Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 161129 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hutabarat, Maria Margareth
"Di Amerika diperkirakan lebih dari 20 juta orang terpajan bising 85 dB atau lebih. Departemen tenaga kerja di Amerika mengestimasi bahwa 19,3 % dari pekerja di manufacturing dan utilities terpajan kebisingan dengan intensitas 90 dBA atau lebih 34,4 % terpajan kebisingan pada level di atas 85 dBA, dan 53,1% terpajan kebisingan pada level di atas 80 dBA. Frechet mendapatkan data bahwa 55% daerah industri di Quebec-Canada mempunyai tingkat kebisingan di atas 85 dB dan menurut survei prevalensi NIHL (Noise Induced Hearing Loss) atau gangguan pendengaran akibat bising bervariasi antara 40 - 50%. Gangguan pendengaran sebagai penyakit akibat kerja yang paling sering terjadi di berbagai industri membutuhkan perhatian dari banyak pihak. Gangguan pendengaran yang dialami seseorang akan berpengaruh pada produktivitas kerja dan kualitas hidup pekerja tersebut, sehingga pengendalian bising sangat penting untuk dilaksanakan di semua industri. Pelaksanaan program pengendalian bising atau Hearing Conservation Program di PT. X perlu dievaluasi sesuai dengan ketentuan yang ada, agar dapat diketahui hal-hal yang dapat diperbaiki untuk mewujudkan Hearing Conservation Program yang efisien, efektif, dan memadai.

United States estimated that more than 20 million people exposed to noise 85 dB or more. Department of labor in the United States estimates that 19.3% of workers in manufacturing and utilities exposed to noise with intensity 90 dBA or more than 34.4% exposed to noise levels above 85 dBA, and 53.1% exposed to noise levels above 80 dBA. Fréchet have shown that about 55% of industrial areas in Quebec-Canada has a noise level above 85 dB and, according to survey the prevalence of NIHL (Noise Induced Hearing Loss), or noise induced hearing loss varies between 40-50%. Hearing loss as occupational diseases is the most often occur in various industries require attention from many parties. Hearing loss will affect the worker?s productivity and quality of life of workers, so that noise control is very important to be implemented in all industries. Implementation of noise control program or a Hearing Conservation Program at the PT. X needs to be evaluated in accordance with existing provisions, in order to know the things that could be improved to realize the Hearing Conservation Program that is efficient, effective, and adequate."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Dawaman
"ABSTRAK
Kebisingan pada industri harus dapat dikurangi agar para karyawan yang terpapar
tidak mengalami gangguan pendengaran. Agar area kerja dapat diperbaiki dan kebisingan
dapat dikurangi maka diperlukan suatu kegiatan promosi kesehatan dalam mencegah
gangguan pendengaran yaitu Hearing conservation program. Peneliti bertujuan untuk
mengevaluasi implementasi Hearing Conservation Program pada PT XYZ tahun 2013.
Proses evaluasi dilakukan dengan menggunakan checklist evaluasi Hearing conservation
program dari NIOSH (Alih bahasa Departemen Kesehatan). Maka diperoleh hasil
pelaksanaan Hearing conservation program pada PT XYZ yang telah dilaksanakan sebesar
76 % dan 24 % belum terlaksana. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kegiatan
Hearing Conservation program di PT XYZ masih harus ada perbaikan agar karyawan
tidak terpapar oleh kebisingan dan terhindar dari gangguan pendengaran. Saran pada PT
XYZ sebaiknya menjalankan secara menyeluruh dan sosialisasi terhadap pelaksanaan
Hearing conservation program harus dilaksanakan pada seluruh karyawan.

ABSTRACT
Noise in the industry must be reduced so that the employees are not exposed to
hearing loss. So that the work area can be improved and the noise can be reduced, we need
a health promotion activity in preventing hearing loss is hearing conservation program.
We aimed to evaluate the implementation of the Hearing Conservation Program in PT
XYZ in 2013. The evaluation process is conducted by using a checklist evaluation of the
NIOSH Hearing conservation program (Language Interpreting Department of Health).
Hearing the obtained results of the implementation of conservation programs at XYZ Ltd.
which has been implemented by 76% and 24% have not been implemented. It can be
concluded that the Hearing Conservation program activities in PT XYZ still must be
improved in order employees not exposed to noise and avoid hearing loss. Advice on PT
XYZ should run thoroughly and disseminate the hearing conservation program
implementation should be carried out on all employees."
Universitas Indonesia, 2013
T35077
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wendi Ramanda
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pelaksanaan dan kesesuaian
survei kebisingan, pengendalian teknis dan administratif, pemeriksaan audiometri,
dan Alat Pelindung Telinga (APT) yang dilakukan di PT X sesuai dengan
peraturan dan rekomendasi yang ada, agar dapat diketahui hal-hal yang dapat
diperbaiki untuk mewujudkan Program Konservasi Pendengaran (PKP) yang
efisien, efektif, dan memadai. Penelitian ini menggunakan desain studi deskriptif
dengan pendekatan kualitatif. Data diperoleh dengan cara wawancara mendalam,
observasi, dan telaah dokumen. Hasil penelitian menunjukan bahwa adanya
ketidaksesuaian penerapan elemen Program Konservasi Pendengaran (PKP) di PT
X dengan peraturan dan rekomendasi. Peneliti merekomendasikan bahwa perlu
dibuat kebijakan khusus dan pemberian pelatihan mengenai Program Konservasi
Pendengaran (PKP), serta pengawasan yang lebih pada pelaksanaan setiap elemen
Program Konservasi Pendengaran.

ABSTRACT
This study aims to describe the implementation and suitability noise survey,
engineering and administative controls, audiometric test, and Hearing Protection
Device (HPD) in PT X accordance with existing regulations and
recommendations, in order to know the things that could be improved to realize
the Hearing Conservation Program (HCP) that is efficient, effective, and
adequate. This study used descriptive design with qualitative approach. Data was
obtained by in-depth interview, observation, and document review. The results
showed that there was found mismatches between implementation of Hearing
Conservation Program elements in PT X with regulations and recommendations.
Researchers recommend that should made specific policy and training about
Hearing Concervation Program (HCP), as well as supervision to each
implementation of Hearing Conservation Program (HCP) elements."
Universitas Indonesia, 2014
S54930
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Frans Henny
"ABSTRAK
Latar belakang. Kebisingan merupakan potensi bahaya yang sering ditemui pada industri hulu migas, dan memerlukan pengendalian yang tepat dengan PKP agar tidak menimbulkan NIHL. Perusahaan hulu migas X menjalankan PKP sejak tahun 2014, namun perubahan STS pada audiometri berkala sebesar 12,7% melebihi acuan dari NIOSH.
Tujuan Penelitian. Untuk menilai penerapan PKP yang dilakukan perusahaan hulu migas X.
Metode penelitian. Menggunakan metode penelitian mixed method, dilakukan scoring pada ke-8 langkah keluaran dan perhitungan perubahan STS yang terjadi. Secara kualitatif membandingkan pelaksanaan tahapan keluaran, proses dan masukan yang diperoleh melalui kontingensi data dengan panduan dari NIOSH.
Hasil penelitian. Dilakukan penilaian dan kategorisasi terhadap 8 langkah pada tahap keluaran, dengan hasil hazard monitoring, evaluasi audiometri dan record keeping dikategorikan cukup, sedangkan pengendalian enjinering dan administratif, APT, edukasi dan motivasi, evaluasi program dan audit dikategorikan kurang. Sehingga hasil penilaian untuk keseluruhan langkah pada tahap keluaran adalah kurang. Hasil pada keluaran ini berkaitan erat dengan proses dan masukan. Hampir keseluruhan proses dilakukan oleh tim pelaksana PKP yang merupakan gabungan dari tim kesehatan dan higiene industri yang sebelumnya tidak memiliki pengalaman dalam menjalankan program yang kompleks ini. Dari pihak manajemen, keterbatasan dalam pendanaan, yang utamanya untuk melakukan pengendalian enjinering dan administratif, dimana pendanaan tersebut berkaitan dengan struktur gabungan dua perusahaan serta akan habisnya masa kontrak kerja sama turut memberikan andil pada kegagalan ini.
Kesimpulan. Perubahan STS pada pelaksanaan PKP di perusahaan hulu migas X sebesar 12,7% dikarenakan terdapat kekurangan pada tahapan masukan, proses dan keluaran dibandingkan panduan dari NIOSH, yang diakibatkan keterbatasan dari pihak manajemen serta tim pelaksana PKP.

ABSTRACT
Background. Noise is a potential hazard that is often encountered in the upstream oil and gas industry, and requires proper control with HCP to prevent NIHL. Upstream oil and gas company X has run HCP since 2014, but the STS changes on a periodical audiometry of 12.7% still exceed the reference from NIOSH.
Purpose. To evaluate the implementation of HCP in upstream oil and gas company X.
Method. Using mixed method, scoring the 8 steps of output stage and calculation of STS changes. Qualitatively compares the implementation of the outputs, processes and inputs stages obtained through contingency data, with guidance from NIOSH.
Result. Assessment and categorization of the 8 steps at the output stage, with results: hazard monitoring, audiometric evaluation and record keeping are categorized fair, while engineering and administrative control, hearing protection device, education and motivation, program evaluation and audit are categorized poor. The result for the overall output stage is poor. Outputs results are related to processes and inputs. Almost the whole process is carried out by the HCP team, which is a combination of health section members and industrial hygienists that previously had no experience running this complex program. On the management side, financing constraints, principally for engineering and administrative control, where the funding relates to the combined structure of the two companies and the expiration of the contract period contribute the failure.
Conclusion. STS changes in the implementation of HCP in upstream oil and gas company X amounted to 12.7% due to lack of input stage, process and output compared to guidance from NIOSH, which resulted from limitations of management and HCP implementation team."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zukhrida Ari Fitriani
"Intensitas: bising 85 dB atau lebih menyebabkan kerusakan reseptor Corti. Perusahaan X telah melakukan program konservasi pendengaran untuk mencegah terjadinya noise induced hearing loss (NIHL). Akan tetapi; penurunan pendengaran masih ditemukan. Penelitian ini ingin mengetahui hubungan perilaku kurang dengan NIHL serta faktor-faktor lain yang berhubungan dengan NIHL pada pekerja Perusahaan X.
Metode: Penelitian kasus kontrol teJah diiakukan pada pekerja laki-laki usia 20 59 tiga kompattemen Perusahaan X. Data didapatkan dari kuesioner dan tes audiometri screening tahun 2010. Odd ratio dan analisis multivariat menggunakan SPSS 17 dilakukan terhadap 62 kasus NIHL dan 62 kontrol.
Hasil: Faktor·faktor seperti perokok sedang berat, I intenshas bising 85-95 dB meningkatkan risiko terjadinya NJHL masing·masing sebesar I 0,73(95%CI 2.85-40.38),5.49), 34(95%C!=0.46·3.89. Penelitian ini tidak bisa mendapatkan hubungan intensitas bislng >95 dB dengan NIHL.
Kesimpulan: Perilaku kurang meningkatkan risiko tetjadinya NIHL di Perusahaan X. Program.

Backgrounds: Noise intensity 85 dB (decibels) or more may damage the Corti receptors. The X Company had conducted hearing conservation program to prevent noise induced hearing loss (PllHL), However, hearing loss still can be found 17Jis study idenlifles the correlation between unsafe behaviors and NIHL also the other foctors related with NIHL among The X Company's workers.
Methods: A case conrrol th1'ee compartments of X Company Data was obtained from questionnaires and scree11ing audiometric test 201(}, Odd ratio and multivariate analysis using SPSS 1 7 had been done to 62 cases N!HL and 62 controls.
Results: Factors such as medium-heavy smokers, unsafe behaviors, light smokers, noise intensity 85-95 dB increase the risk of NIHL by 10.73(95%CJ=2.85-40.38), 4.36(95%Cl=l.70-11.20), 2.23(95%CI=0.91-5.49), I.34(95%CI=0.46-3.89. This study cannol obJain the relation between noise intensity >95 dB and NIHL.
Conclusions: Unsafe behaviors increase the risk of NIHL in X Company. Hearing conservation program need to be improved.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
T31643
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Binti Wiladatul Laili
"Readymix plant PT X Lenteng Agung Jakarta Selatan merupakan perusahaan yang bergerak di sektor manufaktur dengan produksi beton sebagai bisnis utamanya di mana dalam proses produksinya menghasilkan kebisingan dengan intensitas tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan program konservasi pendengaran untuk melindungi pekerja dari penurunan pendengaran akibat bising di readymix plant PT X Lenteng Agung Jakarta Selatan tahun 2014. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik yang dilakukan pada bulan Mei-Juni tahun 2014 di readymix plant PT X Lenteng Agung Jakarta Selatan dengan observasi, wawancara dan studi literatur. Hasil penelitian menyatakan bahwa readymix plant PT X Lenteng Agung Jakarta Selatan belum memiliki kebijakan atau komitmen khusus terkait pelaksanaan program konservasi pendengaran. Program konservasi pendengaran yang telah dilakukan masih belum optimal serta masih memerlukan banyak evaluasi dan perbaikan.

Readymix plant PT X Lenteng Agung South Jakarta is a company engaged in manufacturing sector with concrete production as a major business in which in the process of production produces high intensity noise. This research aims to develop hearing conservation program to protect workers from noise induced hearing loss in readymix plant PT X Lenteng Agung South Jakarta, 2014. This research is a descriptive analytic study performed in May-June 2014 in readymix plant PT X Lenteng Agung South Jakarta by observation, interview and study of literature. Research results revealed that readymix plant PT X Lenteng Agung South Jakarta does not have a policy or specific commitments related to the implementation of hearing conservation program yet. Hearing conservation program that has been made is still not optimal and still requires a lot of evaluation and improvement.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S56070
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ela Herawati
"Gangguan pendengaran sebagai penyakit akibat kerja yang paling sering terjadi di berbagai industri membutuhkan perhatian dari banyak pihak. Gangguan pendengaran yang dialami seseorang akan berpengaruh pada produktivitas kerja dan kualitas hidup pekerja tersebut, sehingga pengendalian bising sangat penting untuk dilaksanakan di semua industri.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pelaksanaan dan kesesuaian dari elemen program konservasi pendengaran yang dilakukan PT XYZ sesuai dengan peraturan dan rekomendasi yang ada, agar dapat diketahui hal-hal yang dapat diperbaiki untuk mewujudkan Program Konservasi Pendengaran yang efisien, efektif dan memadai. Penelitian ini menggunakan desain studi deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Data diperoleh dengan cara wawancara mendalam, observasi dan telaah dokumen, dan kuisioner.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya ketidaksesuaian penerapan elemen Program Konservasi Pendengaran di PT XYZ dengan peraturan dan rekomendasi. Peneliti merekomendasikan bahwa perlu dibuat kebijakan khusus terkait dengan PKP, dan pelaksanaan pencatatan dan pelaporan yang lebih baik, serta pengawasan yang lebih pada pelaksanaan setiap elemen Program Konservasi Pendengaran.

Hearing loss as the most common occupational disease in many industries requires attention from many parties. Hearing loss experienced by a person will affect the work productivity and quality of life of the worker, so noise control is very important to be implemented in all industries.
This study aims to determine the description of the implementation and suitability of the elements of hearing conservation program conducted by PT XYZ in accordance with existing regulations and recommendations, in order to know the things that can be improved to realize an efficient, effective and adequate Hearing Conservation Program. This research uses descriptive study design with qualitative approach. Data were obtained by in-depth interviews, observation and document review, and questionnaires.
The results of the study indicate that there is a mismatch of the implementation of Hearing Conservation Program elements in PT XYZ with the rules and recommendations. The researcher recommends that special policies relating to Hearing Conservation Program, better implementation of recording and reporting, and more oversight of the implementation of each element of the Hearing Conservation Program.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T53869
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Matakupan, Henry Victor
"Industri Minyak dan Gas Lepas Pantai PT M Tahun 2018 Paparan kebisingan merupakan penyebab paling umum gangguan pendengaran, menyebabkan noise induced hearing loss (NIHL). Penelitian ini mengevaluasi gangguan pendengaran yang berhubungan dengan pajanan bising dikaitkan dengan usia, masa kerja, lama pajanan, pemakaian alat pelindung diri, kebiasaan merokok, hobi berhubungan kebisingan dan penyakit Diabetes Mellitus, hyperlipidemia dan hipertensi pada pekerja. Ini adalah penelitian observational cross sectional meneliti variabel independen, variabel dependen dan variabel perancu pada waktu bersamaan. Menggunakan data sekunder perusahaan melalui pengamatan, pengukuran dan questioner. Hasil pengukuran kebisingan area berpotensi kebisingan menunjukan potensi kebisingan terendah adalah 63 dBA dan tertinggi 110, 6 dBA,tingkat kebisingan area field berkisar 84.88 - 93 dBA. Kebisingan di area nonfield tertinggi 79.5 dBA. Pajanan bising efektif di bawah 80 dBA, baik di area field maupun nonfield; 7.1% pekerja bekerja > 20 tahun, didapatkan hubungan antara masa kerja > 20 tahun, terjadinya gangguan pendengaran pekerja sebanyak 5.6%, 40.5% pekerja berusia > 40 tahun, didapatkan hubungan antara usia pekerja dengan kejadian gangguan pendengaran. 42.9% pekerja memiliki kebiasaan merokok, tidak didapatkan hubungan antara perilaku merokok dengan gangguan pendengaran. Tingkat pemakaian APT pada pekerja didapatkan sebanyak 90.5% pekerja yang selalu memakai APT, tidak ada hubungan antara pemakaian APT dengan gangguan pendengaran. Tidak didapatkan hubungan antara hobi dengan terjadinya gangguan pendengaran Tidak didapatkan hubungan antara status kesehatan berupa profil lipid pekerja (kolesterol total, HDL, LDL, dan trigliserida), kadar glukosa darah pekerja dan tekanan darah dengan gangguan pendengaran.

Exposure to noise is the most common cause of hearing loss, leading to noise induced hearing loss (NIHL). This study evaluated hearing loss associated with noise exposure related to age, length of employment, length of exposure, the use of personal protective equipment, smoking habits, hobbies associated noise and diabetes mellitus, hyperlipidemia and hypertension in workers. This is a cross-sectional observational study examined the independent variable, the dependent variable, and confounding variables at the same time. Using the company secondary data, through observation, measurement and questionnaire. Noise measurement results indicate that the potential area of potential noise is 63 dBA as the lowest noise and the highest is 110, 6 dBA, field noise level area ranging from 84.88 - 93 dBA. Nonfield noise area 79.5 dBA. Exposure effective noise below 80 dBA, either in the field or nonfield area; 7.1% of workers worked > 20 years, working life > 20 years, the hearing loss of workers 5.6%, workers aged > 40 years 40 is 5%. 42.9% of workers have a smoking habit, not found a relationship between smoking behavior with hearing loss. HPD consumption levels in workers earned as much as 90.5% of the workers who always wear APT, there is no relationship between the use of HPD with hearing loss. There were no relationship between hobby with hearing loss. As well as no relationship found between workers health status such as lipid profile (total cholesterol, HDL, LDL, and triglycerides), worker glucose blood levels and blood pressure with hearing loss."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T52482
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Aisyah Amanda
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kebisingan, faktor karakteristik pekerja (usia, masa kerja, durasi kerja, riwayat diabetes, riwayat hipertensi), dan faktor perilaku pekerja (penggunaan APT dan perilaku merokok), dengan gangguan pendengaran pada pekerja bagian refining PT X tahun 2019. Desain studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross-sectional dengan jumlah sampel sebanyak 66 orang pekerja bagian refining. Data gangguan pendengaran pada pekerja diperoleh dari hasil Medical Check Up rutin yang dilakukan oleh perusahaan, sedangkan data tingkat kebisingan diperoleh melalui pengukuran secara langsung menggunakan Sound Level Meter di area kerja bagian refining. Hasil uji Chi Square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara usia (OR 7; 95% CI: 1,608-30,474), masa kerja (OR 7,8; 95% CI: 0,925-65,747, dan perilaku merokok (OR 7,8; 95% CI: 0,925-65,747) dengan gangguan pendengaran pada pekerja bagian refining. Selain itu, didapatkan rata-rata tingkat kebisingan yang berbeda pada setiap unit kerja bagian refining, yakni unit kerja Peleburan sebesar 87,08 dBA, Pemurnian Perak sebesar 89,04 dBA, Pemurnian Emas sebesar 83,25 dBA, dan Waste Management sebesar 77,85 dBA.

This study aims to analyze noise level, characteristics of worker (age, work period, work duration, history of diabetes, history of hypertension), worker behaviour (use of ear protector and smoking behaviour) with hearing loss among refining unit workers at PT X in 2019. A cross-sectional study was conducted involving 66 refining workers. Data on hearing loss among workers are obtained from the results of routine medical check up conducted by the company, while noise level data is obtained through direct measurement using the Sound Level Meter in the refining section work area. Chi Square test results showed that there was a significant relationship between age (OR 7; 95% CI: 1,608-30,474), work period (OR 7.8; 95% CI: 0.925-65,747, and smoking behavior (OR 7.8; 95% CI: 0.925-65,747) with hearing loss among refining workers. In addition, different noise levels were obtained for each refining work unit, the Smelting work unit was 87.08 dBA, Silver Refining was 89.04 dBA, Gold Refining was 83.25 dBA, and Waste Management was 77, 85 dBA.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Indar Ayuningtyas
"Proses kerja di Area Forging PT X dapat menimbulkan risiko bahaya dari tekanan suara yang ditimbulkan oleh mesin produksi yang dapat menimbulkan kebisingan dan dapat berpengaruh pada gangguan fungsi pendengaran pekerja. Diperlukan analisa faktor yang mempengaruhi gangguan pendengaran agar dapat digunakan sebagai langkah pengendalian yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tekanan bising, gambaran pajanan bising (Leq 8 jam), gambaran gangguan pendengaran dan faktor yang mempengaruhi gangguan pendengaran sensorineural pada pekerja di Area Forging PT X. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain cross sectional untuk melihat hubungan gangguan fungsi pendengaran akibat pajanan bising dengan menganalisa faktor lain yang dapat mempengaruhinya seperti usia, masa kerja, kebiasaan merokok, pajanan getaran, hobi terkait bising, dan pemakaian alat pelindung diri (alat pelindung telinga). Berdasarkan hasil didapatkan bahwa gambaran tekanan bising di Area Forging PT X berkisar antara 74,1 – 103,4 dBA, pajanan bising (Leq 8 jam) 44 orang (66,7%) terpajan bising tinggi ≥85dBA dan 22 orang (33,3%) terpajan bising <85 dBA dan rata-rata pajanan adalah sebesar 91,5 dBA. Dari 66 partisipan, 8 (12,1%) partisipan mengalami gangguan fungsi pendengaran sensorineural dan 58 (87,9%) partisipan memiliki pendengaran normal. Faktor – faktor yang berhubungan dengan gangguan fungsi pendengaran adalah pajanan bising memiliki p value 0,045 dengan nilai OR 0,818, hobi terkait bising memiliki p value 0,005 dan nilai OR 14,37, masa kerja memiliki p value 0,045 dan nilai OR 0,818, usia memiliki p value 0,001 dan nilai OR 20,07, kebiasaan merokok memiliki p value 0,008 dan nilai OR 12,33, serta penggunaan alat pelindung diri memiliki p value 0,009 dan nilai OR 10,6. Faktor yang paling dominan mempengaruhi gangguan fungsi pendengaran sensorineural adalah usia. Untuk mengandalikan faktor yang mempengaruhi gangguan fungsi pendengaran dapat menggunakan hierarki pengendalian risiko yaitu eliminasi, substitusi, pengendalian teknis, pengendalian administratif dan alat pelindung diri.

The work process in Forging Area PT X can pose a danger from sound pressure generated by production machines which can cause disturbances to worker functions. Analysis of factors that influence hearing loss so that it can be used as an appropriate control measure. This study aims to determine the description of noise, noise exposure description (Leq 8 hours), description of hearing loss and factors that influence hearing loss in workers in the Forging Area of ​​PT X. This study is an observational study with cross sectional design to see the relationship between functional impairment due to exposure noise by analyzing other factors that can influence it such as age, years of service, smoking habits, vibration, hobbies related to noise, and use of personal protective equipment (ear protection). Based on the results obtained that the description of noise pressure in the Forging Area PT X ranges from 74.1 – 103.4 dBA, noise exposure (Leq 8 hours) 44 people (66.7%) high noise exposure >85dBA and 22 people (33.3 %) exposed to noise ≤85 dBA and the average exposure was 91.5 dBA. Of the 66 participants, 8 (12.1%) have sensorineural hearing loss and 58 (87.9%) have normal hearing. Factors that are significantly related to hearing loss are noise exposure have p value of 0.045 with an OR value of 0.818, a noise hobby have p value of 0.005 and OR value of 14.37, years of service have p value of 0.045 and OR value of 0.818 , age have p value of 0.001 and OR value of 20.07, smoking habits have p value of 0.008 and OR value of 12.33, and the use of personal protective equipment have p value of 0.009 and an OR value of 10.6. The most dominant factor influencing sensorineural hearing loss is age. To control those affecting hearing function impairment, risk control factors can be used, namely elimination, substitution, control, control, and personal protective equipment."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>