Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 208439 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Donna Asteria
"Studi ini mengenai discourse analysis tentang pemberitaan oleh media massa. Penelitian yang dilatarbelakangi kondisi tingginya kekerasan terhadap perempuan di Indonesia, sehingga masalah ini memiliki nilai berita yang penting. Tujuan dari penelitian ini adalah memberikan gambaran dari representasi kekerasan terhadap perempuan dari pemberitaan. Pengumpulan data pada penelitian multi dimensional ini dilakukan dengan studi literatur pada jenjang sosial-kultural, wawancara mendalam untuk jenjang discourse practice dan analisis teks berita pada jenjang teks. Analisis didasari oleh dua pendekatan, yaitu pendekatan kualitatif dengan teknik framing analysis dan pada pendekatan kuantitatif dengan teknik content analysis. Berdasarkan data yang diperoleh, Kompas dan Republika membentuk frame hak perempuan, kedudukan perempuan dan perlindungan perempuan. Sementara Kompas lebih banyak menyajikan isu kekerasan fisik dan Republika pada isu kekerasan non fisik. Pada dasarnya baik Kompas maupun Republika, pemberitaannya masih dipengaruhi ideologi patriarki sehingga penyajian hanya sebatas fakta. Padahal latar belakang fakta dan pencegahan kekerasan terhadap perempuan dapat mengubah konstruksi perempuan sebagai "korban"."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
S4154
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Istiana Hermawati
"Tesis ini bertujuan untuk mengetahui kondisi umum PRT perempuan korban kekerasan dan peran sebuah LSM (Rumpun Tjoet Njak Dien Yogyakarta) dalam menangani kasus kekerasan terhadap PRT serta mengidentifikasi faktor penghambat dan faktor pendukung yang dihadapi oleh lembaga tersebut dalam penanganan kasus kekerasan. Fenomena ini diambil karena kekerasan dan ketakberdayaan PRT perempuan kini semakin mengemuka, dan menurut data yang ada setiap tahun kasus kekerasan terhadap PRT ini mengalami peningkatan baik secara kuantitas maupun kualitas, sementara upaya-upaya dari pihak terkait untuk mengatasi masalah tersebut juga sangat terbatas.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan berperspektif perempuan, metode lebih ditekankan pada verstehen, yaitu memberi penekanan interpretatif terhadap pemahaman informan penelitian. Pemilihan informan dilakukan dengan `snowball sampling' yang meliputi pimpinan RTND, petugas penanganan kasus, pendamping lapangan dan PRT korban kekerasan.
Untuk mengumpulkan data dari penelitian ini digunakan teknik `Indepth Interview', observasi partisipan dan studi dokumentasi. Ketiga teknik ini digunakan untuk saling melengkapi sehingga dapat mengungkap realitas sosial dan berbagai jawaban informan. Adapun teori yang dijadikan rujukan dan kerangka analisis dalam penelitian ini adalah teori kekerasan yang dikemukakan oleh Galtung (1969) dan konsep intervensi sosial menurut Cox (2001) yang dapat digunakan sebagai acuan dalam penanganan masalah kesejahteraan sosial, tennasuk dalam penanganan kasus kekerasan terhadap PRT perempuan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas informan penelitian berada pada rentang usia produktif (15-28 tahun), berpendidikan rendah (tamat SD), serta berasal dari daerah pedesaan / daerah pertanian tandus, dan mayoritas orang tua informan bekerja sebagai petani. Kondisi sosial ekonomi yang tidak kondusif, didukung dengan keterbatasan pendidikan dan sempitnya peluang kerja di desa, mendorong inforrnan untuk bekerja sebagai PRT di kota. Beberapa keterbatasan yang melekat pada informan inilah yang menyebabkan bargaining position PRT terhadap pengguna jasa rendah (bahkan nyaris tidak ada).
Alasan informan jadi PRT adalah karena faktor ekonomi, keterbatasan pendidikan, tidak ingin menganggur, diajak saudara dan tidak kerasan di rumah. Mayoritas informan relatif terampil di dalam melaksanakan pekerjaannya karena memiliki pengalaman kerja sebagai PRT antara 1-8 tahun. Kendatipun demikian, pengalaman kerja tersebut ternyata tidak berpengaruh terhadap upah kerja yang diterimarrya, karena memang tidak ada standar upah bagi PRT sebagaimana pekerja di sektor lainnya. Jadi besarnya upah sangat dipengaruhi oleh faktor subyektifitas majikan. Secara umum, upah kerja yang diterima PRT jauh di bawah UMR, ini mengindikasikan rendahnya tingkat kesejahteraan informan pada umumnya.
Dari segi konteks, sebelum kekerasan terjadi bargaining position PRT memang rendah; tidak ada perlindungan hukum dan sosial yang pasti dari pemerintah, dan dalam melakukan pekerjaan tidak ada kesepakatan kerja tertulis antara pengguna jasa dengan PRT yang menjelaskan tentang hak-hak dan kewajiban masing-masing. Kondisi-kondisi tersebut menyebabkan PRT rentan terhadap kekerasan. Demikian halnya dengan pola hubungan kerja antara PRT dengan pengguna jasa yang timpang dan cenderung dominatif-eksploitatif juga menyebabkan PRT rentan terhadap berbagai bentuk kekerasan. Penelitian ini menemukan bahwa bentuk kekerasan yang paling banyak dialami oleh informan adalah kekerasan ganda dan pada umumnya informan tidak pernah menyangka sebelumnya kalau pengguna jasa akan tega melakukan kekerasan terhadapnya. Dampak kekerasan yang dialami oleh informan adalah menimbulkan trauma fisik dan psikologis yang berlangsung lama (jangka panjang), menimbulkan kerugian moril dan materiil, bahkan ada korban yang mengalami depresi berat sehingga membutuhkan pendampingan psikiater dan sampai sekarang kondisi jiwanya labil.
Dari perspektif Galtung, kekerasan yang dialami oleh informan penelitian merupakan kekerasan personal dan struktural, baik langsung maupun tidak langsung, tampak maupun tersembunyi, disengaja maupun tidak, yang menyebabkan PRT tidak bisa mengaktualisasikan potensinya (kehilangan kemandirian, otonomi dan kekuasaan atas dirinya) karena realisasi jasmani dan rohaninya dipengaruhi sedemikian rupa oleh person dan struktur yang ada di masyarakat / negara. PRT pada umumnya mengalami kekerasan ganda yang melibatkan pengguna jasa, keluarga pengguna jasa, masyarakat dan negara sebagai pelaku kekerasan. Penelitian ini juga menemukan, bahwa RTND dalam melaksanakan penanganan kasus terhadap informan (dengan kasus dan cara masuk yang berbeda) menggunakan pola yang relatif umum, meskipun dalam penerapannya sangat kasuistik. Pola penanganan kasus kekerasan yang dilaksanakan RTND tersebut memiliki tahapan-tahapan dan relevan dengan tahapan-tahapan intervensi sosial yang dirumuskan oleh Cox (2001).
Kendala yang dihadapi lembaga dalam penanganan kasus kekerasan terkait dengan keterbatasan dana dan tidak dimilikinya tenaga pengacara untuk menangani kasus litigasi; tiadanya peraturan perundang-undangan yang secara khusus mengatur hak-hak PRT; sikap pengguna jasa yang pada umumnya arogan terhadap program pengorganisasian PRT yang diselenggarakan RTND; dan sikap PRT sendiri yang cenderung nrimo, mengalah, pasrah, dan ketidaktahuan dalam mencari akses bantuan.
Berdasarkan temuan penelitian ini, maka direkomendasikan kepada RTND untuk : menggali dana dari funding lain (fund rissing); membentuk network yang solid dengan stakeholder dan pihak terkait di tingkat lokal, nasional maupun internasional sehingga basis sosial RIND kuat dan isue PRT diangkat sebagai isue politis; perlu dikembangkan pendekatan komunitas dalam penanganan kasus kekerasan; menjadi support system bagi lahirnya Serikat PRT yang dapat menjadi pressure group bagi pembuat kebijakan untuk mewujudkan suatu instrumen perundang-undangan yang melindungi hak-hak PRT sehingga bargaining position PRT menjadi kuat. Kepada pemerintah direkomendasikan untuk : segera memfasilitasi perangkat perundang-undangan tentang PRT dan diikuti Iangkah sosialisasi perangkat tersebut kepada publik; perlu dilaksanakan riset untuk mengidentifikasikan permasalahan/kebutuhan PRT sehingga dalam perumusan kebijakan dan program pemberdayaan PRT relatif sesuai dengan kebutuhan penerima Iayanan; perlu dijalin kerjasama lintas sektoral sehingga penanganan kasus kekerasan terhadap PRT tersebut lebih komprehensip; perlu memfasilitasi keberadaan crisis centre-crisis centre di tiap wilayah, agar korban kekerasan dapat dengan mudah mengakses bantuan layanan dan masyarakat juga dapat dengan segera melaporkan kasus kekerasan yang terjadi di wilayahnya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T11998
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dita Tri Buana Tunggal Dewi
"Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pengalaman kekerasan perempuan yang dilacurkan sebagai korban kekerasan negara yang direpresentasikan melalui aparat penertiban. Penelitian ini dilihat dalam tinjauan kriminologi dengan menggunakan perspektif gender dalam menjelaskan kekerasan terhadap perempuan. Penelitian ini menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi kekerasan yang dialami oleh perempuan yang dilacurkan, bentuk kekerasan, reaksi, dan dampak mereka terhadap kekerasan yang dialami perempuan yang dilacurkan. Dalam menganalisa digunakan Dalam menganalisa digunakan perspektif feminis yang mana dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk kajian kriminologi, berkontribusi dalam memperjuangkan hak-hak serta keadilan untuk perempuan.
Tipe Penelitian ini adalah penelitian lapangan. Sedangkan untuk pendekatan penelitiannya adalah kualitatif yang menggunakan perspektif gender dalam memperoleh data dan informasi mengenai perempuan. Peneliti telah melakukan wawancara 3 orang perempuan sebagai subyek inti. Hasil penelitian menemukan bahwa perempuan yang dilacurkan mengalami kekerasan yang sangat erat dengan victim blaming dari stigma yang mendiskriminasikan mereka. Penelitian ini merekomendasikan kepedulian sosial dari masyarakat maupun pemerintah mengenai hak-hak asasi perempuan yang dilacurkan.

This research is aimed to see the violence experienced of women which is involved in prostituted women as state violenced. This research is seen from criminology and gender overview to see violenced of women. The study also describe violence factors, violence forms, reaction, and impact with their violences. In analyzing the data the researcher uses feminist perspective which have contribution to defend rights and justice for women.
This research method appertain into field research. While the research approach is qualitative which use feminist perspective to collect data and information about women. Researcher have conducted interviews 3 woman as the core subjects. This result find women prostituted got victim-blaming from stigma which is discriminated them. This result recommended social cares from society and goverment about prostituted women rights.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Citra Diah Utami
"ABSTRAK
Permasalahan KDRT dengan segala dinamika dan dampaknya yang terjadi di dalam kehidupan sehari-hari seolah dianggap sebagai topik yang menarik untuk diangkat ke dalam berbagai medium, salah satunya adalah karya sastra. Salah satu karya sastra yang menampilkan permasalahan kekerasan terhadap perempuan dalam ranah rumah tangga adalah novel Tea For Two karya Clara Ng. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan telaah terhadap dampak psikologis berupa Battered Woman Syndrome atau BWS yang dialami perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga KDRT dalam novel Tea for Two. Selain menganalisis dampak psikologis akibat KDRT, penelitian ini juga akan melihat pemicu terjadinya KDRT yang dilakukan pelaku dan dinamika psikologis yang dialami korban hingga akhirnya ia mampu keluar dari lingkaran kekerasan dan bercerai dari pelaku KDRT. Setelah melakukan analisis, diketahui bahwa KDRT yang dilakukan oleh pelaku dilatarbelakangi oleh internalisasi budaya patriarki pada pelaku. Pada akhirnya melalui tahapan resiliensi dan sumber-sumber resiliensi, korban mampu mengatasi sindrom BWS serta keluar dari lingkaran kekerasan dan bercerai dari pelaku KDRT.

ABSTRACT
The problem of domestic violence with all the dynamics and impacts that occur in everyday life seems to be considered as an interesting topic to be raised into various mediums, one of which is a literary work. One of the literary works that presents the problem of violence against women in the domestic sphere is Clara Ng 39 s novel titled Tea For Two. This research aims to examine the psychological impact of Battered Woman Syndrome or BWS experienced by women victims of domestic violence KDRT in the novel Tea for Two. In addition to analyzing the psychological impact of domestic violence victim, this study will also see the trigger of domestic violence perpetrated by the perpetrator and the psychological dynamics experienced by the victim until finally she was able to get out of the cycle of violence and divorced from the perpetrator of domestic violence. After conducting the analysis, it is known that domestic violence perpetrated by the perpetrators is motivated by the internalization of patriarchal culture on the perpetrators. In the end through the stages of resilience and resilience sources, the victim was able to overcome the syndrome BWS and out of the cycle of violence and divorced from domestic violence perpetrators. "
2017
S69532
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cheryska Nurina Sari
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
S5184
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Niken Wulandari Ratnaningsih
"Kemampuan yang dimiliki oleh perempuan untuk melahirkan, demikian juga dengan keahlian mengurus rumah tangga, telah dijadikan suatu penanda untuk membedakan laki-laki dan perempuan. Hal ini lalu dijadikan alat untuk mengidentifikasi identitas dan pribadi peermpuan sebagai individu. Kapasitas yang dimiliki perempuan terkait dengan peran domestiknya juga sering dikaitkan dengan karakter perempuan yang cenderung tidak kompetitif dan berbagai persepsi lainnya yang bersifat merendahkan. Penilaian ini kemudian dianggap sebagai suatu yang alamiah Dalam hal ini, alam dijadikan alat legitimasi utuk mempertahankan status quo bahwa perempuan itu inferior. Mengingat alam berada di luar kendali manusia, maka tidak ada yang dilakukan untuk mengubah sesuatu yang bersifat alamiah. Kapasitas reproduksi perempuan semakin mendekatkan perempuan dengan peran dan fungsi domestiknya dalam kehidupan rumah tangga dan dijadikan alat untuk menentukan peran dan kedudukan perempuan secara sosial di dalam masyarakat. Skripsi ini membahas masalah identifikasi dan representasi perempuan terkait dengan peran mereka sebagai ibu atau istri dalam suatu relasi domestik khususnya dalam lingkup masyarakat patriarkal.

Womens ability to bear and suckle children, as well as to maintain the household, has been seen as not only marking out their difference from men, but also as generating within women a distinctively female identity and personality. Women_s reproductive capacity is also linked with character traits of nurturance, lack of competitiveness, and so on. Nature is frequently invoked to account for womens difference from men, but also to set up a natural link between bearing a child and bringing up that child. Women_s reproductive capacity, therefore, is seen to determine their proper social roles. Nature in this sense is a powerful legitimating tool for maintaining the status quo. Since nature is outside of human control, this type of argument suggests, there is nothing that can be done to alter it. Thereby motherhood is still largely as a given fact rather than as the possible outcome of specific social processes because it is often seen as a natural outcome of biologically given gender differences. This thesis is concerned with the identification, representation of women with motherhood, with the links made between being a woman and being a mother or a wife doing domestic activities within the household, especially in the male dominated culture."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S14973
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Fathia Kirana
"ABSTRAK
Berdasarkan data dari Rifka Annisa Women's Crisis Center, ada 51 kasus
kekerasan dalam masa pacaran yang ditangani pada tahun 1998
(Reputrawati, 1999). Kekerasan yang terjadi dapat berbentuk kekerasan
fisik, psikologis, seksual dan ekonomi. Dalam Lemme (1995) dinyatakan
kekerasan dapat mengakibatkan rusaknya mentalitas dan harga diri
korban. selain cedera fisik ringan hingga yang menyebabkan kematian.
Para korban (dan pelaku) menampilkan mekanisme pertahanan sehingga
mereka dapat bertahan, tetapi hal ini menyulitkan mereka untuk keluar
dari hubungan yang abusive tersebut. Sementara Engel (1990)
meyatakan bahwa ada suatu pola destruksi di mana perempuan terus
menerus mengalami kekerasan oleh orang-orang di sekitamya.
Dalam tulisan ilmiah ini, dilakukan penelitian tentang pola-pola destruksi
dalam hubungan pacaran di mana perempuan menjadi korban kekerasan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran dan
pemahaman yang dalam, utuh, dan menyeluruh tentang pola destruksi
pada perempuan yang mengalami tindak kekerasan dalam masa pacaran.
Hal-hal yang akan diteliti (a) bentuk-bentuk destruksi dalam hubungan
masa pacaran di mana perempuan menjadi korban kekerasan; (b)
rasionalisasi korban (pihak perempuan) terhadap bentuk-bentuk destruksi
tersebut; (c) Mekanisme pertahanan yang ditampilkan oleh pelaku (pihak
laki-laki).
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatlf.
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam {in-depth
Interview) dan menggunakan pedoman wawancara. Wawancara dilakukan
terhadap subyek penelitian yaitu perempuan yang pernah mengalami
tindak kekerasan dalam masa pacaran (dan hubungan tersebut sudah
berakhir).
Dari hasil analisa, ditemukan bahwa bentuk destruksi diri dimulai melalui
dominasi (salah satu bentuk kekerasan emosional) pelaku terhadap
korban dengan menggunakan rasionalisasi-rasionalisasi. Korban
menganggapnya sebagai suatu tanda perhatian dan cinta. Dominasi terns
berkembang menjadi kekerasan fisik, seksual maupun ekonomi. Dan
setiap penerimaan korban terhadap kekerasan, menghantarkan korban
pada kekerasan-kekerasan selanjutnya. Hal ini berdampak buruk bagi
harga diri dan mentalitas korban. Untuk menerima kekerasan yang terjadi
pada dirinya korban cenderung menyaiahkan diri. Sementara pelaku
banyak menampilkan mekanisme pertahanan berupa proyeksi untuk
mengurangi perasaan bersalah.
Dari penelitian ini juga ditemukan bahwa korban cenderung memiliki
idealisasi yang distortif terhadap sosok laki-laki pasangannya. Sejarah
kekerasan dalam keluarga mempunyai peranan dalam membentuk
perilaku bertahan korban. Selain itu ditemukan juga adanya
ketidakseimbangan keterbukaan antara korban dan pelaku dalam
hubungan mereka. Keterbukaan korban dimanipulasi oleh pelaku untuk
mendapatkan keinginannya. Di samping itu ternyata interpretasi ajaran
agama juga berperan untuk pembenaran kekerasan dan membantu
korban untuk 'bertahan'. Dukungan sosial juga merupakan faktor yang
penting untuk membantu korban keluar dari hubungan yang diwamai oleh
kekerasan itu.
Peneliti menyarankan agar dilakukan penelitian mengenai mekanisme
pertahanan yang ditampilkan oleh pelaku secara mendalam, sehingga
gambaran pola destruksi dapat diperoleh seutuhnya. Selain itu diperlukan
suatu pola konseling yang menggunakan pendekatan kognitif untuk
menyadarkan korban bahwa ia dapat mengubah kondisi yang dialaminya."
2002
S2889
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wara Aninditari Larascintya Habsari
"Skripsi ini menyajikan representasi tubuh perempuan dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang, karya Ayu Utami, sebagai suatu analisis kriminologi feminis tentang kekerasan terhadap perempuan. Penelitian ini menggunakan metode analisis kritik sastra feminis, serta analisis naratif dan appropriasi sebagai instrumen untuk membedah muatan-muatan kriminologis dalam teks penelitian. Melalui penelitian skripsi ini, peneliti hendak menunjukkan bahwasanya perempuan yang berupaya untuk melakukan refleksi, dekonstruksi, dan rekonstruksi wacana patriarkal, serta menyadari bahwa dirinya tidak luput dari kemungkinan menjadi korban patriarki adalah seorang subjek atas tubuhnya sendiri. Pengakuan Eks Parasit Lajang memperlihatkan bahwa pendefinisian tubuh dan hasrat seksual perempuan, serta eksistensi mitos keperawanan dan perkawinan merupakan sebuah kejahatan tidak kasat mata yang menjadikan perempuan sebagai abjek dalam tatanan masyarakat di Indonesia.

This undergraduate thesis explain representation of womens body in Ayu Utamis novel, Pengakuan Eks Parasit Lajang as an analysis of feminist criminology about violence againts women. This research uses an analysis of feminist literature critique method, and narrative analysis, and appropriation as an instrument to elaborate criminological content in the text. Through this undergraduate thesis, researcher hope to show that the women who tried to gain reflection deconstruction patriarchal discourse reconstruction, and the character in this novel realized thet she does not escape from the possibility of being a patriarchy victim is a subject of her own body. Pengakuan Eks Parasit Lajang showed that the definition of body and womens sexual desire, also the myth existence of virginity and marrige is an invinsible crime that made women became an abject in the sosial structure of Indonesia.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S56379
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Rachmayani
"Penelitian ini adalah sebuah analisis diskursus kritis terhadap penggambaran gender di dalam sebuah film Indonesia yang disutradarai dan diproduseri oleh perempuan. Kasus yang diambil dalam penelitian ini adalah Pasir Berbisik. Film adalah sebuah industri yang melibatkan modal besar, karena itu para pekerja film umumnya enggan mengambil resiko dalam pemilihan tema. Mereka cenderung memilih tema yang tunduk pada selera pasar. Namun, Pasir Berbisik telah membuktikan bahwa dalam membuat sebuah film, pasar bukanlah segalanya, idealisme tetap merupakan faktor penting. Karena itulah, penggambaran gender dalam film ini berbeda dari film lain. Dalam banyak film, wajah perempuan dan laki-laki yang ditampilkan merupakan bentuk yang memakai sudut pandang laki-laki. Perempuan cenderung digambarkan sebagai sosok yang pasif, lemah, cengeng dan tertindas, tergantung pada laki-laki, didominasi dan menerima keputusan yang dibuat oleh laki-laki. Sementara laki-laki digambarkan sebagai sosok yang kuat, tegar, mempunyai kekuasaan, mandiri dan melindunti Penggambaran seperti ini lahir disebabkan dominasi lelaki dalam berbagai sektor kehidupan, termasuk dalam film. Cara pandang lelaki dalam menokohkan perempuan dan laki-laki dalam film, telah mempertahankan susunan masyarakat yang berpihak kepada salah satu gender. Untuk mengetahui penggambaran gender dalam Pasir Berbisik, analisis yang dilakukan adalah critical discourse analysis melalui tahap analisis teks dengan metode framing, tahap discourse practice, serta sosiocultural practice. Berdasarkan analisis teks, diperoleh gambaran bahwa film ini membentuk perempuan sebagai sosok yang mandiri, tegar, dominan. Sementara itu laki-laki digambarkan sebagai sosok yang pasif, lemah dan tergantung pada perempuan. Berdasarkan pembentukan karakter ini, Pasir Berbisik telah merombak stereotipe perempuan dan laki-laki yang selama ini dibentuk dan dikekalkan media. Pembentukan karakter perempuan dalam film ini sarat dengan nilai-nilai ideologi feminisme. Namun dalam penggambaran posisi sosial, nampak masih berlakunya stereotipe. Dimana pekerjaan sebagai pedagang sukses dan tentara masih dipegang oleh laki-laki, dan pekerjaan sebagai penjual jamu dan bidan masih dipegang oleh perempuan. Teks dalam Pasir Berbisik terlahir dari proses produksi yang dijelaskan dalam analisis discourse practice. Dominannya perempuan dalam jajaran decision makers, dan orientasi gender yang mereka miliki, memungkinkan lahimya sebuah teks yang mengandung nilai-nilai feminisme. Sementara itu, analisis pada tingkatan sosiocultural practice menunjukkan bahwa dalam sebuah industri yang melibatkan modal besar, idealisme tidak selalu ditundukkan oleh kepentingan pasar. Kepentingan komersial dan kepentingan idealis dapat sating mendukung. Pasir Berbisik muncul sebagai budaya tandingan bagi film-film yang mensubordinatkan perempuan. Fenomena budaya tandingan ini dapat dimanfaatkan untuk merubah penggambaran gender di media massa yang semula dipengaruhi ideologi patriarki menjadi nilai-nilai yang egaliter, dan tidak bersifat eksploitatif terhadap perempuan maupun laki-laki."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
S4158
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>