Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 110236 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ranggapati Siswara Dewantoro
"Skripsi ini meneliti tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi sikap karyawan terhadap keanggotaan serikat pekerja. Faktor-faktor tersebut diwakili oleh faktor pekerjaan, yaitu ketidakpuasan kerja karyawan, stres kerja dan gaya kepemimpinan konsultatif pada atasan. Selain faktor terkait pekerjaan, faktor budaya individualisme dan kolektivisme yang lebih dikhususkan menjadi horizontal dan vertikal juga ikut diteliti dalam penelitian ini. Setelah melakukan uji regresi, hasilnya semua hampir seluruh variabel berpengaruh secara signifikan kecuali variabel kolektivisme horizontal.

This research examines determinant of employee's attitudes toward union membership. These factors are represented by job-related predictor, such as employee's job dissatisfaction, job stress and consultative managerial style. Apart from these job-related predictor variables, the cultural orientation has play a role in this research, such as individualism and collectivism horizontal and vertical. After performing regression testing, the results, almost all variables are influence significantly , except horizontal collectivism."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sunar Kussetiarso
"Permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh antara komponen-komponen QWL terhadap motivasi kerja karyawan? Adapun tujuan dan penelitian mi adalah untuk mengetahui penganth komponen-komponen QWL terhadap motivasi kerja karyawan baik secara parsial maupun simultan.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kausal dengan objek seluruh karyawan PT. YKK Alumico Indonesia pada Bagian Ready Made dan Order Made. Penelitian ini berlokasi di PT. YKK Alumico Indonesia Tangerang. Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan Instrumen kuesioner, wawancara, observasi dan studi pustaka. Untuk mengetahui pengaruh vaniabel-variabel QWL terhadap motivasi kerja karyawan digunakan analisis regresi berganda (multiple regression).
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai intercept (a), yang dalam hal ini dapat diinterprestasikan bahwa jika koefisien regresi X1,X2, X3 dan X4 dianggap tidak ada, maka persepsi karyawan mengenai motivasi kerja sebesar nilai intercept tersebut. Sedangkan koefisien regresi untuk variabel keterlibatan karyawan mempunyai anti bahwa apabila terjadi kenaikan tingkat persepsi karyawan terhadap keterlibatan karyawan sebesar satu, sedangkan variabel-variabel lain dianggap tetap, maka persepsi karyawan terhadap tingkat motivasi dìharapkan naik sebesar nilai koefisien tersebut. Nilai t yang lebih besar dan t tal1 menunjukkan bahwa hipotesis yang menyatakan terdapat pengaruh keterlibatan karyawan terhadap motivasi kerja dapat diterima.
Nilai koetisien regresi sistcm imbalan yang inovatif dapat di interprestasikan apabila terjadi kenaikan tingkat persepsi karyawan terhadap sistem imbalan yang inovatif sebesar satu sedangkan nilai variabel-variabel lain dianggap tetap, maka persepsi karyawan terhadap tingkat motivasi kerja diharapkan naik sebesar miai koefisien tersebut, Nilai t hitung yang lebih besar dan t menunjukkan bahwa hipotesis yang menyatakan terdapat pengaruh variabel sistem imbalan yang inovatif terhadap motivasi kerja dapat diterima.
Sedangkan nilai koefisien regresi konfigurasi kerja dapat diinterprestasikan bahwa apabila terjadi kenaikan tingkat persepsi karyawan terhadap konfigurasi kerja sebesar satu, sedangkan variabel-variabel lain dianggap tetap maka persepsi karyawan terhadap motivasi kerja karyawan turun sebesar nilai koefisien tersebut. Nilai t variabel konfigurasi kerja yang lebih besar dan tabel menunjukkan bahwa hipotesis yang menyatakan terdapat pengaruh konfigurasi kerja terhadap motivasi kerja karyawan ditolak.
Diperoleh juga nilai koefisien regresi untuk perbaikan lingkungan kerja dapat diinterprestasikan apabila terjadi kenaikan tingkat persepsi karyawan terhadap perbaikan-perbaikan lingkungan kerja sebesar satu sedangkan variabel-variabel lain dianggap tetap, maka persepsi karyawan terhadap motivasi kerja diharapkan naik sebesar nilai koefisien tersebut. Diperoleh t untuk variabel perbaikan-perbaikan Iingkungan kerja yang lebih besar dari t tabel. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis yang menyatakan terdapat pengaruh perbaikan-perbaikan lingkungan kerja terhadap motivasi kerja diterima.
Diperoleh juga nilai F yang lebih besar dari F tabel. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis yang menyatakan vaniabel-variabel QWL berpengaruh secara bersama-sama terhadap motivasi kerja karyawan dapat diterima. Selain ini diperoleh juga bahwa perbaikan-perbaikan lingkungan kerja memiliki pengaruh yang paling besar terhadap motivasi kerja karyawan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keterlibatan karyawan berpengaruh yang berarti terbadap motivasi kerja karyawan, dìberlakukannya sistem imbalan yang inovatifakan memberikan tingkat motivasi yang tinggi pada karyawan, konfigurasi kerja kurang memberikan pengaruh yang berarti terhadap motivasi kerja karyawan dan perbaikan-perbaikan lingkungan kerja memberikan pengaruh yang berarti terhadap motivasi kerja karyawan serta secara bersama-sama variabel-variabel QWL berpengaruh terhadap motivasi kerja karyawan.
Saran yang diberikan dari kesimpulan tersebut adalah bahwa dalam melaksanakan suatu kebijakan terutama kebijakan yang berhubungan dengan motivasi kerja karyawan harus memperhatikan faktor-faktor yang dapat meningkatkan motivasi kerja karyawan, memperlakukan karyawan sebagai manusia dan perlu adanya suatu usaha ke arah pemahaman-pernahaman mengenai komponen komponen QWL."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T3806
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nada Sakinah
"ABSTRAK
Undang-undang Aparatur Sipil Negara menjadi pondasi bagi reformasi manajemen sumber daya manusia aparatur. Salah satu perubahan utama yang dilahirkan undang-undang tersebut adalah seleksi terbuka untuk pengisian jabatan pimpinan tinggi. Keberhasilan suatu perubahan salah satunya ditentukan oleh sikap para pihak yang terkena dampak perubahan tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk menggambarkan sikap pegawai Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral terhadap kebijakan seleksi terbuka JPT Pratama sekaligus menggambarkan perbedaan sikap yang ditunjukkan oleh pegawai berdasarkan kelompok jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jenis jabatan, dan masa kerja. Hasilnya, secara umum ditemukan sikap yang positif tanpa perbedaan signifikan antara pegawai dengan usia, jenis kelamin, dan jenis jabatan berbeda serta perbedaan parsial antara satu kelompok dengan satu kelompok lain berdasarkan tingkat pendidikan dan masa kerja.

ABSTRACT
The new Civil Service Law (UU ASN) provides foundation for civil service reform. One of its main provisions is the open promotion system for senior executive positions. Attitude of those directly affected by a deliberative change could determine whether the change would be successful. This research tries to describe employee attitude toward the new open promotion system using sample from the Ministry for Energy and Mineral Resources. Sex, age, education level, types of job, and service tenure are factors tested to observe differentiation in employees? attitude. Researcher found that in general, employees tend to have positive attitude toward the new system and there are no differences explained by different sex, age, and types of job. Partial differences found in subgroups within service tenure and education level.
"
2016
T45794
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astelita Megani
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui lebih lanjut mengenai hubungan antara employee engagement dan kesiapan karyawan untuk berubah dan gambaran engagement serta kesiapan karyawan untuk berubah. Pengukuran employee engagement menggunakan alat ukur utrecht work engagement scale (Schaufeli, 2002) dan pengukuran kesiapan karyawan untuk berubah menggunakan alat ukur readiness for change scale (Hanpachern, 1997). Partisipan berjumlah 202 karyawan di PT.X dan memiliki karakteristik sudah bekerja di perusahaan minimal selama satu tahun.
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara employee engagement dan kesiapan karyawan untuk berubah (r = 0.408; p = 0.000, signifikan pada L.o.S 0.01). Artinya, semakin tinggi employee engagement , maka semakin tinggi kesiapan karyawan tersebut untuk berubah. Selain itu, gambaran engagement karyawan rata-rata tergolong dalam kategori sedang, begitu juga dengan kesiapan karyawan untuk berubah yang tergolong sedang Berdasarkan hasil tersebut, karyawan perlu diintervensi sejak dini dalam hal engagement-nya, sebagai salah satu pendorong kesiapan karyawan untuk berubah.

This research was conducted to find the correlation between employee engagement and employee readiness for change, and description about employee engagement and employee readiness for change in the organization. Employee engagement was measured using a modification instrument named Utrecht Work Engagement Scale (UWES) (Schaufeli, 2002) and employee readiness for change was measured using a modification readiness for change scale (Hanpachern, 1997). The participants of this research are 202 employee in PT.X and also have been work for at east oen year.
The main results of this research show that employee engagement positively correlated significantly with employee readiness for change (r = 0.408; p = 0.000, significant at L.o.S 0.01). The implication of this study is, the higher employee engagement leads to the higher his readiness for change. Furthermore, employee engagement dan employee readines for change in PT.X showing a mid result. Based on these results, employee needs to intervened early in the engagement as one of constructing the readiness for change.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Munggah Irawan Saleh
"ABSTRACT
Dalam karya akhir yang berjudul "PERSEPSI ATASAN TERHADAP
PENILAIAN KINERJA PEGAWAI PADA BANK X" Suatu Pendekatan Teori-X dan Teori-Y" Berdasarkan hasil penelitian yang telah diolah maka dapat dirangkum
Sebagai berikut:
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran hubungan tipe
atasan yang beranggapan Teori-X dengan atasan yang beranggapan Teori-Y dalam
Persepsinya terhadap Penjenjangan Kepentingan Penggunaan Daftar Penilaian
Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai (DP3) di Bank X. Hal ini diperlukan untuk dapat
mengukur keefektifan dari DP3 sebagai perangkat manajemen dalam pembinaan dan
pengembangan pegawainya. Kemudian penelitian tersebut diperlukan untuk dapat
mengetahui apakah para atasan / pimpinan dapat secara terampil, mengetahui dan menyadari tentang penggunaan DP3 secara benar dan efektif.
Metode pendekatan utama dalam permasalahan ini adalah metode deskriptif
untuk dapat memperoleh gambaran dan profil dari hubungan dan dinamika dari aspek-aspek
manajemen dan psikologik yang teraju. Di dalam mengadakan analisa terhadap
hasil yang diperoleh dilakukan secara deduktif dan induktif.
Untuk melengkapi pembahasan mengenai permasalahan yang diteliti digunakan
Juga pendekatan dari sudut sistim kepegawaian Pegawai Negeri Sipil.
Sehubungan penelitian ini difokuskan pada masyarakat industri perbankan maka
sampel yang diambil adalah pejabat lini pertama Bank X. Pengambilan sampel
di lakukan secara purposive sampel dimana sampel diambil berdasarkari kriteria
jabatan.
Dalam penelitian ini digunakan alat ukur sebagai berikut :
1. Angket Anggapan Atasan mengenai Bawahan yang merupakan adaptasi dari angket
Assumption About People dari Myers, yang berbentuk kuesioner dengan 10
pernyataan yang diberikan nilai dengan kisaran 1 - 10.
2. Angket Pemeringkatan Nilai Manfaat Daftar Penilaian Kondite yang mengacu pada
hasil penelitian dari Milkovich, 1989, yang berbentuk 14 kalimat yang
menunjukkan fungsi DP3, kemudian di berikan rangking dari 1 - 14 berdasarkan
nllai manfaatnya.
3. Sebagai pelengkap dilakukan wawancara kepada para pejabat Biro Personalia -
Bank X
Bertolak dari asumsi dasar bahwa untuk memperoleh hasil yang optimal dari
Penilaian Kinerja Pegawai maka anggapan positif atasan terhadap bawahan
sebagaimana model Teori Y dan pandangan terhadap alat DP3 sebagai alat pembinaan
pegawai akan menentukan efektifitas dari penggunaan DP3 tersebut. Sehingga
perumusan masalahanya adalah apakah ada perbedaan penilaian manfaat DP3 dari
atasan yang beranggapan Teori-X dengan atasan yang beranggapan Teori-Y.
Dengan menggunakan uji statistik maupun perhitungan statistik untuk
mendapatkan profil dari masing-masing kelompok atasan dalam penilaiannya terhadap
manfaat DP3, maka didapatkan hasil bahwa semua atasan memandang bahwa nilai
manfaat yang terutama dalam penggunaan DP3 adalah untuk tujuan meningkatkan
prestasi. Hanya saja untuk atasan kelompok Teori-Y peringkat penilaiannya secara
konsisten menunjukkan bahwa memang betul-betul DP3 di pandang sebagai alat dalam
kategori pengembangan pegawai, sosialisasi manajemen dan terakhir adalah katagori
administrasi. Namun untuk atasan kelompok Teori-Y penilaiannya kurang konsisten,
yaitu penilaian pertama untuk prestasi, tetapi kedua dan seterusnya untuk katagori
administrasi dan sosialisasi manajemen.
Untuk menindak-lanjuti hasil penelitian ini adalah dilakukan penelitian lanjutan
untuk mendalami dan memperluas cakupan penelitiannya, melakukan pelatihan atau
penataran terhadap para pejabat tentang tatacara pengisian yang benar dan tepat DP3
tersebut dan diadakan suatu analisis jabatan untuk mendukung penyempurnaan alat
tersebut.
"
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ludia Safitri
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat stres dan faktor-faktor konten pekerjaan dan konteks pekerjaan yang berhubungan dengan stress kerja pada karyawan Pusat Administrasi Universitas Indonesia. Penelitian dilakukan pada Juni 2013 dengan desain penelitian cross sectional. Penelitian melibatkan 100 responden yang bekerja di PAUI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 28% responden mengalami stres berat, 31% stres sedang dan 41% stres ringan. Hasil analisis chi square menunjukkan bahwa faktor konten pekerjaan yang berhubungan dengan stress karyawan adalah beban kerja dan karya desain (p <0,05), sedangkan secara signifikan faktor konteks pekerjaan yang berhubungan dengan stres karyawan adalah hubungan interpersonal. Tidak ada hubungan antara stres kerja dengan faktor konteks pekerjaan lain yang diteliti, yaitu lingkungan fisik kerja, gaji dan pengembangan karir (p>0,05).

This study aims to analyze the level of stress and the relationship between stress and job content and job context factors in employees Administration Center Universitas Indonesia. The study was conducted in June 2013 with cross sectional study design. There are 100 respondents who work in PAUI. The results show that 28% of respondents experiencing high stress, 31% middle stress and 41% low stress. Results of chi square analysis show that job content factors related to stress employees are work load and work design (p<0.05), whereas significantly job content factor related to stress is interpersonal relationship. There is no relation between stress employee and others job context factors, those are physical work environment, salary and career development (p>0.05).;This study aims to analyze the level of stress and the relationship between stress and job content and job context factors in employees Administration Center Universitas Indonesia. The study was conducted in June 2013 with cross sectional study design. There are 100 respondents who work in PAUI. The results show that 28% of respondents experiencing high stress, 31% middle stress and 41% low stress. Results of chi square analysis show that job content factors related to stress employees are work load and work design (p<0.05), whereas significantly job content factor related to stress is interpersonal relationship. There is no relation between stress employee and others job context factors, those are physical work environment, salary and career development (p>0.05)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muthiah
"PT. X merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pariwisata dan properti. Karyawan dituntut untuk terus meningkatkan kualitas layanan sesuai dengan ekspektasi konsumen dan organisasi sehingga tidak terlepas dari stres kerja. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor bahaya psikososial yang berhubungan dengan stres kerja menggunakan desain studi cross sectional pada 107 responden.
Hasil penelitian menunjukkan 49,5% responden mengalami stres tinggi. Faktor-faktor yang berhubungan secara signifikan dengan stres kerja pada karyawan adalah perkembangan karir, kepuasan kerja, hubungan interpersonal, desain kerja, beban kerja. tidak ada hubungan yang signifikan antara kontrol pekerjaan dan jadwal kerja dengan stres kerja.

PT. X is a company of tourism and property industry. The employees are required to continuously improve the quality of services in accordance the expectation of customers and organization that cause stress of work. This study aims to analyze the association between psychosocial hazards and work related stress using a cross sectional study on 107 respondents.
The result showed 49.5% of respondents experiencing high stress. Psychosocial factors significantly associated with work-related stress on employees are career development, job satisfaction, interpersonal relationship, task design and workload. There was no significantly associated job control, and work schedule with work-related stress.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55467
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasudungan, Gerald Nicholas
"Dimulainya revolusi industri 5.0 memaksa perusahaan dari seluruh industri bisnis di Indonesia untuk menyesuaikan diri. Berbagai perusahaan pun berusaha melakukan penyesuaian dengan melakukan transformasi digital. Penyesuaian yang dilakukan perusahaan pun memberikan dampak kepada para karyawan yang memiliki perubahan beban kerja dan sistem kerja. Survei di Indonesia menemukan bahwa 40% dari karyawan di Indonesia mengalami stres kerja. Stres kerja dari tiap individu pun dapat dirasakan berbeda-beda karena terdapat persepsi subyektif individu yang muncul dari kepribadian yang dimiliki oleh individu. Agreeableness dianggap sebagai salah satu aspek yang dianggap paling berpengaruh bagi tingkat stres individu. Namun, hubungan antara agreeableness dengan stres kerja masih cenderung inkonsisten. Penelitian ini hadir untuk menguji efek moderasi resiliensi pada hubungan agreeableness dengan stres kerja. Penelitian ini memiliki 499 responden yang merupakan karyawan berusia 22-40 tahun dan berasal dari berbagai sektor bisnis. Seluruh responden telah mengisi tiga skala pengukuran, yaitu skala agreeableness, skala stres kerja, dan skala resiliensi. Pengambilan data dilakukan melalui survei daring menggunakan Google form. Penelitian ini melakukan analisis moderasi menggunakan macro process Hayes model 1 untuk menguji model penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat efek moderasi yang positif dari resiliensi pada hubungan antara kepribadian dengan stres kerja karyawan. Resiliensi akan mampu mengurangi stres kerja yang dirasakan oleh individu dan memproteksi individu dari dampak stres kerja. Perusahaan perlu memberikan bantuan untuk melatih kemampuan resiliensi para karyawan agar dapat mengurangi efek stres kerja yang dirasakan pada pekerjaan sehari-hari.

The start of industrial revolution 5.0 forces companies from every business industry to adjust to the situation. A lot of companies try to adjust by doing digital transformation. The adjustments that each company makes impact all employees which changes employee workload and work system. Survey in Indonesia finds that 40% of Indonesian employees experience work stress. Work stress felt by each employee differs because of the subjective perception which comes from individual personality. The survey said that agreeableness is the aspect of personality which influences work stress the most. But various research finds inconsistent result about the correlation. This research examines the moderation effect of resilience towards the relationship between agreeableness and work stress. This survey has 499 respondents, workers aged 22-40 years from various business sectors. Every respondent filled out three measurement scales, namely agreeableness scale, work stress scale, and resilience scale. Data collection was collected through an online survey using the Google form. This research performs moderation analysis using the Hayes macro process model 1 to test this research model. The results showed that resilience can positively moderate the negative relationship between personality and work stress. Personal resilience can decrease work stress and protects employees from the effect of work stress. Companies need to provide help to train their employees resilience, so the effect of the work stress in daily work will decrease."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heny D. Mayawati
"Stres terjadi pada hampir semua pekerja, baik tingkat pimpinan maupun pelaksana. Tempat kerja yang lingkungannya tidak baik, sangat potensial untuk menimbulkan stres bagi karyawannya. Slres di Iingkungan kerja memang tidak dapat dihindarkan, yang dapat dilakukan adaiah bagaimana mengclola, mengatasi atau menoegah tenjadinya stres tersebut sehingga tidak mengganggu pekerjaan. Untuk dapat mengelola dan mengatasi stres, perlu dilakukan identifikasi terhadap sumber atau penyebab stres atau stressor. Maka dalam penelitian ini ditujukan untuk mengctahui pengamh strcsor faktor fisik di lingkungan kerja terhadap stres kezja. Tujuan penelitian ini untuk diketahuinya hubungan Pajanan faktor Hsika di Iingkungan kerja dengan stnes kerja pada karyawan di bagian Spining PT. SCTI. Populasi penclitian ini meliputi karyawan di PT. SCTI, dan sebagai sampel yaitu karyawan yang bekenja di bagian spinning PT. SCTI dengan masa keja kurang dari 6 bulan dan berumur lebih dari 20 tahun berjumlah 95 responden, sampel diambil secara .Sjrsrem Random Sampling (SRS). Rancangan desain studi yaitu cross-sectional dengan menggunakan deskriptif analitik. Data diambil dengan 2 (dua) cara yaitu melakukan pengukuran dan wawancara dengan kuesioner. Analisa data pada penelitian ini menggunakan program analisis yang ada di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Hasil penelitian ini adalah Prevalensi stres kerja 64,7 %, Pajanan intensitas kebisingan lebih dari 90 dB berhubungan bermakna dengan stress kerja dan tidak menggunakan Alat Pelindung telinga berhubungan bermakna terhadap pcningkatau stres keda. Model akhir regresi Iogistik ganda menunjukkan kebisingan Iebih dari 90 dB mempunyai potensi 4 (empat kali) terhadap kejadian stres kerja dan tenaga kelja yang tidak menggunakan alat pelindung telinga mempunyai potensi 2 (dua kali) terhadap kejadian stres kenja. Simpulan dari penelitian ini adalah, pekerja yang terpajan kebisingan lebih berisiko terhadap stress kerja dari pada yang terpajan panas maupun yang pencahayaan di tempat kerjanya kurang. Penggunaan Alat Pelindung Telinga mampu mengurangi stres keja akibat kebisingan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membanw perusahaan untuk mengambil kebiiakan terutama bidang kesehatan kerja, khususnya penyediaan sarana penunjang lingkungan kexja yang nyaman dan aman sehingga mampu mengurangi dampak akibat pajanzm faktor fisika di lingkungan kelja, memberikan masukan kepada pemerintah terutama pengaruh pajanan kebisingan, pencahayaan dan iklim kerja panas bagi tenaga kerja sehingga dapat digunakan sebagai tambahan acuan dalam penyusunan program perlindungan terhadap tenaga kerja dan pengawasan pelaksanaan peraturan perundangan ketenagakerjaan.

Stress has occurred almost in all workers, from executive level to administrative level. A work place having unstable environment may be potential to cause stress for its workers. Stress occurred in a work environment indeed cannot be avoided, something that can be done is how to manage, cope with or avoid stress in order not to impinge on any work. To manage and cope with such stress, it requires the identification of stress sources or causes or stressor. ln this research, it is aimed at the knowledge of stressor effect to physical factors in the work environment towards the work stress. The intention of this research is to know the existence of Physical Factors Exposure relation in the work environment with occupational sttrw to the workers of Spinning division at PT. SCTI. The population of this research involves workers of PT. SCH, and the samples are workers of Spinning division, PT. SCTI. The respondents totaled ninety-five must have worked more than six (6) months and be more than twenty (20) years of age. Samples were drawn by System Random Sampling (SRS). The study design is cross-sectional by means of analytic description. Data was gathered by two methods, viz. carrying out measurement and interview by questionnaires. Data analysis to this research used analysis program existing in Faculty of Publich Health The results of research are as follows Prevalence stress at work 64,7 %, the noise intensity of more than 90 dB is in significant relation with work stress and the use of car Protective Equipment is in significant relation with the reduction in work stress. The latest model of double logistic regression indicating the noise of more than 90 dB has a four-time potency to work stress and workers who do not use ear protectors have a two- time potency to work stress. The conclusion of this research is workers exposed by noise have more work stress risks than that exposed by heat and less illumination. The use of Ear Protective Equipment is able to reduce work stress caused by noise. The result of this research can aid the company to take a policy in the field of work health, especially providing the support equipments for comfortable and peace working environment, therefore it can decrease the impact of exposure effect on physical factor at work environment, to give input to the govemment mainly the influence of noise exposure, shining and heat for the workers, then it can be used as the additional reference in arranging the protection program towards the workers and inspecting the performance of the rules and regulation of the workers."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T34356
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Eureka Arifiani
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah pemikiran berulang terkait pekerjaan
memediasi hubungan antara stres kerja dan kualitas tidur pada sampel karyawan startup.
Penelitian sebelumnya menemukan pemikiran berulang signifikan memediasi hubungan
antara kelelahan bekerja dan kualitas tidur hanya pada dimensi affective rumination saja.
Responden penelitian ini berjumlah 150 orang karyawan perusahaan startup dengan
lokasi kantor yang tersebar di wilayah Jabodetabek. Sebagai perusahaan baru, jumlah
karyawan startup masih tergolong sedikit dengan beban kerja yang cukup tinggi karena
harus selalu mengikuti perkembangan pasar dan teknologi. Kualitas tidur diukur dengan
Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), stres kerja diukur melalui Job Stress Survey
(JSS), dan pemikiran berulang diukur dengan Work-Related Rumination Questionnaire
(WRRQ). Hasil analisis mediasi menunjukkan bahwa terdapat indirect effect (ab =
0,036, p < 0,05) dan direct effect (c’ = 0,114, p < 0,05) hanya pada dimensi affective
rumination saja.

This study aims to see whether work-related rumination mediate the relationship
between work stress and sleep quality in a sample of startup employees. Previous
research has found that work-related rumination significantly mediates the relationship
between work fatigue and sleep quality only in the affective rumination dimension. The
respondents of this study were 150 startup company employees with offices located in
the Greater Jakarta area. As a new company, the number of startup employees is still
relatively small with a fairly high workload because they because they have to follow
the development of markets and technology. Sleep quality is measured by the Pittsburgh
Sleep Quality Index (PSQI), work stress is measured through the Job Stress Survey
(JSS), and work-related rumination is measured by Work-Related Rumination
Questionnaire (WRRQ). The results of the mediation analysis showed that there were
indirect effects (ab = 0.036, p <0.05) and direct effects (c' = 0.114, p <0.05) only in the
affective rumination dimension.
"
Depok: 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>