Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 126766 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1980
S6165
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rika Rosvianti
"Tesis ini memperlihatkan kompleksitas permasalahan yang terjadi pada remaja perempuan yang mengalami KTD, mulai dari Iatar belakang KTD, pc-mmasalahan yang muncul karena KTD, hingga kebijakan atas KTD yang menambah permasalahan mereka. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif menggunakan teknik wawancara dan memakai tcknik snowball pada pencarian pcrempuan di Jabodetabek yang pemah mcngalami KTD di masa remajanya, yakni dalam rentang usia 10-24 tahun.
Hasil yang didapat menunjukkan bahwa KTD yang dialami oleh para pcrcmpuan di usia remajanya adalah sebagai akibat dari kurangnya pengetahuan seks yang benar serta minimnya peran agen sosialisasi primer dalam mengawal seksualitas mereka hingga mcmbuat mereka teljebak dalam relasi yang timpang dan herpeluang pada tcnjadinya kekerasan dalam pacaran. KTD yang mereka alami pun membawa masalah baru dalam bentuk opresi dan alienasi atas diri dan kehidupan remaja perempuan yang mengalami konflik peran dan slams sebagai remaja sekaligas ibn. Lebih dari itu, tindakan-tindakan yang dilakukan selama ini kepada para remaja dengan KTD justru tidak membantu ataupun menyembuhkan remaja dari situasinya, melainkan memberikan masalah bam yang makin menghambat kehidupan mereka di masa depan.

The objective of this research is to show the complexity happened to teenage girls with unwanted pregnancy, from the pregnancy/?s background to the policies applied towards thc pregnancy. This research has been done with qualitative approach using snowball technique towards women who had been pregnant in her teenage time, which ranges to 10-24 years old.
Results found in this research show that lack of parent and school's role in assisting teenagers sexuality have made them trapped in a power-inadequate relationship and easily fall victims in dating violence. Unwanted pregnancy raise new problems to teenage girls' life in a form of oppression and alienation from their life and their body since they have to CDPB with the new role and status: a teenage mother. More over, policies implemented to the pregnant girls does not solve those problem, instead, adding more problems that blocked their future.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2011
T33987
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Riyani
"Melakukan hubungan seksual di luar pernikahan adalah melakukan hubungan fisik dalam bentuk persetubuhan antara laki-laki dan perempuan di luar perkawinan yang tidak sesuai dengan ketentuan hukum dan ajaran agama. Tindakan melakukan hubungan seksual di luar pernikahan akan diukur dari tingkat kecenderungan melakukan hubungan seksual di luar pernikahan. Dalam penelitian ini, faktor-faktor yang akan diperhitungkan sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecenderungan melakukan hubungan seksual di luar pernikahan adalah tingkat pendidikan, usia, pekerjaan, jabatan, penghasilan, status pernikahan, status pernikahan orang tua, gaya hidup, tingkat kebebasan bergaul, pernah patah hati atau tidak, mempunyai masalah finansial atau tidak, tingkat kejenuhan, self image, need for acceptance, tingkat kepuasan hidup, tingkat berahi, dan tingkat kerohanian. Dengan menggunakan metode CHAID akan direduksi faktor-faktor yang diduga signifikan mempengaruhi tingkat kecenderungan melakukan hubungan seksual di luar pernikahan dan juga profil orang-orang yang memiliki tingkat kecenderungan tinggi melakukan hubungan seksual di luar pernikahan. Kemudian faktor-faktor tersebut akan diperiksa dengan metode perbandingan dua model regresi. Selain itu, akan dilihat juga apakah faktor-faktor tersebut berbeda antara pria dan wanita. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa faktor-faktor yang signifikan mempengaruhi tingkat kecenderungan melakukan hubungan seksual di luar pernikahan adalah tingkat kerohanian, tingkat kebebasan bergaul, tingkat berahi, dan tingkat pendidikan. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecenderungan melakukan hubungan seksual di luar pernikahan antara pria dan wanita berbeda. Tingkat pendidikan mempengaruhi tingkat kecenderungan melakukan hubungan seksual di luar pernikahan pada wanita, sedangkan pada pria tidak mempengaruhi.

Fornication is sexual intercourse between two people who are not married to each other. Fornication will be measured from the level of tendency of fornication. In this study, the factors which be used as factors that influence the level of tendency of fornication are the level of education, age, occupation, income, marital status, parental marital status, life style, level of free sex, broken heart, financial problem, level of burnout, self image, need for acceptance, level of life satisfaction, level of desire, and spirituals level. The significant factors that influence the tendency of fornication will be searched by CHAID Method. In addition, the significant factors on men and women will be compared using the comparing two regression method. The result showed that the significant factors that influence the tendency of fornication are spiritual level, the level of free sex, the level of libido, and level of education. Factors that influence the tendency of fornication between men and women are different. The level of education affects the tendency of fornication in women, whereas in men does not affect.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S61181
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"Bagi masyarakat Madura, pantang menolak lamaran laki-laki yang pertama kali datang. Karena itu, anak perempuan Madura menikah dengan cepat ketika usianya masih belasan tahun, bahkan ketika si anak perempuan masih berumur 12 tahun. Akibatnya banyak problematika yang terjadi akibat perkawinan anak di bawah umur tersebut seperti kekerasan dalam rumah tagga, perselingkuhan, perceraian, kontraksi kehamilan dan kelahiran. Dalam konteks yang demikian ada ketidakadilan dalam proses perkawinan dan ketika berumah tangga. Mental anak perempuan belum siap dalam menghadapi persoalan rumah tangga berikut tugas-tugas sebagai istri dan ibu. Di samping itu, anak perempuan juga terancam nyawanya ketika masa kehamilan dan proses persalinan karena alat reproduksinya belum siap secara normal. Oleh sebab itu advokasi hukum ke Mahkamah Konstitusi mengenai permohonan revisi usia minimal perkawina untuk perempuan 16 tahun pada pasal 7 Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 untuk diubah menjadi usia 18 tahun merupakan solusi untuk meminimalisir maraknya perkawinan anak dan menekan laju angka kematian ibu dan anak (AKI)."
360 JP 21:1 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Samuel BC
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2010
S22548
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Cempaka Sekkauwati Mubtadi
"Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat pernikahan dini yang cukup tinggi di dunia. Pernikahan dini berdampak buruk pada pendidikan wanita yang kemudian dapat berdampak pada pendidikan anak mereka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pernikahan dini terhadap pendidikan antargenerasi di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data IFLS 5 tahun 2014 dan IFLS East. Terdapat permasalahan endogenitas dalam penelitian ini sehingga diperlukan variabel instrumen untuk mengatasinya. Metode yang digunakan adalah Two Stage Least Square (2SLS) dengan variabel instrumen usia pubertas (usia haid pertama). Hasil first stage menunjukkan bahwa usia pubertas merupakan instrumen yang baik dan memenuhi asumsi relevance. Hasil estimasi 2SLS menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh pernikahan dini ibu pendidikan anak. Adanya program wajib belajar 9 tahun bagi setiap anak dapat menjadi kontribusi positif pada capaian pendidikan anak di Indonesia.

Indonesia is one of the countries with the highest rate of early marriage in the world. Early marriage can reduce mother’s educational attainment and impact their children’s educational outcomes.  This study aims to analyze the intergenerational effect of early marriage on children’s educational attainment by using nationally representative household data from the IFLS wave 5 and IFLS East. In the empirical strategy, age at menarche is used as an instrumental variable to address the endogeneity problem. The result of the first stage shows that age at menarche is a good and relevance instrument. The Two Stage Least Square (2SLS) estimates show that mother’s early marriage does not have a significant effect on children’s educational attainment. A 9-year compulsory education program for every child could give a positive contribution for children’s educational attainment."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisinis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azzah Rana Fadhilah
"Pertanyaan mengenai bagaimana kualitas pendidikan dapat ditingkatkan berakar dari Fungsi Produksi Pendidikan yang menyatakan empat faktor yang mempengaruhi capaian pendidikan, yaitu kemampuan dasar anak, latar belakang keluarga, faktor teman sebaya, dan faktor sekolah. Studi ini mencoba menguji hubungan antara salah satu faktor latar belakang keluarga, status pernikahan orang tua, dengan performa pendidikan anak yang diukur dengan skor kognitif dari Indonesia Family Life Survey (IFLS) 2014. Studi ini menemukan bahwa anak dengan orang tua yang berpisah secara signifikan memiliki performa pendidikan yang lebih rendah dibanding anak yang orang tuanya masih bersama. Temuan ini menunjukkan bahwa anak-anak dengan orang tua yang berpisah perlu didukung dengan faktor lain untuk menutupi dampak negatif perpisahan orang tua pada performa pendidikannya.

The question of how education quality can be improved rooted back to Education Production Function that stated four factors affecting academic achievement, which are children innate ability, family background, peer influence, and school inputs. This study attempts to examine the relation between one of family background characteristics, parental marital status, with children education performance which is proxied by cognitive score from Indonesia Family Life Survey (IFLS) 2014. This study found that children with separated parents have significant lower education performance than those with intact parents. This finding suggests that children with separated parents need to be supported through other factors such as school inputs to offset the negative impact of parental separation on their education performance."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Navira Prima Dinata
"Studi ini bertujuan untuk menganalisis hubungan modal sosial dengan intercultural competence IISMA awardees setelah menyelesaikan periode akademis singkat mereka di luar negeri. Di era globalisasi, intercultural competence telah terbukti menjadi keterampilan berharga bagi mahasiswa untuk memajukan karier mereka. Penelitian sebelumnya menemukan bahwa tingkat intercultural competence yang lebih tinggi dapat dicapai melalui program studi di luar negeri ketika mahasiswa dapat terlibat langsung dalam masyarakat yang multikultural. Ditemukan juga bahwa modal sosial menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat intercultural competence seseorang. Assessment of Intercultural Competence (AIC), yang dikembangkan oleh Fantini (2007) akan digunakan untuk mengukur intercultural competence. Tidak banyak penelitian tentang bagaimana modal sosial memengaruhi intercultural competence mahasiswa di luar negeri dapat ditemukan, terutama untuk program jangka pendek. Penelitian ini berpendapat bahwa modal sosial adalah faktor penting yang mempengaruhi intercultural competence dalam program studi luar negeri jangka pendek. Penelitian ini akan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan kuesioner untuk mengumpulkan data, dan temuan bertujuan memberi pengetahuan kepada pembaca mengenai intercultural competence sebagai manfaat budaya dari studi di luar negeri, dan bagaimana modal sosial memengaruhi tingkat intercultural competence seseorang.

This study aims to analyze the association of social capital with intercultural competence of IISMA awardees after completing their short-term academic period of studying abroad. In the age of globalization, intercultural competence has proved to be a valuable skill for students to have in order to advance in their career. Previous studies have reported that higher levels of intercultural competence can be achieved through study abroad programs where students are able to engage directly in a diverse society of multicultural backgrounds.  It is also suggested that social capital is one of the factors that affect the level of intercultural competence an individual has. The level of intercultural competence will be measured using Assessment of Intercultural Competence (AIC), an instrument developed by Fantini (2007). Not much research on how social capital impacts intercultural competence in study abroad students can be found, especially for short-term programs. It is also criticized that other factors that may affect the development of intercultural competence are not measured.  This research argues that social capital is an important factor for intercultural competence on a short term study abroad program. This research will use a quantitative approach using questionnaires to gather data, and findings are aimed to give readers knowledge in regard of intercultural competence as cultural benefit of studying abroad, and how social capital affects an individual’s level of intercultural competence."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>