Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 192817 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Idi Subandy Ibrahim
Yogyakarta: Jalasutra, 2011
302.2 IDI k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
JIP 31(2009)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sarani Pitor Pakan
"Skripsi ini membahas mengenai fenomena backpacking di Indonesia. Tren backpacking di Indonesia membuat banyak orang yang melakukan backpacking sebagai praktik kulturalnya. Hal tersebut membuat backpacking di Indonesia menjadi beragam dalam praktiknya, bahkan banyak yang bertentangan dengan konsepsi umum tentang backpacking. Skripsi ini memaparkan bagaimana backpacker memilih, menjalani, dan memaknai backpacking sebagai gaya hidup dan praktik kulturalnya. Selanjutnya, dengan pendekatan kritis skripsi ini melihat fenomena backpacking di Indonesia sebagai gejala budaya massa. Sebagai budaya massa, backpacking diciptakan oleh mekanisme industri budaya yang membuat backpacking dikonsumsi secara massal sebagai produk kultural yang penuh kesadaran yang palsu, dangkal, ilusif, dan manipulatif.

This paper discusses about backpacking phenomenon in Indonesia. Backpacking trend in Indonesia has made many people do backpacking as their cultural practice. Because of that trend, backpacking in Indonesia become diverse in practice, moreover contradict to general concept about backpacking. This paper explain how backpacker in Indonesia choose, perform, and interpret backpacking as their lifestyle and cultural practice. Furthermore, by critical approach, this paper sees backpacking phenomenon in Indonesia as mass culture phenomenon. As mass culture, backpacking produced by culture industry mechanism that makes backpacking consumed as cultural product which full of false consciousness, superficiality, illusion, and manipulation."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S47722
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdullah Ba'Agil
"Penelitian ini memaparkan kemunculan dan dinamika sebuah komunitas film independen bernama Bale Films yang berada di Desa Cibanteng, daerah pinggiran yang dianggap bukan sebagai pusat dari industri kreatif dan teknologi. Melalui participant observation dan wawancara mendalam ditemukan demokratisasi teknologi memainkan peranan penting untuk menjelaskan kemunculan dan dinamika komunitas film independen di Desa Cibanteng. Demokratisasi teknologi membuat teknologi untuk memproduksi film menjadi murah. Walaupun begitu, kata “murah” begitu relatif di tiap kelas sosial yang ada, perlu proses yang panjang untuk Bale Films memiliki berbagai teknologi produksi film skala kecil. Ditemukan juga, keadaan ini yang membuat teknologi semakin murah menguntungkan perusahaan besar industri film arus utama juga, dengan modal besar perusahaan arus utama mampu membuat film beranggaran besar yang menyingkirkan penawaran dari film independen yang beranggaran rendah, terlokalisasi, dan unik. Kesenjangan antara independen dengan dominasi industri mendorong perdebatan yang bermuara pada kritik budaya yang dilakukan oleh Bale Films sebagai komunitas film independen terhadap dominasi budaya film industri (film nasional arus utama). Kritik-kritik ini berada pada tataran wacana, wacana-wacana berupa film independen merdeka, bebas, jujur, seni di atas uang.

This research show the emergence and dynamics of an independent film community called Bale Films located in Cibanteng village, a suburb that is considered not as the center of creative industry and technology. Through participant observation and in-depth interviews, founds that the democratization of technology plays an important role in explaining the emergence and dynamics of the independent film community in Cibanteng Village. The democratization of technology makes the technology for producing films cheaply. Although word “cheap” is so relative in every existing social class, it takes a long process for Bale Films to have various small-scale film production technologies. Also, this situation makes technology increasingly profitable for the big film industry companies as well, with the large capital of mainstream companies being able to make big-budget films that block the offerings of low-budget, localized, unique independent films. The gap between independent and the domination of the industry, encourages contention which leads to the cultural criticism carried out by Bale Films as an independent film community against the cultural domination of the film industry (mainstream national films). These criticisms are at the level of discourse, discourses in the form of independent, free, honest films, art over money."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R Kristiawan
"ABSTRAK
Penelitian ini mencoba untuk melihat situasi democratisasi media di Indonesia
dalam hubungannya dengan aspek industri dan ekonomi. Latar belakang politik
adalah situasi politik sebelum kejatuhan Orde Baru ketika masyarakat sipil, aktivis
media, dan jurnalis, mulai mengonsolidasikan kekuatan mereka untuk meraih
kemerdekaan pers dan kebebasan berekspresi. Pemicunya adalah peristiwa
pembredelan tiga media cetak: Tempo, Editor, dan Detik pada tahun 1994 akibat
pemberitaan tentang pembelian kapal perang eks Jerman Timur. Pembredelan ini
memicu perlawanan politik pada satu sisi, dan konsolidasi demokrasi di kalangan
jurnalis dan aktivis pada sisi yang lain. Aliansi Jurnalis Independen (AJI)
kemudian dideklarasikan oleh Goenawan Mohammad dan para wartawan lain di
tahun 1994 untuk mewadahi organisasi jurnalis alternatif di luar Persatuan
Wartawan Indonesia (PWI).
Mereka kemudian mengonsolidasikan kekuatan mereka melalui gerakan bawah
tanah termasuk menerbitkan Independen, majalah bawah tanah, yang berbuntut
pada pemenjaraan tiga jurnalis. Sejak itu, didukung oleh donor asing, Goenawan
Mohammad menerbitkan Suara Independen untuk melanjutkan perjuangan
melawan Soeharto. Perjuangan itu berhasil. Sesudah krisis ekonomi, Soeharto
akhirnya jatuh, yang menjadi momentum dari proses legislasi yang banyak
didukung Presiden Habibie. UU Pers No. 40/1999 disahkan dan mengubah
kebijakan lama yang otoriter menjadi liberal. UU PErs menjamin ekspresi
demokratis dengan membatalkan mekanisme SIUPP. Dalam konteks kapitalisme
global, perubahan hukum ini merupakan perubahan struktural penting bagi
Indonesia untuk berintegrasi ke kapitalisme global.
Meski demikian, situasi demokratis itu merupakan kesempatan bagi kekuatan
pasar untuk memperluas pasar. Ketiadaan SIUPP memunculkan bonanza industry
pers yang tidak memliki preseden dalam sejarah pers Indonesia sebelumnya.
Industri media menjadi lebih kuat dan terkonsentrasi. Di ranah penyiaran, sejarah
kapitalisme semu menciptakan hubungan yang unik antara industry penyiaran dan
birokrasi. Dalam arah demokratis dan kapitalistik dinamika media di Indonesia
menjadi sangat menarik dalam hal bagaimana kekuatan demokratis dan
kapitalistik itu mengontestasi kepentingan mereka dan bagaimana kepentingan
publik dilanggar dalam arena itu. Sejarah menunjukkan bahwa kekuatan pasar
adalah pemanang, sementara yang lain berpendapat bahwa proses ini merupakan
demokratisasi. Data-data menunjukkan bahwa yang tumbuh hanyalah belanja
iklan, sementara data lain seperti indeks kebebasan pers, kesejahteraan jurnalis,
serikat pekerja pers, memburuk. Data lain menunjukkan konvergensi kepemilikan media yang mungkin membawa Indonesia ke konglomerasi media. Penelitian ini
akan menunjukkan data-data tersebut.
Riset ini mencoba melihat dinamika ekonomi politik dalam situasi media
Indonesia kontemporer. Riset ini menggunakan pendekatan ekonomi politik
dengan paradigma kritis sebagai basis teoritik. Concern riset ini adalah kualitas
ruang publik di Indonesia sesudah kekuatan pasar terbukti mendominasi dinamika
media di Indonesia.

Abstract
This research tries to assess the situation of media democratization in Indonesia in
relation to industrial and economic aspects. The political background is the years
prior to the fall of New Order when civil society, media activists, and journalists
started consolidating their power for freedom of the press and freedom of
expression. The political trigger is the banning of three printed media, Tempo,
Editor, and Detik in 1994 due to their publications of the buying of ex East
Germany battle wagons by Indonesia. This triggered political obedience on one
hand, but also democratic consolidation among journalists and activists on the
other hand. Alinasi Jurnalis Independen (AJI) was then declared by Goenawan
Mohammad and other journalists in 1994 to provide alternative political
organization for journalist out of Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).
They then continued consolidating their power by underground movements
including publishing Independen, an underground magazine, followed by the
imprisonment of three journalists. Since then, supported by foreign donor,
Goenawan Mohammad published Suara Independen to continue the struggle
against Soeharto. The struggle was successful. Following economic crisis,
Soeharto fell down, which was the momentum of many strategic legislations
under which Habibie supported much. Press Law No. 40/1999 was passed and
changed old authoritarian policies to become more liberal. Press Law guarantees
democratic expression by allowing citizens to publish information without
government permit (SIUPP). In global capitalism, such legal change is a crucial
structural adjustment of a state to integrate in global capitalism.
However, such democratic situation was the chance for market force to expand
their business. The absence of SIUPP made the bonanza of press industry without
precedent in Indonesian press history before. Media industry became more
powerful and concentrated. In broadcasting area, the history of erzats capitalism
created a unique relationship between broadcasting industry and bureaucrats.
Under democratic and capitalistic trajectories at the same time, the media
dynamics in Indonesia has been very interesting in terms of how democratic and
capitalistic power contested their interest and how public interest is violated in
such arena. The history shows that market force is the champion after the process,
while others may say that it is the democratization. Data shows that the only thing
increasing is advertorial expenditure, while other performance, including media
freedom index, journalist welfare, violence to journalists, press trade union,
worsen. Other data shows the convergence of media ownership which may lead
Indonesia media industry to media conglomeration. The paper will expose those
paradoxical data.
This paper tries to assess the political economy dynamics in contemporary media
situation in Indonesia. The research uses political economy approach with critical
paradigm as the bases of argument. The concern of the paper will be the public
sphere quality of contemporary Indonesia, after market-force is proven to
dominate media dynamics in Indonesia."
2012
T30859
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Sarah Solihat
"ABSTRAK
Peneliti melihat sebuah teknik foto tidak hanya sebagai komposisi dalam
foto, tetapi merupakan sebagai bentuk tanda dalam memberika sebuah pesan.
Pesan disampaikan sebagai kritik dalam sebuah masalah sosial. Peniliti ingin
melihat bagaimana kritik sosial dibagun dalam Kompas, dan kepada siapa kritik
ditujukan. Penelitian menggunakan paradigma konstruktivis, pendekatan
kualitatif, strategi penelitian analisis semiotika, dan sifat penelitian deskriptif.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa kebanyakan foto, dalam penelitian ini
menggunakan foto halaman utama Kompas, bermain dalam ranah sudut pandang,
lensa, dan juga jarak pengambilan. Ketiga teknik tersebut, memberikan tanda-
tanda tersendiri dalam foto yang ditampilkan untuk menunjukkan kritik sosial
yang ingin disampaikan. Masalah yang sering diangkat dalam foto headline
Kompas adalah masalah kurangnya perhatian kepada masyarakat menengah
kebawah.

ABSTRACT
I have seen that a technical photography is not only determined as the
composition inside it, but also as a sign to deliver a message. That message has
been delivered as a critical towards social issues. I would like to see further how
social critical has been built in KOMPAS daily newspaper, and to whom this
critical is dedicated. This research is using constructivist paradigm, a qualitative
approach, semiotic analyze as research strategy, and descriptive research
tendency. The final result shows that mostly photographs, which in this research
are using the headline photo of KOMPAS, have masquerade into point of view,
lens, and shooting distance. Those three techniques give certain signs inside its
photograph, which has been published to deliver a social critical instead. The
main issue or problem that recently becomes KOMPAS headline photograph is
the lake of attention towards middle low class society."
2010
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hefner, Robert W.
Jakarta: Institut Studi Arus Informasi (ISAI), 2001
297 HEF c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
320.9 PEN (2)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Viskayanesya
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas pemahaman khalayak dewasa awal, khususnya mahasiswa, terhadap pesan media massa mengenai pentingnya gaya hidup sehat untuk mencegah resiko penyakit tidak menular Diabetes Tipe 2. Khalayak mahasiswa dipilih karena merupakan khalayak dewasa awal yang memiliki dinamika aktivitas cukup tinggi dan cenderung memiliki gaya hidup yang kurang teratur. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakaan metode pengumpulan data melalui wawancara dan metode analisis tematik. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa khalayak mahasiswa adalah khalayak yang pasif terhadap informasi kesehatan. Selain itu ditemukan pula bahwa pemahaman khalayak mahasiswa terhadap informasi kesehatan tersebut lebih banyak terbentuk dari interaksi orang-orang di sekitarnya, bukan dari media.

Abstract
This thesis is discusses the comprehension of the young adult audience, particularly undergraduate students, on the message conveyed by the mass media about the importance of a healthy lifestyle in preventing the non-communicable disease of Type II Diabetes Mellitus. Undergraduate students were chosen as the focus of this study based on the rationale that this group has highly dynamic activitieas and tends to have a less organized lifestyle. This is a qualitative study which utilizes interview as the method of data collection with thematic method of analysis. Results show that undergraduate students are a passive audience when it comes to health information in media. In addition, the results also show that what students understand about health is more because their interaction with people around them, like family and peer group, not because the health information that appear in media.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Manneke Budiman
"Baik di Indonesia maupun di Inggris, perkembangan hubungan antar etnik akhir-akhir ini menunjukkan gejala yang mengkhawatirkan, yang ditandai oleh berbagai kerusuhan etnik di Indonesia dan bangkitnya nasionalisme yang berbaru rasis di Inggris. Kemajemukan jatidiri budaya pada kedua bangsa tersebut secara umum masih berperan sebagai kendala bagi kelangsungan proses pembentukan bangsa, padahal kekayaan budaya diharapkan mampu menjadi aset yang menunjang proses tersebut. Faktor-faktor utama apa saja yang menyebabkannya menjadi demikian dan bagaimana kebhinnekaan yang selama ini dipandang sebagai kendala itu dapat diubah menjadi aset adalah pokok permasalahan penelitian ini.
Dengan mengkaji sejumlah konsep dan pemikiran yang telah dituangkan oleh beberapa pakar dan otoritas di kedua negara serta mebandingkannya dengan alternative-alternatif konseptual yang baru, terutama yang berkaitan dengan pengertian bangsa, kebangsaan, etnisitas serta jatidiri nasional yang dikemukakan oleh beberapa pengamat budaya serta praktisi kajian budaya, penelitian ini mencoba menawarkan suatu cara pandang yang berbeda, yang menempatkan perbedaan dan kemajemukan pada posisi sentral dalam proses pembangunan jatidiri nasional dan menjadikannya sebagai kerangka acuan bagi proses nation-building yang masih sedang berlangsung di kedua negara dan yang barangkali tidak akan pernah berakhir atau mencapai suatu titik final itu."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1998
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>