Ditemukan 154490 dokumen yang sesuai dengan query
Chysanti Arumsari
"Konsep "Barat" dan "Timur" tidak hanya dikenal dalam studi kewilayahan tetapi juga dalam studi kebudayaan. Kedua konsep memiliki keunikan tersendiri tetapi juga saling berlawanan satu sama lain. Novel Shalimar the Clown karya Shalman Rushdie memuat banyak konsep "Barat" dan "Timur" dengan India sebagai latar utamanya. Skripsi ini menganalisis karakter Boonyi Kaul Noman dan karakter utama lainnya yang menjadi alegori bagi India. Alegori terbagi menjadi tiga masa, yaitu prakolonialisme "Barat", masa kolonialisme "Barat", dan pasca kolonialisme "Barat". India yang dialegorikan oleh tokoh-tokoh tersebut adalah India yang menggoyahkan dikotomi "Barat" dan "Timur" menurut paradigma Orientalism dan Occidentalism. Pendekatan kebudayaan diaplikasikan untuk menganalisis dinamika konsep "Timur" dan "Barat".
The application of "West and "East" concepts are not only in area studies, but also in cultural studies. Both concepts have their own uniqueness; however, they are contradictive toward each other. Salman Rushdie‟s Shalimar the Clown uses India as its main setting. This thesis analyses the character of Boonyi Kaul Noman and other main characters as allegory of India. The allegory is presented in three periods, which are pre-colonialism of "West", colonialism of "West", and post-colonialism of "West". India, which is allegorized by the characters, is India that proofs the instability of the dichotomy of "East" and "West" in Occidentalism and Orientalism paradigms. Cultural approach is used in this thesis to examine the dynamics of "East" and "West" concepts."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S1834
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Rushdie, Salman, 1947-
"Summary:
On February 14, 1989, Salman Rushdie received a call from a journalist informing him that he had been "sentenced to death" by the Ayatollah Khomeini. It was the first time Rushdie heard the word fatwa. His crime? Writing a novel, The Satanic Verses, which was accused of being "against Islam, the Prophet, and the Quran." So begins the extraordinary story of how a writer was forced underground for more than nine years, moving from house to house, with the constant presence of an armed police protection team. Asked to choose an alias that the police could use, he thought of combinations of the names of writers he loved: Conrad and Chekhov: Joseph Anton. How do a writer and his family live with the threat of murder for over nine years? How does he go on working? How does despair shape his thoughts and actions, and how does he learn to fight back? In this memoir, Rushdie tells for the first time the story of his crucial battle for freedom of speech. He shares the sometimes grim, sometimes comic realities of living with armed policemen, and the close bonds he formed with his protectors; of his struggle for support and understanding from governments, intelligence chiefs, publishers, journalists, and fellow writers; and of how he regained his freedom. What happened to Salman Rushdie was the first act of a drama that is still unfolding.--From publisher description"
New York: Random House, 2012
823.914 RUS j
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Cindy Melody
"Dalam skripsi ini dibahas stilistika realisme magis dalam novel Midnight’s Children karya Salman Rushdie. Novel tersebut ditinjau dengan pendekatan realisme magis dan poskolonialisme. Hasil penelitian membuktikan bahwa realisme magis dalam Midnight’s Children dapat merepresentasikan masalah-masalah yang terjadi di India poskolonial. Masalah-masalah poskolonial tersebut menunjukkan bahwa kondisi di India poskolonial berada di antara pandangan spiritual dan modernitas. Hal tersebut dapat terlihat dari unsur tokoh dan latar.
This study examines magical realism stylistics in Midnight’s Children novel by Salman Rushdie. The novel is observed by magical realism and post-colonialism approach. The results prove that magical realism in Midnight’s Children can represents some issues which are happened in post-colonial India. These issues show that the condition in post-colonial India is between spiritual and modernity. It can be seen from the character and setting."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S44464
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Andhika Pratiwi
"Tesis ini mengkaji novel The Inheritance of Loss karya Kiran Desai melalui kerangka pascakolonial. Kerangka pascakolonial digunakan untuk memperlihatkan dinamika dua identitas dan dua budaya, Barat dan Timur, yang saling mempengaruhi dalam konteks masyarakat India pasca kemerdekaan dalam novel. Analisis tesis ini akan membahas krisis identitas Barat-Timur yang ditampilkan Desai melalui dua tokoh dalam novel tersebut, Jemubhai dan Biju. Kedua tokoh mewakili dua generasi masyarakat India berdasarkan rentang waktu (tokoh Jemubhai mewakili masa lalu, India setelah memperoleh kemerdekaan dari Inggris dan tokoh Biju mewakili masa kini, India modern) serta letak geografis (India-Inggris serta India-Amerika) dikaitkan dengan kolonialisme Barat. Analisis selanjutnya akan menjelaskan bahwa proses tersebut dilakukan dengan peniruan wacana kolonial (mimikri) serta internalisasi identitas Barat oleh Timur melalui stereotipe. Tokoh Jemubhai memperlihatkan internalisasi terhadap wacana kolonial. Sebaliknya, tokoh Biju cenderung menolak wacana tersebut. Namun hasil akhir dari krisis identitas kedua tokoh ialah penerimaan keduanya terhadap identitas India yang sebelumnya selalu dimarginalkan oleh Barat dan diinternalisasi Timur.
This thesis analyses Kiran Desai?s novel The Inheritance of Loss through postcolonial framework. The framework will show the dynamic of two different identities and cultures, the Occident and the Orient, interfering with each other connected to Indian after-independence society in the novel. The analysis will unfold the process of the Occident/Orient identity crises being passed through two characters in the novel, Jemubhai and Biju. These characters will represent two Indian generations based on time span (Jemubhai representing the past, India right after getting its freedom from the British and Biju representing today, modern India) and geographical migrations (India-England and India-USA) intermingling with colonialism of the West. It will explain that the process is done through colonial mimesis (mimicry) and the Occidental identity internalization by the Orient through stereotyping. Jemubhai tends to internalize the colonial discourse, while Biju questions and eventually refuses it. However, the final act of the process is the retrieving of essential identities which had been marginalized by the Occident and internalized by the Orient itself."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2010
T26689
UI - Tesis Open Universitas Indonesia Library
Evi Setyarini
"Tesis ini berjudul Representasi Tokoh Timur Dalam Novel Gai-Jin Karya James Clavell. Tujuan tesis ini adalah melihat bagaimana tokoh-tokoh Timur direpresentasikan dalam sebuah novel yang ditulis oleh pengarang Barat, serta mencari ideologi yang ada dalam representasi tersebut. Caranya adalah dengan memilih tokoh-tokoh Barat dan Timur dari semua tokoh yang ada dalam Gai-Jin. Tokoh-tokoh ini kemudian dikelompokkan dan dibahas satu persatu dalam kaitannya dengan representasi tokoh Timur, dan dicari ideologi apa yang beroperasi di balik representasi itu.
Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa dalam representasi tokoh Timur pada novel Gai-Jin superioritas Barat atas Timur lebih dominan. Dominasi ini ditunjukkan dengan halus dan dengan berbagai cara oleh pengarang.
How Oriental Characters Are Represented in James Clavell's Gai-JinThe title of this thesis is Representasi Tokoh Timur Dalam Novel Gai-Jin Karya James Clavell, or How Oriental Characters Are Represented in James Clavell's Gai-Jin. The purpose of the thesis is to examine the wary Oriental characters are represented in a novel written by an Occidental author, and to pinpoint the ideology working within the representation. In order to do so, a number of both Occidental and Oriental characters have been chosen out of all the characters in Gai-Jin. These characters are then categorized and analyzed in relation to how Oriental characters are represented, in search of the ideology operating behind the representation.
The conclusion is that in Gai-Jin Occidental superiority over the Orient can be seen through the representation of the Oriental characters. The author in subtle and various ways shows the superiority."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2003
T11340
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Abi Noviadi Lasmanto
"Skripsi membahas sebuah novel Baerzake Yu Zhongguo Xiao Caifing karya Dai Sijie melalui pendekatan intrinsik"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S12849
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Lina Puryanti
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis representasi Muhammad dalam novel The Satanic Verses karya Salman Rusdhie. Analisis dilakukan dengan dua cara, yaitu: (1) memeriksa bagaimana sejarah Muhammad direpresentakan dalam teks novel, (2) memeriksa posisi pengarang dalam menciptakan representasi tersebut. Penelitian tidak hanya dilakukan terhadap representasi sosok Muhammad lewat tokoh Mahound, tetapi juga berkembang kepada representasi penggunaan nama istri-istri Nabi sebagai pelacur, representasi ayat-ayat suci, dan representasi tokoh Imam (yang dianggap mempunyai kemiripan dengan Ayatullah Khomeini), dan penggunaan nama Ayesha bagi nama dua tokoh perempuan jahat yaitu qesh-Ayesha dan Indian-Ayesha.
Analis dilakukan dengan bantuan perangkat teori representasi oleh Stuart Hall dan olth Foucault. Analisis secara keseluruhan menunjukkan bahwa teks ini menawarkan wacana `keraguan' sebagai sebuah alternatif terhadap agama yang dianggap memaksakan wacana tunggal kebenaran.Wacana 'keraguan' dalam prakteknya muncul dalam teks melalui pelampauan oposisi biner. Teks menunjukkan besarnya kekuasaan pengarang dalam tindakan representasi.
This research aims to analyse the representation of Muhammad in The Satanic Verses by Salman Rusdhie. The analysis is done by two ways; first, how the history of Muhammad is represented in the text, second, the position of the author in creating the representation. The analysis not only focuses on Mahound who represents Muhammad, but also on the representation of the use of the prophet's wives names as whores, the satanic verses, the character of imam (who is considered bearing the resemblance with Ayatollah Khomeini), and the use of the name Ayesha in two devilish female characters, Desh-Ayesha and Indian-Ayesha.This analysis uses the theory of representation by Stuart Hall and Foucault. At the end, analysis shows that the text offers a discourse of `doubt' as alternatives to religion, which is considered as the sole truth. In practice, the discourse emerges beyond binary opposition. The text shows how the author has absolute control over representation."
2004
T11920
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Tiki Danawiranti Unanto
"Skripsi ini berisi penelitian mengenai penggambaran dunia timur dan dunia barat dalam teks lirik lagu La rose des vents karya Anggun. Penelitian dalam skripsi ini menggunakan metode struktural dari Jacobson dan Levi-Strauss. Lirik lagu La rose des vents dibahas berdasarkan aspek metrik, aspek bunyi, aspek sintaksis, dan aspek semantik, yang juga mencakup pembahasan judul dan isotopi. Hasil penelitian aspek-aspek tersebut memperlihatkan bahwa dunia timur dan dunia barat pada lirik lagu La rose des vents digambarkan sebagai dua hal yang sangat berbeda dan sangat sulit disatukan. Dunia timur muncul dalam sosok bunga teratai, anggrek, Siva, Ganesha, dan lilin panas. Sedangkan dunia barat direpresentasikan oleh musim dingin, burung layang-layang, peri, dan mawar.Penggambaran dua dunia yang berbeda juga ditampilkan melalui hubungan je dari timur dan tu dari barat yang pada titik tertentu mengalami beberapa konflik yang menjadikan dunia timur dan dunia barat tetap berada di dua sisi yang berbeda."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S14260
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Srikandi Waluyo
"Dari lima novel dan dua cerita pendek yang telah dibahas, dapat dilihat dengan nyata bahwa tokoh-tokoh utama wanitanya mempunyai banyak persamaan, baik dalam novel-novel yang diciptakannya sebelum pengembaraannya, setelah pengembaraannya yang pertama, maupun dalam karya-karyanya yang terakhir. Ciri-ciri tokoh-tokoh wanita itu tidak berubah. Perubahan hanya terjadi pada kritik-_kritiknya terhadap keadaan masyarakat dan sosial yang menyangkut modernisasi di bidang industri. Kritik-kritiknya di bidang pendidikan dan agama telah terasa se_jak karyanya sebelum pengembaraannya.Tokoh-tokoh wanita yang dibahas : Mrs. Morel dan Miriam (Sons and Lovers); Lydia Lensky dan Anna Lensky (The Rainbow), Ursula Brangwen dan Gudrun Brangwen (Women in Lave), Kate Leslie (The Plumed Serpent), dan Con_nie Chattarley (Lady Chatterley's Lover) adalah wanita-_wanita yang cantik dan menarik, serta terpelajar. Tampaknya wanita-wanita ini adalah cermin dari zamannya. Mereka berasal dari golongan atas dan menengah atas. Demikian juga tokoh wanita tanpa nama dalam The Woman Who Rode Away dan tokoh Pauline dalam The Lovely Lady, mereka berasal dari golongan menengah, cantik, menarik, dan cerdas."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1983
S14178
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Deta Sarasworo
"Imogayu karya Akutagawa Ryunosuke pertama kali dimuat dalam Shinshosetsu terbitan bulan September tahun 5 Taisho (1916). Bahan ceritanya diambil dari cerita yang terdapat dalam Konjaku Monogatari volume 26 bab 17. Imogayu mengisahkan seorang samurai kelas kelima (Goi) yang mempunyai keinginan yang sangat besar untuk dapat makan imogayu. Imogayu atau bubur ubi rambat adalah makanan lezat yang pada masa itu dianggap sebagai makanan mewah. Pekerja rendahan seperti Goi hanya bisa menikmatinya sekali setahun pada saat pesta Tahun Baru di kediaman Fujiwara. Karena itu, wajar saja jika keinginannya itu telah terpendam selama bertahun-tahun. Akhirnya, keinginannya itu dapat terwujud berkat usaha dan kebaikan hati Fujiwara Toshihito, seorang samurai yang berasal dari kelas atas. Tetapi setelah di hadapannya terhidang berliter-liter imogayu, Goi malah merasa cemas dan ragu-ragu untuk menyantapnya. Skripsi ini menganalisis tokoh utama dan tokoh bawahan dalam Imogayu. Apakah tokoh itu termasuk tokoh pipih atau tokoh bulat. Kemudian, dianalisis pula metode yang digunakan oleh Akutagawa dalam penokohan dari segi asal usul, keadaan lahiriah dan watak tokoh-tokohnya. Dalam penokohan dikenal metode analitik, yaitu metode yang men-ceritakan secara langsung tentang si tokoh, dan metode dramatik, yang menjelaskan tokoh itu melalui cakapan dan lakuannya. Tokoh Goi tidak menunjukkan perubahan yang mencolok dari sikap dan sifatnya, maka ia adalah tokoh pipih. Sedangkan, tokoh Fujiwara Toshihito memperlihatkan perkembangan lakuan yang cukup mencolok, sehingga ia termasuk tokoh bulat. Penokohan dalam Imogayu dilakukan dengan menggunakan metode analitik dan metode dramatik. metode analitik digunakan untuk menjelaskan asal usul dan keadaan lahiriah tokoh Goi dan Fujiwara Toshihito. Metode dramatik digunakan untuk menjelaskan watak Fujiwara Toshihito. Sedangkan watak Goi dijelaskan dengan menggunakan metode analitik dan metode dramatik."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S13704
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library