Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 62783 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Riri Ayu Nastiti
"Telah disintesis serat rayon terikat silang N,N?-Metilendiakrilamida (NBA) sebagai matriks pencangkokkan asam akrilat (AA) yang memiliki derajat pengembangan dalam air berkisar antara 300-400% serta tahan terhadap kondisi asam dan basa. Inisiasi ikat silang dan pencangkokkan monomer dilakukan dengan metode ozonasi dalam udara.
Metode ini dapat digunakan untuk memisahkan, mengontrol dan mengoptimasi pembentukan ikat silang dan pencangkokkan monomer AA dalam media N2. Gugus peroksida dan hidroperoksida yang terbentuk pada serat rayon pada berbagai variasi laju alir, waktu ozonasi, berat dan kerapatan serat ditentukan dengan metode iodometri dalam fasa organik.
Pembentukan ikat silang dilakukan pada berbagai konsentrasi monomer dan suhu reaksi. Pencangkokkan AA pada serat yang telah terikat silang dilakukan melalui variasi waktu ozonasi kembali dan konsentrasi monomer. Serat rayon-co-NBA-g-Poliakrilat yang dihasilkan dikarakterisasi menggunakan FTIR. Kadar peroksida pada serat semakin tinggi dengan meningkatnya laju alir dan waktu ozonasi.
Hasil yang diperoleh menunjukkan makin tinggi derajat ikat silang, makin sedikit AA yang dapat tercangkok. Derajat pengembangan dan ketahanan serat terhadap kondisi asam dan basa dipengaruhi oleh banyaknya ikat silang dan kadar AA tercangkok. Semakin banyak jumlah ikat silang pada serat, derajat pengembangan akan menurun dan ketahanan terhadap kondisi asam dan basa meningkat.

Cross-linked rayon fiber with N,N'-Methylenediacrylamide (NBA) as graft copolymerization matrix of acrylic acid (AA) has been synthesized. The grafted fibers which is resistant to acidic and alkaline conditions shown degree of swelling between 300-400%. The initiation of the cross-link formation and graft copolymerization of monomer were carried out by ozonation method in the air.
This method can be used to separate, to control and to optimize the cross-link process and graft copolymerization of AA in the media of N2. Peroxide and hydroperoxide groups formed on the rayon fibers at various flow rate, ozonation time, weight and density were determined by iodometric method in the organic phase.
Cross-linked rayon fibers was prepared at various monomer concentrations and reaction temperature. The graft copolymerization of acrylic acid on the crosslinked fiber is conducted at various ozonation time and AA concentration. Rayon fiber-co-NBA-graft-Polyacrylic were characterized using FTIR. Peroxide concentration on the rayon fibers increases with flow rate and ozonation time.
The result showed the increases in degree of cross-linking will decreases the amount of AA grafted. It was observed that the fiber swelling and resistant to acidic and alkaline conditions were depend on degree of crosslinking and the total of carboxylic group grafted onto rayon fiber. The higher concentration of crosslinking agent, the degree of swelling will be lower and stability in acidic and alkaline condition will be increases.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S1304
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lu'lu Mubarokah
"enelitian ini bertujuan untuk mencari pelarut yang sesuai untuk
pencangkokkan Glisidil metakrilat (GMA) pada serat rayon terikat silang N,N’-
metilendiakrilamida (NBA) melalui teknik ozonasi dalam udara, yang memiliki
karakter sebagai matriks penukar ion yang tahan ternadap kondisi asam dan
basa. Gugus peroksida dan nidroperoksida dibentuk terlebih dahulu pada
permukaan serat rayon melalui ozonasi. Selanjutnya, serat rayon di ikat
silang dengan pengikat silang NBA dalam media gas N2 pada berbagai
konsentrasi monomer, waktu ozonasi dan suhu reaksi. Serat yang telah
terikat silang ini kemudian diuji ketahanannya dalam asam dan basa. Untuk
penoangkokkan GMA dilakukan ozonasi kembali pada serat terikat silang
selama 4 jam. Penoangkokkan GMA dilakukan pada beberapa pelarut
(metanol, metanol:air (4:6), etanol, aseton, n-neksan, N-metnyl-2-pirolidon,
dan 1,4-dioksan) Selanjutnya dengan menggunakan pelarut metanol dan
campuran metanol:air (416) dipelajari pengaruh konsentrasi, suhu dan waktu
pencangkokkan. Kemudian pada GMA tercangkok dilakukan modifikasi
dengan cara mereaksikannya dengan asam iminodiasetat (IDA) untuk
menghasilkan serat rayon-g-(GMA-IDA). Karakterisasi dilakukan dengan
menggunakan spektrofotometer FTIR, derajat pengembangan (% swelling)
dan penentuan kapasitas pertukaran ionnya. Ketahanan serat rayon
ternadap asam dan basa diperoleh pada ikat silang NBA dengan konsentrasi 5%, lame ozonasi 4 jam dan suhu reaksi 8O°C_ Kadar pencangkokkan (%G)
GMA tertinggi sebesar 56,6O%; 56,18%; dan 57,42% diperoleh dari hasil
pencangkokkan GMA 20% (%v/v), suhu reaksi 60°C dalam pelarut metanol,
metanol:air (416) dan 1,4-dioksan, waktu kopolimerisasi 2 jam. Hasil reaksi
GMA dengan IDA menghasilkan perbandingan mol 1:1. Pengamatan data
spektrum FTIR menunjukkan telah terjadi ikat silang NBA dan modifikasi
dengan GIVIA-IDA pada matriks serat rayon. Hasil uji pertukaran ion
diperoleh kapasitas pertukaran ion tertinggi sebesar 4,18 mek/g."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S30485
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Auliya Husni
"Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan serat rayon terikat silang
yang memiliki ketahanan terhadap kondisi asam dan basa dengan gugus
fungsional Akrilamida (AAm) dan Glisidil Metakrilat-Asam Iminodiasetat
(GMA-IDA). Percobaan ini menggunakan teknik ozonasi dalam udara untuk menghasilkan gugus peroksida dan hidroperoksida yang dapat menginisiasi reaksi kopolimerisasi cangkok. Serat rayon terozonasi dicangkok dengan agen pengikat silang N,N?-Metilendiakrilamida (NBA) dalam media gas N2 dengan berbagai variasi laju alir ozon, lama ozonasi, konsentrasi monomer, dan suhu reaksi untuk mengetahui kondisi optimal pencangkokkan NBA pada serat selulosa. Serat yang telah terikat silang melalui pencangkokkan NBA kemudian diuji ketahanannya dalam asam dan basa. Ozonasi selanjutnya pada serat yang telah terikat silang digunakan untuk mencangkokkan monomer. Pada pencangkokkan monomer AAm, didapatkan bahwa lama ozonasi pada pencangkokkan NBA untuk menghasilkan serat terikat silang,
berpengaruh pada kadar pencangkokkan AAm. Makin lama ozonasi untuk NBA, maka kadar pencangkokkan AAm menjadi berkurang. Pada
pencangkokkan GMA, didapatkan bahwa konsentrasi optimum GMA yang bisa tercangkok pada serat terikat silang adalah sebesar 30% GMA dengan suhu 60°C. Selanjutnya GMA yang sudah tercangkok pada serat terikat silang direaksikan dengan IDA menghasilkan R-co-NBA-g-(GMA-IDA). Spektrum FT-IR menunjukkan telah tercangkoknya monomer-monomer pada serat melalui pengamatan gugus fungsi yang ada.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S30492
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan serat rayon termoditikasi
dengan gugus fungsi amida melalui teknik ozonasi dalam udara, yang
memiliki karakter sebagai adsorben ion Iogam berat yang selektif, Serta tahan
terhadap kondisi asam, dan basa_ Gugus peroksida dan hidroperoksida
dibentuk terlebih dahulu pada permukaan serat rayon melalui ozonasi pada
berbagai keoepatan alir dan waktu pengaliran ozon. Selanjutnya, serat rayon
terozonasi dicangkok dengan monomer Nletakrilamida (N|Am) dalam media
gas N2 pada berbagai konsentrasi monomer, vvaktu, dan suhu reaksi.
Optimasi penoangkokkan diperoleh pada konsentrasi monomer
|\/Ietakrilamida 10% (W/W), waktu reaksi 1 jam, dan suhu reaksi 80 OC. Pada
kondisi optimum tersebut, dilakukan pencangkokkan campuran Nletakrilamida
dan N,N’-Ivletilendiakrilamida (NNBA) pada berbagai konsentrasi.
Berdasarkan data spektrum FT-IR, Po|iI\/|Am dan Po|iNNBA telah tercangkok
di permukaan serat rayon. Semakin tinggi kadar pencangkokkan maka
swelling serat rayon-grafbPo|iI\/Ietakrilamida meningkat. Adanya N,N'-
l\/Ietilendiakrilamida (NNBA) pada proses kopolimerisasi menurunkan swelling
serat dalam pH asam maupun basa. Ketahanan serat tercangkok terhadap
kondisi pH asam dan basa memperkuat dugaan bahvva NNBA berperan
sebagai agen pengikat silang. Adanya ikatan silang menurunkan kapasitas
pertukaran ion, untuk serat rayon-graft-PoIiMetakriIamida dan serat rayon-
graft-PoIilvletakrilamida-co-PoliNNBA masing-masing dengan kadarpencangkokkan 229.60 % dan 301.20 % adalah 4.936 mek/gram serat dan
2.131 mek/gram serat. Kedua serat termodiiikasi memiliki selektivitas yang
baik untuk memisahkan Cu” dengan adanya Co” dan Ni” pada pH 5.0.
Selektivitas meningkat dengan adanya ikatan silang, kation Ni” dapat
dipisahkan dari Cuz" dan Co” pada pH 7.0."
Universitas Indonesia, 2007
S30376
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novita Elia
"Adsorben untuk ion logam berat dengan gugus pengkelat amina telah dibuat dengan memodifikasi serat rayon terikat silang N,N’-Metilenbisakrilamida (NBA) tercangkok Glisidil Metakrilat (GMA), R-NBA-g-GMA, dengan Dietilentriamin (DETA). Kondisi optimum reaksi modifikasi ini yaitu pada suhu 70 °C, waktu reaksi 8 jam, dengan konsentrasi DETA 25% dalam pelarut 1,4-dioksan. Adsorben terfungsionalisasi DETA (R-NBA-g-GMA-DETA) kemudian dilakukan pengujian untuk adsorpsi ion Cu(II), Pb(II) dan Cd(II) pada berbagai pH. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adsorben ini memiliki koefisien distribusi dan selektivitas tertinggi untuk ion Cu(II) pada pH 5. Proses adsorpsi cenderung mengikuti model kinetika orde dua semu dan model isoterm Langmuir dengan kapasitas maksimum teoritis sebesar 1,45 mmol/gram adsorben. Studi desorpsi dan regenerasi menunjukkan bahwa adsorben ini memiliki laju desorpsi yang tinggi dan dapat diregenerasi untuk digunakan kembali.

Adsorben untuk ion logam berat dengan gugus pengkelat amina telah dibuat dengan memodifikasi serat rayon terikat silang N,N’-Metilenbisakrilamida (NBA) tercangkok Glisidil Metakrilat (GMA), R-NBA-g-GMA, dengan Dietilentriamin (DETA). Kondisi optimum reaksi modifikasi ini yaitu pada suhu 70 °C, waktu reaksi 8 jam, dengan konsentrasi DETA 25% dalam pelarut 1,4-dioksan. Adsorben terfungsionalisasi DETA (R-NBA-g-GMA-DETA) kemudian dilakukan pengujian untuk adsorpsi ion Cu(II), Pb(II) dan Cd(II) pada berbagai pH. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adsorben ini memiliki koefisien distribusi dan selektivitas tertinggi untuk ion Cu(II) pada pH 5. Proses adsorpsi cenderung mengikuti model kinetika orde dua semu dan model isoterm Langmuir dengan kapasitas maksimum teoritis sebesar 1,45 mmol/gram adsorben. Studi desorpsi dan regenerasi menunjukkan bahwa adsorben ini memiliki laju desorpsi yang tinggi dan dapat diregenerasi untuk digunakan kembali."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S47315
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Miftahudin
"Serat rayon terikat silang N,N-Metilenbisakrilamida (NBA) tercangkok Glisidl Metakrilat (R-NBA-g-GMA) telah berhasil dimodifikasi menjadi 2,3- Dihidroksipropil metakrilat (R-NBA-g-2,3-DPM) sebagai adsorben herbisida Asam 2,4-Diklorofenoksiasetat (2,4-D) dan Parakuat diklorida. Kondisi opimum reaksi modifikasi diperoleh pada suhu 70°C, waktu reaksi 10 jam, dan konsentrasi larutan NaCl 1M. Hasil percobaan pada berbagai pH menunjukkan bahwa serat R- NBA-g-2,3-DPM memiliki daya adsorpsi tertinggi untuk 2,4-D. Kondisi optimum adsorpsi senyawa 2,4-D diperoleh pada pH 4, waktu 180 menit dan konsentrasi 400 ppm. Kinetika adsorpsi mengikuti orde dua semu dan diperoleh orde sebesar 1,244, sehingga adsorpsi mengikuti hukum laju yang dinyatakan dengan v=k[2,4-D]1,244.

Glycidyl Methacrylate (GMA) grafted onto N,N’-Methylenebisacrylamide (NBA)–crosslinked rayon fiber has been modified to 2,3-Dihydroxypropyl Methacrylate (R-NBA-g-2,3-DPM) as herbicide 2,4-dichlorophenoxyacetic acid and Paraquatdichloride adsorbent. The optimum temperature, time and NaCl concentration of this modification are 70°C, 10 hours and 1M. The experimental results at various pH showed that R-NBA-g-2,3-DPM has the highest adsorption for 2,4-D. The optimum conditions for the adsorption of 2,4-D compounds obtained at pH 4, time 180 minute and concentration of 400 ppm. Kinetics study showed that adsorption process tends to follow the pseudo second order model."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S47258
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Nasridah
"Telah dilakukan kopolimerisasi cangkok pada serat rayon terikat silang N,N?-metilenbisakrilamida (NBA) dengan teknik ozonasi menggunakan monomer akrilamida dan asam akrilat untuk menghasilkan suatu serat penukar kation. Optimasi kondisi ikat silang diperoleh pada laju alir 0,3 L/min, waktu ozonasi 90 menit, konsentrasi NBA 5%, suhu 80oC dan waktu reaksi 60 menit dengan persen pencangkokan rata-rata 49,50. Serat rayon terikat silang menunjukkan ketahanan dalam asam dan basa yang lebih baik dan derajat pengembangannya dalam air lebih rendah. Ozonasi kembali pada serat rayon terikat silang digunakan untuk mencangkokan monomer-monomer. Pada pencangkokan akrilamid dengan konsentrasi 30% pada suhu 70oC selama 90 menit diperoleh persen pencangkokan sebesar 152,46 % dan pencangkokan asam akrilat dengan konsentrasi 30% pada suhu 50oC selama 90 menit diperoleh persen pencangkokan sebesar 169,77 %.
Melalui spektrum FT-IR, pada R-NBA muncul bilangan gelombang 1533,41 cm-1 yang menunjukkan adanya gugus amida sekunder dari NBA, pada R-NBA-g-AAm terdapat puncak serapan yang tajam pada bilangan gelombang 1685,79 cm-1 yang menunjukkan munculnya gugus karbonil (C=O) dari amida sedangkan pada R-NBA-g-AA muncul puncak pada bilangan gelombang 1641,42 cm-1 menunjukkan pita serapan vibrasi rentang gugus karbonil (C=O) dari asam karboksilat. Kapasitas pertukaran ion yang diperoleh sebesar 1,1mek/g untuk RNBA-g-AAm dan 0,7 mek/g untuk R-NBA-g-AA. Penentuan tetapan distribusi ion Cu2+ pada pH 5 memberikan nilai sebesar 4,41 L/g untuk R-NBA-g-AAm dan 2,82 L/g untuk R-NBA-g-AAm.

Graft copolymerization on cross linked rayon fiber with N,N?-metilenbisacrylamide (NBA) carried out with ozonisation technique using monomer acrylamide and acrylic acid to produce a cation exchange fiber. Optimization conditions of cross- linked fiber obtained at flow rate of 0.3 L/min, ozonation time of 90 minutes with reaction temperature 80oC and reaction time of 60 minutes produces grafting percentage of 49.5. Cross-linked rayon fiber shows resistance towards acid and alkaline solution better and decreases degree in the of swelling. Further ozonation on cross-linked rayon fiber is use to graft the monomers. The grafting percentage for acrylamide is 152.46% (acrylamide concentration is 30% on 70oC for 90 minutes grafting time) and for acrylic acid is 169.77 % (acrylic acid concentration is 30% on 50oC for 90 minutes grafting time) respectively.
The FT-IR spectrum of wave numbers 1533.41 cm-1 indicate the presence of secondary amide groups of the NBA, a sharp absorption peak at wave numbers 1685.79 cm-1 for the carbonyl group (C = O) of the amide from R-NBA-g-AAm, and wave numbers 1641.42 cm-1 for vibration absorption band of the carbonyl group (C = O) of the carboxylate from R-NBA-g-AAm. Ion exchange capacity obtained are 1.1 meq/g for R-NBA-g-AAm and 0.7 meq/g for R-NBA-g-AA. Distribution constant for Cu2+ ions at pH 5 gave a value of 4.41 L/g R-NBA-g-AAm and 2.82 L/g for R-NBA-g-AA.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
T29070
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Dwi Endah Rachmawati
"Pada penelitian ini, telah dilakukan pencangkokan glisidil metakrilat (GMA) sebagai perantara rayon dengan etilendiamin (EDA) karena serat rayon dan EDA tidak dapat direaksikan secara langsung. Sebelum dilakukan pencangkokan, serat rayon diikat silang dengan N,N-metilenbisakrilamida (NBA) untuk meningkatkan ketahanan fisik maupun kimia. Proses ikat silang maupun pencangkokan diinisiasi dengan teknik ozonisasi. Optimasi pencangkokan GMA meliputi variasi suhu, waktu, dan konsentrasi. Kinetika dipelajari untuk mengetahui hukum laju pencangkokan. Serat tercangkok kemudian dimodifikasi dengan EDA pada kondisi optimum. Kondisi optimum pencangkokan GMA pada serat rayon terikat silang melalui teknik ozonisasi yaitu pada suhu 70oC, waktu reaksi 150 menit, dan konsentrasi GMA 5% menghasilkan persen pencangkokan 202,76%. Dari penentuan kinetika diperoleh orde GMA adalah 1,30 dan orde ozon adalah 0,55 sehingga hukum laju pencangkokan yaitu v = k (GMA) 1,30 (O3)0,55. Pada proses modifikasi dengan EDA, reaksi aminasi memiliki kondisi optimum yaitu pada suhu 80OC, waktu reaksi 4 jam, dan konsentrasi EDA 10%. Persen konversi gugus epoksi yang dihasilkan yaitu sebesar 65,08% mol dengan kapasitas pertukaran ion sebesar 4,04 mek/gram. Keberhasilan ikat silang, pencangkokan, dan modifikasi berhasil dikarakterisasi dengan FTIR. Selain itu, serat rayon terikat silang dan serat rayon tercangkok memiliki derajat pengembangan yang lebih kecil dan ketahanan terhadap asam dan basa lebih baik daripada serat rayon awal.

In this research, rayon fiber was grafted with glycidyl methacrylate (GMA) to connect rayon fiber and ethylenediamine (EDA), because rayon fiber cannot react with EDA directly. Before the grafting process, rayon was crosslinked by N,N- methylenebisacrylamide (NBA) to increase physical and chemical resistance. Both crosslinking and grafting process are inisiated by using ozonation technique. Grafting condition such as temperature, time, and monomer concentration are optimized. Kinetics of grafting is studied to find the rate law. Then the grafted fiber is modified with EDA at optimal condition. The optimal temperature and grafting time of of GMA onto rayon fiber by ozonation technique are 70oC and 150 minutes respectively with GMA concentration is 5% produce 202.76% grafting yield. Kinetic study shows that GMA order is 1.33 and ozone order is 0.55, so the law rate grafting reaction isv = k (GMA) 1,30 (O3)0,55. The amination reaction of epoxide has optimal condition: temperature is 80OC, reaction time is 4 hours, and the concentratiom of EDA is 10%. The epoxide convertion yield is 65.08% mol and the ion exchange capacity is 4.04 mek/gram. The crosslinking, grafting, and modification process are proved by FTIR. The crosslinked and grafted rayon have lower swelling degree and better acid and base resistance than pristine rayon fiber."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S45071
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>