Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 109128 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
S6306
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abram Stevano F.S.M.
"ABSTRAK
Pengembang proyek perumahan mendapatkan keuntungan dengan menjual unit-unit rumah yang terdapat dalam lingkungan perumahan tersebut. Selain rumah, pengembang juga membangun fasilitas-fasilitas pendukung di lingkungannya. Sudah menjadi kewajiban pengembang untuk menambahkan fasilitas ke dalam lingkungan perumahan mereka. Tetapi sebagian pengembang membangun fasilitas, seperti taman lingkungan, dengan hasil yang berkualitas. Sebagian pengembang tersebut tidak hanya melihat kehadiran fasilitas sebagai kewajiban, tetapi juga menggunakan fasilitas tersebut sebagai nilai jual untuk meningkatkan daya jual dari perumahan mereka. Taman lingkungan adalah salah satu fasilitas lingkungan perumahan yang bisa menjadi daya tarik untuk membuat masyarakat mau membeli rumah dari pengembang. Taman lingkungan memiliki manfaat yang baik tidak hanya untuk calon pembeli, tetapi juga untuk pengembang yang membangunnya. Karakteristik ini membuat taman lingkungan menjadi fasilitas yang layak dalam sebuah lingkungan perumahan.

ABSTRACT
Residential developer make their profit from selling houses on their residential property. Residential developer do not only build houses, but also build amenities to support the neighborhood. It is their obligation to include such amenities into their residential development. But some developers make such a good amenities, like a neighborhood park. They rather see the amenities as a potential tool for marketing their properties instead of a duty to be followed. Neighborhood park is one of the amenities which can attract a lot of customers to buy house from the developer. Neighborhood park has some benefits and positive impacts to both the customers and the developers. These characteristics make it worth for neighborhood park to be built as an amenities in a residential environment."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sardjana Magnakarta
"ABSTRAK
Maksud untuk menemukan ada atau tidaknya faktor keseimbangan didalarn hak dan kewajiban antara pembeli dan penjual di dalam kontrak (form) perjanjian jual-bell rumah di perusahaan Real-Estate. Tujuannya adalah untuk mendapatkan titik temu yang sebaik-baiknye didalam penyelesaian suatu perselisihan hukum yang timbul didalam kontrak jual-beli rumah di perusahaan Real-Estate.
Didalam rangka mengumpulkan data-data guna mencapai tujuan, penelitian dititik-beratkan pada penelitian lapangan agar didapat data-data primer dari para pihak, yang ditempuh melalui cara wawancara, pengumpulan berkas serta observasi langsung di kantor perusahaan Real-Estate Pondok Indah. Selain itu dikombinasikan pula dengan penelitian perpustakaan.
Perbuatan hukum jual-beli rumah merupakan materi dari hukum perjanjian yang pengaturannya terdapat didalam Buku IV KUHPer, yang penggolongannya termasuk didalam perikatan untuk memberikan sesuatu. Termasuk dalam bagian khusus yaitu kaedah-kaedah dari perjanjian tertentu yang banyak atau paling sering' dipergunakan dalam masyarakat disebut dengan perjanjian bernama. Disamping KUHPer, hukum perjanjian didalam hukum perdata Indonesia dikuasai pula olah kaedah-kaedah yang terdapat didalam hukum adat. Oleh karena itu untuk menyeiesaikan suatu perselisihan hukum didalam perjanjian jual-beli rumah dan atau tanah haruslah dipecahkan dahulu masalah persoalan pendahuluan untuk mengetahui hukum apa yang lebih tepat diterapkan, dengan menggunakan patokan-patokan tertentu.
Real-Estate sebagai suatu usaha yang berbadan hukum terutama di Indonesia bergerak di bidang pengadaan papan, yaitu suatu kebutuhan yang sangat didambakan oleh masyarakat. Pengadaan diadakan dengan jual-beli tanah umumnya yang kemudian perjanjian pembangunan rumah, yang berbentuk tunai seketika atau dengan uang muka sebesar 15 % dengan pembayaran sisanya 30 hari kemudian dengan mendapatkan discount sebesar 2 % dan penjualan dengan pembayaran secara angsuran.
Kontrak jual-beli menggambarkan tidak adanya azas keseimbangan di dalam pelaksanaan kontrak anatara penjual dan pembeli yang umumnya awam akan hukum, yang lebih banyak mengemban kewajiban, sehingga perlindungan akan hak pembeli sangat lemah, hal mana dapat dilihat dalam pasal-pasal 2,3,8 kontrak pengikatan tanah yang dibuat dalam bentuk baku oleh P.T. Metropolitan Kencana / P.T. Neu Green Land, dimana pembeli tidak dapat menikmati haknya atas tanah yang telah dibayarnya layaknya sebagai pemilik. membatalkan kontrak jual-beli dapat dil-akukan dengan mudah secara sepihak oleh pihak penjual tanpa perlu perantara hakim pengadilan, sehingga akan menampakan pengabaian akan kaedah-kaedah keadilan bagi pihak pembeli.
Sengketa yang terjadi biasanya karena kontrak yang baku tidak ditentukan oleh kedua belah pihak, melainkan hanya oleh pihak pengusaha Real-Estate saja, sehingga pembeli sudah di-fait a compli dengan syarat-syarat dalam kontrak yang harus segera ditanda-tanganinya karena kebutuhan "papan" yang sangat mendesak. Pelaksanakan kontrak baku demikian itu memberi peluang yang besar untuk terjadinya sengketa terutama karena salah penafsiran atau tidak jelasnya diatur oleh pihak pembuat kontrak baku. Juga karena pembeli yang awam akan hukum tidak menyadari dan mengetahui bahua mereka telah terperangkap kedalam sistim hukum yang diciptakan oleh pengusaha Real-Estate, sengketa juga sering muncul pada seat perusahaan Real-Estate hendak memperoleh tanah untuk menjalankan usahanya yaitu dengan pihak penduduk yang menguasai tanah asal dengan sesuatu hak, yang biasanya diselesaikan secara musyawarah perdamaian atau melalui Dading atau cara terakhir bila timbul persengketaan yang berketerusan akan diselesaikan melalui Pengadilan.
Bahwa perusahaan-perusahaan Real-Estate yang telah membantu pemerintah didalam penyediaan papan namun-kurang memperhatikan unsur pembinaan hukum.
Titik temu yang memadai ialah dibentuknya peraturan-peraturan perihal perusahaan Real-Estate yang aifatnya memberikan batasan pada perusahaan Real-Estate didalam membuat kontrak-kontrak baku sehingga tidak raerugikan pihak konsumen sehingga dapat mencapai pembangunan seutuhnya didalam rangka pembangunan nasional, tanpa ada penekanan yang berlebihan pada salah satu program pembangunan saja yang akan membawa ketimpangan yang meluas dan dapat mengaburkan arti pembangunan itu sendiri."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1983
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khairul Saleh
"Tesis ini tentang Pelaksanaan Kegiatan Patroli Sebagai Pencegahan Kejahatan di Polsek Metro Pondok Gede. Penelitian yang akan dilakukan adalah membahas tentang pelaksanaan kegiatan patroli sebagai pencegahan kejahatan dilihat dari sistem manajemennya, membahas penerapan pemolisian melalui kegiatan patroli sebagai pencegahan kejahatan, dan membahas upaya unit patroli untuk meningkatkan kualitas pelayanan patroli yang menjadi harapan masyarakat. Penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, pengamatan, studi dokumen.
Hasil penelitian mendeskripsikan bahwa pelaksanaan kegiatan patroli sudah dilaksanakan, namun pelaksanaannya belum berjalan secara optimal. kemudian pelaksanaan kegiatan patroli sebagai pencegahan kejahatan di Polsek Metro Pondok Gede dapat mempengaruhi penurunan kriminalitas yang terjadi, walaupun pengaruh penurunan kriminalitas belum signifikan. Penyelenggaraan sistem manajemen patroli Polsek Metro Pondok Gede sudah diterapkan, baik dari manajemen operasional maupun manajemen sumber daya manusia. Namun dalam penyelenggaraannya masih kurang baik. Kemudian pelaksanaan pemolisian masyarakat melalui kegiatan patroli yang diterapkan oleh Unit Patroli Polsek Metro Pondok Gede kurang berjalan efektif, optimal dan menyentuh kepada seluruh wilayah. Walaupun sudah ada upaya membangun komunikasi dengan masyarakat setempat. Unit Patroli Polsek Metro Pondok Gede sudah berupaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan pelaksanaan patrolinya. Namun pelaksanaan patroli itu belum menunjukan pelayanan yang berkualitas. Harapan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan patroli belum optimal. Kemudian yang menjadi harapan masyarakat terhadap pelaksanaan kegiatan patroli masyarakat ingin lingkungannya selalu dalam keadaan aman dan nyaman dari segala gangguan keamanan dan ketertiban, tindak kejahatan dan pelanggaran. Masyarakat ingin selalu kehadiran polisi berada dilingkungannya.

This thesis is about The implementation of Patrol Activities as Crime prevention by Pondok Gede Police Sector. The research will be done to discuss about the implementation of patrol activities perform as crime prevention be seen from its management system, to discuss policing implementation through patrol activities as crime prevention, and work through society expectation in improving patrol unit service quality. This thesis is used qualitative approach by case study as research design. Meanwhile, datas collected were done through interview, observation, document study.
This research found to describe that the implementation of patrol activities have performed, but it has not worked optimal. While the implementation of patrol activities as crime prevention by Pondok Gede Police Sector had influence criminality, eventhough it hasn?t influenced significantly. Patrol management system has applied by Pondok Gede Police Sector, operational management and human resource management as well. But its management was still poor. Then, the implementation communities policing through patrol activities that applied by patrol unit Pondok Gede Police Sector is not effective, optimal and touched to all region. Although have available effort builds communication with local society. Pondok Gede Police Sector Patrol Unit has improved its quality, however, it has not shown the excellent service. The society expectation to get service excellent has not been done optimal. Then, the society expectation to the implementation of patrol activities is the society ecpect the feeling of safe and confortable from the disruption of security and public order, crime and violation. The society always want to hava police in their society.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mahdaniar Maulidini Muhyi
"ABSTRACT
Keamanan dalam hunian dianggap sebagai salah satu kebutuhan utama bagi penghuni yang bertempat tinggal di dalamnya. Akan tetapi, masih banyak kasus kriminalitas yang terjadi di hunian kota. Defensible space merupakan sebuah konsep dari desain lingkung hunian yang dianggap mampu mencegah kriminalitas. Melalui studi literatur dan observasi lapangan serta wawancara, skripsi ini membahas bagaimana defensible space terbentuk di hunian kota di Indonesia serta dampaknya terhadap kualitas keamanan yang tercipta pada dua jenis hunian organik di Kota Bogor. Pembahasan dimulai dari mengidentifikasi karakter fisik yang membentuk territoriality, natural surveillance, serta image dan milieu. Selanjutnya kondisi sosial serta kondisi fisik tersebut dikaitkan dengan pengaruhnya terhadap perilaku yang terbentuk. Hasil dari pengamatan yang telah dianalisis ini menunjukkan bahwa kondisi fisik, kondisi sosial, dan juga kondisi lingkungan luar hunian yang pada akhirnya membentuk kondisi defensible space secara menyeluruh. Di Perumahan Babakan, lingkungan yang terbentuk masih membuka kesempatan bagi pelaku untuk melakukan kejahatan karena defensible space yang terbentuk tidak menyeluruh. Sebaliknya, di Kampung Pulo Geulis, lingkungan sudah bebas dari kejahatan karena defensible space terbentuk secara menyeluruh.

ABSTRACT
Security in the housing is considered as one of the most important thing in the fulfillment of occupants needs. However, there are still many cases of criminality that still occur in urban housing. Defensible space is a concept of residential environment design that is able to prevent crime. Through literature study methods, field observations, and interviews, this thesis discusses how defensible space is created in urban housing in Indonesia as well as its effect on the quality of security created between two different types of organic dwelling in Bogor City. The explanation starts from identification of physical characteristic that create territoriality, natural surveillance, image and milieu. Then, the social condition and the physical condition are associated with its effects on peoples behaviours. The result of our discovery is that physical and social conditions create the whole defensible space condition. In Babakan Residence, the environment condition still opens the opportunity for the criminal to commit the crime because the defensible space is not created as a whole. In contrast, in Kampung Pulo Geulis, the defensible space is created as a whole. Therefore, the environment condition is free from any crime. "
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Winni Lestari
"Perumahan real estate merupakan bisnis berorientasi keuntungan yang dilakukan oleh pengembang. Seperti bisnis lainnya, bisnis perumahan real estate juga harus memiliki daya tarik pada produk yang diperjual belikan. Daya tarik sebuah perumahan merupakan kelebihan dari perumahan tersebut yang diharapkan dapat mendatangkan keuntungan jangka panjang bagi pengembangnya.
Saat ini banyak pengembang yang mengedepankan image 'hijau' sebagai daya tarik perumahannya. Image 'hijau' ini dibentuk oleh ruang terbuka hijau (RTH) yang ada di dalam perumahan. Namun terdapat beberapa konsekuensi jangka panjang yang harus ditanggung oleh konsumen menyangkut keberadaan RTH. Bila terdapat konsekuensi jangka panjang menyangkut RTH, apakah konsumen masih masih tertarik untuk membeli dan apakah RTH dapat digolongkan sebagai daya tarik perumahan.
Penulisan ini menganalisis dengan membedah desain RTH pada sebuah perumahan yang menjadikan RTH sebagai daya tariknya. Pembedahan tersebut berfungsi untuk mengetahui seperti apa desain RTH yang menarik. Untuk melihat ketertarikan konsumen pada RTH, maka dilakukan wawancara langsung yang mendalam. Sampai kemudian didapat kesimpulan bahwa RTH merupakan sebuah ketertarikan konsumen dalam membeli properti perumahan real estate.

Real estate housing is a profit-oriented business managed by a developer. Just like any other businesses, real estate housing must have some magnets as a matter of gaining consumers. These magnets are the excess' of a real estate housing in order to gain profit for its developer.
These days, there are few real estate housings heading their 'green image' as an excess. This 'green image' was constructed by green open spaces inside the housing area. But, there are few long-term consequences followed the green open spaces. The fact that there are long-term consequences, are green open spaces counted as a magnet for the consumers' And also, can we counted green open spaces as an excess for its housing area.
This writing is trying to look deeper about green space design in a real estate housing which use green space as its magnet for costumers. To see from costumers perspective, a close conversation has been made. Later on, this writing revealed the fact that costumers had the idea of green image in housing estate as their consideration in buying housing property.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S48392
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taty Herawaty Rivay
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1983
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Newman, Oscar
Washington: U.S. Departement of Housing and Urban Development Office of Policy Development and Reseach, 1996
231.765 NEW c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Akhmad Yani
"ABSTRAK
Pembangunan nasional yang dilaksanakan Indonesia selama PJPT I telah banyak membawa kemajuan dan perubahan dalam kehidupan sosial masyarakat. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat juga ditunjukkan dengan mening katnya pendapatan perkapita penduduk. Dalam 15-20 tahun yang lalu, pendapatan perkapita penduduk Indonesia baru mencapai US$ 210, namun pada tahun 1994 telah meningkat menjadi US 720. Pembangunan yang selama ini dilaksanakan, telah pula mengubah struktur ekonomi Indonesia yang menggeser peran sektor pertanian dalam produksi nasional. Dalam tahun 1989 peran sektor pertanian dalam produksi nasional sebesar 23,2 % telah turun menjadi 21,8 % pada tahun 1994. Sementara pada periode yang sama, peran sektor Industri meningkat dari 14,4 % menjadi 16,9 %.
Sejalan dengan terjadinya perubahan dalam struktur ekonomi, telah terjadi pula perubahan dalam struktur ketenagakerjaan, yang ditandai dengan terjadinya perubahan dalam distribusi jenis pekerjaan. Perubahan distribusi pekerjaan yang cukup tajam terutama terhadap tenaga kerja kepemimpinan dan ketatalaksanaan yang mencapai 177 %. Perubahan tersebut memberikan isyarat adanya peningkatan skill (ketrampilan) masyarakat, yang juga menunjukkan nilai-nilai kerja dengan mengutamakan profesionalisme cenderung semakin dihargai. Perubahan bentuk distribusi jenis pekerjaan yang berlangsung dalam arus perubahan dari masyarakat tradisional pertanian menuju masyarakat industri modern sebagai salah satu akibat keberhasilan pembangunan ekonomi yang selama ini dilaksanakan, telah melahirkan lapisan sosial ekonomibaru yang sering disebut sebagai kelas menengah.
Fenomena munculnya lapisan kelas menengah telah mengundang perhatian banyak kalangan ahli. Salah satu fenomena yang menarik adalah bahwa perilaku sosial ekonomi kelas menengah menampilkan refleksi yang berbeda dibandingkan dengan kelas sosial ekonomi lainnya.
Adanya suatu kecenderungan bahwa kelas menengah mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap masalah-masalah sosial yang muncul. Terhadap isu-isu lingkungan, kelas menengah memberikan kepedulian yang tinggi terutama dalam hal perlindungan lingkungan. Misalkan kebutuhan terhadap air dan udara bersih menurut kelas menengah adalah merupakan kebutuhan umum (publik) dan merupakan kebutuhan sosial. Dalam kaitan ini, penelitian ini mencoba untuk menelaah perilaku konsumsi rumah tangga terhadap kebutuhan lingkungan yang bersih dan sehat, dengan mengambil kasus kelas menengah.
Penelitian mengenai Perilaku Konsumsi Rumah Tangga Dalam Memenuhi Kebutuhan Lingkungan yang bersih dan sehat (kasus kelas menengah), merupakan studi kasus yang lokasinya di Kompleks Perumahan Pondok Timur Indah I, Desa Mustika Jaya, Kecamatan Bantar Gebang, Kabupaten Bekasi.
Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 1.123 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan Simple Random Sampling, dengan teknik penentuan Jumlah sampel menggunakan Teknik Estimasi Proporsi. Dari 1.123 populasi yang termasuk dalam kelompok kelas menengah adalah sebanyak 141 orang. Sedang yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah kepala rumah tangga kelas menengah.
Tujuan dari penelitian ini adalah pertama, untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran terhadap kebutuhan lingkungan yang bersih dan sehat. Kedua, mencari bentuk fungsi permintaan (melalui pendekatan pengeluaran) terhadap lingkungan yang bersih dan sehat. Ketiga, mengukur besarnya elastisitas pengeluaran terhadap kebutuhan lingkungan yang bersih dan sehat. Dalam penelitian ini lingkungan yang bersih dan sehat menyangkut dua aspek, pertama; kebutuhan akan kesehatan, kedua; kebutuhan akan rekreasi.
Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa terdapat hubungan yang cukup kuat antara beberapa variabel independen yaitu pendapatan, pendidikan, jumlah anggota rumah tangga, jenis pekerjaan, umur responder dan Crowding Index, dengan besarnya pengeluaran untuk kesehatan. Hal ini dibuktikan oleh angka koefisien korelasi (r) sebesar 0.84. Di samping itu koefisien determinasi memperlihatkan angka sebesar (r2) sebesar 0.85. mni berarti bahwa variasi besar kecilnya pengeluaran kesehatan 85 % disebabkan oleh beberapa variabel independen tersebut, sedangkan 15 % disebabkan oleh faktor lain.
Namun di antara beberapa variabel indpenden, ternyata variabel pendapatan, jumlah anggota rumah tangga dan umur responden mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan pengeluaran kesehatan. Hal ini ditunjukkan oleh hasil perhitungan koefisien korelasi Pearson yang menghasilkan masing-masing r = 0,92, 0,75 dan 0,43.
Terhadap pengeluaran untuk rekreasi, terdapat hubungan yang cukup kuat antara beberapa variabel independen yaitu pendapatan, pendidikan, jumlah anggota keluarga dan jenis pekerjaan dan umur responden dengan besarnya pengeluaran untuk rekreasi. Hal ini diperlihatkan oleh koefisien korelasi (r) sebesar 0.91. Sedang koefisien determinasi (r2) menunjukkan angka sebesar 0.92. ini berarti bahwa variasi besar kecilnya pengeluaran untuk rekreasi, 92 % disebabkan oleh variabel independen tersebut, sedangkan 8 % dipengaruhi oleh faktor lain.
Di antara variabel tersebut, variabel pendapatan, jumlah anggota rumah tangga dan umur responden mentpunyai hubungan yang sangat kuat dengan pengeluaran untuk rekreasi, yaitu dengan koefisien korelasi Pearson masing-masing sebesar 0,96, 0,71 dan 0,45.
Di samping itu, hasil perhitungan elastisitas pengeluaran kesehatan mendapatkan angka sebesar 1.64 (elastis). Angka ini berarti bahwa jika pengeluaran berubah sebesar 10 persen, maka menyebabkan terjadinya perubahan pengeluaran kesehatan sebesar 16.4 persen. Hal yang sama terlihat pula, angka elastisitas pengeluaran rekreasi sebesar 1.60. Hal ini berarti apabila pendapatan berubah 10 persen, maka terjadi perubahan pengeluaran rekreasi sebesar 16 persen.
Aspek lain yang ditemui dalam penelitian ini, terlihat rumah tangga kelas menengah mempunyai keinginan mengalokasikan pengeluaran untuk kesehatan ketika pendapatan sudah mecapai Rp 335.000,-. Sedang keinginan mengalokasikan pengeluaran untuk rekreasi, pada saat pendapatan mencapai Rp 275.000,-. Dapat disimpulkan bahwa rumah tangga kelas menengah cenderung lebih memperhatikan kegiatan rekreasi dibandingkan dengan upaya-upaya memperhatikan kesehatan.

ABSTRACT
The national development conducted by Indonesia as long as the first stage of development long term (PJPT T) has took change and progress society, i.e. increasing of a society welfare. For fifteen or twenty years ago, the income per capita of Indonesia has reached around US$ 210, but in 1994 has increased around US$ 720.
The development has also changed the contribution of agriculture and industries sector in GDP. The contribution of agriculture sector decline from around 23,3 % in 1989 to around 21,8 % in 1994. In the meantime the contribution of industries sector has increased from around 14,1 % to around 16,9 0.
In the line with changing in economic structure has took change in labor structure. It has been indicated by increasing distribution of type of job, i.e. leadership and management around 177 %. The chaning in distribution of type of job has resulted in a new social structure, i.e. the middle class.'
The middle class has pay more attention to environmental protection. In this context, the research tries to study on Household Consumption Behaviour Toward The Need for Healthy and Clean Environment. Case study of this research search is the middle class.
The research on Household Consumption Behavior In Fulfilling the need Toward a Clean and Healthy Environment (case study the middle class) was conducted at Pondok Timur Indah I Housing, Mustika Jaya Village, Bantar Gebang Sub-District, Bekasi District, West Java.
141 samples used in this research were taken out from 1123 population, using Simple Random Sample i.e Proportional Estimation Technique. Out of 1.123 population, 141 were of middle class. The respondent in this re-search were heads of middle class families.
The purposes of this research are: firstly to recognize the factors affecting the expenses to meet a clean and healthy environment. Secondly, to seek the form of request function (through expense approach) toward a clean and healthy environment. Thirdly, to measure the expense elasticity toward the need of a clean and healthy environment, in this research, the clean and healthy environment were connected to two aspect, i.e the need of health and recreation. Result of this re-search show a strong relationship between some independent variables i.e income, education, number of family members, type of job, age of respondent and crowding index, compared to health expense. This was proven by coefficient correlation figure of 0.84. Beside that the determination coefficient (r2} shows a rate of 0.85. This means the variation of big/small health expense was 85 percent resulted from said independent variables, while the remaining 15 percent was resulted from other factors.
In fact, among some independent variables, the income, number of family members and age of respondent variables have very strong relationship. This was shown by the result of Pearson Correlation Coefficient Calculation of those variables respectively are r= 0.92, 0.76 and 0.43.
On recreation expense, there was a relatively strong relationship between some independent variables, i.e income, education, number of family members, type of job and age of respondent with recreation expense. This was shown by correlation coefficient of 0.91. The determination coefficient (r2} showed an index of 0.92. This means that the variation of big/small recreation expense was 92 % resulted from said independent variables, while remaining 8 % was resulted from other factors.
Between the above mentioned variables, the income, number of family members and age of respondent variables have a very strong relationship with recreation expense, namely with Pearson correlation coefficient respectively are r 0.96, 0.71 and 0.45
Beside that, the result of health expense elasticity was 1.64 (elastic). This means that if expense change by 10 % the health expense will change by 16.4 %. The same case was also seen on recreation expense which have an elasticity rate of 1.60. This means that if the income change by 10 %, the recreation expense will respectively change by 16 %.
Another aspect found in this research was the middle class families willing to allocate health expense when their income reach Rp 335.000,- while willingness to allocate recreation arise at the time their income reach Rp 275.000,-. It can be concluded that the middle class families tend to pay more attention to recreation activities compared to efforts for health aspect.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>