Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 53726 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wospakrik, Stevy Kristofer
"Telah dilakukan pemodelan kecepatan subregional dan konversi kedalaman dari dua horizon seismik yaitu horizon Top Kais dan horizon Base Cretaceous di area Tangguh, Papua. Penelitian ini dilakukan karena belum ada pemodelan kecepatan dengan skala subregional yang menyertakan parameter geologi di area Tangguh.
Faktor geologi yang mempengaruhi kecepatan rerata di area subregional Tangguh adalah litologi dan ketebalan interval. Untuk itu telah dilakukan pemodelan geologi dengan 2 layer berdasarkan litologi yaitu: shale (layer 1: SRD - Top Kais) dan karbonat+klastik (layer 2: Top Kais - Base Cretaceous). Metode External Drift Kriging menggunakan horizon Top Kais dan Base Cretaceous terbukti mampu memprediksi kecepatan pada skala subregional dimana data sumur tidak banyak (sparse). Didapatkan rentang (range) kecepatan rerata Top Kais adalah 1700m/sec hingga 2500m/sec dan rentang kecepatan rerata Base Cretaceous adalah 2700m/sec hingga 4000m/sec.
Hasil penelitian ini adalah model kecepatan yang dapat digunakan untuk skala subregional Tangguh. Horizon kedalaman (depth horizon) dari penelitian ini dapat digunakan untuk penentuan rentang volume secara deterministik dari prospek di area eksplorasi (ILX) yang baru.

Velocity modelling and depth conversion of two seismic horizons (Top Kais and Base Cretaceous) was performed for subregional scale at Tangguh area, Papua. This study was initiated because there were no any previous works on velocity modelling for subregional scale at Tangguh area which incorporated any geological parameters.
Geological factors that affected the average velocity distribution at Tangguh are lithology and interval thickness. Therefore a 2 layer geological model was created which was defined by lithology: shale (layer 1: SRD - Top Kais) and carbonate + clastic (layer 2: Top Kais - Base Cretaceous). External Drift Kriging by using Top Kais and Base Cretaceous horizons was proved to be superior to predict velocity distribution on sparse well data in a subregional scale.
It was found that the average velocity range for Top Kais was 1700m/sec to 2500m/sec and the average velocity range for Base Cretaceous was 2700m/sec to 4000m/sec. The velocity models as the outcome of this study can be used for Tangguh subregional scale. The depth horizons can be used to define the deterministic volume of the prospects in the new ILX area."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
T29609
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Maliyan
"Konversi waktu menjadi kedalaman merupakan salah satu bagian terpenting dalam interpretasi seismik. Domain seismik adalah waktu dan kita membutuhkan data kedalaman pada akhir proses salah satunya untuk melakkukan pengeboran. Metode regression, ordinary kriging dan kriginng with external drif adalah salah satu cara untuk melakukan konversi kedalaman. Metode ordinary kriging dan kriging with external drift merupakan teknik geostatistika. Metode ini membutuhkan variogram dalam melakukan prosessnya. Pada prinsipnya metode ini menggunakan Best Linear Unbiased Estimation. Salah satu keuntungan dari geostatistik memberikan error variance yang dapat digunakan sabagai acuan untuk menentukan model variogram terbaik.

Time-depth conversion is to be one of the most important part in the seismic interpretation. Domain seismic is time and the we need depth at the end of the process e.g. drilling. Regression method, ordinary kriging and kriginng with external drif is one way to do the conversion depth. Method of ordinary kriging and kriging with external drift is a technique of geostatistics. This method requires variogram in the prosess. In principle, this method using the Best Linear Unbiased estimation. One of the advantages of geostatistics is given error variance that can be used for reference to determine the best variogram model."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S29372
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Zaiza Salsa Khoirunnisa
"Penelitian berlokasi di daerah Langgikima, Konawe Utara, Sulawesi Tenggara. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk memetakan zona profil laterit berdasarkan hasil domaining serta mengestimasi kadar dan tonase nikel laterit yang terdapat di daerah penelitian. Metode pengolahan dan analisis data meliputi analisis statistik univarian serta metode ordinary kriging. Unsur yang diestimasi meliputi Ni, Co, Fe, SiO2, dan MgO dengan variogram model yang digunakan yaitu Ni sebagai variabel utama. Data yang digunakan berupa data sekunder yang mencakup collar, survey, dan assay serta menggunakan foto core sebagai data penunjang untuk validasi. Domain geologi pada penelitian ini terbagi menjadi 3, yaitu limonit, saprolit, dan bedrock. Limonit dan saprolit termasuk kedalam zona mineralisasi yang akan diestimasi. Densitas limonit sebesar 1.6 gr/cm3 dan saprolit 1.5 gr/cm3 . Klasifikasi sumberdaya didasarkan pada jarak antar spasi bor dan parameter geostatistik slope of regression. Hasil klasifikasi dengan menggunakan cut off grade 1% menunjukkan daerah penelitian terdiri atas kelas terukur. Domain limonit menghasilkan volume sebesar 1,697,891 m3 dan tonase 2,716,625 ton dengan kandungan rata-rata Ni sebesar 1.31%, Co 0.1%, Fe 45.42%, SiO2 9.01%, dan MgO 1.13%. Domain saprolit menghasilkan volume sebesar 964,063 m3 dan tonase 1,446,094 ton dengan kandungan rata-rata Ni sebesar 1.69%, Co 0.04%, Fe 20.93%, SiO2 33.52%, dan MgO 14.92%. Kategori terukur menandakan pada daerah penelitian memiliki tingkat keyakinan geologi yang tinggi untuk membuktikan kemenerusan kadar dan kandungan mineral serta memiliki nilai yang ekonomis untuk ditambang.

The research is located in Langgikima, Nort Konawe, Southeast Sulawesi. The purpose of this study was to map the laterite profile zones based on the results of domaining and to estimate the grades and tonnage of laterite nickel found in the study area. Data processing and analysis methods include univariate statistical analysis and ordinary kriging methods. The estimated elements include Ni, Co, Fe, SiO2, and MgO with the variogram model used, Ni as the main variable. The data used is in the form of secondary data which includes collars, surveys, and assays and uses core photos as supporting data for validation. The geological domain in this study is divided into 3, namely limonite, saprolite, and bedrock. Limonite and saprolite are included in the mineralized zone to be estimated. The density of limonite is 1.6 gr/cm3 and that of saprolite is 1.5 gr/cm3 . Resource classification is based on the distance between drill spacing and the slope of regression geostatistical parameters. Classification results using 1% cut off grade show that the study area is composed of measurable classes. The limonite domain produces a volume 1,697,891 m3 and tonnage of 2,716,625 tons with an average content of 1.31% Ni, 0.1% Co, 45.42% Fe, 9.01% SiO2, and 1.13% MgO. The saprolite domain produced a volume of 964,063 m3 and tonnage of 1,446,094 tons with average content of 1.69% Ni, 0.04% Co, 20.93% Fe, 33.52% SiO2, and 14.92% MgO.The measured category indicates that the research area has a high level of geological confidence to prove the continuity of grades and mineral content and has economic value for mining."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Paramita Avianti
"[ABSTRAK
Model kecepatan lapisan bawah permukaan yang diestimasi pada proses pengolahan data seismik yang masih memiliki ketidakpastian posisi sebenarnya dari reflektor seismik atau kedalaman lapisan geologi. Penelitian ini melakukan analisis ketidakpastian dari kedalaman posisi lapisan reservoar pada Lapangan X. Hasil penelitian digunakan untuk membantu pemprediksi area target pengeboran sumur penilaian sebelum dilakukan pengembangan pada Lapangan X. Analisis dilakukan dengan menggabungkan dua metode yaitu analisis statistika dari proses koreksi peta kedalaman reservoar dan proses kalibrasi model kecepatan data seismik. Dari kedua analisis ini diketahui nilai maksimum ketidakpastian kedalaman pada batas atas reservoar sebesar 125ft. Distribusi nilai ketidakpastian kedalaman dilakukan dengan menggunakan acuan dari bentuk geologi lipatan Lapangan X untuk menghasilkan peta ketidakpastian kedalaman. Peta ketidakpastian kedalaman digunakan untuk mendapatkan peta lapisan reservoar dengan kasus dangkal, dasar dan dalam. Dari ketiga peta tersebut dikombinasikan dengan data sekunder kontak gas dan air (Gas Water Contact) dan asumsi akuisisi data pada sumur penilaian sehingga diperoleh prediksi area target pengeboran sumur penilaian dengan jarak terdekat 400 m dari sumur eksplorasi pada Lapangan X.

ABSTRACT
Subsurface velocity model that estimated from seismic data processing still has uncertainty in term of real position of seismic reflector or depth geological layer. The research has been carried out for analyzing depth uncertainty of reservoir layer at X-Field. The result will be used to determine the target area of appraisal well which should be done before field development stage. This research used two methods to analyze the depth uncertainty, there are statistic analysis of reservoir depth map correction process and seismic velocity model calibration. From these analysis was known that maximum depth uncertainty number for top reservoar layer is 125 ft. The distribution of depth uncertainty value use X Field shape as geological model reference for generating depth uncertainty map. The depth uncertainty map was applied to get reservoir map with three alternative model, shallow case, base case and deep case. Combination of these three maps with the gas water contact infomation and data acquisition asumption generated the prediction of the target area for appraisal well at X-Field that the shortest distance is 400m from exploration well.;Subsurface velocity model that estimated from seismic data processing still has uncertainty in term of real position of seismic reflector or depth geological layer. The research has been carried out for analyzing depth uncertainty of reservoir layer at X-Field. The result will be used to determine the target area of appraisal well which should be done before field development stage. This research used two methods to analyze the depth uncertainty, there are statistic analysis of reservoir depth map correction process and seismic velocity model calibration. From these analysis was known that maximum depth uncertainty number for top reservoar layer is 125 ft. The distribution of depth uncertainty value use X Field shape as geological model reference for generating depth uncertainty map. The depth uncertainty map was applied to get reservoir map with three alternative model, shallow case, base case and deep case. Combination of these three maps with the gas water contact infomation and data acquisition asumption generated the prediction of the target area for appraisal well at X-Field that the shortest distance is 400m from exploration well., Subsurface velocity model that estimated from seismic data processing still has uncertainty in term of real position of seismic reflector or depth geological layer. The research has been carried out for analyzing depth uncertainty of reservoir layer at X-Field. The result will be used to determine the target area of appraisal well which should be done before field development stage. This research used two methods to analyze the depth uncertainty, there are statistic analysis of reservoir depth map correction process and seismic velocity model calibration. From these analysis was known that maximum depth uncertainty number for top reservoar layer is 125 ft. The distribution of depth uncertainty value use X Field shape as geological model reference for generating depth uncertainty map. The depth uncertainty map was applied to get reservoir map with three alternative model, shallow case, base case and deep case. Combination of these three maps with the gas water contact infomation and data acquisition asumption generated the prediction of the target area for appraisal well at X-Field that the shortest distance is 400m from exploration well.]"
2015
T45212
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Athur Fathan
"ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dan memetakan klasifikasi susunan material geologis pada sebagian area Klaten dan Gunung Kidul, Jawa Tengah. Penentuan dan pemetaan klasifikasi susunan material geologis tersebut sangat membantu dalam proses analisa seismisitas pada area tersebut. Ada 12 (dua belas) titik yang dijadikan tempat pengambilan data yang tersebar pada area penelitian.

Penelitian ini menggunakan perangkat mikrotremor yang digunakan untuk mengambil data kecepatan gelombang geser (Vs) yang kemudian digunakan untuk menentukan kedalaman batuan dasar teknik (engineering bedrock) sehingga lebih lanjut dapat menghasilkan gambaran analisis seismisitas pada area penelitian yang ditampilkan dalam tampilan mikrozonasi.


ABSTRACT

This study aims to determine and map the classification of geological material arrangement in parts of Klaten and Gunung Kidul, Central Java. Determining and mapping the classification of the geological material arrangement is very helpful in processing the seismicity analysis in the area. There are 12 (twelve) points that used to collect data scattered in the research area.

This study used a microtremor device to extract shear wave velocity data (Vs) which is used to determine the depth of the engineering bed rock so that it can further produce an overview of seismicity analysis in the research area displayed in microzonation view.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T51796
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marpaung, Gerald Fabio Francesco Hasiholan
"Formasi Talang Akar, merupakan source kitchen pada Sub Cekungan Ardjuna Talang Akar merupakan salah satu zona reservoir yang ditemukan di Lapangan Z cekungan Ardjuna hingga saat ini. Keberadaan build up Parigi mempengaruhi nilai kecepatan yang akan digunakan untuk konversi kedalaman. Hal ini akan mempengaruhi peta kedalaman pada target reservoir. Permasalahan yang timbul dari hasil konversi dari domain waktu ke kedalaman adalah tidak tepatnya menginterpretasi struktur, dimana terdapat adanya efek pull-up yang diakibatkan oleh faktor kecepatan pada lapisan karbonat. Efek pull-up merupakan terangkatnya suatu litologi pada pencitraan seismik akibat pengaruh perambatan kecepatan build-up diatasnya. Penelitian ini berfokus pada perbandingan metode kecepatan yang efektif dalam melakukan konversi peta struktur seismik yang sebelumnya berdomain waktu akan diubah menjadi domain kedalaman, hal ini penting karena perhitungan bulk rock volume dilakukan dalam domain kedalaman. Metode V0-K lebih efektif dalam meminimalkan efek pull-up yang diakibatkan oleh formasi parigi untuk proses konversi ke kedalaman dibandingkan dengan single function. Metode V0+KZ menghasilkan bulk rock volume (BRV) 94968 acre-feet, metode Single function dengan menggunakan fungsi 1 sumur menghasilkan 80784.4 acre-feet. Metode Single function dengan menggunakan fungsi dari hasil plotting semua sumur menghasilkan BRV 77654.9 acre-feet.

The Talang Akar Formation serves as the source kitchen in the Ardjuna Sub-Basin, and it represents one of the reservoir zones discovered in the Ardjuna Basin's Z Field to date. The presence of the Parigi build-up influences the velocity values used for depth conversion, thereby impacting the depth maps of the reservoir target. Challenges arising from the conversion of seismic data from the time domain to depth involve the potential inaccuracies in interpreting the structure, particularly due to the pull-up effect caused by velocity variations in carbonate layers. The pull-up effect refers to the uplifting of lithology in seismic imaging due to the influence of velocity propagation in the overlying build-up. This study focuses on comparing effective velocity methods for converting seismic structure maps from the time domain to the depth domain. This is crucial because bulk rock volume calculations are performed in the depth domain. The V0-K method proves to be more effective in minimizing the pull-up effect caused by the Parigi formation during the depth conversion process compared to the single function method. The results of the bulk rock volume (BRV) calculations in talang akar formation with the V0+KZ method are 94968 acre-feet. The Single Function method, using one well function, yields 80784.4 acre-feet. The Single Function method, utilizing functions derived from plotting all wells, produces a BRV of 77654.9 acre-feet."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Metode ordinary kriging adalah metode penaksiran yang menghasilkan taksiran yang memenuhi kriteria BLUE (Best Linear Unbiased Estimator). Nilai taksiran dinyatakan sebagai kombinasi linier dari data sampel. Data yang digunakan adalah data spasial. Metode ordinary kriging dapat digunakan jika data spasial memenuhi asumsi stasioner orde dua atau asumsi stasioner intrinsik. Dalam melakukan penaksiran dengan metode ordinary kriging diperlukan suatu fungsi yang disebut semivariogram. Ada dua jenis semivariogram, yaitu : semivariogram isotropik dan semivarogram anisotropik. Pada tugas akhir ini, metode ordinary kriging digunakan untuk menaksir nilai pengamatan pada suatu titik di lokasi yang tidak tersampel, dan semivariogram yang digunakan adalah semivariogram isotropik. "
Universitas Indonesia, 2007
S27681
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Metode sequential kriging merupakan salah satu metode penaksiran pada data spasial, yang memodifikasi metode kriging yang sudah ada seperti simple kriging, ordinary kriging, dan universal kriging. Modifikasi dilakukan dengan menerapkan suatu sequential linear estimator. Metode ini menggunakan data spasial sama seperti metode kriging lainnya. Pada tugas akhir ini, metode kriging yang dimodifikasi adalah metode simple kriging. Sequential kriging dapat menyelesaikan kesukaran numerik yang berhubungan dengan interpolasi untuk ukuran data besar. Data dibagi dalam beberapa subset dengan tiap subset memungkinkan hanya memiliki satu data saja. Ketika tersedia suatu data tambahan, estimator sequential kriging memperbaiki estimasi sebelumnya dengan menggunakan bobot linier dari selisih antara data yang baru dan estimasi data tambahan dengan menggunakan estimator sebelumnya. Secara teori, dapat ditunjukkan bahwa estimator sequential kriging menghasilkan estimasi yang sama dengan simple kriging. Begitu juga variansi sequential kriging akan sama dengan variansi simple kriging."
Universitas Indonesia, 2010
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Yulianto
"Sistem rencana tanggap darurat dibuat untuk merespon terjadinya emergensi evakuasi medis (Medivae) yang terjadi di tempat kerja guna memperkecil akibat yang lebih parah atau serius dari suatu kasus kecelakaan kerja maupun sakit keras secara cepat, tepat, benar dan akurat.
Penelitian bertujuan untuk mengukur sejauh mana kesiapan implementasi sistem rencana tanggap darurat sehingga dapat diimplementasikan secara benar, efektif dan efisien bagi pekerja maupun perusahaan. Penelitian ini termasuk penelitian analisis deskriptif dengan disain studi evaluasi terhadap kesiapan implementasi sistem respon emergensi untuk menghadapi evakuasi medis (Medivae) di Kilang LNG Tangguh Papua yang dilakukan pada awal sampai pertengahan 2007.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari kedelapan elemen emergensi respon ditemukan bahwa sistem komunikasi menempati tingkat kelayakan tertinggi (85,2 % = sangat layak), disusul Organisasi dan jalur komando di urutan kedua (82,9 % = sangat layak) dan kelayakan terendah ditemukan pada elemen transportasi laut (59,0 = tidak layak).
Direkomendasikan untuk meningkatkan fasilitas transportasi pendukung evakuasi medis terutama transportasi laut, dan perlunya sosialisasi sistem emergensi respon yang lebih intensif kepada seluruh karyawan serta perlunya menyediakan jadwal rutin simulasi dan latihan emergensi evakuasi medis untuk diimplementasikan secara konsisten.

Emergency response plan was developed to response the Medical Evacuation (Medivac) at work site to minimize the impact or severity of accident or illness properly, quickly, accurately and correctly.
The purpose of this research is to measure the readiness of implementation ERP system correctly, effective and efficient for workers, Type of this research is descriptive analysis by designed of evaluation study on implementation the emergency responce plan to handle medical evacuation plan at LNG Tangguh Papua since early 2007 until mid 2007.
The conclusion of this research are communication system is the highest element on readiness(85,2%), followed by evacuation response and command line system (82,9%). Air and marine transportation is the lowest level of readiness (59,0%).
Rekomendation has been given to improve communication of the emergency response plan for all workers, develop reguler drill and excercise for at workers consistantly, and provide medical doctor specialist on site clinic.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T21197
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Musvirini
"ABSTRAK
Pengembangan Metode Ekstraksi Digital Terrain Model DTM pada Data Airborne Lidar Point Cloud menggunakan Interpolasi Kriging Light Detection and Ranging Lidar merupakan teknologi penginderaan jauh remote sensing yang berkembang pesat karena mampu menyediakan data pengukuran elevasi dengan cepat dan akurat. Hasil pengolahan data Lidar mampu menghasilkan data geospasial 3D, dibandingkan metode tradisional seperti survei lapangan dan fotogrametri yang kurang efisien dan mahal. Metode Pengolahan data Lidar yang diusulkan dalam penelitian ini menggunakan filter morfologi progresif Progressive Morphological Filtering untuk memperoleh Digital Terrain Model DTM yang memuat informasi ketinggian permukaan tanah bare-earth surface dengan menggunakan interpolasi kriging, berupa Universal Kriging. Untuk membandingkan tingkat akurasinya, hasil pengolahan data dibandingkan dengan metode Ordinary Kriging dan Inverse Distance Weighted IDW . Analisis Digital Terrain Model DTM yang diperoleh dari pengolahan Lidar point cloud di wilayah Kapuas Hulu, Kalimantan Barat sebanyak 122 data LAS menggunakan Progressive Morphological Filter berdasarkan Universal Kriging menunjukkan Root Mean Square Error RMSE sebesar 1,05128 dibandingkan dengan Ordinary Kriging RMSE = 1,053119 dan IDW RMSE = 1,46025 , dari hasil RMSE yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa metode filter morfologi progresif berdasarkan interpolasi Universal Kriging memiliki tingkat akurasi yang baik. Pada penelitian ini juga dianalisis Digital Terrain Model DTM pada area penggunaan lahan dan kemiringan terrain yang berbeda. Untuk analisis pengolahan Digital Terrain Model DTM dengan area penggunaan lahan yang berbeda dapat disimpulkan bahwa metode Universal Kriging memperoleh nilai RMSE terendah. Nilai RMSE eror terbesar diperoleh pada area pemukiman dan penggunaan metode Universal Kriging untuk tipe kemiringan memperoleh nilai RMSE terendah yang berarti memiliki tingkat akurasi lebih baik terutama pada tipe kemiringan sangat curam. Kata kunci :Lidar, Digital Terrain Model DTM , Progressive Morphological Filtering, Universal Kriging, Ordinary Kriging, Inverse Distance Weighted IDW.

ABSTRACT
Development of Digital Terrain Model DTM Extraction Method on Airborne Lidar Point Cloud Data using Kriging Interpolation Lidar Light Detection and Ranging is a fast growing remote sensing technology since it has the ability to provide fast and accurate elevation measurements. Lidar data processing can produce 3D geospatial data directly, compared to less efficient and expensive traditional methods such as field surveys and photogrammetry. We proposed Lidar cloud point processing using Progressive Morphological Filtering method to obtain the Digital Terrain Model DTM which contains information of bare earth surface level. We applied the kriging interpolation filtering based on Universal Kriging. The results of the data processing were compared with the Ordinary Kriging and Inverse Distance Weighted IDW methods. The Digital Terrain Model DTM obtained from Lidar point cloud processing in Kapuas Hulu, Kalimantan Barat region using 122 scenes based on Universal Kriging showed the Root Mean Square Error RMSE of 1,05128 compared to Ordinary Kriging RMSE 1,053119 and IDW RMSE 1,46025 . RMSE result showed that progressive morphological filter method based on Universal kriging interpolation has better accuracy. In this study we also analyzed the Digital Terrain Model DTM with different land use areas and different terrain slope. Digital Terrain Model DTM of different land use areas showed the Universal Kriging method obtained the lowest RMSE value. The largest RMSE was obtained from residential area. While the RMSE of sloped area obtained by Universal Kriging had the lowest RMSE which means it had better accuracy, especially on the very steep slope type. Key words Lidar, Digital Terrain Model DTM , Progressive Morphological Filtering, Universal Kriging, Ordinary Kriging, Inverse Distance Weighted IDW ."
2018
T49166
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>