Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2346 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Azah Aziz
Bangi: Universiti Kebangsaan Malaysia, 2009
R 391.008.9 AZA r
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhila Shabrina Hidayati
"ABSTRAK
Malaysia adalah negara multikultural dengan Melayu sebagai etnis asli dan terbesar, karena itu lah budaya Melayu menjadi dasar perkembangan budaya di Malaysia. Baju kurung dan baju Melayu yang tadinya milik etnis Melayu kini menjadi pakaian nasional Malaysia yang menunjukkan identitas nasional dan nation branding. Menurut Hall 1990 , identitas bukan lah sesuatu yang tetap dan bergantung pada positioning. Sedangkan Anholt 2013 berargumen bahwa identitas merupakan bagian dari nation branding. Penelitian kualitatif ini melihat bagaimana penerimaan kaum muda Malaysia terhadap baju kurung dan baju Melayu sebagai identitas nasional dan nation branding. Penulis menemukan bahwa identitas yang ditampilkan melalui keduanya dapat berupa identitas Melayu dan identitas nasional Malaysia karena keduanya dipakai oleh seluruh etnis di Malaysia. Di dunia internasional, keduanya juga menjadi pakaian yang menunjukkan identitas Malaysia, sehingga citra yang ditampilkan melalui nation branding dapat terlihat melalui baju kurung dan baju Melayu. Kata kunci:Malaysia; baju kurung; baju Melayu; identitas; nation branding
ABSTRACT
Malaysia is a multicultural country with Malay as the indigenous and the largest ethnic, hence Malay culture is the foundation of the development of Malaysia rsquo s culture. Baju kurung and baju Melayu belonged to the Malays have became Malaysia rsquo s national costume that shows national identity and nation branding. According to Hall 1990 , identity is not fixed and has positioning. Anholt 2013 argues that identity is a part of nation branding. This qualitative research examines on how youths in Malaysia is accepting baju kurung and baju Melayu as their national clothing and nation branding. The author found that the identity that is shown through baju kurung and baju Melayu could be the Malay and Malaysia rsquo s national identity due to both costumes are worn by all ethnics in Malaysia. In the international world, those costumes have become the clothing which represent Malaysia rsquo s identity, so that image is shown through nation branding could be seen by means of baju kurung and baju Melayu. Keywords Malaysia baju kurung baju Melayu identity nation branding"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
T50366
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syahrul
"Kerusuhan-kerusuhan etnis yang meledak sejak awal era reformasi berakar dari kesenjangan sosial-ekonomi dan merupakan protes budaya yang memberikan petunjuk kuat bahwa tatanan sosial dalam kehidupan majemuk telah dilanggar dan dihancurkan. Kesenjangan ini merupakan usaha rekayasa class forming pemerintahan Orde Baru yang menempatkan kelompok etnis pendatang tertentu pada lapisan menengah dalam proses pembentukan piramida sosial masyarakat setempat. Kelompok menengah yang berfungsi sebagai penyangga (buffer) ini telah memaksa etnis pribumi setempat untuk puas di papan bawah, walaupun mereka merasa telah diperas dan dipinggirkan. Potensi konflik antara kedua kelompok telah memanfaatkan label etnis dan agama untuk memperkuat solidaritas dan legitimasi perlawanan terhadap ketidakadilan yang dirasakan selama ini.
Gerakan reformasi telah memberikan momentum untuk membangkitkan perlawanan dengan menggunakan label etnis dan agama tersebut. Konflik terbuka seperti di Bagan Siapi-api dan daerah lainnya pada hakekatnya adalah proses budaya untuk mendapatkan keadilan.
Pertanyaan mendasar dalam menganalisa berbagai kerusuhan etnik diberbagai daerah di nusantara ini adalah "mengapa upaya-upaya pembauran belum juga mendatangkan hasil yang optimal ?". Sudah banyak pakar yang mencoba memberikan pandangan mengenai sebab-akibat alotnya proses pembauran etnik di berbagai daerah dan berakhir dengan pertikaian yang setiap pertikaian meninggalkan kesan traumatis yang dalam dari kedua belah pihak.
Warisan sejarah yang ditinggalkan Hindia Belanda, yang dikenal dengan politik "devide de impera", serta mengkategorikan penduduk nusantara kedalam tiga golongan ; orang Eropa (posisi sosial paling tinggi), Timur Asing (posisi sosial menengah) yang terdiri dari orang Cina, India dan Arab, sedangkan golongan pribumi menempati golongan paling bawah. Ketiga golongan ini hidup secara terpisah dalam kantong-kantong dan lingkungannya masing-masing.
Ketika terjadi perubahan sosial besar-besaran akibat bergulirnya era reformasi sekarang ini, berlangsung reaksi yang berbeda di kalangan golongan kedua diatas. Karena jumlah mereka relatif kecil, orang-orang keturunan India, Arab dan minoritas lainnya tidak mengalami goncangan yang berarti. Tetapi, bagi orang-orang keturunan Cina, reformasi merupakan perubahan sosial yang besar yang akibat-akibat psikologisnya menyimpan traumatis yang dalam. Kenyataan ini merupakan akibat status dan perlakuan yang istimewa, seperti diberinya hak memonopoli penjualan candu, sebagai perantara jual beli antara pemerintah kolonial Hindia Belanda. Sedangkan pemerintahan berikutnya dimana etnis Cina diberi kemudahan dengan model hubungan ekonomi politik cukong di zaman Orde Baru. Sebagai akibatnya terjadilah kesenjangan ekonomi yang begitu hebat antara pribumi dan non-pribumi, sehingga berakibat kecemburuan sosial dan berakhir dengan konflik. Belum optimalnya proses pembauran sekarang ini disebabkan oleh banyak faktor seperti faktor historis, kultural, politis dan upaya penyeiesaiannya hendaklah dengan memahami secara mendasar tatanan sosial kemasyarakatan yang ada serta menggunakan pendekatan dari berbagai disiplin ilmu yang berbeda dan dilakukan kajian secara berkesinambungan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T7139
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Amin
Pekanbaru: Yayasan Sagang, 2009
391 MUH b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Salikin Sidek
Selangor: Grup Buku Karangkraf Sdn. Bhd., 2011
R 392.54 SAL v
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
306 UNI r (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Syarifah Nurqamariah
"Indonesia adalah negara yang memiliki budaya yang beraneka ragam. Budaya ini perlu dilestarikan untuk mempertahankan identitas bangsa. Hunian etnik adalah wujud fisik kebudayaan yang juga layak dilestarikan. Namun gaya hidup telah mengalami perkembangan dan lingkungan mengalami perubahan. Hanya sedikit yang masih mau mempertahankan eksistensi hunian etnik ini, termasuk di antaranya masyarakat adat. Padahal hunian etnik adalah hunian yang dirancang dengan mengadaptasi keadaan lingkungan. Hunian ini mampu bertahan cukup lama dan memiliki kenyamanan termal yang cukup baik. Dengan menelusuri kearifan hunian etnik terhadap lingkungan alam kita dapat belajar dari masyarakat adat mengenai bagaimana mereka merancang hunian yang tanggap iklim.
Faktor lingkungan alam yang mempengaruhi rancangan suatu hunian adalah kondisi iklim, kondisi tapak dan peristiwa alam. Untuk mengetahui kearifan budaya pada hunian terhadap lingkungan alam, saya menelusuri hunian etnik pada kondisi tapak berbeda. Tapak terbagi dua yaitu daratan dan perairan. Bagaimana budaya pada hunian diterapkan pada kondisi tapak berbeda. Jika dibandingkan, apa yang sama dan apa yang terlihat berbeda pada rancangan hunian berbeda tapak ini. Studi kasusnya adalah hunian etnik milik suku Melayu Petalangan di Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau. Dari studi kasus, saya menemukan bahwa perbedaan terdapat pada pencerminan nilai budaya pada ornamentasi dan konstruksi, sementara orientasi dan susunan ruang hampir sama.

Indonesia is a country that has a diverse cultures. This cultures should be preserved to maintain our national identity. Ethnic house is the physical appearance of culture which also deserve to be conserved. But the lifestyle has been progressing and environment is changing. Only a few are still willing to defend the existence of these ethnic house, including indigenous peoples. Yet ethnic house is a residential dwelling that is designed by adapting environmental circumstances. This ethnic house can survive long enough and have good thermal comfort. By tracing the ethnic residential wisdom to the natural environment we can learn from indigenous peoples about how they design a shelter that responses climate.
Natural environmental factors that affect the design of a shelter are climatic conditions, site conditions and natural events. To know the cultural wisdom of house for the natural environment, I trace the ethnic house at a different site conditions. Site divided into two, namely land and waters. How the culture applied to this two different site conditions. In comparison, what is the same and what looks different of the design. Case study is the ethnic house of Malays called Petalangan in Pelalawan Regency of Riau Province. From the case studies, I find that there are differences in the reflection of cultural values on ornamentation and construction, while the orientation and arrangement of space is almost the same.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S52259
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Clarissa Rebecca Fredricka
"Artikel ini meneliti gaya busana Bon Chic Bon Genre (BCBG) yang dipelopori oleh kaum bourgeois di Prancis pasca krisis minyak tahun 1979. Gaya busana ini berkaitan dengan status sosial kelompok masyarakat tersebut yang merupakan anggota kelas sosial tertinggi di Prancis saat itu. BCBG muncul di kalangan bourgeois yang ingin memisahkan diri melalui nilai-nilai yang dianut kelompok sosial ini sehingga BCBG bukan hanya sekedar gaya busana melainkan juga gaya hidup kaum bourgeois. Gaya busana BCBG dianalisis menggunakan teori semiotika milik Roland Barthes, Barthes menempatkan busana sebagai “petanda” dan gaya berpakaian sebagai “penanda” hingga sampai kepada “mitos” untuk menemukan tanda-tanda yang menunjukkan kaitan antara gaya busana tersebut dengan gaya hidup kaum bourgeois. Dari hasil pembacaan semiotis tersebut terlihat bahwa melalui gaya busana BCBG kaum bourgeois menunjukkan adanya pemisahan diri dengan kalangan sosial lainnya dan mengukuhkan posisinya sebagai pemilik status sosial tertinggi di Prancis. Pemisahan diri kaum bourgeois akan diteliti dengan menggunakan teori distinction oleh Pierre Bordieu yaitu konsep pemisahan diri kaum yang dominan sebagai langkah untuk mengukuhkan posisi mereka dan membedakan nilai diri mereka dengan pihak lain.

This article examines fashion stylesBon Chic Bon Genre (BCBG)which was spearheaded by the peoplebourgeois in France after the oil crisis in 1979. This style of clothing was related to the social status of these groups of people who were members of the highest social class in France at that time.BCBGappear amongbourgeois who want to separate themselves through the values ​​adopted by this social group so that BCBG is not just a fashion style but also the lifestyle of thebourgeois. Fashion styleBCBGanalyzed using Roland Barthes' semiotic theory, Barthes places clothing as a "marker" and dress style as a "marker" to the "myth" to find signs that show the connection between the fashion style and the lifestyle of thebourgeois. From the results of this semiotic reading, it can be seen that through the style of clothingBCBG racesbourgeois indicating a secession from other social circles and strengthening its position as the owner of the highest social status in France. Separation of racesbourgeois will be investigated using theorydistinction by Pierre Bordieu namely the concept of separation of the dominant people as a step to strengthen their position and differentiate their self-worth from other parties.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Mohd Ridhuan Tee Abdullah
Kuala Lumpur : Utusan Publications & distributors Sdn Bhd, 2011
305.89 MOH m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Nordin Selat
""Disertasi ini diberi tajuk ""Kelas Menengah Pentadbir Malaya Satu Kajian Perksmbangan Gaya Hidup"". Yang tergolong dalam istilah pentadbir di sini ialeh sebahagian pegawai.'pegawai Kerajaan Bahagian l yang dahulunya di¬kenali sebagai Malayan Civil Service M.C.S.) dan sekarang aebagai Perkhidmatan Tadbir dan Diplomatik (P.T.D.) Kolas menengah pentadbir Aslayu ini merupakan golongan kelas menengah yang ulung sekali dalam masyax kat Melayu. Kelas ini munaul akibat penjajahaa kotonial British. Di saman kera.jaan Melayu tradieional, han,ya ada dua kolas yang jelaa - kelas Raja dan kolas rakyat. Golongan di ten ;e ten ah tide ad a, Mobi1iti ke atau tertutup lama sekali . PenJajah British memv'rlukan orang Melayu untuk diporalattkan. Uhtuk ini orang Mslayu diberi pelajaran Inggeris. k'elajaran Znggerie inilah yang msmbuka peluang bagi orang Melaya kolas rakyat naik ke atas.""
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1975
T41365
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>