seperti frekuensi, cara dan tujuan interaksi. Untuk itu digunakan cara survei dalam menjaring datanya. Kemudian, kedua adalah pendekatan yang bersifat kwalitatif. Artinya yang ingin diungkapkan tidak sekedar kulit luarnya saja tetapi hal-hal mendasar yang ada dalam hubungan tersebut. Untuk itu digunakan cara studi kasus, mendalami responden secara penuh. Dari kedua pendekatan ini diharapkan dapat diperoleh suatu gambaran yang lebih mendalam tentang pola hubungan antar kerabat ini. Responden survai berjumlah 43 orang dari golongan bawah dan 40 orang dari golongan menengah. Sedangkan untuk studi kasusnya, masing-masing golongan diambil dua keluarga. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang cukup besar dari kedua golongan responden ini didalam hubungan antar kerabat mereka, baik dari pola interaksi maupun dari kwalitas hubungannya. Hubungan antar kerabat di kalangan responden golongan bawah lebih mendalam daripada yang diperlihatkan oleh reponden golongan menengah. Responden golongan bawah ini lebih luas mendefinikan hubungan tersebut. Perbedaan ini, jika dilihat lebih luas sebenarnya merupakan hasil dari kondisi-kondisi yang melingkupi responden yang dibentuk oleh variabel Status Sosial Ekonomi. Kondisi-kondisi ini adalah komunitas pemukiman, kshidupan sosial dan tingkat pemenuhan kebutuhan hidup. Dengan memahami kondisi-kondisi tersebut akan lebih utuh pengertian yang dicapai didalam melihat perbedaan pola hubungan sosial antara kerabat yang ditemukan penelitian."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rina Rakhmawati
"Keluarga merupakan lembaga sosial pertama dan terpenting bagi manusia untuk berinteraksi. Keluarga memprmyai peran yang sangat panting bagi perkembangan kepribadian dari sejak ia kecil sampai dewasa. Menurut Lidz,Fleck, dan Comelison (1965) keluarga dipandang sebagai kekuatan pembentuk kepribadian anak. Keluarga memberikan dasar yang sangat penting untuk pembentukan kepribadian anak melalui keturunan (hereditas), dan akan memberikan kontribusi yang terus menerus baik melalui contoh, pembelajaran, ataupun melalui interaksi dengan anggota keluarga yang lainnya. Di lingkungan keluargalah seorang manusia mulai mengenal rasa cinta kasih, memberikan rasa cinta kasih kepada sesama manusia, mulai belajar cara-cara melakukan hubungan interpersonal, dan menyesuaikan diri dengan orang lain di sekitarnya, serta berbagai kemampuan dasar bagi kehidupan seseorang nantinya yang akan sangat menentukan keberhasilannya dalam menghadapi hidup di masa yang akan datang. Oleh kanena itu segala bentuk komunikasi, kepribadian orang tua, serta situasi di dalam keluarga akan sangat mempengaruhi perkembangan kepribadian anggota keluarga. Karena di dalam unit keluarga inilah anak dipersiapkan untuk berada dalam huhungan sosial dengan orang lain dan kelompok sosial di masyarakat. Beberapa penelitian menyatakan bahwa dalam keluarga dengan kondisi yang patologis dapat memunculkan simtom skizofrenia pada anggota keluarga,terutama pada anak. Yang dimaksud dengan kondisi patologis disini terutama adalah hubungan antara anak dengan ibu, pola komunikasi yang tidak tepat, serta pola asuh orang tua yang kurang sesuai (Lidz, Fleck, & Cornelison,l965). Sebuah penelitian yang dilakukan terhadap keluarga-keluarga dengan anak yang menderita skizofrenia menujukkan adanya masalah komunikasi dalam struktur keluarga, lebih jauh lagi, ternyata terdapat pola komunikasi yang berbeda antara keluarga dengan anak-anak yang yang menderita skizofrenia dengan keluarga dengan anak»anak yang normal (Salzinger, 1973). Meskipun dari berbagai hasil penelitian yang telah dilakukan belum cukup meyakinkan untuk membuktikan bahwa pola komunikasi yang patologis menyebabkan skizofrenia, tetapi Clausen (dalam Salzinger, 1973) berpendapat bahwa pola komunikasi tetap memiliki pengaruh yang besar terhadap perkembangan kepribadian anak. Beberapa pasien skizofrenia biasanya berasal dari keluarga yang gagal menjalankan fungsinya dan memiliki perilaku patologis. Di dalam keluarga seperti itu secara signifikan akan meningkatkan stres pasien skizofrenia (Lidz,Fleck, & Comelison, 1965). Menurut Lidz (1965), skizofrenia juga merupakan defciency disease. Yang dimaksud dengan deficiency disease disini adalah gangguan ini muncul akibat kurangnya pengasuhan dan arahan untuk beradaptasi dari masa kanak-kanak ke arah hidupnya untuk menjadi orang dewasa yang mandiri (Lidz, Fleck,& Comelison, l965). Oleh ketiga tokoh tersebut, defisiensi ini dikelompokan menjadi tiga bagian, yaitu defisiensi pengasuhan orang tua, dimana biasanya anggota keluarga menjadi tidak mampu untuk mencapai otonomi diri. Defisiensi yang kedua adalah kegagalan keluarga sebagai institusi sosial untuk menggali kemampuan anak, menciptakan lingkungan keluarga yang bebas konflik, serta memberikan peran yang sesuai dengan usia dan jenis kelamin. Defisiensi yang terakhir adalah adanya kerusakan atau gangguan pola komunikasi dan budaya dalam keluarga Beberapa penelitian menemukan bahwa pola komunikasi yang salah dari orang tua secara signifikan memainkan peranan dalam etiologi/penyebab munculnya skizofrenia. Penelitian ini dilakukan untuk melihat latar belakang keluarga pasien skizofrenia. Yang dimaksud dengan latar belakang keluarga, meliputi karakteristik orang tua; fungsi keluarga yang mencakup pengasuhan orang tua, fungsi keluarga sebagai institusi sosial, serta fungsi keluarga dalam transmisi komunikasi dan teknik adptasi; dan gaya komunikasi yang digunakan oleh keluarga, mencakup double bind, serta ekspresi emosi. Responden yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah pasangan suami istri yang memiliki anak dengan diagnosa skizofrenia. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan wawancara mendalam terhadap kedua orang tua pasien skizofrenia. Hasil penelitian ini adalah, bahwa ketiga keluarga memilikj keunikan karakteristik orang tua. Kesamaan karaktenstik yang menonjol dari sosok ayah adalab sikap tidak mau terpengaruh oleh kebutuhan anak. Sedangkan karakteristik yang menonjol dari sosok ibu adalah memanjakan anak Dari ketiga keluarga, satu keluarga secara menonjol menampilkan kegagalan dalam menjalankan fungsi keluarga, sedangkan dua keluarga lainnya walaupun tidak menonjol tetap mengarah kepada kegagalan fungsi keluarga, yaitu adanya dekctive transmission of instrumenral techniques. Ketiga keluarga juga memiliki kecenderungan untuk melakukan double bind pada anak-anak, dengan tidak konsistennya reward dan punishment yang diberikan Hasil lainnya menunjukkan bahwa dua dari tiga keluarga responden menampilkan ekspresi emosi yang tinggi."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T38487
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1992
S6708
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Tujuan utama kajian ini adalah untuk melihat tahap kemahiran bertutur : (1) antara pelajar lakik-laki dan perempuan (2) antara pelajar-pelajar yang mempunyai keluarga yang booleh berbahasa arab dan keluarga yang tidak boleh berbahasa arab."
370 JPUKM 24 (1999)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1993
S2285
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Maulina
"ABSTRAK
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Hal ini dapat dilihat dari
banyaknya suku bangsa yang terdapat di Indonesia. Pada masa sekarang interaksi
antar suku bangsa yang ada cukup besar, karena banyak suku bangsa yang hidup
bersama dalam suatu daerah. Untuk itu dibutuhkan pengertian satu sama lain agar
tidak teijadi konflik dalam pergaulan, misalnya dalam hubungan persahabatan
maupun dalam perkawinan antar suku bangsa. Pemahaman ini penting karena
tingkah laku individu dipengaruhi oleh kebudayaan dalam masyarakat. Walaupun
telah teijadi interaksi yang lama antar kelompok budaya, namun perbedaan tiap
budaya tetap ada. Oleh sebab itu penelitian ini mengambil dua suku bangsa di
Indonesia untuk diteliti, yaitu Jawa dan Batak, yang dianggap cukup banyak
masyarakat pendukungnya di Indonesia.
Tingkah laku individu yang terutama ingin diteliti dalam kaitannya dengan
budaya adalah kehidupan keluarga. Latar belakang budaya keluarga perlu
diketahui oleh individu, karena pengalaman yang diperoleh individu dari
keluarganya dapat mempengaruhi sikap individu ketika berinteraksi dalam
masyarakat. Penanaman nilai-nilai budaya telah dilakukan sejak kecil pada
individu, dan dapat dilihat paling jelas dari kehidupan keluarganya. Sebagai
kesatuan sosial yang terkecil dalam masyarakat, keluarga merupakan media yang
paling tepat dan efektif dalam menanamkan nilai-nilai kebudayaan pada individu.
Keluarga merupakan salah satu faktor yang menentukan pembentukan
kepribadian individu, dan bagaimana keluarga mempengaruhi tingkah laku
individu akan ditentukan oleh latar belakang budaya dimana keluarga menjadi
bagian.
Penelitian ini mengambil empat aspek kehidupan keluarga untuk diteliti,
yaitu peran-peran dalam keluarga, nilai-nilai keluarga, family bonds, dan self
construal. Peran dalam keluarga berkaitan dengan posisi atau kedudukan individu
dalam keluarga. Nilai keluarga merupakan sesuatu yang dianggap bemilai oleh
keluarga. Family bonds merefleksikan kekuatan dan bentuk ketergantungan
individu terhadap keluarga. Sedangkan self-construal menggambarkan bagaimana
individu memandang dirinya dan hubungannya dengan orang lain. Keempat aspek
keluarga tersebut diambil dengan dugaan akan menghasilkan perbedaan dalam
suku bangsa yang diteliti, yaitu Jawa dan Batak. Tujuan penelitian ini adalah membandingkan peran dalam keluarga, nilai keluarga, family bonds, dan selfconsirual
antara individu dengan latar belakang budaya Jawa dan individu dengan
latar belakang budaya Batak.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, dan metode yang
digunakan adalah metode kuantitatif. Subyek penelitian ini adalah mahasiswa,
terdiri dari 115 orang yang mewakili suku bangsa Jawa dan 128 orang yang
mewakili suku bangsa Batak. Pengambilan sampel dilakukan dengan
menggunakan teknik incidental sampling. Alat pengumpul data adalah empat
buah kuesioner yang masing-masing mengukur peran dalam keluarga, nilai
keluarga, family bonds, dan self-construal. Peran dalam keluarga yang diteliti
mencakup peran ayah, ibu, kakek, nenek, dan paman/bibi. Family bonds dilihat
berdasarkan ikatan emosional subyek terhadap anggota keluarga inti dan anggota
keluarga luas. Sedangkan pengukuran self-construal terdiri dari pengukuran
terhadap independent self-construal dan interdependent self-construal.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada peran dalam keluarga, tidak
terdapat perbedaan yang signifikan dalam peran ayah dan peran nenek antara
subyek dengan latar belakang budaya Jawa dan Batak. Perbedaan yang signifikan
terdapat pada peran ibu dalam pengasuhan anak, peran paman/bibi dalam menjaga
hubungan dan meneruskan nilai-nilai, serta peran paman/bibi dalam pengasuhan
anak. Pada nilai keluarga tidak ditemukan adanya perbedaan yang signifikan
antara subyek dengan latar belakang budaya Jawa dan Batak. Pada ikatan
emosional terhadap anggota keluarga inti dan anggota keluarga luas juga tidak
ditemukan adanya perbedaan yang signifikan antara subyek dengan latar belakang
budaya Jawa dan Batak. Sedangkan pada self-construal perbedaan yang signifikan
hanya terdapat pada independent self-construal.
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan umum
bahwa banyak hasil penelitian ini yang berlawanan dengan dugaan semua.
Walaupun terdapat perbedaan, namun perbedaan tersebut tidak sebesar yang
diperkirakan secara teoritis. Dari hasil tersebut diduga bahwa mungkin bagi
masyarakat Indonesia hal-hal yang berkaitan dengan keluarga tidak jauh berbeda
antara satu budaya dan budaya lain. Keluarga masih dianggap penting bagi sctiap
individu, sehingga variasi yang terdapat dalam kehidupan keluarga di budayabudaya
Indonesia tidak terldu banyak. Secara umum falrtor-faktor yang mungkin
merupakan penyebab tidak ditemi^annya banyak perbedaan dalam penelitian ini
antara lain lokasi penelitian yang sama-sama merupakan kota kecil, subyek
penelitian yang termasuk spesifik, serta tingkat pendidikan orangtua subyek yang
tergolong tinggi. Dari hasil tersebut penulis mengajukan beberapa saran yang
berguna bagi penelitian selanjutnya. Saran yang diajukan antara lain melakukan
penelitian tidak hanya di kota kecil tapi juga di kota besar, kemudian melakukan
penelitian pada budaya-budaya lain untuk memastikan apakah memang tidak
terdapat variasi yang banyak dalam kehidupan keluarga di Indonesia. Selain itu
penulis juga menyarankan untuk memperluas tingkat pendidikan subyek sehingga
mungkin dapat diperoleh perbedaan yang lebih banyak dalam membandingkan
kehidupan keluarga di dua budaya."
2002
S2829
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raphael Hengki Hendratno
"Hubungan resmi maupun tidak resmi antara Cina, Jepang dan Korea sudah berlangsung sepanjang sejarah dari ketiga negara di Asia Timur ini. Jepang telah terlibat perang dengan Korea dan Cina pada masa dinasti Tang (618-906) berkuasa. di Cina. Pada waktu itu Cina bergabung dengan salah satu kerajaan terbesar di Korea, yaitu Silla, untuk mengusir Jepang dari Korea dalam usaha mereka me_nyatukan Korea dibawah kerajaan Silla.Hubungan Jepang dengan Cina kemudian berkembang men_jadi hubungan antara sebuah negeri pemberi upeti kepada Cina yang pada waktu itu diperintah oleh kedinastian Ming (1368-1644). Hubungan dengan status ini berlanjut hingga tahun 1547, pada waktu itu shogun ke duabelas Jepang mengirimkan upeti terakhir kepada dinasti Ming.Pada akhir abad 16, Jepang berusaha untuk mengusai Cina, dan karena Korea merupakan satu-satunya pintu terdekat menuju Cina maka Jepang harus menaklukkan Korea..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1986
S12960
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salsa Mulyata
"Topik yang deteliti adalah keeratan hubungan (korelasi) antara variabel Bebas meliputi unsur pemahaman 5S, jenis kelamin, usia, masa kerja, pendidikan, frekuensi penyuluhan dan lama memperoleh penyuluhan dengan produktivitas kerja Penelitian ini dilaksanakan di perusahaan Elektronik PT. Lippo Melco , bertujuan untuk merumuskan jawaban mengenai (1) hubungan pemahaman 5S dengan produktivitas, (2) hubungan jenis kelamin dengan produktivitas kerja,(3) hubungan usia dengan produktivitas kerja, (4) hubungan masa kerja dengan produktivitas kerja, (5) hubungan pendidikan dengan produktivitas kerja, (6) hubungan frekuensi penyuluhan dengan produktivitas kerja dan (7) hubungan lama memperoleh penyuluhan dengan produktivitas kerja.
Subyek penelitian ini sebanyak 69 orang pekerja operator bidang produksi Refrigerator. Teknik analisa data yang digunakan adalah (1) analisa korelasi parsial, (2) analisa regresi ganda, (3) analisa varian. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa : (1) terdapat hubungan yang signifikan antara variabel pemahaman 5S dengan produktivitas kerja, yang berarti semakin banyak memahami arti dan pentingnya 5S melalui penyuluhan / pelatihan di unit kerja, maka semakintinggi Produktivtas kerjanya; (2) terdapat hubungan yang tidak signifikan antara jenis kelamin dengan produktivitas kerja, yang berarti bahwa perbedaan jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap produktivitas kerja karyawan karena tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa investasi untuk SDM laki-laki akan menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan untuk kaum perempuan; (3) terdapat hubungan yang tidak signifikan antara usia dengan produktivitas, yang berarti bahwa semakin tinggi usia para karyawan maka produktivitasnya tidak dapat diharapkan; (4) terdapat hubungan yang siginifikan antara masa kerja dengan produktivitas, yang berarti bahwa semakin banyak masa kerja/pengalaman kerja yang diperoleh, maka semakin tinggi produktivitas kerjanya, karena pengalaman kerja ada pengetahuan yang didapat seseorang dari observasi atau mengalami suatu peristiwa; (5) terdapat hubungan yang tidak signifikan antara pendidikan dengan produktivitas, yang berarti bahwa tingginya tingkat pendidikan formal bukanlah jaminan untuk meningkatkan produktivitas kerja, karena pendidikan tinggi tanpa dibekali dengan keterampilan-keterampilan mustahil produktivitas akan tercapai; (6) terdapat hubungan yang tidak siginifikan antara frekuensi penyuluhan dengan produktivitas kerja, hal ini berarti bahwa semakin banyak frekuensi penyuluhan yang diberikan, semakin turun,tingkat produktivitasnya, karena karyawan merasa jenuh dengan penyuluhan yang terlalu berlebihan; (7) terdapat hubungan yang tidak signifikan antara lama penyuluhan dengan produktivitas kerja, hal ini berarti bahwa semakin lama penyuluhan 5S diperoleh, maka produktivitas kerja belum tentu akan dicapai karena tergantung dari keseriusan karyawan didalam mengikutinya serta motivasi yang diinginkan."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 1999
T4748
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sunggoro Trirahardjo
"Tujuan hidup dari mahluk-mahluk hidup yang berada di bumi ini adalah untuk melestarikan keberadaan spesiesnya di dunia ini, untuk mencapainya dibutuhkan kondisi lingkungan hidup yang seoptimal mungkin.
Aktivitas manusia sehari-hari pada dasarnya adalah tindakan yang selalu menghasilkan Iimbah, sebagai contoh adalah dengan bernafas akan dihasiikan C02. Contoh Iain adalah Iimbah domestik yang dihasilkan oleh kegiatan rumah tangga, dan masalah akan muncul bilamana produksi Iimbah domestik tersebut menjadi sangat besar. Peningkatan jumlah limbah domestik tersebut diakibatkan oleh meningkatnya jumlah populasi manusia. Kontribusi dari permukiman adalah yang terbesar pada timbulan sampah perkotaan, dan setiap permukiman memiliki karakteristik perilaku yang khas dalam menghadapi persoalan lingkungan.
Permasalahan sampah diperkotaan tampak tidak ditangani secara serius, penyelesaiannya saat ini cenderung bersifat teknis. Fenomena Not in my backyard (NIMBY) nampaknya merupakan norma yang umum berlaku pada masyarakat pada saat ini. Selama tidak ada sampah terlihat di pekarangan, maka tidak ada persoalan dengan sampah. Untuk itu perlu penelaahan pada aspek hulu dan sosio-psikologis.
Masalah yang diteliti adalah melihat apakah ada perbedaan pola perilaku pada dua permukiman yang berbeda. Juga bagaimana pola persepsi, sikap dan orientasi perilaku lingkungan. Serta konsep pengelolaan sampah rumah tangga yang sesuai dengan kondisi lingkungan permukiman.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran daiam upaya mencari solusi mengatasi permasalahan sampah domestik pada area permukiman yang berbeda, melalui upaya untuk mengetahui perbedaan pola perilaku, juga pola persepsi, sikap dan orientasi perilaku lingkungan berdasarkan karakteristik permukimannya. Serta menghasilkan konsep pengelolaan sampah rumah tangga yang sesuai dengan karakteristik permukiman.
Penelitian ini dilakukan di wilayah perumahan Mitra Dago Parahyangan, Kelurahan Antapani (MDP) dan Perumahan Golf Garden Estate Blok Atletik Arcamanik, Kelurahan Sukamiskin (Ati), Bandung. Pendekatan yang digunakan adalah metoda survei yang bersifat deskriptif analisis. Waktu penelitian dimulai Juli 2003 sampai dengan Oktober 2003. Pengukuran yang dilakukan adalah pengukuran persepsi, sikap terhadap sampah rumah tangga, orientasi perilaku lingkungan dan data-data penunjang. Jumlah sampel pada perumahan MDP ada1ah 78 dan Atl adalah 58.
Dari hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok yang diamati dalam pola perilakunya. Hal ini ditunjukkan dengan nilai perbedaan berdasarkan uji t dengan tingkat signifikansi antara 99% s/d 100%. Pola persepsi dan sikap dari kedua kelompok pengamatan ini cenderung berada dalam kategori positif, sedangkan orientasi perilaku Iingkungannya didominansi oieh pola biospheric. Dengan demikian sebenarnya masyarakat penghuni permukiman di kedua lokasi pengamatan ini memiliki potensi yang besar dalam menyelesaikan masalah lingkungan oleh mereka sendiri, khususnya dalam menangani sampah rumah tangga. Penguatan perlu dikembangkan dalam bentuk insentif, yaitu bentuk keuntungan yang dirasakan Iangsung oleh setiap pihak yang terlibat. Perlu paradigma baru dalam mengatasi masalah tersebut.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : Terdapatnya perbedaan yang signitikan antar kedua kelompok penelitian, menunjukkan bahwa pada permukiman yang berbeda, maka akan berbeda pola perilaku anggotanya. Dengan pola persepsi dan sikap pada kedua anggota kelompok permukiman cenderung berada pada pola yang positif, dan pola orientasi perilaku Iingkungannya cenderung mengacu kepada pola biospheric. Pola persepsi dan sikap yang positif menunjukkan kelompok masyarakat pemukiman tersebut bersifat dinamis. Pola orientasi yang cenderung pada pola biospheric menunjukkan keperdulian akan kelestarian kehidupan di sekitarnya. Konsep pengelolaan sampah permukiman diawali dengan meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang sampah rumah tangga, kemudian diikuti oleh peran serta aktif dari pihak-pihak terkait. Melalui penyediaan sarana, supervisi sampai dengan mengembangkan peraturan-peraturan.
Adapun saran yang dapat diusulkan adalah sebagai berikut:
1. Perlu adanya studi lanjutan dengan karakteristik kelompok sasaran yang berbeda-beda, sebagai bahan informasi untuk mendasari pengambilan keputusan yang lebih komprehensif.
2. Perlunya wadah kerjasama antara seluruh pihak yang terkait dalam mengatasi persoalan sampah rumah tangga di permukiman. wadah. Dibutuhkannya pendekatan yang tepat berdasarkan karakteristik pemukiman.
3. Perlu disusunnya buku petunjuk praktis pengelolaan dan pengoiahan sampah rumah tangga, dengan tujuan pemberdayaan masyarakat yang mengacu kepada pendekatan minimum waste dengan penerapan 4 R (Recycle, Replace, Reduce, and Reuse)."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T13263
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>