Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 167511 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
D.P. Henny Puspawati
"Framing menekankan diri pada dua dimensi besar yakni, seleksi isu dan penonjolan aspek-aspek realitas. Dalam prakteknya, framing dijalankan media dengan menyeleksi isu tertentu dan mengabaikan isu lain; serta menonjolkan aspek isu tersebut dengan menggunakan berbagai strategi wacana-penempatan yang mencolok (menempatkan di headline, halaman depan atau badan belakang), pengurangan, pemakaian grafis untuk mendukung dan memperkuat penonjolan, pemakaian label tertentu ketika menggambarkan orang atau peristiwa yang diberitakan.
Kekuatan media antara lain melalui proses pembingkaian (framing), teknik pengemasan fakta, penggambaran fakta, pemilihan sudut pandang (angle), penambahan atau pengurangan foto dan gambar dan lain-lain, berpeluang untuk jadi peredam atau pendorong. Di sinilah media kerap dituduh sebagai conflict intensifier (memperuncing konflik). Di sisi lain, media dihadapkan pada tuntutan berbagai pihak untuk turut menciptakan kondisi yang kondusif untuk menyelesaikan konflik (conflict diminisher). Memenuhi harapan ini mengandung resiko media harus menyeleksi --bahkan menutupi--fakta-fakta yang dianggap sensitif bagi kelompok-kelompok tertentu. Dengan gaya penyajian yang hiperbolis, media dianggap memprovokasi pihak yang bertikai untuk segera memulai peperangan. Media juga dituduh mengondisikan publik untuk menerima perang sebagai satu-satunya opsi yang realitas.
Terlepas dari tuduhan tersebut, banyak aspek yang harus dikaji dari pemberitaan media tentang konflik Aceh. Media bagaimanapun adalah variabel determinan dalam sebuah konflik. Pihak-pihak yang bertikai sangat berambisi untuk menggunakan media sebagai alat propaganda. Di sisi lain, publik sangat tergantung pada ekspos media untuk mengetahui perkembangan konflik. Dengan kata lain, wacana media tentang kasus Aceh menunjukkan bahwa keterlibatan media dalam sebuah konflik menjadi suatu keniscayaan jurnalistik konflik.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kritis, dengan pendekatan ini ingin melihat dan memahami bagaimana praktik pembingkaian (framing) jurnalisme damai dan jurnalisme perang dalam berita mengenai konflik Aceh antara TNI dan GAM di harian Kompas dan Republika selama pemberlakuan Darurat Militer pertama di Aceh selama periode 18 Mei sampai 16 Nopember 2003. Alasan utama pemilihan periode pertama pemberlakuan darurat militer itu adalah meningkatnya frekuensi pemberitaan media terhadap konflik (perang) di Aceh.
Hasil penelitian ini menunjukkan, penggambaran dan penonjolan berita yang cenderung lebih berpihak kepada TNI daripada GAM cukup banyak ditemui selama periode penelitian ini dilakukan. Umumnya, kedua media justru lebih menonjolkan aspek-aspek berita yang bernilai jurnalisme perang ketimbang jurnalisme damai.
Bagaimana prasangka itu diwujudkan dalam presentasi jumalisme perang oleh media? Kita dapat merunutnya dari evaluasi-evaluasi yang diberikan media terhadap pihak-pihak yang terlibat dalam perang yang menjadi obyek liputan. Juga dari penggunaan istilah-istilah kunci yang bersifat konotatif, metafor dan hiperbola, serta simbol-simbol visual (foto) yang digunakan untuk merekonstruksi fakta perang. Prasangka itu juga terpancar dari prioritas yang diberikan media kepada sumber-sumber berita tertentu dan bagaimana pernyataan sumber berita ditonjolkan atau sebaiknya ditenggelamkan (proses-proses framing).
Secara singkat, kajian ini berimplikasi kepada pengembangan praktik jurnalisme damai yang seharusnya dikedepankan oleh media. Dari masa diberlakukannya darurat militer di Aceh yang berdampak pada derasnya arus pemberitaan media bernuansa peperangan, terdapat implikasi konseptual atas praktik jurnalisme yang tidak kondusif dan kompatibel dalam proses demokratisasi informasi. Terdapat 2 (dua) implikasi teoretis yang sekaligus dapat dibaca sebagai kelemahan mendasar implementasi jumalisme perang dalam proses demokratisasi.
Pertama, dari konteks interaksi antara struktur-struktur sosial dan pelaku-pelaku sosial dalam mengkonstruksi realitas perang di satu pihak dipandang sebagai kemajuan mendasar dalam mengedepankan jumalisme patriotik atau jumalisme nasionalisme tanpa legitimasi dan kontrol sosial yang jelas, menjadi lebih maju. Di lain pihak, mengakui keberadaan media sebagai agen perubahan sekaligus kontrol sosial yang menjadi momentum bagi kembalinya hak-hak dasar warga negara dalam konteks memenuhi kebutuhan dan kepentingan mereka untuk menikmati jumalisme damai. Implikasinya adalah bahwa praktik jumalisme perang tidak kondusif bagi hak publik itu sendiri.
Implikasi teoretis kedua yang ditawarkan secara sederhana dalam penelitian ini adalah sebuah upaya memberanikan diri mengatakan "tidak" pada praktik jumalisme perang, terutama yang berkaitan dengan hak publik yang terbebas dari kekerasan oleh media."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14307
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adhika Pertiwi
"ABSTRAK
Jurnalisme bencana adalah bagaimana media memberitakan bencana. Jurnalisme bencana menjadi bahasan penting dalam dunia jurnalistik karena Indonesia adalah negeri rentan bencana. Namun pemberitaan mengenai bencana oleh media massa di Indonesia selama ini selalu menuai kritik karena cenderung ditampilkan secara dramatis. Pemberitaan tersebut terbentuk lewat pemahaman subjektif jurnalis.
Penelitian ini ingin mengetahui pemahaman jurnalis mengenai konsep jurnalisme bencana, dilihat dari proses peliputan bencana, pemahaman mengenai prinsip peliputan jurnalisme bencana, dan peliputan di tiap fase bencana. Peneliti menemukan bahwa jurnalis memahami mengenai konsep jurnalisme bencana dalam ranah kognitif.

ABSTRACT
Disaster journalism is how a mass media reports about disaster. Disaster journalism is very important topic because Indonesia is susceptible country of disaster. However, reporting of disaster by mass media has always criticized because there was dramatization tendency in journalism report. That reporting is established through a subjective understanding of journalist.
This research aims to determine the comprehension of journalist on the concept of disaster journalism, ranging from the process of disaster reporting, a comprehension of the principles of disaster reporting, and coverage in each phases of disaster. The research found that journalists has understanding about disaster journalism concept in the realm of cognitive."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Garnis Geani
"Jurnalis dan media organisasinya bekerja untuk kepentingan khalayak. Kode Etik Jurnalistik, pasal 1 menyatakan, Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad butuk. Sedangkan jurnalis dan media kerap beralih fungsi menjadi partisan. Penelitian ini hendak melihat bagaimana pemaknaan reporter Metro TV mengenai profesionalisme jurnalis dan independensi Metro TV, dalam peliputan berita politik tahun 2014.
Penelitian kualitatif ini menggunakan Teori Resepsi dari Stuart Hall dan konsep profesionalisme jurnalis. Analisis dilakukan dengan paradigma kritis dengan metode wawancara mendalam terhadap reporter Metro TV. Wawancara dilakukan terhadap empat informan yang dipilih secara acak menggunakan metode snowball. Temuan menunjukkan, tidak semua reporter dapat memaknai arti profesionalisme dan independensi jurnalisme.

Journalists and their media organization working for the interest of their audiences. Cannon of Journalism, article one, said, Indonesian journalists have to be independent, producing the news that is accurate, balanced, and did not act in bad faith. This research will see how Metro TV's reporter in understanding about professionalism and independence of journalist, in political news gathering in 2014.
This qualitative research is using the reception theory by Stuart Hall and the concept of professionalism journalist. The researcher uses the critical paradigm. The interview were conducted to four sources person who were selected by snowball method. The results show that not all reporters can interpret the meaning of professionalism and independence of journalism.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S58797
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Margaretha
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola penyajian cultural heritage pada berita wisata kiriman jurnalis warga dalam perspektif faktualitas berita. Cultural heritage merupakan bagian dari jurnalisme wisata yang menggambarkan daya tarik yang dimiliki suatu lokasi wisata. Dalam penyajian berita wisata, faktualitas menjadi hal yang sangat penting meskipun berita tersebut dihasilkan oleh jurnalis warga. Dari 28 sampel berita, ditemukan bahwa pola penyajian berita wisata oleh jurnalis warga di NET 10 telah menunjukkan keberagaman. Nampak ada hubungan erat antara cultural heritage dengan jurnalisme wisata, serta semua berita memenuhi standar faktualitas berita sehingga bisa dikategorikan sebagai faktual.

This research aims to analyze the presentation pattern of cultural heritage in travel news from citizen journalist in news factuality perspective. Cultural heritage is a part of travel journalism which describes the attraction of travel destination. In travel news presentation, factuality is important even though the news is produced by citizen journalist. From 28 samples, researcher found that the presentation pattern of travel news by citizen journalist in NET 10 has shown diversity. It is clear that there is a strong relationship between cultural heritage with travel journalism, and all news have fulfilled the news factuality standart. That means, those news could be considered as factual."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
S60619
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Rezcky Ramadhan
"Penelitian ini bertujuan untuk membahas bagaimana kebutuhan dan perilaku jurnalis televisi dalam melakukan pencarian informasi sebagai materi utama dalam produksi berita. Metodologi penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dan observasi pada 20 April sampai 30 Juni 2021. Informan dalam penelitian ini merupakan jurnalis yang bertugas sebagai produser program berita buletin dan non-buletin (magazine) di Metro TV. Kebutuhan dan perilaku informan dianalisis menggunakan model perilaku pencarian informasi berbasis kompleksitas tugas dari Byström dan Järvelin. Temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kegiatan riset untuk membangun naskah berita beserta dukungan audio visual adalah faktor yang membedakan perilaku pencarian informasi jurnalis televisi dengan jurnalis lainnya. Penugasan dari redaksi mencakup tema dan format berita akan mempengaruhi kompleksitas tugas yang harus diselesaikan. Perilaku pencarian informasi berdasarkan kompleksitas tugas pada produser yang bertugas dalam program buletin dan non-buletin memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Kesimpulannya adalah produser program berita berdasarkan kategori kompleksitas tugasnya adalah tugas keputusan normal dan tugas keputusan asli dengan pengetahuan; kebutuhan informasi diidentifikasi berdasarkan jenis berita dan format yang disajikan; sumber dan saluran informasi yang disadari pertama adalah sumber media online sebagai informasi awal untuk acuan membuat naskah; dan informasi dari sumber yang lebih kompleks dan beragam dapat menggunakan bantuan dari divisi riset dan library. Saran yang diajukan secara umum adalah pelatihan dan praktik di tempat kerja mengenai cara memanfaatkan sumber informasi tertentu secara efisien.

This study aims to discuss television journalists' needs and information searching behavior as the primary material in news production. The research methodology used is a qualitative method with a case study approach. In-depth interviews and observations carried out data collection from April 20 to June 30, 2021. The informants in this study were journalists who served as producers of bulletin and magazine news programs on Metro TV. The needs and behavior of the informants were analyzed using the task complexity-based information-seeking behavior model from Byström and Järvelin. The findings in this study indicate that research activities to build news scripts along with audio-visual support are factors that distinguish television journalists' information-seeking behavior from other journalists. The editor's assignment includes the theme and format of the news will affect the complexity of the task that must be completed. Information-seeking behavior based on task complexity among responsible producers in the bulletin and non-bulletin programs has a significant difference. The conclusion is news program producers based on the complexity category of the task are normal decision tasks, and in known, genuine decision tasks; information needs are identified based on the type of news and the format presented; the first recognized sources and channels of information are online media sources as initial information for reference in making scripts, and information from more complex and diverse sources can use assistance from the research and library divisions. Suggestions put forward, in general, are on-the-job training and practice on how to make efficient use of specific sources of information."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ellyzar Zachra Putri Bantara
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2010
S5259
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yogi Arief Nugraha
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana media dalam hal ini media televisi (RCTI dan SCTV) memaknai realitas konflik yang terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia dalam proses produksi beritanya.
Penelitian tentang pola pemberitaan atau pendekatan jurnalistik yang digunakan media televisi dalam proses produksi berita seputar konflik di Indonesia, mengajukan pendekatan jurnalisme perdamaian dan paradigma konstruksionis yang memandang tidak adanya realitas obyektif termasuk dalam berita.
Penelitian deskriptif analitis dengan pendekatan kualitatif ini melakukan kajian terhadap kebijakan dan pandangan pengelola berita di RCTI dan SCTV atas realitas konflik yang terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia hingga masuk ke dalam proses produksi berita.
Studi kualitatif terhadap kebijakan dan pandangan pengelola berita di RCTI dan SCTV disertai analisis berita seputar konflik di RCTI dan SCTV, ditemukan bahwa pemahaman berita yang mencerminkan realitas serta prinsip jurnalisme berimbang dan obyektif dianggap sebagai paradigma tepat dalam menyikapi realitas di wilayah konflik.
Pandangan konstruksionis yang banyak diadopsi oleh pendekatan jurnalisme perdamaian (intervensi dan subyektif terhadap realitas di wilayah konflik demi penyelesaian konflik melalui pemberitaan media) dipandang sebagai bentuk jurnalisme sepihak dan tidak obyektif.
Pada kenyataannya, bagian pemberitaan RCTI dan SCTV pada proses produksi berita seputar konflik tanpa disadari melakukan konstruksi atas realitas seperti memilih angle, nara sumber, penokohan dan penekanan isu tertentu.
Akibat digunakannya pendekatan jurnalisme obyektif (objektifitas semu)- tidak melakukan intervensi subyektif pada proses produksi berita seputar konflik, maka media seringkali dituding mengeksploitasi konflik demi kepentingan bisnis. Dan lebih jauh lagi media dinilai tidak berperan dalam penyelesaian suatu konflik.
Diperlukan kebijakan manajemen RCTI dan SCTV untuk menempatkan program berita sebagai fungsi sosial televisi terhadap pendidikan dan pemberdayaan masyarakat. Salah satunya dengan melakukan intervensi subyektif terhadap suatu berita konflik dengan motif penyelesian masalah.
Program berita televisi sebagai social cost diharapkan dapat menciptakan model pemberitaan yang tidak berorientasi pada selera pasar atau rating, melainkan pendidikan dan pemberdayaan masyarakat. Dengan demikian tudingan bahwa televisi hanya mengutamakan kepentingan komersial dapat diimbangi dengan fungsi pemberitaan yang konstruktif."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12097
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nerissa Angelina
"Skripsi ini membahas tentang penerapan regulasi yang berkaitan dengan bencana alam dan media untuk melihat proses pembuatan berita bencana pada satu lembaga penyiaran publik dan dua lembaga penyiaran swasta. Proses dari sisi seorang reporter dan kepala peliputan masing-masing stasiun televisi. Berita bencana alam menjadi tinjauan dari penelitian ini karena berita ini masih mengambil banyak perhatian publik namun pemberitaannya tidak seimbang dari aspek manajemen bencana serta masih mengabaikan beberapa etika yang berlaku.
Penelitian ini menganalisis aturan yang ada mengenai penyiaran bencana dan menguji bagaimana implementasinya pada lembaga penyiaran ketika sedang melakukan proses praproduksi hingga pascaproduksi sebuah berita bencana. Metode yang dilakukan adalah wawancara mendalam dan studi dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lembaga penyiaran publik cenderung tidak tegas dalam menjalankan regulasi dalam proses pembuatan berita bencana, sementara lembaga penyiaran swasta menerapkan regulasi dalam pembuatan liputan dengan penerapan yang berbeda.

This thesis discussesthe implementation of regulations that relate to natural disaster and mediato see the process of making disaster news in a public broadcasting institution, and two private broadcasting institutions.The process of making disaster news is seen from the side of a reporter and news manager of each broadcasting station. Natural disaster news become a main object of this research because disaster news is still taking much public attention but its news coverage is unbalanced from the aspects of disaster management and still ignores some of the prevailing ethics.
This study analyzes the existing regulation on disaster broadcasting and tests how they are implemented in broadcasting stations while preproduction to postproduction of making a natural disaster news. The methods used are in depth interviews and document studies. The results of this theses show that public broadcasting agencies are the least assertive in carrying out regulations in the process of making disaster news, and private broadcasters implement some regulations in the making of coverage, although the level of implementation is much different.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>