Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 164688 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Riza Apriani
"Diabetes mellitus atau penyakit gula darah adalah salah satu penyakit yang cukup menonjol di antara penyakit-penyakit lain seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, serta penyakit kanker. Pengobatan diabetes melitus dapat dilakukan dengan pemberian Insulin, obat hipoglikemik oral, dan obat herbal. Salah satu tanaman obat yang bisa dijadikan sebagai obat herbal untuk penyakit diabetes melitus adalah kayu manis.
Berdasarkan penelitian sebelumnya, kayu manis memiliki penghambatan terhadap aktivitas α-glukosidase, namun senyawa aktif tidak diketahui kepolarannya, sehingga dilakukan fraksinasi untuk mengidentifikasi golongan senyawa dari fraksi yang aktif. Pengujian dilakukan secara in vitro terhadap ekstrak petroleum eter, etil asetat, n-butanol dan air menggunakan α- glukosidase dan substrat p-nitrofenil-α-D-glukopiranosida yang menghasilkan produk paranitrofenol. Produk tersebut diukur serapannya menggunakan Spektrofotometer UV-Vis pada λ 400 nm. Parameter adanya aktivitas penghambatan yang dimiliki oleh ekstrak ditunjukan oleh nilai %inhibisi dan IC50.
Hasil uji penghambatan aktivitas α-glukosidase menunjukkan bahwa ke empat fraksi ekstrak kulit batang kayu manis menunjukkan aktivitas penghambatan. Fraksi ekstrak yang memiliki penghambatan terbaik terhadap aktivitas α- glukosidase adalah ekstrak n-butanol dengan nilai IC50 sebesar 1,168 μg/mL. IC50 ekstrak etil asetat, air dan petroleum eter adalah 19,239 μg/mL, 24,244 μg/mL, dan 69,717 μg/mL. Golongan senyawa yang dikandung oleh ekstrak n-butanol adalah flavonoid, glikosida dan tanin.

Diabetes mellitus or blood sugar disease is a quite prominent disease among other diseases such as heart and blood vessel, and cancer. Treatment of diabetes mellitus can be done by administering insulin, oral hypoglycemic drugs, and herbal medicine. One of the medicinal plants that could be used as herbal medicine for diabetes mellitus is cinnamon.
Based on previous studies, cinnamon has inhibitory activity against α-glucosidase, but the polarity of active compound is unknown, so that fractionation is done to identify the compound of the active fraction. The method was an in vitro model to extract of petroleum ether, ethyl acetate, n-butanol and water using α- glucosidase and substrate of p-nitrophenyl-α-D-glucopyranoside that produced p-nitrophenol. The product was measured by spectrophotometer UV-Vis at λ 400 nm. The parameters of inhibitory activity of extracts is shown by the values of % inhibition and IC50.
The test results of inhibitory activity of α-glucosidase showed that the four fractions of cinnamon bark extract, showed inhibitory activity. The extract fraction that have the best inhibitory activity against α-glucosidase is n-butanol extract with IC50 values of 1.168 mg/mL. IC50 values of ethyl acetate, water and petroleum ether extract is 19.239 μ/ml, 24.244 μ/mL, and 69.717 μ/ mL. The compounds contained by n-butanol extract are flavonoids, glycosides and tannins."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S1793
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nofiantini
"Prevalensi penyakit diabetes melitus (DM) meningkat secara signifikan di seluruh belahan dunia. Penghambat α-glukosidase diketahui berperan sebagai agen terapeutik untuk pengobatan diabetes, khususnya DM tipe 2. Berdasarkan penelitian sebelumnya diketahui bahwa terdapat berbagai tanaman yang memiliki efek penghambatan terhadap aktivitas α-glukosidase, salah satunya adalah daun garu (Antidesma montanum Blume). Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh fraksi yang memiliki efek penghambatan aktivitas α-glukosidase tertinggi dari ekstrak etanol daun garu dan mengidentifikasi golongan senyawa kimia dari fraksi teraktif tersebut. Serbuk simplisia diekstraksi secara maserasi menggunakan pelarut etanol 80% kemudian difraksinasi dengan n-heksana, etil asetat, dan metanol. Uji penghambatan aktivitas α-glukosidase dilakukan dengan mengukur serapan produk p-nitrofenol yang dihasilkan dari reaksi antara α-glukosidase dan substrat p-nitrofenil- α-D-glukopiranosida menggunakan microplate reader pada λ 405 nm. Hasil uji menunjukkan bahwa fraksi etil asetat memiliki efek penghambatan aktivitas α-glukosidase terbaik dengan IC50 138,38 ppm. Hasil uji kinetika enzim menunjukkan fraksi etil asetat menginhibisi α-glukosidase secara kompetitif. Hasil identifikasi golongan senyawa kimia menunjukkan bahwa fraksi etil asetat mengandung glikosida, tanin, dan terpen.

Prevalence of diabetes mellitus (DM) increased significantly in all parts of the world. α-Glucosidase inhibitors have known to be therapeutic agent for diabetes treatment, especially type 2 DM. Based on previous studies in mind that there are various plants that have the effect of inhibiting the activity of α-glucosidase, one of which is garu leaves (Antidesma montanum Blume). This research purposed to get the fraction which had the highest α-glucosidase inhibiting activity from ethanol extract of garu leaves and identify the chemical compounds from the most active fraction. Simplisia powder was extracted by maseration using 80% ethanol then fractionated using n-hexane, ethyl acetate, and methanol. Inhibitory activity test was performed by measuring absorbance of p-nitrophenol, which produced by reaction between α-glucosidase and p-nitrophenyl-α-D-glucopyranoside, using microplate reader at 405 nm. The result showed that ethyl acetate fraction have the best α-glucosidase inhibitory activity with IC50 values 138.38 ppm. The test of enzyme kinetics showed that ethyl acetate fraction inhibited competitively. The phytochemical screening showed that ethyl acetate fraction of garu leaves contained glycosides, tannins, and terpenes."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S53350
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Taufik Ekaprasada
"It has been investigated the plant of Cinnamomum burmannii Nees ex Blume from the West Sumatera as sources of antioxidant and antibacterial compounds. Extraction with n-hexane and ethanol showed the activities of antioxidant as radical scavenger and as the antibacteria againt Escherichia coli. Fractional from the crude extract on silica gel column with the n-hexaneethyl acetate solven gradient system for the n-hexane crude extract and the ethyl acetate-methanol solven gradient system for the ethanol crude extract yield three fractions. They are examined with radical scavenger method. The n-hexane crude extract and its fraction showed weak of antioxidant capacity but the ethanol crude extract and the two its fractions showed very powerful of antioxidant capacity with IC50 9.0 ppm, 7,8 ppm and 11.2 ppm respectively. A Fraction from the n-hexane crude extract (fraction A) and two fractions from the ethanol crude extract ( fraction B and fraction C) were analyzed UV, IR and GC-MS. Fraction A consist of trans cinnamaldehyde (54, 41 %), cinnamate acid (20,49 %), benzaldehyde (7,95 %) dan α-phenylacetaldehyde (4,30 %). Fraction B consist of trans–cinnamaldehyde (68,65 %), methyl cinnamate (9,20 %), methyl hexadecanoic (8,49 %) and methyl-9-Octadecenoic (6,99 %). Fraction C consist of ethyl tetradecanoic (43,56 %), ethyl laurate (39,48 %), ethyl hexadecanoic (12,16 %), dioctyl hexenedioic (2,98 %) and diisooctyl 1,2 benzenedicarboxylic (1,83 %). Keywords: Antioxidant , Antibacteria activities, Cinnamomum burmannii
Nees ex Blume, Escherichia coli, Radical Scavenger ."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
T39912
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fransisca
"Pelarut organik memiliki beberapa masalah seperti toksisitas terhadap manusia dan beban lingkungan. Natural Deep Eutectic Solvent (NADES) adalah pelarut yang lebih ramah lingkungan untuk mengekstraksi senyawa biomarker tanaman dibandingkan dengan pelarut organik. Dalam penelitian ini, NADES digunakan sebagai pelarut untuk ekstraksi kulit kayu manis Cinnamomum burmannii yang mengandung biomarker trans-cinnamaldehyde dan kumarin. Optimalisasi ekstraksi untuk mendapatkan kandungan trans-cinnamaldehyde optimal dilakukan dengan menentukan jenis NADES (asam betaine-laktat, asam betain-malat, asam betain-malat dengan perbandingan 1: 1), penambahan air NADES (20) %, 40% dan 60%), waktu ekstraksi (10 menit, 30 menit, dan 50 menit) menggunakan Ultrasonic-Assisted Extraction (UAE), dan rasio pelarut sampel adalah 1:10. Sebagai perbandingan, ekstraksi konvensional dilakukan dengan metode soxhlet menggunakan etanol 96%, rasio sampel-pelarut 1: 10, dan ekstraksi 5 jam (3 siklus). Penentuan trans-cinnamaldehyde dan coumarin dilakukan dengan metode High Performance Liquid Chromatography (HPLC). Analisis kondisi optimal untuk kadar trans-cinnamaldehyde dan kumarin dilakukan dengan metode ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa NADES asam betaine-laktat dengan penambahan air 40% dan waktu ekstraksi 30 menit menghasilkan kandungan trans-cinnamaldehyde tertinggi, yaitu 8,76 mg / g dan kadar kumarin 9,52 mg / g. Dalam metode ekstraksi soxhlet, hasil trans-cinnamaldehyde yang diperoleh adalah 0,71 mg / g dan kandungan kumarin adalah 4,25 mg / g. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa metode ekstraksi asam laktat UAE-NADES dapat mengekstraksi trans-cinnamaldehyde lebih baik daripada metode soxhlet dengan etanol 96%.

Organic solvents have several problems such as toxicity to humans and the environmental burden. Natural Deep Eutectic Solvent (NADES) is a more environmentally friendly solvent for extracting plant biomarker compounds compared to organic solvents. In this study, NADES was used as a solvent for the extraction of Cinnamomum burmannii cinnamon bark containing trans-cinnamaldehyde and coumarin biomarkers. Optimization of extraction to obtain optimal trans-cinnamaldehyde content is done by determining the type of NADES (betaine-lactic acid, betain-malic acid, betain-malic acid in a ratio of 1: 1), addition of NADES water (20)%, 40% and 60%) , extraction time (10 minutes, 30 minutes, and 50 minutes) using Ultrasonic-Assisted Extraction (UAE), and the solvent ratio of the sample was 1:10. As a comparison, conventional extraction was carried out using the Soxhlet method using ethanol 96%, a sample-solvent ratio of 1: 10, and extraction of 5 hours (3 cycles). The determination of trans-cinnamaldehyde and coumarin was carried out using the High Performance Liquid Chromatography (HPLC) method. Analysis of the optimal conditions for trans-cinnamaldehyde and coumarin levels was performed by the ANOVA method. The results showed that NADES betaine-lactic acid with the addition of 40% water and 30 minutes extraction time produced the highest trans-cinnamaldehyde content, which was 8.76 mg / g and coumarin levels 9.52 mg / g. In the soxhlet extraction method, the yield of trans-cinnamaldehyde obtained is 0.71 mg / g and the coumarin content is 4.25 mg / g. Based on the results of the study, it can be concluded that the UAE-NADES lactic acid extraction method can extract trans-cinnamaldehyde better than the soxhlet method with 96% ethanol."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dea Febianli
"Pelarut organik memiliki beberapa efek seperti toksisitas terhadap manusia, sulit terurai dan dapat menyebabkan polusi lingkungan. Pelarut eutektik dalam alami (NADES), telah diusulkan sebagai alternatif untuk ekstraksi hijau. Dalam penelitian ini, NADES berbasis kolin klorida dengan 3 pasangan asam (asam laktat, asam malat dan asam sitrat) dievaluasi kemampuannya sebagai pelarut untuk mengekstrak trans-cinamaldehyde dan kumarin dari kulit kayu Cinnamomum burmannii. Optimalisasi kondisi ekstraksi dilakukan dengan menentukan persentase penambahan air dan waktu ekstraksi. Ekstraksi dilakukan menggunakan metode ultrasonik dengan pelarut NADES dan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Penentuan kadar trans-cinamaldehyde dan kumarin dievaluasi menggunakan High Performance Liquid Chromatography (HPLC). Hasil penelitian menunjukkan bahwa asam kolin klorida-laktat (1: 2) dengan penambahan air 40% dan waktu ekstraksi 30 menit menghasilkan kadar trans-sinamaldehyde tertinggi yaitu 9,24 mg / g dan kandungan kumarin tertinggi adalah dan 11,60 mg / g. Hasil ekstraksi menggunakan pelarut NADES menghasilkan tingkat senyawa yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa NADES choline chloride-lactic acid dapat menarik senyawa trans-cinnamaldehyde dan coumarin dari kulit kayu manis.

Organic solvents have several effects such as toxicity to humans, difficult to decompose and can cause environmental pollution. Natural deep eutectic solvent (NADES), has been proposed as an alternative to green extraction. In this study, choline chloride-based NADES with 3 acid pairs (lactic acid, malic acid and citric acid) were evaluated for their ability as a solvent to extract trans-cinamaldehyde and coumarin from the bark of Cinnamomum burmannii. Optimization of extraction conditions is done by determining the percent of water addition and extraction time. Extraction was carried out using ultrasonic methods with NADES solvents and maceration methods using 96% ethanol solvents. Determination of trans-cinamaldehyde and coumarin levels was evaluated using High Performance Liquid Chromatography (HPLC). The results showed that choline chloride-lactic acid (1: 2) with the addition of 40% water and 30 minutes extraction time produced the highest levels of trans-sinamaldehyde which was 9.24 mg / g and the highest coumarin content was and 11.60 mg / g. Extraction results using NADES solvents produce higher levels of compounds compared to maceration methods using 96% ethanol solvent. Based on this research, it can be concluded that NADES choline chloride-lactic acid can attract trans-cinnamaldehyde and coumarin compounds from cinnamon bark."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gine Intan Pratidinaningsih
"Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki keanekaragaman tumbuhan terbesar
di dunia. Keanekaragaman tumbuhan dan senyawa kimia yang ada di dalamnya perlu
diidentifikasi untuk penggunaan yang tepat. Penelitian senyawa kimia pada tumbuhan
dilakukan dengan pendekatan kemotaksonomi dan sudah dimulai pada awal abad kedua.
Salah satu tumbuhan yang menarik untuk diteliti adalah dari genus Artabotrys, dimana
di Indonesia terdapat 20 jenis Artabotrys. Artabotrys telah diketahui mengandung
senyawa metabolit sekunder dan pernah digunakan sebagai pengobatan tradisional
untuk beberapa penyakit, kemudian dilaporkan pula adanya aktivitas sebagai
antibakteri. Maka, saat ini, potensi antioksidan menjadi salah satu potensi yang ingin
digali, khususnya pada spesies Artabotrys blumei Hook.f. & Thomson mengingat belum
banyaknya penelitian yang dilakukan pada spesies tersebut. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui aktivitas antioksidan kulit batang A. blumei pada tingkat fraksi
dimana ekstrak dibuat dengan metode maserasi menggunakan pelarut heksana, etil
asetat dan metanol. Fraksinasi dilakukan pada ekstrak metanol dengan menggunakan
kromatografi kolom, dan didapatkan 9 fraksi gabungan. Uji aktivitas antioksidan
dilakukan dengan menggunakan metode DPPH pada panjang gelombang 517 nm. Hasil
menunjukkan bahwa 9 fraksi gabungan memiliki aktivitas antioksidan dengan fraksi F
sebagai fraksi teraktif yang memiliki nilai IC50 17,0044 μg/mL dan bobot fraksi
2,3128 g. Dilakukan juga penapisan fitokimia dan didapatkan hasil bahwa fraksi F
mengandung senyawa flavonoid dan fenol. Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa
fraksi ekstrak metanol kulit batang A. blumei memiliki potensi yang cukup baik sebagai
antioksidan sehingga dapat dikembangkan lebih lanjut menuju tingkat isolasi dan
pemurnian untuk memperoleh senyawa tunggal yang berkhasiat sebagai antioksidan.

Indonesia is one of the countries with the largest variety of plants in the world. Plant
diversity and chemical composition in need to be required for proper use. Research into
the chemical composition of plants is carried out by chemotaxonomy and has begun in
the early second century. One of the interesting plants to be distributed is from the
genus Artabotrys, where in Indonesia there are 20 types of Artabotrys. Artabotrys has
been known to contain secondary metabolites and has been used as a traditional
treatment for several diseases, and then published as an antibacterial activity. So, at this
time, the potential for antioxidants is one of the potential to be explored, specifically in
the species Artabotrys blumei Hook.f. & Thomson given the amount of research done
on that species. This study discusses the antioxidant of A. blumei stem bark at the
fraction level where the extract is made by maceration method using hexane, ethyl
acetate and methanol. Fractionation was carried out on methanol extract using column
chromatography, and 9 combined fractions were obtained. The antioxidant activity test
was carried out using the DPPH method at a wavelength of 517 nm. The results showed
that 9 fractions contained antioxidant activity with F fraction as the most active fraction
which had an IC50 value of 17.0044 μg/mL and a weight of fraction of 2.3128 g.
Phytochemical screening can also be obtained and the fraction F results contain
flavonoid and phenol compositions. From this study, it can be concluded that the
A. blumei stem bark extract of methanol has good potential as an antioxidant so that it
can be further developed to reach a level of isolation and purification to obtain a single
composition that is efficacious as an antioxidant.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Utari Oemardy
"Tirosinase merupakan enzim monooksigenase yang berperan dalam katalisis dua reaksi tahap pertama pembentukan melanin. Pigmen melanin melindungi kulit dari radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan pada kulit, tetapi produksi melanin yang berlebihan dapat mengakibatkan gangguan kulit seperti melasma dan bintik-bintik hitam pada kulit. Oleh Karena itu, saat ini inhibitor tirosinase banyak digunakan dalam dunia kosmetik dan pengobatan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya potensi penghambatan aktivitas tirosinase dan mengidentifikasi golongan senyawa yang terkandung dalam ekstrak dan fraksi teraktif kulit buah markisa. Ekstraksi dilakukan secara berturut-turut menggunakan pelarut n-heksan, etil asetat, dan metanol. Setiap ekstrak diuji penghambatan aktivitas tirosinase menggunakan spektrofotometer yang dilengkapi dengan microplate reader melalui pengukuran serapan L-dopakrom yang terbentuk pada panjang gelombang 490 nm. Ekstrak teraktif yaitu ekstrak n-heksan dipisahkan menggunakan kromatografi kolom dan dilakukan uji penghambatan tirosinase terhadap fraksi gabungan. Golongan senyawa kemudian diidentifikasi pada ekstrak n-heksan dan fraksi dengan persen penghambatan tertinggi yaitu FG 5. Hasil pengujian menunjukkan bahwa ekstrak n-heksan memiliki potensi penghambatan tirosinase tertinggi dengan IC50 85,46 μg/mL dan mengandung senyawa steroid-terpen; FG 5 juga mengandung senyawa steroid-terpen, namun tidak memiliki potensi penghambatan tirosinase.

Tyrosinase is monooxygenase enzyme that plays an important role in two major reactions of melanin production. Melanin pigment protects skin from free radical that may lead skin damage, but an excessive production of melanin may cause skin disorder such as melasma and freckles. Therefore, nowadays many tyrosinase inhibitor are used in cosmetic and medical field. This study was conducted to find out potential inhibition of tyrosinase activity and to identify compound group in extract and the most active fraction of passion fruit rind. Extraction was carried out sequentially using three solvents with increasing polarity; n-hexane, ethyl acetate, and methanol. Each extract was tested using microplate-reader spectrophotometer by measuring L-dopachrome absorbance at 490 nm. The most active extract, n-hexane extract was separated using column chromatography and tyrosinase inhibition assay was performed in the combined fractions. Compound group then was identified in n-hexane extract and fraction with the highest inhibition percentage, FG 5. The result showed that n-hexane extract had the highest inhibition potential with IC50 value of 85,46 μg/mL and contained steroid-terpene; FG 5 also contained steroid-terpene, but it did not have tyrosinase inhibition potential."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S55066
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iin Marlin Simiati
"Garcinia merupakan salah satu marga tumbuhan buah dalam suku Clusiaceae yang memiliki aktivitas antioksidan. Beberapa jenis dari marga ini telah diteliti memiliki aktivitas antioksidan, sedangkan untuk Garcinia lateriflora Blume var. javanica Boerl. belum ditemukan literatur yang menyatakan bahwa pernah dilakukan penelitian terhadap jenis ini. Penelitian ini dilakukan untuk menguji aktivitas antioksidan ekstrak daun G. lateriflora Blume var. javanica Boerl. dengan metode DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil) yang diukur serapannya menggunakan Spektrofotometer UV-Vis pada 517 nm. Ekstrasi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan pelarut dengan kepolaran yang semakin meningkat yaitu berturut-turut n-heksan, etil asetat, dan metanol. Parameter adanya aktivitas antioksidan yang dimiliki oleh ekstrak daun G. lateriflora Blume var. javanica Boerl. ditunjukkan oleh nilai IC50. Hasil uji aktivitas antioksidan menunjukkan bahwa masing-masing ekstrak memiliki aktivitas antioksidan mulai dari yang tertinggi yaitu ekstrak metanol, etil asetat dan n-heksan dengan nilai IC50 berturut-turut 6,1767 ppm, 10,5881 ppm dan 61,9996 ppm. Ekstrak yang memiliki aktivitas antioksidan teraktif yaitu metanol dilakukan fraksinasi menggunakan kromatografi kolom dipercepat, sehingga diperoleh sepuluh fraksi. Dari ke sepuluh fraksi tersebut fraksi E merupakan fraksi teraktif dengan nilai IC50 4,8027 ppm. Identifikasi kimia pada fraksi E menunjukkan adanya senyawa antrakuinon, flavonoid, tanin, saponin, dan glikosida.

Garcinia is the fruit plants genus in Clusiaceae family. Some species of this genus have an antioxidant activity, but Garcinia lateriflora Blume var. javanica Boerl. has not been stated as an antioxidant plant in the literature. The aim of this research is to determine antioxidant activity from the leaves of Garcinia lateriflora Blume var. javanica Boerl. by DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhidrazyl) methode with spectrophotometer UV-Vis at 517 nm. Extraction had been done by maceration using solvents with polarity increasing started from n-hexane, ethyl acetate, and methanol. The parameters of antioxidant activity were indicated by IC50 values. Test results of each extracts had an antioxidant activity . The highest antioxidant activity was methanol, followed with ethyl acetate, and then n-hexane extract with each IC50 values were 6.1767 ppm, 10.5881 ppm and 61.9996 ppm. The extract with the highest antioxidant activity, methanol had been fractionated by using flash column chromatography and give ten fraction groups. The best antioxidant activity was showed by fraction E with IC50 value was 4.8027 ppm. The chemical identification of fraction E showed the positive result for anthraquinones, flavonoids, tannins, saponins, and glycosides as their chemical compounds."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42220
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aritonang, Ridho Rizki Yuda
"Marga Calophyllum telah diteliti memiliki khasiat sebagai antioksidan diantaranya Calophyllum canum, C. depressinervosum, C. macrocarpum, C. teysmanii, dan C. symingtonianum, namun Calophyllum lanigerum Miq. belum ada penelitiannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antioksidan ekstrak dan fraksi teraktif Calophyllum lanigerum Miq. serta mengidentifikasi golongan senyawa yang terdapat pada ekstrak dan fraksi tersebut. Uji antioksidan dilakukan dengan menggunakan metode DPPH. Hasil uji antioksidan menunjukkan ekstrak etanol memiliki aktivitas antioksidan dengan IC50 3,02 μg/mL. Ekstrak etanol mengandung golongan senyawa terpenoid, saponin, fenol, tanin, flavonoid, dan glikosida. Ekstrak etanol Calophyllum lanigerum Miq. dipartisi menggunakan pelarut dengan kepolaran yang meningkat yaitu dimulai dengan n-heksan, etil asetat, butanol, dan metanol. Hasil uji antioksidan menunjukkan fraksi etil asetat memiliki aktivitas antioksidan tertinggi dengan IC50 2,89 μg/mL. Pemisahan fraksi etil asetat dilakukan dengan menggunakan kromatografi kolom dan didapat 6 subfraksi berdasarkan kesamaan profil KLT. Hasil uji antioksidan menunjukkan subfraksi E5 memiliki aktivitas antioksidan tertinggi dengan IC50 3,11 μg/mL. Subfraksi E5 mengandung golongan senyawa fenol, tanin, flavonoid, dan glikosida.

Calophyllum genus had been studied that they had good antioxidant properties such as Calophyllum canum, C. depressinervosum, C. macrocarpum, C. teysmanii, and C. symingtonianum, but Calophyllum lanigerum Miq. had not been studied. The purposes of this research are to determine the antioxidant activity from the extract and fractions of C. lanigerum Miq., and to identify what phytochemical compounds contained in the extract and the most active fraction. The antioxidant activity test of C. lanigerum Miq. used DPPH method. The result showed that the antioxidant activity of ethanolic extract had the IC50 value 3,02 μg/mL. Ethanolic extracts contained terpenoids, saponins, phenols, tannins, flavonoids, and glycosides. Ethanolic extracts of C. lanigerum Miq. was then partitioned using these following solvents, based on the increasing of solvent polarity, n-hexane, ethyl acetate, buthanol, and methanol. The result showed that the ethyl acetate fraction had the strongest antioxidant activity with an IC50 value 2,89 μg/mL. Ethyl acetate fraction was then fractionated by using a column chromatography which obtained 6 combined-fractions based on their similarity profile on TLC plate. The test result showed that E5 subfraction had the strongest antioxidant activity with an IC50 value 3,11 μg/mL. The E5 subfraction contained flavonoids, glycosides, tannins, and phenols."
Depok: Fakultasi Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S46775
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurina Fatmawati
"Antioksidan adalah substansi yang diperlukan tubuh untuk menetralisir radikal bebas dan mencegah kerusakan yang ditimbulkan oleh radikal bebas. Kekhawatiran akan efek akibat antioksidan sintetik karena bersifat karsinogenik, membuat antioksidan alami menjadi pilihan alternatif. Garcinia merupakan salah satu genus tanaman di Indonesia yang mempunyai aktifitas antioksidan yang baik. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas antioksidan ekstrak kulit batang Garcinia celebica dengan metode perendaman 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH). Kulit batang Garcinia celebica diekstraksi dengan pelarut n-heksan, etil asetat, dan methanol secara maserasi bertingkat. Masing-masing ekstrak dilakukan uji aktivitas antioksidan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak yang paling aktif adalah ekstrak metanol dengan nilai IC50 sebesar 11,351 µg/mL. Selanjutnya ekstrak teraktif difraksinasi dengan kromotografi kolom dipercepat, dan didapatkan 8 fraksi. Masing-masing fraksi diuji aktifitas antioksidannya, dan diperoleh fraksi D sebagai fraksi teraktif dengan nilai IC50 sebesar 2,10 µg/mL. Golongan senyawa pada fraksi teraktif adalah flavonoid, terpenoid, glikosida, dan tanin.

Antioxidants are substances needed for body to neutralize free radicals and prevent them from damage caused by free radicals. The concerns about the effects caused by synthetic antioxidants because of carcinogenic nature make natural antioxidants as the chosen alternative for antioxidant sources. Garcinia is one of a genus plant in Indonesia which has good antioxidant activity. The purpose of this study is to determine the antioxidant activity of the stem bark extract of Garcinia celebica by 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl (DPPH) assay. Garcinia celebica stem bark is extracted using n-hexane, ethyl acetate, and methanol solvent then do the test antioxidant activity. The IC50 value of methanol extract as the most active fraction is 9,15µg/mL. The extract which has the highest antioxidant activity is fractinated by accelerated column chromatography and earned 8 fractions. The antioxidant activity of each fraction is tested by DPPH assay and the result is D fraction which has the lowest IC50 value of 2,10 µg/mL. The compounds of the active fractions are flavonoid, glikon, terpenoid and tannin."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S45305
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>