Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 131386 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1981
S6079
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Keller, Suzanne
Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1984
305.52 KEL b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Iberamsjah
"ABSTRAK
Perubahan politik yang terjadi di tingkat nasional pada akhirnya berimbas pada perubahan politik di tingkat pedesaan. Penerapan beberapa kebijakan politik yang merupakan bagian dari proses demokratisasi seperti otonomi daerah atau khususnya otonomi desa, peraturan baru tentang pemilihan umum dan kepartaian berdampak pada perubahan struktur kelembagaan desa dan perilaku politik di dalamnya. Lebih jauh, konstelasi kekuasaan di tingkat desa pun berubah. Perubahan-perubahan ini tampak pada kasus pengambilan keputusan di Desa Gede Pangrango. Studi ini berusaha menjelaskan terjadinya perubahan peran alit desa dalam perubahan politik yang terjadi sejak penerapan otonomi daerah tahun 2000 di Desa Gede Pangrango.
Temuan-temuan yang berhasil diperoleh dari studi ini meliputi hal-hal yang akan dirinci sebagai berikut. Pertama, telah terjadi perubahan sumber dan hubungan kekuasaan elit desa yang berimplikasi terhadap terjadinya pergeseran konstelasi elit desa. Beberapa sumber kekuasaan yang pada masa lalu kuat pengaruhnya bagi kekuasaan elit tertentu, kini berubah melemah. Sumber kekuasaan yang melemah itu misalnya kemampuan bela diri (jawara), adat dan birokrasi. Sebaliknya, ada beberapa sumber kekuasaan yang menguat peranannya dalam konstelasi politik desa, yaitu keterampilan, prestasi, dan dukungan massa atau simpatisan terhadap partai politik. Menguatnya pengaruh keterampilan dan prestasi sebagai sumber kekuasaan ditunjukkan dengan menguatnya pengaruh elit pemuda yang menunjukkan prestasi dan keterampilan menonjol dalam masyarakat. Elit partai politik yang mendapat legitimasi kuat pada pemilu juga menunjukkan peningkatan pengaruhnya dalam politik desa. Sedangkan dalam hubungan kekuasaan, dominasi elit formal desa dalam pembuatan keputusan desa yang tampak pada masa lalu, kini berubah. Kekuasaan elit formal desa telah diimbangi oleh pengaruh elit formal baru di BPD, sebagai lembaga perwakilan desa yang baru, dan ditambah dengan kontrol masyarakat melalui gerakan massa.
Kedua, dalam konstelasi elit desa tersebut, muncul elit formal baru yang memiliki pengaruh besar dalam pengambilan keputusan desa. Dibentuknya BPD sebagai lembaga perwakilan yang lebih otonom dan representatif berdasarkan UU No.22/1999, Kepmendagri No.64/1999 dan Perda Kabupaten Sukabumi No.2/2000, memunculkan tokoh-tokoh masyarakat sebagai elit formal baru mendampingi eksekutif dan birokrasi desa.
Ketiga, telah terjadi perubahan sikap, perilaku dan peranan elit dalam perwakilan desa. Lembaga perwakilan desa pada masa Orde Baru berada pada posisi subordinat di bawah eksekutif desa. Fungsinya tidak lebih dari lembaga yang mengesahkan keputusan eksekutif desa. Setelah penerapan otonomi daerah, lembaga perirakilan menjadi lebih representatifdan otonom dari intervensi kepala desa.
Keempat, dominasi kepala desa terhadap lembaga perwakilan desa telah berakhir. Sebagai dampak dari kemunculan elit formal baru dalam konstelasi politik desa, kel;uasaan kepala desa dapat diimbangi. Dalam beberapa kasus pembuatan keputusan di desa Gede Pangrango, tampak kecenderungan kekuasaan BPD lebih kuat. Dalam rapat-rapat BPD, terdapat temuan kelima, yaitu telah terjadi perubahan dalam proses pembuatan keputusan dari kecenderungan musyawarah-mufakat ke penerimaan pemungutan suara.
Keenam, intervensi pemerintah tingkat atas desa terhadap proses pembuatan keputusan desa telah berakhir. Di desa Gede Pangrango, pemerintah atas desa tidak lagi melakukan intervensi terhadap pembuatan keputusan. Pemerintahan desa menunjukkan kecenderungan otonomi daiam pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan desa. Kehadiran pemerintah atas desa dalam rapat-rapat desa bukan dalam rangka mempengaruhi keputusan tetapi lebih bersifat seremonial.
Ketujuh, peranan massa dalam mempengaruhi proses pembuatan keputusan desa telah meningkat. Pada masa Orde Baru, masyarakat tidak pernah menunjukkan kecenderungan untuk melakukan tindakan tindakan dalam rangka mempengaruhi pembuatan keputusan, seperti dengan melakukan demonstrasi. Seiring penerapan otonomi desa, telah terjadi beberapa kali aksi demonstrasi yang dilakukan oleh masyarakat desa untuk mendesakkan agenda kebijakan politik kepada pemerintahan desa dan pemerintah atas desa. Dan yang penting untuk dicatat di sini adalah bahwa peranan mereka dalam mendesakkan agenda kebijakan dapat dikatakan efektif karena kernudian tuntutan yang diajukan dalam demonstrasi ditanggapi serius oleh BPD dengan ,pembuatan beberapa keputusan penting. Ini menunjukkan bahwa peranan massa dalam proses pembuatan keputusan di desa Gede Pangrango telah meningkat.
Secara teoritis, studi ini menunjukkan relevansi dan revisi terhadap beberapa teori yang digunakan, serta mengkonstruksi teori baru tentang kemunculan elit formal baru dalam konstelasi politik desa. Kasus pembuatan keputusan di desa Gede Pangrango menunjukkan relevansi teori sirkulasi elit dari Mosca, Schoorl dan Alfian; tipologi elit berdasarkan sumber kekuasaan seperti dibuat oleh Kappi, Buntoro, Hofsteede dan lberamsjah; serta relevansi teori pembuatan keputusan dari Gibson bahwa pembuatan keputusan merupakan proses dinamis yang dipengaruhi berbagai faktor.
Di samping relevansi beberapa teori di atas, kajian kasus desa Gede Pangrango menunjukkan perlunya revisi terhadap beberapa teori. Dikotomi elit formal-informal yang dilakukan oleh Tjondronegoro, Ismani dan Kuntjaraningrat tidak dapat diterapkan dalam kasus ini. Kemunculan alit formal baru yang memiliki karakter formal, namun memposisikan diri di luar elit formal membuat konsep elit formal dan informal lebur dalam fenomena ini, sehingga teori dikotomis ini tidak dapat diterapkan secara kaku. Sirkulasi elit yang diterjemahkan sebagai pergantian elit oleh Mosca, Schoorl dan Alfian, kurang tepat untuk diterapkan dalam kasus ini karena yang terjadi adalah pergeseran konstelasi elit, bukannya pergantian elit. Selain itu, sumber kekuasaan elit tidak terbatas pada sumber kekuasaan yang diungkapkaan oleh Andrain, Budiardjo, Anderson, Kappi, Buntoro, Hofsteede dan Iberamsjah, tetapi lebih jauh lagi terdapat varian baru sumber kekuasaan, yaitu kepribadian dan kemampuan memecahkan masalah-masalah masyarakat. Temuan studi ini juga menunjukkan bahwa selain scope dan domain of power (Lasswell dan Kaplan) terdapat konsep lain yang penting dalam mempelajari kekuasaan, yaitu saluran kekuasan. Terakhir, pembuatan keputusan di desa yang menurut Wahono cenderung menggunakan mekanisme musyawarah-mufakat, dalam kasus Desa Gede Pangrango ini mengalami pergeseran dengan diterimanya mekanisme voting sebagai salah satu alternatif pengambilan keputusan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
D517
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ponny Retno Astuti
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1986
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The research used multi cases study about the delvery of religious dialogue which bases on Islamic framework and the changes in the point of view of social culture in Salatiga
"
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Djoko Prakoso
Jakarta: Bina Aksara, 1987
345.05 DJO h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Luciana Suhendra
"Es besteht einen engen Zusammenhang zwischen Kontext und Kontextbedeutung. Wenn wir die Bedeutung von einem Wort wissen wollen, mussen wir den Kontext beachten. Es gibt 2 Arten von Kontext, namlich : Mikrokontext und Makrokontext. Makrokontext besteht aus typisierten Vorstellungen, Kontext (Situation), und individuellen Vorstellungen. Mikrokontext besteht aus stellung im Sprachsystem.. Die Analyse in dieser Arbeit beschaftigt sich in erster Linie mit dem Makrokontext. Als theoretische Grundlage verwende ich die Theorie von Hannappel/Melenk, da diese Theorie bietet eine ausfuhr_liche Analysemethode des Makrokontexts an. Diese Arbeit ist eine empirische Arbeit. Die Quelle der Daten sind Artikel aus den zeitschriften und Buchern. Nach der Analyse in dieser Arbeit kann man einen schlu_ ziehen, da_ eine grundliche Analyse der Elementen des Makrokontextes zum Verstandnis der Kon_textbedeutung sehr nutzlich ist."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S14730
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"this research were intended to find out the press role in socializing the district automy wisdom in Jakarta. this research are using survey ,ethod with descriptive research character and quantitative approach research. the result are almost 70 percent of respondent are understand about the description of district autonomy according to UU No. 22/1999 about district government. and the respondent scoring that, positive district autonomy and it's application in Jakarta was already in operation. the frequency of newspaper report about district autonomy is enough and easy to understand, also increasing knowledge. and press are playing role in socializing the district autonomy report."
384 JPPI 7:1 (2003)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Some people are used to saying something without understanding the meanings of a word or term. The term of “politik” is an example. People often read or hear or pronounce the word. However, how many of them are aware of its meaning? As a primitive term, such a world is in the scientific realm. Therefore, this article is designed to reflect and constantly invites us back to basics before we involve ourselves in the play that will be a public watch of the world. Keywords: term, meaning, back to basics"
899 JSIO 23:10 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Shinta Nawai
"Sifat dasar manusia merupakan topik pembahasan di semua aspek kehidupan yang tidak ada habisnya, dan keputusan mengenainya sangat berpengaruh terhadap peradaban. Salah satu sifat yang sering diperbincangkan adalah apakah manusia pada dasarnya altruistik atau egoistik.
Altruisme muncul sebagai akibat dari perasaan empati. Piliavin dan Charng (1990) menyimpulkan bahwa perilaku ?altruisme? adalah sifat dasar manusia. Kebahagiaan yang didapat adalah konsekuensi dari perilaku memberi dan bukan merupakan tujuan.(Batson, 2005). Tujuan penelitian adalah memperoleh gambaran mengenai altruisme yang ada di diri relawan yang membantu dalam satu Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP). dan manfaat dari penelitian ini baik teoritis dan praktis.
Penelitian dilakukan dengan mengunakan metode kualitatif, dengan wawancara dan observasi sebagai pengumpulan data dengan membahas aspek-aspek seperti latar belakang keluarga, empati, altruisme, kebahagiaan, motivasi intrinsik dan keutamaan dari tiga relawan P2KP yang telah bekerja lebih dari satu tahun dan tanpa diberi imbalan apapun. Kesimpulannya adalah gambaran tentang altruisme yang mengakibatkan adanya kebahagiaan dalam diri relawan.

Discourse about human nature has been a never ending topic in all aspects of human lifes, its conclusion is a determining factor shaping the civilization. One of the nature of human often discussed is are human beings altruistic or egoistic.
Altruism is a consequence of the feeling of empathy. Piliavin and Charng (1990) concluded that ?altruism? is human nature. The feeling of joy experienced is a consequence of altriusm and not the purpose (Batson, 2005). The objective of this research is to obtain deeper understanding about altruism within the volunteers in the Urban Poverty Project (P2KP), and its theoritical and practical benefits.
This resreach was conducted applying qualitative method, using interview and observation as means of data collecting on aspects such as family background, empathy, altruism, joy, intrinsict motivation and strengths of the three volunteers of Urban Poverty Project, who has been working for more then one year without any reward or payment. The conclusion is that altruism is an integral part of human nature and feeling of joy is a natural consequenses.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>