Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 204262 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1991
S6664
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oktarinda
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1991
S6660
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Gusti Putu Sarjana
"ABSTRAK
Pada masyarakat Bali penyakit kusta dikenal dengan berbagai sebutan, yakni goring agung, penyakit leplep atau gering ila. Mereka percaya etiologi penyakit ini adalah Hukum Karma Phala (hasil perbuatan) negatif seseorang terhadap dewa atau roh leluhur. Di samping itu bisa juga terjadi etiologi penyakit kusta dihubungkan dengan desti (magik). Kepercayaan ini masih tetap hidup pada masyarakat Tegal Mengkeb, Abiansemal, dan Lod Tunduh. Bahkan yang tidak kalah pentingnya kepercayaan ini sesuai pula dengan isi beberapa rontal khusus tentang kusta seperti rontal Prabhu Janantaka, Cukil Daki dan Yarta Tatwa. Selanjutnya sebagai akibat dari perkembangan dunia kedokteran, mereka mengenal juga etiologi lain dari penyakit kusta, yakni bibit penyakit atau kuman. Dengan demikian pada dasarnya mereka mengenal dua jenis etiologi kusta, yakni super-natural (niskala) dan natural (sekala). Pengetahuan tentang etiologi natural belum sepenuhnya mampu menggeser etiologi supernatural. Oleh karena itu penjelasan mereka terhadap etiologi penyakit kusta adalah bersifat campuran, yakni etiologi supernaturalistik dan naturalistik.
Penyakit kusta juga dianggap penyakit menular, sulit disembuhkan, menjijikkan dan menakutkan. Bahkan yang tidak kalah pentingnya, penyakit kusta bisa pula menimbulkan keletehan terhadap mikrokosmos maupun makrokosmos. Hal ini membawa konsekuensi yakni menimbulkan malapetaka tidak saja pada diri si penderita tetapi juga terhadap lingkungan sosial dan lingkungan islam, sebagai akibat dari terganggunya keharmonisan hubungan membangun kedua lingkungan tersebut.
Kepercayaan dan pengetahuan budaya tersebut mempengaruhi perlakuan mereka terhadap penderita kusta, yakni mereka dicemohkan atau bahkan diasingkan, dikucilkan dari lingkungan sosial. Termasuk di dalamnya pelarangan mengikuti kegiatan adat dan agama. Perlakuan serupa itu dikenakan pula kepada bekas penderita kusta yang cacat.
Pengobatan penyakit kusta dilakukan dengan berbagai cara yang dipedomani oleh kepercayaan dan pengetahuan mereka terhadap etiologi penyakit kusta. Sejalan dengan itu, bentuk pengobatan yang digunakan adalah pengobatan. tradisional, antara lain memakai jasa dukun, ramuan obat Bali dan aneka ritual pengampunan baik terhadap dewa maupun leluhur. Selain itu digunakan pula pengobatan medis (biomedis) yang didapatkan di Puskesmas, rumah sakit, praktek dokter dan paramedis swasta. Bahkan mereka mengenal pula wasor kusta yang khusus menangani penyakit kusta. Wasor kusta dianggap lebih efektif dalam menunaikan tugasnya daripada petugas kesehatan lain, karena mereka memiliki kemampuan untuk mengembangkan suatu pendekatan yang mengakar pada sistem budaya masyarakat setempat. Meskipun demikian, dalam kenyataannya pengobatan tradisional dan medis satu lama lain tetap diterapkan bersamaan atau yang satu mendahului yang lain. Hal itu dilakukan untuk mempercepat proses penyembuhan.
Perlakuan masyarakat terhadap penderita kusta dan bekas penderita kusta serupa itu mengakibatkan mereka lebih senang berada pada dunianya sendiri. Hal ini dapat ditunjukkan dari adanya kenyataan bahwa banyak penderita kusta yang dinyatakan sembuh secara medis, tetap memilih bertempat tinggal di sebuah perkampungan kusta Yeh Putek. Namun di mana pun penderita kusta dan bekas penderita kusta bermukim, mereka selalu diliputi kondisi stres dan depresi. Kondisi ini adalah hasil akumulasi dari berbagai sumber penyebab stres dan depresi, yakni pengetahuan dan kepercayaan, tekanan adat dan agama, perlakuan keluarga maupun masyarakat, keadaan penyakit dan ciri-ciri ikutannya. Sedangkan untuk bekas penderita kusta hal itu ditambah lagi dengan adanya berbagai penyakit usia tua. Rehabilitasi sosial tidak banyak membantu mengurangi keadaan stres tersebut. Sebab kegiatannya kurang terpadu dan tidak banyak melibatkan keluarga maupun masyarakat.
Penderita kusta maupun bekas penderita kusta memiliki cara-cara tertentu untuk menanggulangi keadaan stres dan depresi. Misalnya berserah diri pada Tuhan, membuat tempat-tempat suci sehingga mereka bisa melakukan persembahyangan secara rutin, mengembangkan suatu penilaian bahwa penyakit kusta sebagai takdir, nasib atau garis hidup dan lain-lain. Namun, mengingat sumber stres dan depresi itu bersifat kompleks, yakni terkait dengan sistem sosial, sistem budaya, dan aspek medis, maka akibatnya mereka sulit keluar dari kondisi stres dan depresi. Meskipun demikian, bukti-bukti menunjukkan bahwa ada di antara mereka yang berhasil keluar dari kondisi stres dan depresi karena setelah melakukan ritual pembersihan mereka dapat berintegrasi dengan lingkungan masyarakat di mana mereka berada. Selain itu mereka memperoleh pula pekerjaan yang layak sehingga mampu mengembangkan kemandirian dalam rangka m
"
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Waworuntu, Osmaliana Osman
"ABSTRAK
Sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan pembangunan ekonomi yang semakin pesat, kegiatan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya juga semakin meningkat. Salah satu dampaknva adalah peningkatan limbah yang dihasilkan baik jumlahnya maupun jenisnya. Bila limbah tidak dikelola dengan baik, akan mengakibatkan terjadinya pencemaran. Pada akhirnya akan berpengaruh terhadap keselamatan manusia dan makhluk hidup lainnya, sehingga akan mengganggu kesinambungan lingkungan hidup. Oleh sebab itu perlu adanya upaya penanganan untuk mengatasi masalah pencemaran. Salah satu sumber yang dapat menimbulkan pencemaran adalah limbah rumah tangga. Limbah yang berasal dari rumah tangga. terdiri dari bermacant-macam jenis. ada yang dapat digunakan kembali dan ada yang tidak. Lebih dari itu. ada limbah yang tergolong sebagai bahan berbahaya dan beracun (B3) seperti sisa obat-obatan, sisa pembasmi hama dan baterai kering bekas. Baterai kering yang biasa digunakan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. merupakan sarana yang dapat menyimpan energi kimia dan mengubahnya menjadi energi listrik. Komponen baterai kering adalah logam dan zat-zat kimia lain, maka berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perindustrian No.: 148/MISK/1985. baterai kering dapat digolongkan ke dalam kategori Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
Di DKI Jakarta, setiap rumah tangga rata-rata mengkonsumsi 10 buah baterai kering ukuran besar (UM1), 5 buah baterai berukuran sedang (UM2) dan 10 buah baterai berukuran kecil (UM3) dalam satu tahun. Diperkirakan setiap tahun. puluhan juta buah baterai kering digunakan untuk berbagai keperluan. Dengan demikian setiap tahun terdapat puluhan juta baterai kering bekas yang dapat mencemari lingkungan, karena sampai saat ini belum ada sistem pengelolaan pembuangannya. Untuk mengatasi pencemaran, khususnya yang diakibatkan oleh baterai kering bekas, perlu diciptakan sistem pengelolaannya.
Pengelolaan yang dimaksud adalah suatu upaya yang dilakukan agar baterai kering bekas tidak dibuang atau digunakan secara tidak aman bagi manusia dan lingkungan hidup. Untuk itu perlu diperoleh gambaran mengenai sikap yang meliputi pemahaman masyarakat mengenai pencemaran lingkungan pada umumnya, khususnya perlakuan terhadap baterai kering bekas. Di samping partisipasi masyarakat, maka keberhasilan upaya pengelolaan ditentukan pula oleh adanya sarana baik berupa sarana non fisik seperti peraturan dan sistem pengelolaannya maupun sarana fisik.
Oleh sebab itu, penelitian ini bermaksud untuk mengetahui sikap dan perilaku masyarakat Jakarta terhadap baterai kering bekas, sehingga terlihat gambaran tentang kesediaan masyarakat untuk berpartisipasi bila disusun suatu sistem pengelolaan dan peraturan tentang baterai kering bekas. Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengkaji kedudukan baterai kering daiam peraturan-peraturan lingkungan hidup khususnya tentang pengelolaan limbah B3. mendapatkan gambaran mengenai pemahaman masyarakat tentang pencemaran lingkungan, mendapatkan gambaran mengenai perlakuan dan anggapan tentang perlakuan masyarakat terhadap baterai kering bekas. serta mendapatkan gambaran tentang kesediaan masyarakat untuk berpartisipasi dalam upaya pengelolaan baterai kering bekas.
Penelitian dilakukan di 6 (enam) lokasi di wilayah DKI Jakarta dengan responden 180 orang ibu rumah tangga dari tiga kelompok permukiman. yang dalam kegiatan ini disebut sebagai permukiman bala'ah (PB) permukiman menengah (PM) dan permukiman atas (PA). Data primer diperoleh di lapangan dengan metoda survei. sedangkan data sekunder diperoleh dari tulisan baik berupa hasil-hasil penelitian, makalah ataupun peraturan-peraturan. Data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif deskriptif.
Dari penelitian ini diperoleh kesimpuIan bahwa baterai keying bekas termasuk dalarn kriteria jenis limbah B3, namun secara tersurat belum termasuk dalam daftar limbah B3 pada peraturan-peraturan yang menyangkut pengelolaan limbah B3 yaitu SK Menteri Perindustrian No. 148/MSK/4/1985 tentang pengamanan Bahan Beracun dan Berbahaya di Perusahaan Industri; PP 19/1994 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun: dan PP 13/1995 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah No. 19/1994. Mengenai pemahaman masyarakat tentang pencemaran lingkungan diperoleh gambaran bahwa 93,3% responden mengetahui bahwa pencemaran akan mengganggu kesehatan manusia, dan 6,7% yang menyatakan tidak tahu merupakan responden yang tinggal di kelompok PB.

ABSTRACT
Along with the rapid growth of population and economic development. human activities in accomplishing their needs also increase. One of the consequences is that people produce more waste, in larger amount and variety. Waste. if not properly managed will cause pollution and finally it will endanger human life and other creatures.
One of the source of environment pollution is household waste. Such waste consists of various kinds of things, some of them can he reused but some cannot. There is even toxic and dangerous waste (B3) such as chemical waste, insecticide, and used dry cells. Dry cell in daily use is a device that saves chemical energy and to turn it into electrical energy. Since the component of dry cells, are made from metal and other chemical substances. it is categories as B3. according to the Industrial Minister's Decree No.:148/MISK/1985. is categorized into B3.
Each household in DKI Jakarta consumes 10 big dry cells (size UM I). 5 medium dry cells (size UM2). and 10 small dry cells (size 13M3) every year. Il is estimated that millions of dry cells are used for various needs every year. There for there are the same number of used dry cells pollute the environment and so far there is no waste management system of used dry cell has been designed. To solve the pollution problem especially as the result of used dry cells, a waste management system should be developed. Such system needs to be done as an effort to avoid the environment pollution. A view on people's perception toward environment pollution in general is acquired when deals with used dry cells. To accomplish such effort is determined by not only public participation. but also an appropriate physical and non-physical facilities such as a rule and its management system.
Base on the above matter, this survey is meant:
a. to understand the attitude and behavior of the community towards the B3 waste, which can be the source of environment pollution, especially to get the picture of what people understand about the environment pollution.
b. to understand how the people deal with the B3 waste, to understand the people's idea on their own attitude towards the B3 waste.
c. and to get the picture on the willingness of the community to participate in the effort to control the B3 waste.
The survey has been conducted in 6 locations within DKI Jakarta. on 180 housewives from 3 district groups. Primary data was obtained in the field. where as secondary data was gathered from papers and regulation. This collected data was analyzed in a descriptive qualitative.
The research concluded that used dry cells are categorized as hazardous waste. Although the regulations of B3 waste management (Minister of Industry's Decree No 148/M/SK/1985 on Protection of Industry's Hazardous Waste: Government Regulations (PP)/19/1994 on Hazardous Waste Management: PP/12/1995 on the Modification of PP/19/1994) have not legally included it into the list of hazardous waste.
The result of the survey about people's perception on the environment is that most of the respondent (93.3%) know that pollution will affect human health. while the others (18.3%) do not know and even assume that there is danger to human life. Further study found that some people (37.8%) assume that. if the waste is thrown away far from their place. it will not cause any pollution to them. the pollution stuff that people know includes dust. exhaust fumes. plastic and other waste. Only a small part (5,3%) mentioned that used dry cell is one of the pollutant.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sibagariang, Renta Nilawati
"ABSTRAK
Stigma terhadap penderita kusta masih mempakan masalah utama di
Indonesia, dimana hal ini secara program berdampak pada keterlambatan pendedta
untuk diobati dan secara individu bcrdampak negatif pada kondisi fisik, mental,
sosial, dan ekonominya. Namun sampai saat ini masih sangat sedikit penelitian yang
menggali masalah stigma masyarakat terhadap penderita kusta.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi yang mendalam
tentang pcngetahuan, persepsi, kepercayaan, sikap masyarakat terhadap pendenta
kusta yang berhubungan dengan teljadinya stigma terhadap penderita kusta.
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Simpenan Kabupaten Sukabumi dengan
menggunakan metode kualitatiil dimana pengumpulan data dilakukan dengan telaah
dokumen, Focus Group Discussion (FGD), dan wawancara rnendalam. lnforman
kunci terdiri dari wasor kusta, juru kusta, tokoh masyarakat, penderita kusta, mantan
penderita kusta, dan infonnan terdiri dari petugas kcschatan di puskesmas dan
masyarakat non pcnderita kusta.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa teljadinya stigma bcrhubungan dengan
pengetahuan yang rendah temang cara penularan pcnyakit kusta, persepsi bahwa
penyakit kusta adalah penyakit yang sangat menular dan dapat menyebabkan
mutilasi bahkan kematian. Terjadinya stigma di Kecamatan Simpenan juga
berhubungan dcngan sikap masyarakat yang takut tertular dan ketika melihat
kecacatzm yang mengerikan yang ditimbulkan oleh penyakit kusta. Ditemukan juga
bahwa penderita kusta yang cacat mendapatkan perlakuan negatif yang Iebih berat dibanding dengan penderita yang lidak cacat Selain itu ditemukan juga bahwa
penderita kusta dcngan tingkat kecacatan yang sama namun bcrbeda status sosial
ckonominya, akan mendapatkan perlakuan negatif yang berbeda pula. Dengan
demikian disarankan untuk meningkatkan pengetahuan melalui KIE dcngan metode
dan media yang diinginkan kepada seluruh lapisan masyarakat dan petugas
kesehatan. Lcbih lanjut, penemuan dan pengobatan penderita secara dini oleh
petugas kesehatan dan dibantu dengan peranserta tokoh masyarakat mennpakan hal
yang esensial.

ABSTRACT
Stigma related to leprosy is still a big problem in Indonesia, where regarding
to leprosy control program it influences to patient delay for treatment and regarding
to person affected it aH`eets negatively to his/her physical, mental, social and
economic status. Particularly, studies that have explored stigma in community
toward people aifected leprosy are rare.
The purpose this study was to get deep information of knowledge, perception,
belief, attitude of community toward people affected leprosy relating to occurrence
of stigma. It is based on qualitative study conducted at Simpenan, in Sukabumi
district where data collecting were obtained through document observation, Focus
Group Discussion (FGD), and in-depth interview. Key informant of this study
consists of district leprosy supervisor, leprosy health worker, community leader,
people affected leprosy, ex-leprosy patient and others informant are health worker at
hea.lth center and community (non people affected leprosy).
This study shows that the occurrence of stigma are related to lack of
knowledge about the course of infection of the disease, perception that leprosy is
very contagious disease and might caused mutilation and death. The occurrence of
stigma in Simpenan also related to community attitude who afraid of to be contracted
and Scare t0 the appearance of terrible impainnent due to leprosy. Also found that
people affected with disability get more negative treatment from community
compare to people affected without disability. it is highlight further that even with
similar grade of disability, social-economical differentiation makes significant difference on treatment by community. Therefore it suggests to improve knowledge
of community and health workers through IEC which use appropriate media and
method. One most important in preventing of disability is to find and treat patient
timely by health worker with community leader participation.

"
2007
T34519
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1992
S8308
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Ahyudi
"Setiap hari di dunia ini terjadi berjuta-juta transaksi pembayaran dengan menggunakan berbagai macam metode atau alat pembayaran. Dalam tiga puluh tahun terakhir ini telah banyak mengalami perubahan yang besar terutama dalam satu dekade terakhir ini yaitu ditandai dengan perkembangan yang sangat pesat pada teknologi telekomunikasi. Dengan kemajuan ini membantu perbankan dalam pengembangan produk pembayaran.
13CA merupakan salah satu bank yang sangat maju dalam pengembangan berbagai metode atau alat pembayaran yang mengadopsi kemajuan teknologi. Dalam mengembangkan produk dan jasa yang BCA tawarkan, BCA selalu mempertimbangkan kebutuhan nasabah yang selalu berubah. Lebih jauh lagi, BCA terus menyempurnakan setiap produk atau jasa BCA dengan menambahkan berbagai fitur bare untuk meningkatkan kenyamanan nasabah dalam menggunakannya. Semakin banyak fasilitas yang disediakan di ATM, kartu !credit, K1ikBCA, debit BCA, Individual internal banking, dan m-BCA.
Untuk dapat meningkatkan pelayanan terhadap nasabahnya, BCA perlu mengetahui nilai-nilai yang terdapat pada nasabah dalam industri perbankan sehingga menimbuikan persepsi dan pada akhimya membentuk sikap masyarakat terhadap alat atau metode pembayaran yang ada di BCA.
Pada penelitian ini bersifat explanatory. Dalam hal ini penjelasan diperlukan untuk mengetahui pengaruh nilai terhadap persepsi manfaat dan pengaruh persepsi manfaat terhadap sikap tentang manfaat. Unit analisis dalam penelitian ini adalah nasabah BCA yang telah menjadi nasabah selama lebih dari satu tahun. Sampel yang diambil adalah nasabah yang berdomisili di Jakarta dan sekitarnya dengan menggunakan metode sampel non probabilitas dalam bentuk convenience sampling.
Hasil Penelitian ini adalah bahwa nilai mempunyai pengaruh yang signifikansi yang kuat terhadap persepsi tentang manfaat dan persepsi tentang manfaat jugs mempunyai yang signifikan terhadap sikap tentang manfaat.
Hasil Penelitian ini adalah bahwa nilai mempunyai pengaruh yang signifikansi yang kuat terhadap persepsi tentang manfaat dan persepsi tentang manfaat juga mempunyai yang signifikan terhadap sikap tentang manfaat.

Every day, there are millions of transactions using various payment methods or instruments. Over the past thirty years, most specifically in the past decade, there has been rapid change in information technology (IT) that, in turn, has been proven useful for the banking industry to develop their payment products.
BCA is one of the leading banks well-known for its adoption of state-of-art technology in developing payment methods or instruments. In improving its products and service, BCA always puts into account the ever-changing needs of its customers. Furthermore, BCA is a bank committed to make constant improvements in its products and services as well to add new features with one single aim in mind, namely to enhance customers' comfort in using BCA 's services and products. Currently, the bank has provided numerous facilities and services, such as ATMs, KIikBCA, debit RCA, don m-BCA.
To provide better services to customers, BCA should identiO customer values in the banking industry in order to create perception and, in turn, shape public attitude to the existing payment instruments or methods in BCA.
The research is an explanatory one. In this sense, the research tries to identify effects that values have on perception on benefits and effects that the perception on benefits has on attitude toward benefits. The analytical unit in this research is people who have been BCA's customers for over one year. The samples are people of Jakarta and its surroundings selected by non probability sampling method in the form of convenience sampling.
The results of this research reveal that values have a strong significant effect on perception on benefits and the perception on benefit has similar significant effect on attitude towards benefits."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T 17784
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>