Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 1283 dokumen yang sesuai dengan query
cover
West, John B.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 1998
616.24 WES p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Tujuan: Prevalensi obesitas pada anak mengalami peningkatan yang berarti di seluruh dunia. Obesitas dapat menyebabkan berbagai komplikasi, termasuk gangguan fungsi paru. Penelitian uji fungsi paru pada anak obes masih terbatas dan menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Penelitian ini bertujuan mengetahui proporsi gangguan fungsi paru pada remaja obes dini di Indonesia serta hubungan antara derajat obesitas dan derajat gangguan fungsi paru. Metode: Uji potong lintang dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM pada bulan November 2007 sampai Desember 2008. Subjek adalah remaja berusia 10-12 tahun dengan obesitas. Pada subjek dilakukan uji fungsi paru untuk menilai FEV1/FVC, FEV1, FVC, V50, dan V25. Hasil: Terdapat 110 subjek yang memenuhi kriteria penelitian. Jenis kelamin lelaki sebanyak 83 (75,5%) dan perempuan 27 (24,5%); median IMT 26,7 (22,6-54,7) kg/m2, 92 subjek (83,6%) superobes. Riwayat asma dan rinitis alergi terdapat pada 32 (29,1%) dan 46 (41,8%) subjek. Uji fungsi paru abnormal ditemukan pada 64 (58,2%) subjek, terdiri dari gangguan paru campuran 33 (30%), restriktif 28 (25,5%), dan obstruktif 3 (2,7%). Rerata nilai FEV1, FVC, V50, dan V25 mengalami penurunan, sedang rasio FEV1/FVC dalam batas normal. Tidak terdapat perbedaan bermakna rerata parameter uji fungsi paru pada kelompok superobes dan obes. Tidak ada korelasi antara IMT dengan parameter uji fungsi paru. Tidak terdapat hubungan antara derajat obesitas dengan derajat gangguan fungsi paru. Kesimpulan: Gangguan fungsi paru pada remaja dini obes 58,2%. Kelainan tersering adalah tipe campuran (30%), restriktif (25,5%), dan obstruktif (2,7%). Tidak ada korelasi antara IMT dan parameter uji fungsi paru.

Abstract
Aim: Obesity leads to various complications, including pulmonary dysfunction. Studies on pulmonary function of obese children are limited and the results are controversial. This study was aimed to determine proportion of pulmonary dysfunction on early adolescents with obesity and to evaluate correlation between obesity degree with pulmonary dysfunction degree. Methods: A cross-sectional study was conducted at the Department of Child Health, Medical School, University of Indonesia, from November 2007 to December 2008. Subjects were 10 to 12 year-old adolescents with obesity. Subjects underwent pulmonary function test (PFT) to assess FEV1/FVC, FEV1, FVC, V50, and V25. Results: 110 subjects fulfilled study criteria, 83 (75.5%) were male and 27 (24.5%) were female with median BMI 26.7 (22.6-54.7) kg/m2; 92 subjects (83.6%) were superobese. History of asthma and allergic rhinitis were found in 32 (29.1%) and 46 (41.8%) subjects, respectively. 64 (58.2%) subjects had abnormal PFT results consisting of restrictive type in 28 (25.5%) subjects, obstructive in 3 (2.7%), and combined type in 33 (30%). Mean FEV1, FVC, V50, and V25 values were below normal, while mean FEV1/FVC ratio was normal. There was no statistically significant correlation between BMI and PFT parameters. No significant correlation was found between degree of obesity and the severity of pulmonary dysfunction. Conclusions: Pulmonary dysfunction occurs in 58.2% obese early adolescents. The most common abnormality was combined type (30%), followed by restrictive (25.5%), and obstructive type (2.7%). There was no correlation between BMI and pulmonary function test parameters."
[Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia], 2010
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Denny Ferdiansyah
"ABSTRAK
LATAR BELAKANG. Latihan yoga merupakan kombinasi unik antara gerakan yang bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan fisik dan cara bernafas serta meditasi yang dapat memberikan ketenangan pikiran. Saat ini latihan yoga yang paling sering dilakukan adalah hatha yoga yang berfokus pada postur fisik yang disebut asanas dan teknik pernapasan atau pranayama. Sasaran dari pranayama ini adalah untuk meningkatkan kapasitas dan fungsi dari sistem pernapasan. Adapun untuk menilai kapasitas fungsi paru dapat dilakukan dengan pemeriksaan uji spirometri dan Ekspansi toraks merupakan suatu metode sebagai pengembangan rongga dada tidak secara langsung menandai peningkatan ventilasi. METODE. One group Pre and Post test design terhadap subjek dewasa muda sehat dengan rentang usia 18 ndash; 40 tahun. Dilakukan intervensi berupa latihan pernapasan yoga selama 6 minggu dilakukan setiap hari selama 30 ndash; 40 menit dalam satu kelompok perlakuan. Sebelum dilakukan dan setelah dilakukan intervensi dilakukan pengukuran spirometri dan ekspansi toraks. Adapun dari nilai spirometri yang dilihat adalah VC Vital Capacity , FVC Forced Vital Capacity , FEV1 Forced Expiratory Volume in 1 Second dan untuk ekspansi toraks yang dinilai adalah batas atas , tengah, dan bawah. HASIL. Didapatkan 23 subjek dewasa muda sehat dengan rentang usia 27 ndash; 36 tahun yang memenuhi kriteria penerimaan dan penolakan. Didapatkan hasil peningkatan VC P = 0.001 , FVC P = 0.02 dan FEV1 P=0.001 dimana didapatkan nilai bermakna P < 0.05 dari sebelum dan sesudah dilakukan intervensi. Tetapi tidak didapatkan nilai yang bermakna pada ekspansi toraks P=1.00 . SIMPULAN. Terdapat perningkatan nilai kapasitas paru pada subjek dewasa muda sehat setelah di lakukan latihan pernapasan yoga selama 6 minggu.

ABSTRACT
BACKGROUND. Yoga exercise in an unique move combinations that can increase physical healthy, breathing, and meditation that can relaxing minds.Nowadays most often yoga exercise is hatha yoga. Hatha yoga focusing on the physical posture called asanas and breathing technique called pranayama. The aim of the pranayama is to increasing breathing functions and capacity. Spirometry is the test for measuring pulmonary capacity and chest expansion is a method to measure the movement of chest that can show the increasing of pulmonary ventilation. METHODS. One group Pre and Post test design on the young healthy adults subject with age between 18 ndash 40 years. Breathing yoga exercise for 6 weeks everyday in 30 ndash 40 minutes each day as the intervention in one group. Before and after the intervention the subjects got measurement spirometry and chest expansion. From the spirometry measurement the value of VC Vital Capacity , FVC Forced Vital Capacity , FEV1 Forced Expiratory Volume in 1 Second collected and for the chest expansion measurement upper, middle and lower value that collected. RESULTS. 23 young healthy adults subjects with the range of age 27 ndash 36 years with the inclusion and exclusion criteria. The result is increasing of VC P 0.001 , FVC P 0.02 and FEV1 P 0.001 with significant differences P 0.05 before and after interventions. There is no significant differences of the chest expansion before and after interventions P 1.00 CONCLUSIONS. There was a significant differences in pulmonary capacity values in young healthy adults after 6 weeks yoga breathing exercise as the intervention. "
2016
T55599
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anton Sunaryo
"ABSTRAK
Latar Belakang. Gangguan Fungsi paru dapat disebabkan oleh beberapa penyakit atau benda ndash;benda asing yang masuk ke dalam saluran napas, diantaranya debu. Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan proporsi gangguan fungsi paru dan gejala klinis akibat pajanan debu hyget poliester di dalam dan di luar ruangan serta faktor-faktor risiko yang berhubungan pada pengrajin kasur lantai.Metode. Penelitian ini menggunakan Desain Comparative Cross Sectional untuk melihat proporsi penurunan fungsi paru para pengrajin yang terpajan debu hyget poliester di dalam dan di luar ruangan. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner, pengamatan langsung, pemeriksaan fisik, pemeriksaan spirometri menggunakan alat spirometri dan pengukuran kadar debu total dengan menggunakan Low Volume Dust Sampler LVS di lapangan. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan SPSS 20. Terhadap semua variabel dilakukan uji bivariat, kemudian variabel yang mempunyai nilai p < 0.25 dilakukan uji multivariat. Hasil. Karakteristik pengrajin kasur lantai di wilayah desa X Kabupaten Purbalingga didominasi oleh pengrajin dengan usia <44,4 tahun (52%), IMT tidak normal (51%), berpendidikan sekolah dasar (96%), masa kerja >11 tahun (56%), lama kerja <7,8 jam (73%), menggunakan APD (69%), kebiasaan berolah raga yang tidak baik (82%), tidak memiliki gangguan fungsi paru (81%), memilik tekanan darah tidak normal (71%) serta mayoritas tidak memiliki riwayat sesak napas dan bronkitis kronik (99%). Berdasarkan uji kesetaraan didapatkan hasil bahwa IMT (ρ=0,065), umur (ρ=0.689). Kadar debu di dalam dan di luar ruangan dibawah nilai ambang batas 10 mg/m3.. Sedangkan untuk umur, masa kerja, lama kerja, penggunaan APD dan gangguan fungsi paru, tidak ada hubungannya dengan tempat kerja baik di dalam maupun di luar ruangan. Faktor yang paling dominan yang memiliki hubungan dengan gangguan fungsi paru obstruksi adalah pendidikan, sedangkan faktor lain (umur, IMT, penggunaan APD, masa kerja, lama kerja, kebiasaan berolahraga) tidak memiliki hubungan dengan gangguan fungsi paru baik di dalam maupun di luar ruangan.
Kesimpulan. Proporsi gangguan fungsi paru 18 (18%) orang. Restriksi 16 orang; 6 orang pengrajin di dalam ruangan (restriksi ringan), 10 orang pengrajin di luar ruangan ( 7 orang restriksi ringan dan 3 orang restriksi sedang). Gangguan fungsi paru obstruksi 1 orang di luar ruangan. Serta campuran (restriksi ringan dan obstruksi ringan) berjumlah 1 orang yang bekerja di dalam ruangan. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pajanan debu hyget di dalam dan di luar dengan faktor risiko sosiodemografi (umur, IMT dan pendidikan) dan faktor risiko okupasi (masa, lama kerja dan APD). Faktor yang paling dominan yang memiliki hubungan dengan obstruksi saluran napas adalah pendidikan.

ABSTRACT
Background. Pulmonary function disorder may be caused by several diseases or foreign materials entering the respiratory tract, including dust. This study is aimed at identifying the difference in proportion of pulmonary function disorder and clinical symptoms caused by exposure to hyget polyester dust between craftswomen working indoors and outdoors, as well as risk factors associated with floor mattress workers.Method. This study uses Comparative Cross Sectional design to see the proportion of decrease in pulmonary function disorders in craftswomen exposed to hyget polyester dust working indoors and outdoors. Data collection was conducted using questionnaires, direct observations, physical examinations, spirometry tests, and measuring total dust levels using Low Volume Dust Sampler LVS in the field. The collected data was then analyzed using SPSS version 20. All variables were tested for bivariat analysis, and those with p value<0.25 were tested for multivariate analysis.
Result. The characteristics of floor matress craftswomen in X village of Purbalingga distric are dominated by craftswomen of age <44,4 years (52%), abnormal IMT (51%), education level of primary school (96%), employment length >11 years (56%), work duration <7,8 hours (73%), using Personal Protective Equipment (PPE) (69%), non-optimal exercise habits (82%), no pre- existing pulmonary function disorders (81%), abnormal blood pressure (71%), and no history of breathing difficulties and chronic bronkitis (99%). Based on homogenity test, age ( p = 0.689) and BMI (p=0.065) in found to be homogenous. Indoor and outdoor dust level is above recommended limit ( < 10 mg/m3). However for age, education, employment length, work duration, PPE usage and pulmonary function disorder , there were no associations with working place both indoors and outdoors. The most dominant factor which had an association with pulmonary function disorder was education, while other factors (age, IMT, PPE usage, employment length, work duration, exercise habits) did not show associations with pulmonary function disorders for craftswomen both indoors and outdoors.
Conclusion. Proportion of pulmonary function disorder was discovered in 18 people (18%). Restriction of 16 craftswomen; 6 craftswomen working indoors (mild restrictions), 10 craftswomen working outdoors (7 mild restrictions and 3 medium restrictions). Impaired lung function obstruction 1 craftswomen working outdoors. As well as the mixture (mild restriction and mild obstruction) amounted to 1 craftswomen working indoors. There was no significant association between hyget®polyester dust exposure (both indoors and outdoors) with the sociodemographic risk factors (age, BMI, and education) as well as occupational risk factors (work duration, employment length, PPE). The most dominant factor which had an association with airway obstruction was education.
"
2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Qurratu Iffoura
"Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) merupakan penyakit yang ditandai oleh keterbatasan aliran udara di dalam saluran napas yang tidak sepenuhnya dapat dipulihkan dan bersifat progresif. Penyakit ini mempengaruhi aspek fisiologis terutama penurunan pada fungsi paru. Prevalensi penyakit ini setiap tahun terus mengalami peningkatan dan diperkirakan 10 tahun kedepan akan menempati urutan ketiga penyebab kematian di dunia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh latihan mobilisasi dada terhadap fungsi paru pada pasien PPOK. Penelitian ini menggunakan quasi experimental design dengan pendekatan control group pre-posttest design pada 40 responden (n control =n intervesi = 20). Penelitian ini menggunakan analisis univariat: proporsi, mean dan standar deviasi. Selanjutnya analisis bivariate menggunakan Wilcoxon test, Pooled t test dan Mann Whitney. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan secara bermakna pada nilai FEV1 (p=0,046: α=0.05). Terapi ini dapat digunakan sebagai salah satu terapi pelengkap dalam pemberian asuhan keperawatan rehabilitasi pada pasien PPOK.

Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) is a disease characterized by limited airflow in the airways that is not fully recoverable and progressive. This disease affects physiological aspects, especially the decline in lung function. The prevalence of this disease continues to increase every year and it is estimated that in the next 10 years the disease will rank third as the cause of death in the world. This study aimed to determine the effect of chest mobilization exercises on pulmonary function in COPD patients. This study used a quasi experimental design with a control group pre-posttest design approach to 40 respondents (n control = n intervention = 20). This study used univariate analysis: proportions, mean and standard deviation. Next, the bivariate analysis applied the Wilcoxon test, Pooled t test and Mann Whitney. The results showed a significant increase in the value of FEV1 (p=0,046: α=0.05). This therapy can be used as one of the complementary therapies in providing rehabilitation nursing care to COPD patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
T55202
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wisnu Wardhana
"Pendahuluan : Pekerja laboratorium teknik gigi memiliki risiko mengalami gangguan sistem respirasi yang dapat mengakibatkan gangguan fungsi paru akibat pajanan metil metakrilat (MMA). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar MMA di lingkungan laboratorium teknik gigi di DKI Jakarta dan Kotamadya Tangerang, risiko pajanannya terhadap keluhan respirasi dan gangguan fungsi paru, serta hubungannya dengan faktor individu dan pekerjaan.
Metode : Desain penelitian cross sectional melibatkan 69 pekerja laboratorium teknik gigi dari 4 laboratorium. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, pengamatan, pengukuran kadar MMA lingkungan dan pemeriksaan spirometri.
Hasil : Kadar MMA pada 4 laboratorium teknik gigi adalah 0,26 ? 5,72 ppm, jauh di bawah Nilai Ambang Batas. Ditemukan hubungan bermakna ketersediaan ventilasi personal dengan kadar MMA (p <0,05). Prevalensi keluhan subyektif respirasi 39,1 %, dengan faktor yang berhubungan adalah kadar MMA >0,5 ppm (OR = 4,90, 95% CI: 1,49 ? 16,14) dan masa kerja >10 tahun (OR = 0,14, 95% CI: 0,03 ? 0,61). Prevalensi gangguan fungsi paru 44,9 %, seluruhnya restriktif. Faktor yang berhubungan dengan gangguan fungsi paru adalah kebiasaan merokok (OR = 3,94, 95% CI: 1,22 ? 12,76) dan kadar MMA >0,5 ppm (OR = 3,29, 95% CI: 1,01 ? 10,80).
Kesimpulan : Kadar MMA >0,5 ppm memberikan risiko 4,9 kali lebih besar timbulnya keluhan subyektif respirasi pada pekerja. Kadar tersebut juga memberikan risiko 3,29 kali lebih besar timbulnya gangguan fungsi paru pada pekerja. Pekerja yang sudah bekerja >10 tahun menurunkan kemungkinan timbulnya keluhan subyektif respirasi sebesar 86 %. Efek ini diperkirakan akibat timbulnya toleransi pekerja terhadap keluhan subyektif seiring dengan waktu. Pekerja yang merokok memiliki risiko 3,94 kali lebih besar mengalami gangguan fungsi paru.

Background : Dental laboratory workers are at risk of respiratory symptom and pulmonary function disorder,due to exposure to methyl methacrylate (MMA). The objective of this study is to know the level of MMA at dental laboratories at DKI Jakarta and Kotamadya Tangerang, the risk of its exposure toward respiratory symptom and pulmonary function disorder among dental laboratory worker, and its association with individual and occupational factors.
Method : This is a cross sectional study involving 69 dental laboratory workers from 4 laboratories. Data were collected through interview, observation, environmental MMA measurement and lung function examination by spirometer.
Result : MMA levels in 4 dental laboratories were 0.26 ? 5.72 ppm, well below Treshold Limit Value. The prevalence of respiratory symptom was 39.1 %, with associated factors are MMA level >0.5 ppm (OR = 4.90, 95% CI: 1.49 ? 16.14) and working period of >10 years (OR = 0.14, 95% CI: 0.03 ? 0.61). The prevalence of pulmonary function disorder was 44.9 %, all of them restrictive. Factors associated with pulmonary function disorder were smoking habit (OR = 3.94, 95% CI: 1.22 ? 12.76) and MMA level >0.5 ppm (OR = 3.29, 95% CI: 1.01 ? 10.80).
Conclusion : MMA level of >0.5 ppm pose a 4.9 times greater risk of respiratory symptom among workers. That level also poses a risk 3.29 times greater of pulmonary function disorder among workers. Workers with >10 years length of service decreased their possibility of respiratory symptom by 86%. This effect is probably due to tolerance the workers develop towards the subjective symptoms. Smoking workers have a risk 3.94 times greater for pulmonary function disorder."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Any Safarodiyah
"Penyakit Paru Obstruktif Kronik PPOK merupakan penyakit dengan penurunan fungsi paru, yang melibatkan stres oksidatif pada patogenesisnya. Likopen diketahui merupakan salah satu karotenoid utama pada jaringan paru dengan aktivitas antioksidan sangat kuat. Penelitian potong lintang ini dilakukan di RSUP Persahabatan, Jakarta Timur, melibatkan 47 subjek dengan tujuan mengetahui korelasi antara kadar likopen serum dengan fungsi paru pada penderita PPOK. Karakteristik subjek dan asupan likopen didapatkan melalui wawancara menggunakan food frequency questionairre FFQ semi-kuantitatif. Kategori diagnosis PPOK didapatkan dari rekam medis atau wawancara. Status gizi ditentukan berdasarkan Indeks Masa Tubuh IMT , fungsi paru ditentukan menggunakan spirometri, dan kadar likopen serum diukur dengan High Performance Liquid Chromatography HPLC . Semua subjek laki-laki, terbanyak berusia ge;60 tahun, hampir separuh bekas perokok berat, 51 berstatus gizi normal. Asupan likopen 4.407 256 ndash;18.331 mg/hari, lebih rendah daripada asupan orang sehat. Kadar likopen serum 0,57 0,25 mmol/L, setara dengan orang sehat. Terdapat korelasi positif p=0,001; r=0,464 antara kadar likopen serum dengan VEP1/KVP, namun tidak terdapat korelasi kadar likopen serum dengan VEP1/Prediksi dan KVP/Prediksi.

Chronic Obstructive Pulmonary Disease COPD is a disease with decreasing pulmonary function, involving oxidative stres on its pathogenesis. Lycopene is one of the main carotenoids in lungs, with very potent antioxidant property. This cross sectional study was conducted at Persahabatan Hospital Jakarta, involving 47 subjects, aiming to investigate the correlation between serum lycopene level and lung function in COPD subjects. Interview was used to assess subjects rsquo characteristics and lycopene intake using semi quantitative food frequency questionnaire FFQ . COPD grouping was gathered from medical records or interview. Body mass index BMI was used to determine nutritional status, lung function test conducted by spirometry, while lycopene serum level was assessed using High Performance Liquid Chromatography HPLC method. All subjects were male, majority ge 60 years old, almost half ex heavy smokers, about 51 were in normal nutritional status. Lycopene intake was 4,407 256 ndash 18,331 mg day, lower compared to healthy subjects rsquo . Serum lycopene level was 0.57 0.25mmol L, similar to normal level in healthy individuals. There was a correlation p 0.001 r 0.464 between serum lycopene level and FEV1 FVC, but no correlations between serum lycopene level and FEV1 , neither was FVC . "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Farhana
"Volume Ekspirasi Paksa detik pertama VEP1 merupakan salah satu uji diagnostik fungsi paru. Faktor yang mempengaruhi nilai VEP1 diantaranya, yaitu tinggi badan, usia, jenis kelamin, dan ras.
Tujuan: Penelitian ini menganalisis hubungan antara VEP1 dengan kadar lemak pada individu dewasa dengan Indeks Masssa Tubuh normal.
Metode: Penelitian ini menggunakan studi cross-sectional pada 62 individu dewasa yang memenuhi kriteria penelitian. Kadar lemak diukur menggunakan timbangan seca, sedangkan VEP1 diukur dengan menggunakan spirometer. Data tersebut dianalisis menggunakan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dan uji korelasi Spearman.
Hasil: Koefisien korelasi atau r terhadap kadar lemak dan VEP1 pada laki-laki didapatkan koefisien korelasi r sebesar -0,164 p>0,05. Koefisien korelasi terhadap kadar lemak dan VEP1 pada perempuan sebesar 0,10 p>0,05. Hasil pengolahan data menunjukkan tidak adanya korelasi bermakna antara kadar lemak dengan VEP1 pada individu dewasa dengan IMT normal baik pada laki-laki p=0,414 maupun pada perempuan p=0,566

Forced Expiratory Volume in the first second FEV1 is one of diagnostic test for Pulmonary Function Test. Several factors that affect FEV1 are body height, age, gender, and ethnic.
Objective: This research is aimed to find relation between body fat percentage and FEV1.
Method A cross sectional study in 62 adults included into the criteria was conducted in this research. Body fat percentage was measured using seca weighing scales, while FEV1 was measured using spirometer. The data was analyzed with Kolmogorov Smirnov normality test and Person Correlation test.
Result: R value towards body fat percentage and FEV1 in males is about 0,164 p 0,05. R value towards body fat percentage and FEV1 in females is about 0,10 p 0,05. The result shows that there is no significant correlation between body fat percentage and FEV1 in males normal BMI adults p 0,414 and in females normal BMI adults p 0,566.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Qomariyah
"ABSTRAK
Ruang Lingkup dan Cara Penelitian: Merokok adalah salah satu penyebab Penyakit Paru Obstruktif Menahun (PPOM). PPOM bersifat ireversibel sehingga perlu pencegahan dan penanganan lebih dini. Obstruksi saluran nafas pada PPOM dimulai pada saluran nafas kecil, sehingga belum menimbulkan keluhan dan gejala paru. Obstruksi saluran nafas kecil memperlihatkan penurunan nilai V25 pada pemeriksaan kurva 'flow volume'; pada pemeriksaan faal ventilasi paru lain seperti FVC, FEV1, MMF dan PFR belum terlihat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pada perokok tanpa keluhan dan gejala penyakit paru telah ditemukan obstruksi saluran nafas yang dapat dilihat dengan pemeriksaan 'flow volume' dan pemeriksaan faal ventilasi lainnya. Pemeriksaan dengan alat Autospirometer AS500 dilakukan pada 132 orang pria berumur 30 - 39 tahun, yang dibagi dalam 4 kelompok: 33 orang tidak merokok / merokok ≤ 1 batang/hari (kontrol), 33 orang perokok ringan (merokok 5-10 batang/hari), 33 orang perokok sedang (merokok 10-20 batang/hari) dan 33 orang perokok berat (merokok > 20 batang/ hari). Masing-masing perokok telah merokok selama 10-15 tahun. Sebelum pemeriksaan kurva 'flow volume', OP harus memenuhi syarat antara lain pengisian kuesioner, pemeriksaan fisik dan rontgen foto torak.
Hasil dan Kesimpulan: Pada pemeriksaan kurva 'flow volume' didapatkan penurunan bermakna untuk nilai V50 (p0,05).
Dari basil pemeriksaan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pada perokok ringan, sedang, maupun berat, yang telah merokok selama 10 - 15 tahun, tanpa keluhan dan gejala penyakit paru, telah didapatkan obstruksi saluran nafas kecil.

ABSTRACT
Scope and Method of Study: Smoking is one of the causes of Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD). COPD is irreversible so that early precautionary measures and prevention must be taken. The obstruction in COPD begins in the small airways, but at the beginning shows no complaint. Obstruction of the small airways cause a decrease in V25 on the flow volume curve, while other pulmonary function tests such as FVC, FEV1, MMF and PFR are still normal.
The purpose of this study is to reveal whether smokers who have no complaints and symptoms of pulmonary disease already have changes in pulmonary function, which can be detected by flow volume curve and other pulmonary function tests. Pulmonary function was assessed with Autospirometer AS 500 on 132 males, age 30 - 39 years. They were divided into 4 groups: 33 nonsmokers / control (smokes ≤ 1 cigarette/day), 33 mild smokers (smokes 5-10 cigarettes/day), 33 moderate smokers (smokes 10-20 cigarettes/ day), and 33 heavy smokers (smokes > 20 cigarettes/day). Each have been smoking cigarettes for 10-15 years. Questionnaires, physical examination, and chest X-ray were done prior to carrying out the pulmonary function tests.
Findings and Conclusions: The flow volume curve showed a significant decrease in V50 {p
For V50, there was a significant decrease for the heavy smokers compared to control group and the mild smokers. No decrease was observed for V75, FVC, FEVI, FEV1%, MMF and PFR (p>0.05).
The conclusion from this study is that mild smokers, moderate smokers, and heavy smokers, who have been smoking for 10 - 15 years, without complaints and symptoms of pulmonary disease, al-ready have obstruction of the small airways.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1988
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lukas Iwan Djajaputra
"Latar belakang. Kegiatan penyelaman memerlukan kesiapan fisik dan mental yang tinggi karena lingkungan bawah air bukan merupakan lingkungan normal bagi manusia. Pengetahuan dan prosedur serta pelatihan penyelaman yang memadai merupakan kebutuhan mutlak yang dibutuhkan setiap peselam, Penelitian ini dilaksanakan di Seselam Kodikal Surabaya, untuk mengevaluasi faal paru (KV, KVP, VEP, dan VVM) siswa dikbrevet TNI AL.
Metodologi. Dilakukan studi eksperi mental pra dan post test tanpa kontrol pada 31 orang siswa pendidikan brevet di sekolah penyelaman TNI AL, yang telah melalui seleksi, dengan umur antara 20 - 30 tahun. Pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran tinggi badan, berat badan, lingkaran dada inspirasi, lingkaran dada ekspirasi dan status gizi serta pengukuran feat paru sebelum dan setelah pelatihan. Siswa menjalani pelatihan selam selama rentang waktu 12 minggu.
Hasil. Pada penelitian ini terlihat bahwa seluruh siswa pendidikan dalam kondisi sehat setelah pelatihan. Temuan penelitian adalah sebagai berikut.
1. Pengukuran TB, BB dan S.gizi sebelum dan setelah pelatihan didapatkan peningkatan yang sangat bermakna (p < 0,01), dan sesuai dengan hasil perhitungan deltanya.
2. Didapatkan penurunan LDE yang sangat bermakna (p < 0,01), dan didukung dengan hasil perhitungan deltanya.
3. Didapatkan penurunan rasio VEP,fKVP, tetapi masih di atas nilai normal (> 80%).
4. Didapatkan peningkatan VVM yang sangat bermakna (p < 0,01), tetapi tidak ditunjang dengan perhitungan CI 95%.
5. Analisis multivariat antara K.V setelah pelatihan dengan KVP (p < 0,05) sebelum pelatihan ternyata mempunyai hubungan yang positif bermakna.
6. Analisis multivariat antara KVP setelah pelatihan dengan KVP (p < 0,05) sebelum pelatihan ternyata mempunyai hubungan yang positif bermakna.
7. Analisis multivariat antara VVM setelah pelatihan dengan KV (p < 0,05), KVP (p 0,05) dan VVM (p < 0,01) sebelum pelatihan ternyata mempunyai hubungan yang positif bermakna.

Background . Diving requires a high degree of physical and mental fitness, as the underwater world is not the natural habitat of human beings. Adequate knowledge of diving and diving procedures as well as driving training are an absolute must for every diver. This research was carried out at the Kodikal Diving School in Surabaya in order to evaluate the pulmonary physiology (VC, FVC, FEV1 and MVV) of students at the diving school which issues diving certificates (Dikbrevet) of the Indonesian Navy.
Methodology . An experimental study of pre-tests and post-tests without control was performed on 31 students at the diving school (Dikbrevet) of the Indonesian Navy, aged between 20 and 30, who had previously passed a selection. The data were collected by measuring body height, weight, girth of the chest on inspiration and expiration as well as the nutritional state, and by measuring the pulmonary physiology before and after the training. . Students underwent a diving training during a period of 12 weeks.
Results . In this study it appeared that all students were in a healthy condition after the training. The findings of the study are as follows:
1. There was a quite significant increase in body height, weight and the nutritional state after the training ( p < 0.01 ) compared to the body height, weight and the nutritional state before the training, and this was in accordance with the delta calculation.
2. There was a quite significant reduction of the chest measurement on expiration ( p 0.01 ), which was supported by the results of the delta calculation.
3. There was a reduction in the FEV11 FVC ratio, which, however, was still above the normal value (> 80 % ).
4. There was a quite significant increase of the MVV ( p < 0.01 ), however this was not supported by the Cl calculation 95 %.
5. A multivariate analysis showed that there was a significant positive correlation between the VC after the training and the FVC ( p < 0.05 ) before the training.
6. A multivariate analysis showed that there was a significant positive correlation between the FVC (p < 0.05 ) before the training.
7. A multivariate analysis showed that there was a significant positive correlation between the MVV after the traing with the VC (p < 0.05 ), FVC (p < 0.05) and the MVV ( p < 0.01 ) before the training."
Depok: Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>