Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 148396 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mohamad Fadlilah
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
S5767
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanta Yuda AR
"Penelitian ini dilatarbelakangi penurunan perolehan suara Partai Golkar di Pemilu 2009 yang cukup signifikan (7,13 persen), yaitu dari 21,58 persen di 2004 menjadi 14,45 persen di 2009. Padahal Partai Golkar di Pemilu 2009 juga mewarisi infrastruktur dan jaringan organisasi yang sangat kuat seperti pada pemilu sebelumnya (Pemilu 2004). Potensi-potensi itu mestinya dapat menjadi modal dasar bagi Partai Golkar di Pemilu 2009 untuk mempertahankan kemenangan 2004. Karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengapa perolehan suara Golkar menurun signifikan di Pemilu 2009, kendatipun mewarisi jaringan infrastruktur organisasi yang kuat dan tingkat institusionalisasi yang baik, dan faktor-faktor apa yang menyebabkan penurunan itu.
Untuk menganalisa penyebab penurunan perolehan suara Golkar tnt, menggunakan teori institusionalisasi partai dari Vicky Randall dan Lars Svasand; faksionalisme partai menurut Paul G Lewis, Belloni dan Andrew Nathan; teori oligarki Robert Michels, partai terkartelisasi dari Kartz dan Mair, serta teori kepemimpinan dari Andrew Hedrewood. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, sedangkan teknik pengumpulan data melalui kajian literatur, analisis dokumen resmi organisasi Partai Golkar dan hasil survei lembaga independen, serta wawancara mendalam dengan sembilan narasumber dari internal dan ekstemal Partai Golkar yang mengetahui dan memahami dinamika internal Golkar. Sementara teknik analisis data menggunakan deskriptif analitis.
Temuan dari penelitian ini menunjukkan tingkat institusionalisasi Partai Golkar diukur dari empat dimensi Randall dan Svasand cukup baik dan relatif kuat. Kekuatan Golkar dalam beberapa dimensi institusionalisasi yang selama ini diyakini menjadi faktor penyebab kemenangan Golkar di Pemilu 2004, ternyata gagal mengantarkan Golkar sebagai pemenang di Pemilu 2009, dan justru mengalami penurunan suara cukup siginifikan. Hasil penelitian ini menunjukkan ada empat faktor internal penyebab penurunan perolehan suara Partai Golkar itu: (1) kegagalan Partai Golkar mengelola faksionalisme internal; (2) problem kaderisasi dan penyimpangan dalam rekrutmen internal; (3) kepemimpinan internal yang kurang mengakar ke bawah dan dampak kekeliruan komunikasi politik; serta (4) krisis identitas ideologi partai. Keempat faktor internal inilah menjadi penyebab utamanya. Selain itu juga dipengaruhi faktor ekstemal yang gagal diantisipasi Golkar: (1) rasionalitas dan persepsi publik yang merugikan posisi politik Golkar sebagai bagian dari pemerintahan; (2) efek strategi politik pencitraan yang massif dilakukan Partai Demokrat; (3) kehadiran Gerindra dan Hanura sebagai partai pecahan Golkar; serta (4) sistem suara terbanyak yang gagal diantisipasi Golkar.
Implikasi teoretis menunjukkan bahwa tingkat institusionalisasi yang baik menurut Randall dan Svasand memang mendukung daya tahan suatu partai untuk tetap hidup dalam jangka panjang, tetapi dalam konteks jangka pendek tidak otomatis menjadi faktor penentu kinerja elektoral dan kemenangan suatu partai di pemilu, jika partai tersebut gagal mengelolanya. Dinamika dan karakteristik faksionalisme di Golkar, serta dampaknya terhadap soliditas internal berimplikasi pada penurunan perolehan suara di Pemilu 2009 mengokohkan teori Paul G Lewis, Belloni, dan Andrew J. Nathan tentang faksionalisme.

The background of this particular research was that the decline in the number of votes secured by the Golkar Party in the 2009 elections was quite significant (7.13 percent), from 21.58 percent in 2004 to 14.45 percent in 2009, even though the Golkar Party in the 2009 elections also inherited the organizational infrastructure and network that were still very strong as in the previous elections (the 2004 elections). The Golkar Party actually had the potential to capitalize on these to retain the 2004 victory. There upon, this research was conducted to seek answers as to why Golkar's number of votes significantly dropped in the 2009 elections, despite the fact that it inherited the organizational infrastructure and network that were strong and it had a good level of institutionalization. The research was conducted to find what factors that had caused the downturn.
To analyze the causes of this decline in the number of Golkar's votes, the author utilizes the theories of party institutionalization by Vicky Randall and Lars Svasand; of party factionalism by Paul G Lewis, Belloni and Andrew Nathan; of party oligarchy by Robert Michels; of party cartel by Kartz and Mair, and of leadership from Andrew Hedrewood . This research applied qualitative methods. Data collections were conducted through a literature review, the analysis on official documents of the Golkar Party and independent surveys, as well as in­ depth interviews with nine internal and external resource persons who know and understand the internal dynamics of the Golkar Party. The data analysis technique was descriptive analysis.
The findings of this study indicate the level of institutionalization of the Golkar Party that was measured using the four dimensions introduced by Randall and Svasand. The institutionalization was well and relatively strong. The Golkar's strength in some dimensions of institutionalization was believed to have been a victorious factor in the 2004 elections, but it had failed to deliver Golkar as the winner in the 2009 elections. It had even experienced a significant decline in the number of votes. The results of this study indicate that there were four internal factors causing a decrease in number of votes garnered by the Golkar Party: (1) the failure of the Golkar Party to manage internal factionalism, (2) the problems of caderization and internal recruitment, (3) the internal leadership that was less rooted at the grassroots level stemming from the impact of erronious political communications; and (4) the ideological identity crisis within the party. The four internal factors were the main causes. The decline in the number of votes was also influenced by sundry external factors that were failed to be anticipated by Golkar: ( 1) rationality and public perception that the Golkar Party was part of the ruling government, (2) the effect of the massive strategy of political imaging by the Democratic Party, (3) the presence of Gerindra and Hanura as Golkar's splinter parties, and (4) the most number of votes system that was failed to be anticipates by Golkar.
The theoretical implications indicate that the level of institutionalization according to both Randall and Svasand will indeed support the durability of a party to survive in the long run, but in the context of the short term it will not automatically become the deciding factor of electoral performance and the victorious factor of a party in elections, if the party fails to manage it. The dynamics and characteristics of factionalism in the Golkar party had an impact on the internal solidity, thereby causing the decline in the number of votes in the 2009 elections. This fact confirmed the theory of Paul G Lewis, Belloni, and Andrew J. Nathan about party factionalism."
Depok: Universitas Indonesia, 2011
T44144
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Etin Nurhaetin Ningrum
"Dalam penelitian ini dicari jawaban atas pertanyaan penelitian mengapa terjadi penurunan suara PDI-P di DKI Jakarta pada Pemilu Legislatif 2004 ? Lokasi penelitian di DKI Jakarta. dan waktu penelitian berlangsung mulai April-Desember 2004. Tujuan penelitian memberikan penjelasan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi turunnya perolehan suara PDI-P pada Pemilu Legislatif 2004 di Provinsi DKI Jakarta. Dalam penelitian ini penurunan perolehan suara di definisikan sebagai perbandingan antara perolehan suara Pemilu 1999 dengan Pemilu 2004 PDI-P di Provinsi DKI Jakarta.
Dengan menggunakan teori sistem pemilihan umum, teori kampanye partai politik, teori komunikasi politik, teori partai dan elite politik, serta teori konflik, penulis melakukan penelitian dengan metode kualitatif dengan analisis kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui penggabungan dari berbagai cara (triangulasi) dan melalui wawancara. Sebagai sumber data diambil dari wawancara mendalam dengan alit PDI-P yang menjabat sebagai pengurus DPP, DPD, DPC, PAC, dan Ranting sejumlah 18 orang. Asumsi penulis adalah kinerja elit PDI-P dan orientasi pemilih masyarakat DKI Jakarta mejadi penyebab utama turunnya perolehan suara.
Dan pertanyaan penelitian di atas ditemukan beberapa penyebab penurunan perolehan suara PDI-P yaitu faktor internal dan faktor ekstemal. Faktor Internal meliputi sumberdaya manusia partai rendah, pengelolaan partai kurang baik, kebijakan DPP yang tidak tepat, konsolidasi partai tidak maksimal, perilaku anggota dewan PDI-P kurang baik, tema kampanye yang tidak mencerminkan kebutuhan dan keinginan rakyat, dan konflik internal yang melanda partai. Faktor Eksternal meliputi kebijakan pemerintahan Megawati yang tidak popular, buruknya kebijakan Gubernur Sutiyoso di mata simpatisan PDI-P, media massa yang tidak berpihak pada Megawati dan PDI-P Partai lain menawarkan tema kampanye yang lebih menarik dan menjanjikan perubahan; orientasi pemilih yang semakin baik; dan Pendataan Penduduk dan Pendaftaran Pemilih Berkelanjutan (P48) yang kurang sempurna.
Penemuan lapangan adalah bahwa faktor internal inilah yang menjadi faktor utama penurunan perolehan suara PDI-P di Provinsi DKI Jakarta. Sedangkan faktor eksternal menjadi faktor pendukung penyebab turunnya perolehan suara PDI-P di Provinsi DKI Jakarta.

Analysis of Vote Decline of PDI-P on The 2004's Legislatives Election in The Province of DKI JakartaThis research is trying to find out the answer of why the decline of PDIP's vote from DKI Jakarta districts happened during 2004 Legislative Election. The DKI Jakarta province served as the research field from April-December 2004. The cum of this research to describe factors influencing the decline of PDI-P's votes during the 2004's election at the DKI Jakarta province.
Using the theories of the election system, political parties campaign, political communication, political parties and elites, and political conflicts. The writer took analyzes with qualitative method and analysis. Data collection was done by combining triangulation technique, and interviews. Data were taken from interviews on the PDI-P's elites from various sources; national level (DPP), regional level (DPD), local level (DPC), PAC and branches of 18 persons. The writer proposed a hypothesis is that PDI-P's work ethic and the orientation of voters in DKI Jakarta's was the main caused of the vote decline.
From the above questions we find several causes of the PDI-P's vote decline were found based on internal and external factors. The first internal factors comprises of low human resources in the party, bad internal management, inefficient DPP policies, lack of party's consolidation, bad attitude of the PDI-P's members of council, campaign topics which are not representing the society's aspiration and internal conflicts. The external factors deals with unpopular Megawati's policies, Sutiyoso's bad policies for PDI-P's, unfavorable press reviews on Megawati and PDI-P, more interesting campaign topics from other parties, better voters orientation, and Pendataan Penduduk dan Pendaftaran Pemilih Berkelanjutan (Continuing Census and Voters Registration Program, P4B) imperfect implementation.
This internal factors were proven to be the main factors of the PDI-P's voters in DKI Jakarta province while the external factors were supporting factors of the decline."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T 13877
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sri Andayani
"Tayangan iklan politik televisi di Indonesia merupakan fenomena baru sejak ORBA digantikan oleh Orde Reformasi.. Di negara-negara Barat, seperti Amerika Serikat misalnya sebagai pelopor iklan politik di televisi. perkembangan iklan politik dapat dilihat berdasarkan periode kelahirannya, Di awal dekade kelahirannya di tahun 1952 misalnya iklannya umumnya cenderung bercirikan bermerek iklan isu, menggunakan daya tarik (appeal s) emosional, dan berpendekatan negatif.
Penelitian ini pun ingin melihat bagaimana kecenderungan iklan politik di televisi Indonesia di awal periode kelahirannya? Juga perbandingan isi iklan politik dari ketiga partai politik yang memperoleh suara terbesar pada Pemilu 1999, yaitu iklan PDI Perjuangan, Partai Golkar, dan Partai Kebangkitan Bangsa berdasarkan kategori isi iklan, strategi iklan, dan teknik iklannya.
Sampel penelitian ini menggunakan rekaman semua tayangan iklan politik dari ketiga partai politik yaitu berjumlah sebesar 30 spot. terdiri dari 9 spot iklan PDIP, 14 spot iklan Partai Golkar, dan 7 spot iklan PKB, dengan menggunakan metode deskriptif dan teknik penelitian analisis isi (content analysis).
Dari temuan hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) secara umum iklan politik di televisi Indonesia (a) berdasarkan kategori isi iklannya cenderung berbentuk iklan slogan, berdaya tarik emosional, dan dengan pendekatan positif - meski iklan dengan pendekatan negatif pun banyak jumlahnya; (b) Dan dari kategori strategi iklannya -baik pada partai yang berposisi sebagai partai yang berkuasa maupun partai penantang -sama-sama banyak menggunakan aspek-aspek- strategi penguasa ketimbang aspek-aspek strategi penantang. Aspek strategi penguasa yang banyak digunakan adalah strategi mengandalkan jabatan seseorang di dalam penyampaian pesan iklan, dan strategi menggunakan wakil partai yang biasanya bertokoh rakyat atau orang yang tak terkenal, Dan (c) dari kategori teknik iklannya. Iklan politik di televisi banyak mengandalkan seting informal. dengan teknik kombinasi--, yaitu kombinasi dari cinemayertte dan man-in-the-street. man-in-the-street dengan talking-head. dan kombinasi dari documentacy, head-on. serta testimonial.
Sedangkan dari (2) perbandingan isi iklan politik ketiga partai yang memperoleh suara terbesar dalam pemilu 1999 yaitu iklan PD1 Perjuangan, Partai Golkar, dan PKB berdasarkan kategori isi iklan. strategi iklan. dan teknik iklannya adalah sebagai berikut. Berdasarkan kategori isi iklannya iklan PDIP cenderung berbentuk iklan isu. dengan menggunakan daya tarik kombinasi yang seimbang antara daya tarik logis, emosional, dan etis, namun iklannya cenderung berpendekatan negatif Sedangkan iklan Partai Golkar dan PKB sama-sama banyak berbentuk iklan slogan dan citra, berdaya tarik emosional dan etis, serta cenderung berpendekatan positif.
Dari strategi iklannva yang digunakan. ketiga partai tersebut sama-sama banyak menggunakan aspek-aspek pada strategi penguasa. Pada iklan PDIP dan PKB banyak digunakan aspek strategi penggunaan jabatan seseorang di dalam penyampaian pesan iklannya. Sedangkan pada iklan Partai .Golkar menggunakan aspek strategi perwakilan dalam penyampaian pesan iklan dengan menggunakan tokoh rakyat atau pun orang tak dikenal.
Dan dari teknik iklannya, baik PDIP maupun Partai Golkar mengandalkan seting informal, sedangkan iklan PKB kombinasi antara seting formal dan informal. Dan dari teknik filmnya iklan PDIP lebih banyak menggunakan teknik film kombinasi antara manin-the-street dan talking-head, sementara iklan Partai Golkar kombinasi dari cinema-cerite dan man-in-the-street, dan iklan PKB kombinasi antara documentary, head-on, serta testimonial.
Jika iklan politik diyakini dapat berpengaruh pada perolehan suara partai politik, maka studi mengenai isi iklan politik di televisi menjadilah penting. Tak mustahil sebuah kemenangan itu bermuara dari perencanaan komunikasi yang baik melalui bentuk periklanan politik. Dalam kerangka berpikir seperti itulah tesis ini dibuat.

The show of television political advertisement in Indonesia is a new phenomena after ()RBA has been replaced by new Orde Reformasi. In western countries, such as United States which serve as pioneer political advertisement in television_ development of political advertisement can be seen through its birth. In the early period of the 1952 the advertisement tend to have issue advertisement form, using emotional appeals and negative approach.
This research want to study how political advertisement tendency in television during its birth. In addition, we also want to see the comparrison of the three political parties showing highest votes in 1999 General .Election, namely advertisement of POI Perjuangan, Partai Golkar, and Partai Kebangkitan Bangsa based on advertisement content category, advertisement strategy, and advertisement technique.
Research sample used recording of all political advertisement shows from the three political parties, amounting thirty spots, with consist of 9 spot PDIP, 14 Partai Golkar, and 7 spot PKB advertisement by using the descriptive matter and content analysis.
The research resulted shows (1) in general political advertisement in Indonesian television, based on advertisement content tend to for slogan advertisement, emotional appeals, and with positive approach. From other strategic category, wither for powerful or opposing parties both used more aspect of incumbent strategies than through opposing strategies, Aspect of incumbent strategies with is used more is strategy using, authority profesion conducting advertisement messages and strategies using party representatives which normally function as command unknown people. The last one is category for advertisement technique and where political advertisement in television used many informal setting with combination documentary, head-on, and testimonial.
From the point of comparison for political advertisement the three parties showing highest votes in 1999 General Election, namely advertisement of PDIP. Partai Golkar, and PKB based on advertisement content, ad strategy, and other technique are as follow based on advertisement content category, PDIP advertisement tend to form issue advertisement, using combine appeals with is balance between logical, emotional, and ethical appeals. Even through the advertisement tend to have negative approach. For Partai Golkar and PKB however they have more slogan advertisement, image advertisement, emotional and ethical appeals and have positive approach.
From the point of advertisement strategies. the three parties used more or less the same aspect of incumbent strategies. In PDIP and PKB advertisement they used many aspect of incumbent profession in conducting its message, Partai Golkar used aspect of representatives strategies in conducting its messages by using common or unknown and unfamous man.
From advertisement technique both PDIP and Partai Golkar used informal setting, while PKB used combined advertisement between formal and informal setting. From film technique, PDIP advertisement between Cinme-verite, Man-in-the street, and PKB used combined advertisement among documentary, head-on, and testimonial.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T792
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tania Fitrialyn Putri
"Pemilu presiden Prancis menjadi lebih dirasa penting sejak terjadi
perubahan dari sistem parlementer menjadi sistem presidensil pada Republik V. Dan menjadi hal yang menarik bahwa sejak Pemilu presiden tahun 1988, sebuah partai ekstrem kanan yaitu Front Nasional dengan Le.Pen sebagai pemimpin yang nasionalis, rasialis dan xenophobic, berhasil memperoleh suara yang cukup signifikan dalam pemilu tersebut. Selain itu popularitasnya terns meningkat pada pemilu-pemilu presiden selanjutnya, hingga akhirnya mampu menjadi salah satu
kand.idat presiden dalam putaran kedua pemilu tahun 2002 kemarin. Hal tersebut menjadi menarik kruena pertama, fenomena tersebut terjadi pada negara yang mujur dan menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi. edua, partai Front Nasional tersebut sebelumnya adalah pad:a· kecil yang kekurangan basis pendukung. Dan ketiga, fenomena meningK,atnya popularitas partai Front Nasional tersebut, juga dii.khti oleh keberhasilan partai-partai ekstrem kanan lainnya di Eropa pada dasawarsa terakhir, sehingga otomatis menyedot perhatian
publik lokal dan intemasional.
Skripsi ini akan engangk:at faktorafaktor yang menyebabkan peningkatan suara part. Front Nasional dalam Pemilu Presiden tahun 988 tersebut.
Kerangka teori utama yang di~a ai dalam menjelaskan har tersebut adalah teori partai catch-all yang dalam peng'ertian Dr. Ichsanul Amal menggambarkan partai Front Nasional sebagai partai yang roenampung kelompok-kelompok sosial sebanyak mungkin untuk dijad'ikan anggotanya dengan tujuan memenangkan pemilihan dengan cara menawarkan program~program dan keuntungan bagi anggotanya sebagai ganti ideologi yang kaku. Analisa dilakukan dengan mengamati sistem politik Prancis, terutama perubahannya dalam Republik V; partai-partai utama di Prancis, termasuk Partai Front Nasional; jalannya pemerintahan Mitterand dan Chirac sebagai presiden pada periode tersebut; serta kond.isi sosial ekonomi Prancis, terutama menyangkut eksistensi kaum imigran Hasilnya adalah bahwa fenomena peningkatan suara terhadap Le Pen sebagai Presiden Prancis terutama disebabkan oleh faktor kekecewaan rakyat terhadap pemerintahan Mitterand dan Chirac yang kurang berhasil dalam memperbaiki berbagai permasalahan internal, khususnya aspek sosial ekonomi.
Keduanya lebih memfokuskan diri pada sistem presidensil yang berorientasi pada cita-c:ita de Gaulle terhadap peran Republik V Prancis di mata dunia. Di lain pihak, Le Pen dengan sikapnya yang tertuang dalam program-program politiknya, memberikan perhatian besar terhadap permasalahan sosial ekonomi tersebut.
Eksistensi kaum imigran yang dianggap sebagai sumber berbagai permasalahan di Prancis, menjadi fokus utama dalam tiap kampanyenya. Sistem politik dalam Konstitusi Republik V prancis juga menjadi faktor yang mendukung peningkatan suara tersebut. Dalam hal ini mencakup: Perubahan dari sistem parlementer ke sistem presidensil serta karakteristik sistem kepartaian di Prancis yang juga ikut
mempengaruhi peningkatan suara terhadap Le Pen."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
S4077
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ridhwan Effendi
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1995
S5665
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Qomaril Arifin
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
S5846
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1992
S5608
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
L. Yessika S.D.S.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1992
S6764
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>