Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3155 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Malaysia: Raja Thuraisingham, 2008
R 726.1 SAC
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Kramrisch, Stella, 1898-1993
Calcutta: University of Calcutta, 1946
294.535 KRA h
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Kramrisch, Stella, 1898-1993
Calcutta: University of Calcutta, 1946
294.535 KRA h II (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Fitria Nandasari
"Ragam Hias Ornamental disebut sebagai relief, terbagi menjadi relief hias dan relief cerita. Relief-relief yang dipahatkan pada bangunan candi memberikan keindahan pada tempat tersebut. Penelitian ini membahas berbagai bentuk ragam hias ornamental yang dipahatkan pada bagian kaki, tubuh dan atap bangunan candi induk beragama Hindu di Jawa Tengah (Abad ke-8-10 M). Metode yang digunakan dalam penelitian terdiri dari tiga tahap, pertama pengumpulan data yang dilakukan dengan kajian pustaka melalui buku dan artikel yang berisi informasi mengenai ornamen pada bangunan candi dan observasi di lapangan dengan mengamati langsung ornamen yang dipahatkan pada candi induk. Tahap kedua adalah pengolahan data yang dilakukan dengan analisis deskriptif dengan mengelompokkan ornamen berdasarkan keletakannya pada bangunan candi. Terakhir, interpretasi dilakukan dengan mengkaitkan jenis ornamen dengan konsepsi agama Hindu. Berdasarkan penelitian yang dilakukan terdapat 21 jenis ragam hias ornamental yang terpahatkan di kaki, tubuh dan atap candi-candi induk beragama Hindu di Jawa Tengah (Abad ke-8-10 M). Relief hias/ornamen yang terpahatkan pada bangunan candi memiliki dua fungsi, pertama fungsi praktis yang difungsikan untuk menghiasi bangunan candi dan kedua adalah fungsi religius.

Ornamental decoration is called relief, divided into decorative reliefs and story reliefs. Reliefs that are placed on religious sacred buildings give beauty to the place. This study discusses various forms of ornamental decoration carved on the legs, body and roof of the Hindu main temple building in Central Java (8-10 century AD). The method used in the study consisted of three stages, first is data collection carried out by literature review through books and articles containing information about ornaments in the temple building and observation in the field by observing the ornaments carved directly on the main temple. The second stage is data processing, carried out by descriptive analysis by grouping ornaments based on their location on the temple building. Finally, interpretation is done by linking the type of ornament to the conception of Hinduism. Based on research conducted there are 21 types of ornamental decoration carved on the legs, body and roof of Hindu main temples in Central Java (8-10 century AD). Ornamental reliefs / ornaments carved on the temple building have two functions, the first is a practical function, namely all kinds of ornamental functions to decorate the temple building and second is the religious function."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Windyasti Sulistyo
"Masa Singhasari-Majapahit yang berlangsung dari abad ke-13--15 M, meninggalkan bangunan-bangunan suci dengan bentuk dan arsitektur yang beragam. Selain itu, pada tiap-tiap percandian yang didirikan pada masa tersebut juga memiliki penataan yang berbeda-beda. Hal itulah yang melatari penelitian tentang penataan percandian Hindu pada masa Singhasari-Majapahit, dengan melihat pola penataan dart komponen bangunan candi induk, candi (bangunan) perwara, pagar keliling, gapura pintu masuk, serta bangunan lain yang mungkin saling berbeda pada setiap percandian. Selain itu mencari hubungan kelanjutan dalam pendirian bangunan suci dari Masa Singhasari-Majapahit dengan masa sebelumnya (masa klasik tua).
Penelitian berkisar masalah deskripsi dari komponen bangunan, mengenai ukuran, arah hadap, keletakan. Percandian yang dijadikan ruang lingkup penelitian adalah Candi Kidal, Candi Singasari, Candi Jawi, Candi Panataran, Candi Sumberjati, Candi Bangkal, dan Candi Tegawangi. Untuk mengetahui bentuk penataan tiap percandian, dilakukan dengan melihat bentuk tiap komponen bangunan, dan mencari tabu ukuran, arah hadap, jarak antar komponen bangunan. Jika semua data tersebut diketahui, diperbandingkan setiap komponen bangunan candi yang ada dan dicari tabu apakah terdapat hubungan kelanjutan dengan masa sebelumnya.
Hasil penelitan yang dicapai menunjukkan bahwa pada percandian masa Majapahit-Singhasari masih menunjukkan adanya kesinambungan bentuk penataan dengan masa sebelumnya. Hal ini terlihat dengan adanya penggunaan bangunan perwara, walaupun beberapa percandian memiliki bentuk yang bebeda, namun hal tersebut dapat dimaklumi karena adanya perbedaan pandangan dari masyarakat pendukung pada saat itu, juga selisih waktu yang ada sangat jauh, Selain itu, hubungan kelanjutan antar masa Singhasari-Majapahit dengan masa sebelumnya terlihat dengan penggunaan unsur agama yang masih banyak dianut pada masa itu, yaitu Hindu dan Buddha. Hubungan kelanjutan penataan percandian juga terlihat dengan masih digunakannya bangunan perwara sebagai banguna pendamping dari candi induk, Selain itu, sangat mungkin juga bahwa candi perwara tersebut juga digunakan sebagai tempat menaruh dan menyimpan alat-alat upacara keagamaan, selain juga sebagai tempat pelaksanaan upacara keagamaan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S12068
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wan Irama
"ABSTRAK
Perbandingan (keseimbangan proporsi) dalam karya-cipta berupa bangunan, dapat disebut sebagai salah satu unsur yang mendasar, disamping kestabilan bangunan (keseimbangan berat) dan keindahan (aesthetic). Umumnya, ketiga hal ini telah diolah pada pembangunan tingkat pertama, tepatnya pada tingkat perencanaan (planning), serta dituangkan dalam bentuk sebuah disain (design) bangunan. Dengan lain perkataan, bahwa untuk hal-hal yang bertautan dengan nilai X, Y; dan Z sebuah ruang ditentukan dalam sebuah rencana horizontal bangunan (denah), maupun dalam sebuah rencana vertikal bangunan (irisan), yang menjabarkan ketiga unsur bangunan dimaksud. Sehingga secara generatif perhitungan perhitungan mengenai keseimbangan ter_sebut berkembang jadi suatu .hal yang normatif, terutama bagi kalangan perancang bangunan (arsitek).Untuk pendirian bangunan-bangunan keagamaan, khususnya bangunan candi, disamping ketiga unsur tadi masih didapatkan unsur lain yang juga berpengaruh terhadap bentuk Serta tata- letak bangunan ini, yaitu tingkahlaku keagamaan yang menjadi latar belakang kehidupan masyarakatnya. Satu kenyataan dari_padanya ialah, bahwa norma-norma yang terlahir lebih memberi tekanan religius serta menjadikan bangunan keagamaan sebagai karya-cipta yang berbeda (sophisticate) dalam perjalanan se_jarah arsitektur pada umumnya. Adanya aturan-aturan atau ketentuan mengenai pendirian sebuah bangunan candi secara tegas didapatkan pada bangunan..."
1986
S11903
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S48960
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [Bali and her temples /​ Departemen Penerangan.;[date of publication not identified], [date of publication not identified]]
919.27 BAL
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Penebar Swadaya, 2005
294.5 HIN
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Hariani Santiko
"Arkeologi adalah ilmu yang mempelajari dan merekonstruksi kebudayaan masa lalu berdasarkan sisa-sisa kebudayaan materi yang mereka tinggalkan. Mengingat kelembaban iklim Indonesia yang sangat tinggi serta akibat proses kimiawi yang terjadi dalam tanah dimana benda-benda tersebut terkubur beratus bahkan beribu tahun, maka benda-benda tinggalan manusia tersebut sudah tidak utuh lagi. Dari sisa-sisa materi yang terbatas inilah ahli arkeologi berusaha untuk merekonstruksi kebudayaan manusia masa lalu, apabila mungkin seutuhnya, Mengingat jangkauan arkeologi sangat luas, maka untuk merekonstruksi kebudayaan masa lalu, selain mempergunakan metode arkeologi secara seksama, apabila diperlukan, dapat diterapkan pula metode-metode yang dipinjam dari ilmu-ilmu lain (Magetsari 1990: 1-2).
Dalam rangka penelitian arkeologi, untuk kali ini, perkenankanlah saya membahas salah satu jenis peninggalan arkeologi yaitu candi, sisa-sisa sarana ritual agama Hindu dan Buddha di Indonesia, khususnya di Jawa dengan menitik beratkan pembicaraan pada ciri-ciri arsitektur candi serta membandingkannya dengan patokan-patokan yang digariskan oleh kitab Vastusatra (Silpasastra) di India, selanjutnya mencoba merekonstruksi makna simboliknya.
Agama Hindu dan Buddha berkembang di Indonesia antara abad VII--XV Masehi, dan kebudayaan materi yang mereka tinggalkan kebanyakan adalah tempat-tempat suci yaitu candi, stupa, gua penapaan dan kolam suci (patirthan).
Kehadiran bangunan suci candi mula-mula dilaporkan oleh orang-orang Belanda yang melakukan perjalanan di Jawa Tengah pada sekitar abad XVIII, Misalnya C.A. Lons, seorang pegawai VOC di Semarang mengunjungi Kartasura dan Yogyakarta, menyempatkan diri mengunjungi peninggalan-pcninggalan purbakala sekitar Yogyakarta termasuk kompleks candi Prambanan (Rara Jonggrang). Laporan-laporan tersebut rupanya menarik hati pejabat-pejabat Belanda, sehingga tahun 1746 Gubernur Jendral Van Imhoff mengunjungi kompleks Prambanan, kemudian berdatanganlah orang-orang, baik atas perintah atasannya maupun atas kehendak sendiri. Kemudian Sir Stamford Raffles yang menjadi Gubemur Jendral di Indonesia pada tahun 1814 sangat tertarik dengar kebudayaan Jawa. Dengan bantuan teman-teman dan bawahannya (orang Jawa) ia meneliti kebudayaan Jawa termasuk candi-candi yang kemudian diterbitkan daiam bukunya yang terkenal yaitu The History of Java (1817) . Pada waktu itu rupanya orang-orang Belanda dan Inggris telah mempunyai pandangan berbeda terhadap "barang-barang aneh" tersebut. Mereka mulai mengagumi candi dan berpikir betapa tingginya nilai seni yang ditampilkan, serta timbul kesadaran betapa tinggi peradaban bangsa Indonesia di masa lalu (Soekmono 1991:3).
Pada tahun 1885 Y.W. Yzerman mendirikan Archaeologische Vereenigins van Jogya, yaitu semacam Badan Purbakala. Sejak itu penelitian terhadap benda benda purbakala dilakukan lebih sistematis, demikian pula mulai dilakukan pemugaran candi-candi besar maupun candi kecil.
Penelitian candi-candi di Jawa maupun di luar Jawa telah banyak dilakukan Karangan-karangan tentang deskripsi candi paling banyak ditemukan, kemudian menyusul karangan mengenai relief candi, fungsi candi, Tatar belakang keagamaan seni arcanya, peranan candi dalam industri pariwisata dan sebagainya."
Jakarta: UI-Press, 1995
PGB 0462
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>