Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 153076 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hapsari Nurjanah
"Religiusitas Islam menjadi salah satu faktor penentu dalam penggunaan alat kontrasepsi. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi hubungan antara religiusitas Islam dengan penggunaan alat kontrasepsi pada wanita usia subur. Desain penelitian ini adalah dengan pendekatan potong lintang(cross-sectional) menggunakan sampel wanita usia subur pengguna kontrasepsi di wilayah Puskesmas Kecamatan Jatinegara sebesar 94 responden yang dipilih dengan teknik consecutive sampling. Instrumen yang digunakan adalah R-MRPI The Revised Muslim Religiosity Personality Index untuk mengukur religiusitas Islam yang dimiliki responden dan kuisioner yang dikembangkan sendiri untuk mengetahui alat kontrasepsi yang digunakan. Hasil penelitian menujukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan (p = 0,027: p < 0,05) antara religiusitas Islam dengan penggunaan alat kontrasepsi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk merekomendasikan kontrasepsi yang efektif namun dapat diterima oleh religiusitas masyarakat Indonesia.

Islamic religiosity becomes a determining factor in the contraceptives used. This study aims to identify the relationship between Islamic religiosity with contraceptive used in fertile woman. The design of this study is the cross sectional sample of fertile woman contraception user in the region District Health Clinics Jatinegara by 94 respondents were selected by consecutive sampling technique. The instrument used is the R-MRPI The Muslim Religiosity Personality Revised Index to measure Islamic religiosity of the respondents and self-developed questionnaire to determine contraception used. The results showed that there was a significant relationship (p = 0.027: p <0.05) between Islamic religiosity with contraceptives used. The results of this research can be used as a consideration that the promotion of contraceptives used should consider religiosity aspect.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S56238
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Darmawati
"Sikap merupakan kumpulan gejala dalam merespon stimulus sehingga melibatkan pikiran, perasaan, perhatian dan gejala kejiwaan. Salah satu cara untuk mempengaruhi sikap seseorang dalam pengambilan keputusan tentang KB adalah dengan pemberian konseling. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas konseling terhadap sikap suami dalam pengambilan keputusan KB dan pemilihan kontrasepsi. Penelitian ini menggunakan desain quasi experimental, dengan Pretest-Postest non-Equivalent Control Group Design yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan sikap suami dalam pengambilan keputusan KB pada responden yang diberikan dan tidak diberikan intervensi konseling dengan menggunakan kelompok kontrol. Populasi dalam penelitian ini adalah para suami yang mempunyai istri dalam masa postpartum di wilayah kerja Puskesmas Ulee Kareng Kotamadya Banda Aceh. Jumlah sampel 64 oramg, 32 orang kelompok intervensi dan 32 orang kelompok kontrol. Pengambilan sampel dilakukan dengan total populasi. Analisis efektifitas konseling terhadap sikap suami dalam pengambilan keputusan KB dan pemilihan kontrasepsi menggunakan uji chi-square. Hasil uji homogenitas responden didapatkan hasil antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol adalah homogen (p > 0,05).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan sikap suami dalam pengambilan keputusan KB sebelum intervensi (p = 0,792) dan setelah intervensi ( p = 0,109) pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol, tetapi terdapat perbedaan yang bermakna pada jumlah keikutsertaan KB (p = 0,000). Pemberian konseling yang teratur dan regular diharapkan suami dapat bersikap positif dalam pengambilan keputusan KB dan berperan dalam memilih serta menggunakan alat kontrasepsi. Konseling merupakan salah satu cara pendekatan yang terbaik yang dapat diterapkan di masyarakat untuk lebih meningkatkan pengetahuan dan sikapnya terhadap program KB dengan melibatkan berbagai unsur termasuk keluarga. Perawat maternitas sebagai salah satu praktisi yang dapat memberikan konseling dengan tepat perlu bekerjasama dengan berbagai kalangan baik pemerintah maupun pemuka agama yang ada di daerah setempat.

Attitude is a symptom in respond to stimulus involving mind, feeling, attention and psychology symptom. One of the way to influence ones attitude in making decision in family planning is by counseling. This research was aimed to explore the effectiveness of counseling on husband attitude toward family palnning decision making and contraceptive choice. The research was quasi experiment design, with Pretest-Postest non-Equivalent Control Group Design that aimed to explore the difference in husband attitude toward family palnning decision making , the participants in the intervention group were counseled and control group werenot. The population of this research were husbands in ulee kareng Health Centre Area Banda Aceh City whose wife were in postpartum period. The samples were 64 devided into two group, with 32 participants respectively. Data were analized by chi-square test. The result of respondent homogeneity test revealed that there was a homogeneity between subject in intervention and control group (p>0,05).
The result showed that there was no difference in husband attitude toward family planning decision making before the intervention (p=0,792) and after intervention (p=0,109) in both groups, but there was a significant difference in family planning participation (p=0,000). By regular counseling, it is hoped that the husband will have a positive attitude toward family palnning decision making and participate in chosing and using contraceptive. It is recommended that counseling as one of the best approach technique can be applied in community in order to improve community knowledge and attitude in family palnning program by involving various sectors. Maternity nurse as one the practitioners who can give the proper counseling can corporate with many sectors including from local government and religion leaders.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
T-24801
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Sari Dewi
"Pelayanan kontrasepsi dan kesehatan reproduksi yang berkualitas telah menjadi tuntutan berbagai lapisan masyarakat. Kebijakan pelayanan kontrasepsi tidak lagi berorientasi kepada pencapaian kuantitas tetapi juga harus berorientasi pula pada pemenuhan permintaan kualitas. Jumlah kasus komplikasi dan kegagalan kontrasepsi dapat dipandang sebagai indikasi derajat kualitas pelayanan KB, mulai dari pelayanan KIE, konseling, pelayanan kontrasepsi, sampai pelayanan pasca pemasangan /pemberian alat kontrasepsi yang meliputi kunjungan ulang dan rujukan. 13 kasus komplikasi berat akibat penggunaan alat kontrasepsi ditemukan di Kecamatan Pasar Minggu Tahun 2007. Penilaian mutu tindakan non medis pelayanan kontrasepsi perlu diketahui karena dengan jumlah kasus yang masih tinggi dapat menimbulkan rumors di masyarakat sehingga menurunkan minat untuk mengatur kelahiran. Pelayanan kontrasepsi membutuhkan suatu pengkomunikasian yang baik antara bidan dan klien. Klien membutuhkan informasi yang adekuat untuk dapat memilih alat kontrasepsi yang sesuai dengan dirinya dan Bidan harus mengikuti standarisasi pelayanan sesuai dengan petunjuk profesi untuk menentukan apakah penggunaan alat kontrasepsi sudah sesuai dengan kondisi kesehatan klien dan memonitoring penggunaan alat kontrasepsi sehingga tindakan pencegahan dan penanggulangan efek samping dapat segera dilakukan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif yang akan memberikan gambaran mutu tindakan non medis pelayanan kontrasepsi oleh Bidan melalui pendekatan sistem. Penelitian dilaksanakan di 10 puskesmas di wilayah Kecamatan Pasar Minggu mulai dari Bulan Mei ? Juni 2008. Sampel penelitian adalah 11 Bidan yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pelayanan KB di puskesmas. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengumpulkan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara bidan menggunakan alat bantu kuisioner dan hasil observasi dengan menggunakan alat bantu checklist. Data sekunder diperoleh dari telaah dokumen laporan bulanan klinik KB, register klinik, kartu status, dan informed consent. Pengolahan dan analisis data pada penelitian ini menggunakan program SPSS. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dengan menghitung distribusi frekuensi dari masing-masing variabel. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata bidan yang bertanggung jawab dalam pelayanan KB sudah cukup senior dengan masa kerja lebih dari 10 tahun. Sebagian besar bidan tidak hanya bertanggung jawab terhadap pelayanan KB. Tingkat pengetahuan mengenai pelayanan kontrasepsi cukup baik sebesar 72,7%. Bidan sebagian besar telah mengikuti pelatihan konseling dan pelatihan pencatatan pelaporan pelayanan kontrasepsi sebesar 72,7%. Ketersediaan sarana penunjang tindakan non medis pelayanan kontrasepsi sudah cukup tersedia. Keterampilan bidan dalam memberikan konseling dengan baik sebesar 72,7%.
Penapisan pada klien baru dengan baik sebesar 63,6%. Bidan yang pernah merujuk klien sebesar 72,7% Pelaksanaan pencatatan pelayanan kontrasepsi dengan benar sebesar 18,2% dan pelaporan dilaksanakan dengan tepat waktu. Kelengkapan kartu status dan informed consent sebagian besar tidak lengkap. Dari penilaian mutu tindakan non medis pelayanan kontrasepsi oleh Bidan di Puskesmas Wilayah Kecamatan Pasar Minggu dengan melihat gambaran masukan, proses, dan keluaran, mutu tindakan non medis pelayanan kontrasepsi yang telah berjalan masih kurang baik dan perlu untuk dilaksanakan peningkatan pelayanan kontrasepsi terutama pada pelayanan konseling, penapisan klien baru, dan pencatatan."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fia Azzhara
"Pemerintah telah merekomendasikan pemakaian Kontrasepsi Pasca Persalinan yang tepat waktu yaitu 2 bulan setelah melahirkan, karena secara aktif mampu mengurangi kehamilan yang tidak diinginkan dan kehamilan yang berjarak dekat dengan persalinan sebelumnya, yang dapat berimplikasi terhadap kematian bayi dan kematian ibu. Namun cakupan KB Pasca Persalinan masih rendah yaitu sebesar 30,23%. Penelitian ini bertujuan untuk menilai waktu memulai penggunaan kontrasepsi pasca persalinan di antara wanita kawin usia reproduksi di Indonesia dan mengidentifikasi determinannya dengan menggunakan analisis Regresi Cox. Penelitian ini menggunakan data SDKI 2017 dengan desain cross sectional, dan menggunakan sampel 2.459 wanita kawin usia subur yang melahirkan dalam 12 bulan sebelum wawancara. Estimasi Kaplan Meier menunjukkan bahwa probabilitas kumulatif kelangsungan wanita yang menggunakan kontrasepsi pasca persalinan di Indonesia sampai akhir pengamatan bulan ke-11 yaitu 79,9% dengan median survival time yaitu 3 bulan. Analisis regresi cox extended menunjukkan bahwa wanita dengan tingkat pendidikan menengah dan tinggi; wanita dengan status ekonomi menengah bawah, menengah, dan menengah atas; wanita yang bertempat tinggal di perkotaan; wanita yang melakukan hubungan seksual dalam 2 bulan setelah melahirkan; dan wanita yang mendapatkan dukungan suami adalah faktor yang mempengaruhi waktu mulai penggunaan kontrasepsi pasca persalinan. Oleh karena itu, perlu peningkatan kegiatan pemerataan sosialisasi, kualitas, dan kapasitas fasilitas pelayanan KB di daerah yang tertinggal, terpencil dan perbatasan; serta memperbaiki masalah klaim pelayananan kontrasepsi pasca persalinan di fasilitas kesehatan dengan pemisahan penggantian klaim untuk biaya persalinan dan pemasangan alat kontrasepsi pada calon akseptor agar penggunaan kontrasepsi pasca persalinan yang tepat waktu dapat disegerakan.

The government has recommended the timely use of Postpartum Contraception, which is 2 months after giving birth because it can actively reduce unwanted pregnancies and pregnancies that are close to previous deliveries, which can have implications for infant mortality and maternal mortality. However, the coverage of Postpartum Family Planning is still low at 30.23%. This study aims to assess the time to start postpartum contraceptive use among married women of reproductive age in Indonesia and identify its determinants using Cox Regression analysis. This study used IDHS 2017 data with a cross-sectional design and used a sample of 2,459 married women of childbearing age who gave birth within 12 months before the interview. Kaplan Meier's estimation shows that the cumulative probability of survival of women using postpartum contraception in Indonesia until the end of the 11th month of observation is 79.9% with a median survival time of 3 months. Cox extended regression analysis shows that women with secondary and higher education levels; women with lower middle, middle and upper middle-class economic status; women who live in urban areas; women who have sexual intercourse within 2 months after giving birth; and women who get husband's support are factors that influence the time to start using postpartum contraception. Therefore, it is necessary to increase socialization, quality, and capacity of family planning service facilities in underdeveloped, remote, and border areas; as well as fix the problem of claims for postpartum contraceptive services at health facilities by separating claim reimbursement for delivery costs and installing contraceptives for prospective acceptors so that timely use of postpartum contraception can be expedited."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Unversitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iksanatun Fadila Oktabriani
"Pendahuluan. Ibu dengan satu anak memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk menambah anak lagi sehingga pemakaian kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan bagi anak berikutnya sangat dibutuhkan untuk menghindari risiko hamil terlalu dekat. Diskusi suami istri diyakini memiliki kontribusi terhadap pemakaian kontrasepsi. Meskipun demikian, peran diskusi suami istri dalam pemakaian kontrasepsi modern untuk menjarangkan kehamilan belum diketahui.
Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari peran diskusi suami istri dalam pemakaian kontrasepsi modern untuk menjarangkan kehamilan (spacing contraceptive).
Metode. Analisis multivariabel regresi logistik pada 8.359 Wanita Usia Subur dari sub sampel Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 yang telah menikah atau hidup bersama dan memiliki satu anak hidup karena untuk menjarangkan kehamilan minimal ibu harus memiliki 1 anak.
Hasil. Ada 50,2% ibu dengan satu anak yang menggunakan kontrasepsi modern untuk menjarangkan kehamilan. Ibu yang mendiskusikan KB dengan suami memiliki odds 1,61 lebih tinggi untuk memakai kontrasepsi modern untuk menjarangkan kehamilan, setelah dikontrol oleh status pendidikan ibu, status pekerjaan suami, status ekonomi keluarga, dan sumber informasi KB (Rasio odds terkontrol = 1,61, 95% CI: 1,35 - 1,92).
Simpulan. Diskusi suami istri memiliki peran dalam mendorong pemakaian kontrasepsi modern untuk menjarangkan kehamilan. Bukan hanya wanita saja yang menjadi sasaran dalam perencanaan keluarga dan Behavior Change Communication untuk memotivasi pasangan berdiskusi, melainkan juga kepada suami.

Background. The desired to have more children was higher among mothers who had one child, so they need contraceptive use for spacing the next pregnancy to avoid the risk of close pregnancy. Couple discussion about family planning is believed to be able to contribute the use of contraceptive. However, the influence of couple discussion about family planning on modern contraceptive use for spacing is unclear.
Objective. The objective of this study was to explore the influence of couple discussion about family planning on modern contraceptive use for spacing pregnancy.
Method. Multivariable logistic regression was used to analyze 8,359 of reproductive woman from Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS) 2012 who had married or living together and had one child that still lived because to do spacing pregnancy, at least mothers already had one child.
Result. There are 50.2% mothers who had used modern contraceptive for spacing pregnancy. Mothers who discussed family planning with her husband was 1.61 higher to use modern contraceptive for spacing pregnancy than those who didn't discuss, controlled by level of mothers education, husband’s occupation, economic status, and family planning information source (Adjusted odds ratio = 1.61, 95% CI: 1.35 - 1.92).
Conclusion. Couple discussion had role to influence the use of modern contraceptive for spacing pregnancy. Thus, not only woman who has to involve in family planning and Behavior Change Communication targets for motivate couple to discuss, but also to husband.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55060
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diana Wijayaningrum
"Pendahuluan. Pemakaian kontrasepsi pada wanita tidak kawin mampu mencegah terjadinya kehamilan tidak diharapkan yang dapat mendorong aborsi tidak aman. Pada wanita bekerja, tuntutan dunia kerja dan keinginan mengembangkan karir, mendorong untuk memakai kontrasepsi agar tidak hamil.
Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status pekerjaan dengan pemakaian kontrasepsi pada wanita tidak kawin di Indonesia tahun 2012.
Metodologi. Analisis multivariabel regresi logistik dilakukan pada subsampel 13.124 wanita tidak kawin umur 15-49 tahun dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012.
Hasil. Hasil penelitian menunjukkan hanya 1,1% wanita tidak tidak kawin yang mengaku memakai kontrasepsi pada saat survei. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa wanita tidak kawin yang bekerja memiliki odds 1,7 kali lebih tinggi untuk memakai kontraspesi dibandingkan yang tidak bekerja (OR adjusted = 1,7, 95% CI: 1,1 - 2,8).
Simpulan. Akses pelayanan kontrasepsi untuk wanita yang dalam usia reproduksi tidak ditinggalkan oleh Program Keluarga Berencana. Program Keluarga Berencana di Indonesia harus memberikan akses universal kepada setiap wanita dalam usia subur tanpa memandang status perkawinannya.

Introduction. Contraceptive use by unmarried women are able to prevent unintended pregnancy that can lead to unsafe abortion. Women who work, the demands of the working world and desire to develop their career, increase the use of contraceptive to avoid pregnancy.
Objective. The purpose of this study is to find out the influence of employment status on contraceptive use among unmarried women in Indonesia.
Method. Multivariable logistic regression analysis conducted on the subsample 13.124 of unmarried women aged 15-49 years from Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS) 2012.
Result. The results showed only 1.1% of unmarried women who are using contraception at the time of the survey. The results also showed that unmarried women who work have a 1.7 times higher odds to use contraception than those who do not work (OR adjusted = 1.7, 95% CI: 1.1 to 2.8).
Conclusion. Access to contraceptive services for women of reproductive age should not left behind by the Family Planning Program. We should provide universal access to every woman of childbearing age regardless of marital status.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55054
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Nurlama
"Kontrasepsi hormonal suntik adalah suatu cara kontraspsi dengan jalan menyuntikkan hormon pencegah kehamilan : esterogen atau progesteron pada wanita yang masih subur. Salah satu dari efek samping kontrasepsi hormonal suntik ini : terjadinya ketidakteraturan menstruasi, yang mana sebelumnya telah ada penelitian oleh Maaruf (1984) dengan judul ?Daya guna penerimaan dan efek samping kontrasepsi hormonal suntik? yang menyatakan bahwa pemakai kontrasepsi hormonal suntik ini (30 %) mengalami ketidakteraturan menstruasi. Dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi ibu terhadap ketidakteraturan menstruasi setelah penggunaan metod kontrasepsi hormonal suntik, dilakukan penelitian deskriptif eksploratif pada 20 akseptor KB suntik di RSUPN Cipto Mangunkusumo tanggal 2 Juli - 20 Agustus 2001 hasilnya menunjukkan bahwa persepsi ibu terhadap ketidakteraturan menstruasi setelah penggunaan metode kontrasepsi hormonal suntik 90 % positif dan meneruskan untuk memakai metode kontrasepsi hormonal suntik dan 10 % mempunyai persepsi negatif dan berhenti memakai metode kontrasepsi hormonal suntik."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2001
TA5000
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Juliastuti
"Tingginya angka kematian ibu di Indonesia secara langsung diakibatkan oleh perdarahan, eklamsia dan infeksi. Kematian juga terjadi akibat empat 'terlalu' (terlalu banyak, terlalu tua, terlalu muda, terlalu dekat). Tujuan penelitian ini adalah dikembangkannya konsep tentang proses pengambilan keputusan pemakaian kontrasepsi pada ibu grande multipara. Penelitian kualitatif ini dilakukan dengan menggunakan metode grounded theory dengan pendekatan feminis. Delapan orang partisipan direkrut secara theoretical sampling di Kabupaten Tangerang, Banten. Data yang dikumpulkan dilakukan content analysis sampai tercapai saturasi. Penelitian ini mengidentifikasi konsep yang menggambarkan proses pengambilan keputusan pemakaian kontrasepsi pada ibu grande multipara, yaitu "kemauan tidak hamil/ melahirkan lagi mengharuskan ibu grande multipara memilih dan memakai kontrasepsi yang tepat". Lima tema utama yang mendukung konsep tersebut adalah "kemauan untuk tidak hamil dan melahirkan lagi", "cara memilih kontrasepsi yang paling tepat', "faktor internal yang mempengaruhi pengambilan keputusan pemakaian kontrasepsi", "faktor eksternal yang mempengaruhi pengambilan keputusan pemakaian kontrasepsi", "pengambilan keputusan pemakaian kontrasepsi" dan ?dampak pemakaian/ penghentian pemakaian kontrasepsi". Oleh karena itu diharapkan perawat dapat menyediakan waktu untuk melakukan pengkajian komprehensif tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan pemakaian kontrasepsi pada ibu grande multipara, meningkatkan pengetahuan tentang kontrasepsi dan ketrampilan negosiasi ibu grande multipara, dan memberikan konseling KB bagi ibu grande multipara dan suaminya secara adekuat.

The high maternal mortality rate in Indonesia is caused directly by hemorrhage, eclampsia and infection. Maternal mortalities also happen because of four 'too' (too much, too old, too young, too close). The aim of this research is to develop a concept about contraceptive decision making of grand multiparous women. This qualitative grounded study was conducted using a grounded theory method with feminism approach. Eight participants were recruited by theoretical sampling in Kabupaten Tangerang. The collected data were analyzed by content until saturated. This study identified a concept that describes the process of grand multiparous women contraceptive decision making, which is ?the desire not to pregnant or giving birth again obligates grand multiparous women to choose and utilize the appropriate contraceptive". Five main themes that support the concept are ?the desire not to pregnant and giving birth anymore", ?the way to choose the most appropriate contraceptives", ?internal factors affecting contraceptive decision making", ?external factors affecting contraceptive decision making", ?contraceptive decision making" and ?affects of contraceptive utilization/ discontinuation". It is recommended that the nurse should spend more time for assessing factors affecting contraceptive decision making of grand multiparous women comprehensively, increasing the contraceptive knowledge and negotiating skill of grand multiparous women, and providing contraceptive counseling for grand multiparous women and their husband adequately."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Munaya Fauziah
"Vaginosis bakterial merupakan ISR semakin menjadi perhatian terutama oleh bidang kebidanan dan kandungan setelah ditemukannya hubungan antara vaginosis bakterial pada perempuan hamil dengan kejadian prematuritas atau endometritis pasca persalinan. Vaginosis bakterial ditemukan berhubungan dengan kelahiran preterm pada bayi BBLR dan keguguran pada kehamilan sebelumnya, dapat menjalar ke traktus genitalis bagian atas dan menyebabkan penyakit radang panggul dan dihubungkan dengan selulitis pada pasien pasca histerektomi jika sebelumnya dijumpai vaginosis bakterial. Vaginosis bakterial juga berkaitan erat dengan kejadian infeksi menular seksual yang perlu menjadi perhatian terutama pada era infeksi HIV saat ini. Sekitar 50% perempuan seksual aktif menderita vaginosis bakterial. Penelitian dengan desain potong lintang ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemakaian AKDR dengan kejadian infeksi vaginosis bakterial pada klien klinik mobil Yayasan Sehati di Bali tahun 1998-2000.
Hasil penelitian pada 308 pasien menunjukkan prevalensi vaginosis bakterial sebesar 36,7% dan persentase pengguna AKDR 45,5%. Dari seluruh sampel, prevalensi trikomoniasis sebesar 15,9%, gonore 0,3%, klamidia 7,8% dan kandidiasis 7,8%. Sedangkan persentase pasien yang melakukan bilas vagina sebesar 5,5% dan suami/partner yang memiliki pasangan seks >1 dalam 3 bulan terakhir 15,3%.
Dari hasil analisis bivariat, terdapat empat variabel yang menunjukkan adanya hubungan yang bermakna terhadap infeksi vaginosis bakterial yaitu: 1) AKDR (POR=1,72; 95% CI: 1,08-2,75), 2) Kandidiasis (POR=0,07; 0,01 - 0,50), 3) Klarnidia (POR= 2,18; 95%CI: 0,94 - 5,03), 4) Bilas vagina (POR= 0,22; 95% CI: 0,05-0,96).
Hasil analisis multivariat menunjukkan tidak ada interaksi antara variabel independen utama AKDR dengan kovariat lain dan tidak ditemukannya variabel confounding pada hubungan antara penggunaan AKDR dengan kejadian infeksi vaginosis bakterial. Kesimpulan dari penelitian ini penggunaan AKDR berhubungan dengan peningkatan peluang infeksi bakterial vaginosis (POR=1,72; 95%CI: 1,08-2,75). Secara statistik hubungan ini bermakna dengan nilai-p=0,023.
Mengingat dampaknya yang cukup serius maka perlu dilakukan pelatihan pelatihan secara terus menerus untuk upaya deteksi dan penatalaksanaan ISR khususnya vaginosis bakterial pada tenaga kesehatan yang bertugas dalam pelayanan KB. Saran kepada petugas pelayanan kesehatan reproduksi agar dilakukan upaya skrining pada saat pemasangan alat kontrasepsi dalam rahim maupun pada saat dilakukannya kontrol. Saran kepada para peneliti agar melakukan penelitian dengan menggunakan desain yang lebih kuat dalam mengukur sebab akibat seperti desain cohort dan mencari faktor-faktor lain yang memiliki kemungkinan hubungan dengan vaginosis bakterial yang belum diteliti pada penelitian ini serta melakukan penelitian secara luas pada IMS lain.
Daftar Bacaan: 58 (1982-2004)

The Association of Intrauterine Device Use and Vaginosis Bacterial Infection Among Clients of Mobile Clinic of Sehati Foundation, Bali 1998-2000Bacterial vaginosis have been associated with prematurity and endometritis and become major concern particularly by obstetric and gynecology division. The presence of bacterial vaginosis was related to preterm delivery low birth weight infant, and the loss of an earlier pregnancy and infection of upper genital tract. Bacterial vaginosis was related to sexually transmitted disease, which become major concern in the era of HIV/IDS nowadays. About 50% sexually active women infected with bacterial vaginosis. The goal of this cross sectional study design is to know the effect of intrauterine device to bacterial vaginosis among clients of Sehati Foundation mobile clinic in Bali 1998-2000.
This study found that among total sample (308), the prevalence of bacterial vaginosis is 36,7% and proportion intrauterine device use is 45,5%. Prevalence of trichomoniasis is 5,9%, gonorrhea is 0,3%, chlamydia is 7,8% and candidiasis is 7,8%. Women who douch is 5,5% and husband/partner who have more than one sexual in the past three months is 15,3%.
Bivariat analysis show 4 variable which have significant association with bacterial vaginosis, they are: I) IUD (POR=1,72; 95% CI: 1,08-2,75), 2) Candidiasis (POR=0,07; 0,01 - 0,50), 3) Chlamydia (POR= 2,18; 95%CI: 0,94 - 5,03), 4) Douch (POR= 0,22; 95% CI: 0,05-0,96).
The result of the study that IUD uses is associated with the raise of bacterial vaginosis infection risk (POR=1,72; 95%CI: 1,08-2,75). This association significant statistically with p-value =0,023. In a multivariate analysis there is no association between IUD and other covariates and there are not variables, which confound the relation between IUD and bacterial vaginosis.
Based on the result above, it is recommended to do a sustainable training on detection program on sexually transmitted infection particularly bacterial vaginosis to the health official in the family planning clinic. The health official before IUD insertion and when it is controlled should do screening. Future study should be done to review the variable which have not study in this research with design which can give more strength association to estimate the causal and effect relation, for example is cohort study, and to review sexually transmitted infection comprehensively.
References: 58 (1982-2004)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13076
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Nur Aisyah
"Permasalahan atau efek samping yang banyak dikeluhkan oleh pasangan akseptor IUD berkaitan dengan aktivilas hubungan seksual diantaranya adalah disparenia (nyeri pada saat berhubungan seksual) karena pengaruh benang pengontrol pada IUD. Lamanya waktu pemakaian IUD akan mempengaruhi pasangan dalam menangani efek samping tersebut. Kenyamanan hubungan seksual merupakan kebuluhan setiap pasangan untuk mencapai kehidupan perkawinan yang harmonis. Penelitian ini bertujuan mencari hubungan antara Iama pemakaian IUD dengan tingkat kenyamanan pasanpn dalam melakukan hubungan seksual. Penelitian ini menggunakan desain korelatif dengan mengambil rolal samp!ing di RW l,2,3, dan I2 Kelurahan Kemiri Muka Kecamatan Beji, Depok. Alat pengumpulan data yang dipakai adalah kuisioner, dengan anaiisis data menggunakan analisis univariat proporsi dan analisis bivariat Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara lama pemakaian IUD dengan tingkat kenyamanan pasangan dalam melakukan hubungan seksual (nilai p=0,258 dengan a = 0,05). Ketidaknyamanan yang ditemukan dikarenakan kurangnya pcngetahuan akseptor dan pasangan tentang kontrasepsi IUD. Konseling dan informasi yang lengkap dapat mengurangi ketidaknyamanan pasangan dalam melakukan hubungan seksual tersebut."
Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2006
TA5473
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>