Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 157767 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ifthah Nur Sya`baniah
"ABSTRAK
Kitosan merupakan polimer alam yang bersifat kationik. Sifat kationik tersebut membuat kitosan dapat berinteraksi dengan senyawa anionik membentuk ikatan taut silang. Dalam penelitian ini, natrium tripolifosfat digunakan sebagai agen penaut silang. Tujuan penelitian ini adalah membuat dan mengkarakterisasi kitosan-tripolifosfat sebagai eksipien dalam sediaan farmasi. Larutan kitosan 3% dan larutan natrium tripolifosfat 0,145% dicampur dengan perbandingan 5:1. Eksipien hasil taut-silang dikarakterisasi secara fisik, kimia dan fungsional, meliputi bentuk dan morfologi, distribusi ukuran partikel, susut pengeringan, pola diffraksi sinar-X, sifat termal, higroskopisitas, derajat keasaman (pH), sisa pemijaran, derajat substitusi, analisis gugus fungsi, viskositas dan rheologi, kompresibilitas, laju alir dan sudut reposa, kekuatan gel, uji sineresis, indeks mengembang, sifat elongasi, tensile strength, dan Young?s modulus. Hasil karakterisasi kitosan-tripolifosfat menunjukkan adanya peningkatan fungsionalitas kitosan sehingga kitosan-tripolifosfat dapat dijadikan sebagai eksipien dalam sediaan farmasi.

ABSTRACT
Chitosan is a cationic natural polymer. Cationic nature makes chitosan can interact with anionic compounds to form crosslink bond. In this study, sodium tripolyphosphate used as crosslink agent. This study aims to create and characterize chitosan-tripolyphosphate as a pharmaceutical excipient. 3% chitosan solution and 0,145% sodium tripolyphosphate mixed with ratio of 5:1. Excipient results were characterized physically, chemically and functionally, including the shape and morphology, particle size distribution, moisture content, X-ray diffraction patterns, thermal properties, hygroscopicity, the degree of acidity (pH), total ash, the degree of substitution, functional group analysis, flow rate and angle of repose, compressibility, viscosity and rheological, swelling index, gel strength, syneresis test, elongation properties, tensile strength and Young?s modulus. Characterization of chitosan-tripolyphosphate results showed an increase in functionality so that the chitosan-tripolyphosphate can be used as excipient in pharmaceutical dosage forms. "
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2011
S938
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fika Astriyani
"ABSTRAK
Kitosan merupakan polimer alam yang bersifat kationik, sehingga kitosan dapat berinteraksi dengan gugus anionik membentuk ikatan taut silang ionik. Dalam penelitian ini, natrium tripolifosfat digunakan sebagai agen penaut silang yang berinteraksi secara ionik dengan kitosan. Tujuan dari penelitian ini adalah preparasi kitosan-tripolifosfat yang akan digunakan sebagai eksipien dalam sediaan tablet enterik. Larutan kitosan 3% (v/v) dan natrium tripolifosfat 0,145% (b/v) direaksikan dengan perbandingan 5:1. Selanjutnya kitosan-tripolifosfat digunakan sebagai eksipien dalam sediaan tablet enterik dengan natrium diklofenak sebagai model obat. Hasil uji disolusi menunjukkan bahwa kitosantripolifosfat dengan derajat substitusi 0,587% P kurang mampu menunda pelepasan natrium diklofenak selama dua jam dalam suasana asam, namun kitosan-tripolifosfat menunjukkan kemampuan yang baik dalam melepaskan zat aktif selama 45 menit dalam suasana basa. Tablet yang mengandung kitosantripolifosfat sebanyak 25%, 37,5%, dan 50% berturut-turut melepaskan obat sebesar 64,29%, 50,40%, dan 36,97% selama dua jam dalam suasana asam, sedangkan tablet dengan kombinasi kitosan-tripolifosfat dan hidroksipropil metilselulosa ftalat (HPMCP) dengan perbandingan 20% : 5% dan 16,65% : 8,35% melepaskan obat sebesar 19,54% dan 8,9% selama dua jam dalam suasana asam. Kombinasi kitosan-tripolifosfat dengan HPMCP dapat membantu menahan pelepasan natrium diklofenak dalam medium asam sehingga memenuhi persyaratan sebagai tablet enterik.

ABSTRACT
Chitosan is a natural cationic polymer, so that it can interact with anionic site in order to form ionic crosslink reaction. In this research, sodium tripolyphosphate was used as crosslinker that interact ionically with chitosan. The aim of this research was to synthesize chitosan-tripolyphosphate which would be used as excipient in enteric tablet dosage form. Solutions of chitosan 3% (v/v) and sodium tripolyphosphate 0.145% (w/v) were mixed in ratio 5:1. Chitosantripolyphosphate was then used as excipient in enteric tablet with diclofenac sodium as drug model. Results of dissolution study showed that chitosantripoliphosphate with degree of substitution 0.587% P could not retard the release of sodium diclofenac for two hours in acid medium, but chitosan-tripolyphosphate showed good capability in release sodium diclofenac for 45 minutes in base medium. Tablet that only contains chitosan-tripolyphosphate 25%, 37.5%, 50% released the drug 64.29%, 50.40%, and 36.97% for two hours in acid medium, while tablet that contain combination of chitosan-tripolyphosphate and HPMCP with ratio 5% : 20% and 16.7% : 33.3% release the drug 19.54% and 8.9% for two hours in acid medium. Chitosan-tripolyphosphate in combination with HPMCP could help retard the released of diclofenac sodium in acid medium, so it completed the requirement as enteric tablet."
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2011
S657
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Liya Haryuni
"Kitosan merupakan polimer alam yang bersifat polikationik sehingga dapat berinteraksi dengan bahan lain yang bermuatan negatif. Dalam penelitian ini, natrium tripolifosfat digunakan sebagai penaut silang untuk kitosan. Tujuan dari penelitian ini adalah membuat dan mengkarakterisasi kitosan-tripolifosfat (KTPP) yang akan digunakan sebagai basis gel dalam sediaan topikal serta mengevaluasi sediaan gel yang dihasilkan. Larutan kitosan 3% b/v dan natrium tripolifosfat 0,145% b/v dicampur dengan perbandingan 5:1. Karakteristik KTPP ditunjukkan dengan indeks mengembang, kekuatan gel, dan viskositas.
Hasil dari sintesis KTPP menunjukkan kemampuan mengembang dalam aquadest sebesar 100% selama 8 jam. Kekuatan gel dari polimer yang disintesis bernilai 10,89 g/cm2 pada konsentrasi 3,5% dan memiliki viskositas rata-rata sebesar 16050,70 cps. KTPP kemudian diformulasikan dalam sediaan gel dengan atau tanpa penambahan HPMC.
Pada penelitian ini, kofein digunakan sebagai model obat. Gel yang dihasilkan berupa warna kuning namun tidak homogen. Daya penetrasinya diuji secara in vitro dengan alat sel difusi Franz menggunakan membran abdomen tikus. Berdasarkan uji penetrasi diperoleh bahwa formula dengan kombinasi KTPP 3% dan HPMC 0,25% dengan adanya menthol 0,25% memiliki nilai fluks -1 tertinggi dengan nilai 381,62 ± 0,05 µg cm-2 jam -1.

Chitosan, a natural cationic polymer, can interact with negatively charged materials. In this research, sodium tripolyphosphate was used as anionic substance that interact ionically crosslink with chitosan. The aim of this research was to synthesize and characterize chitosan-tripolyphosphate (ChTPP) which would be used as a gel base in topical dosage form. The solutions of chitosan 3% w/v and sodium tripolyphosphate 0.145% w/v were mixed in ratio 5:1.
Characteristics of ChTPP were indicated by swelling index, gel strength and viscosity. ChTPP showed swelling index up to 100% in distilled water within 8 hours. Gel strength and viscosity from ChTPP were 10.89 g/cm2 and 16050.71 cps, respectively. the obtained ChTPP was then formulated in to a gel dosage form with or without the addition of HPMC.
In this study, caffeine was used as a model drug. Gel had yellow colour but not homogeneous. In vitro penetration study was determined with Franz diffusion cell using rat abdominal membrane. The penetration study revealed that the formula with combination of ChTPP 3% and HPMC 0.25% with the addition of menthol 0.25% had the highest flux value which was 381.62 ± 0.05 µ g cm -2 jam-1.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2011
S937
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dedi Kurniawan
"Kitosan telah banyak diteliti sebagai polimer untuk nanopartikel karena memiliki sifat-sifat biokompatibel, biodegradable, tidak toksik, dan dapat berinteraksi dengan senyawa anionik membentuk ikatan taut silang. Pada penelitian ini digunakan natrium tripolifosfat sebagai agen penaut silang untuk membentuk nanopartikel melalui metode gelasi ionik. Tujuan dari penelitian ini adalah membuat dan mengkarakterisasi nanopartikel untuk kemudian dibuat sediaan gel. Nanopartikel dibuat dengan mencampur larutan kitosan 0,2% b/v dan natrium tripolifosfat 0,1% b/v dengan perbadingan 2,5:1.
Pada penelitian ini untuk mendapatkan metode pembuatan nanopartikel yang optimal maka penambahan larutan natrium tripolifosfat dilakukan dengan 3 cara. Nanopartikel yang dihasilkan pada cara yang ketiga memiliki ukuran partikel terkecil sebesar 62,2 ± 0,6 nm dengan indeks polidispersitas sebesar 0,2930 ± 0,041, potensial zeta 26,05 ± 0,59 mV, dan efisiensi penjerapan 16,46 ± 0,04%. Nanopartikel pada cara ketiga kemudian diformulasikan dalam bentuk sediaan gel. Uji penetrasi dengan menggunakan sel difusi franz selama 8 jam menunjukkan sediaan gel dengan nanopartikel dan peningkat penetrasi memiliki daya penetrasi tertinggi sebesar 2845.43±8.49 μg/cm2.

Chitosan has been extensively investigated as polymeric carriers for nanoparticle because possesses some ideal properties such as biocompatible, biodegradable, nontoxic, and can interact with anionic compund to form crosslink bond. In this research, sodium tripolyphosphate used as an crosslinked agent to form nanopartikel by ionic gelation method. The aim of this research is to create and characterize nanoparticle and then used for gel dossage form. Nanoparticle was obtained by mixed 0,2% chitosan solution and 0,1% sodium tripolifosfat with ratio 2,5:1.
In this research tripolyphosphate solution was adding to chitosan by three different way to get an optimal method for obatined nanoparticle. Nanoparticle that obtained from third methods give the best result which produced 62,2 ± 0,6 nm particle size with 0,2930 ± 0,041 polydispersity index, 26,05 ± 0,59 mV potensial zeta, and 16,46 ± 0,04% entrapment efficiency. Nanoparticle from the third method was then formulated into gel dossage form with and without enhancer. The penetration test using franz diffusion cell for 8 hour, showed gel formulation using nanoparticle and enhancer has the highest penetration which was 2845.43±8.49 μg/cm2.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S43104
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dito Pramono
"Buah alpukat (Persea gratissima Gaertn) merupakan buah yang biasa dikonsumsi di Indonesia. Namun pemanfaatannya masih terbatas pada daging buahnya. Oleh karena itu dilakukan penelitian terhadap amilum dari biji alpukat sehingga dapat digunakan sebagai bahan pembantu dalam sediaan farmasi. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap yaitu pembuatan amilum dari biji alpukat dan karakterisasi amilum yang meliputi karakterisasi fisik, kimia dan fungsional. Karakteristik amilum biji alpukat dibandingkan dengan karakteristik amilum yang tercantum dalam The Handbook of Pharmaceutical Excipients.
Hasil penelitian untuk karakteristik fisik menunjukkan bahwa amilum biji alpukat memiliki susut pengeringan 10,72 ± 0,16%; dan sisa pemijaran 0,16 ± 0,02%. Sedangkan untuk karakteristik kimia menunjukkan bahwa amilum biji alpukat mengandung 27,28 ± 0,47% amilosa; 6,1 ± 0,44% lemak; 0,21 ± 0,03% serat kasar; pH 4,19 ± 0,02; kadar SO2 kurang dari 0,008%; dan tidak mengandung zat pengoksidasi.
Hasil penelitian untuk karakteristik fungsional menunjukkan bahwa amilum biji alpukat tergelatinasi pada suhu 79,5oC, sedangkan viskositas maksimum amilum biji alpukat tidak dapat ditentukan. Karakteristik amilum biji alpukat memenuhi persyaratan yang tercantum di dalam The Handbook of Pharmaceutical Excipients.
Avocado (Persea gratissima Gaertn) is a fruit that usually consumed in Indonesia. But the function still limited only daily consumption. Therefore, starch from avocado seed was analyzed as excipients in pharmaceutical forms. This research was divided in two stages, starch production from avocado seed and starch characterization including physical, chemical, and functional characterization. Avocado seed starch characteristics were compared to starch characteristics in The Handbook of Pharmaceutical Excipients.
The result of physical characteristic showed that avocado seed starch has 10.72 ± 0.16 % loss on drying and 0.16 ± 0.02 % residue on ignition. Meanwhile for the chemical characteristic showed that avocado seed starch contains 27.28 ± 0.47 % amilose; 6.1 ± 0.44 % lipid; 0.21 ± 0.03 % crude fiber; pH 4.19 ± 0.02; sulphur dioxide percentage less than 0.008 %; and not contain oxidizing substances.
The result for functional characteristic showed that avocado seed starch were gelatinized at temperature 79.5oC, meanwhile the maximum viscosity cannot be difined. The characteristics of avocado seed starch can fulfill the requirements in The Handbook of Pharmaceutical Excipients.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2006
S32891
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panjaitan, Clara
"Pati singkong terpregelatinasi propionat (PSTP) merupakan hasil modifikasi pati singkong secara fisika dan kimia yang dibuat dengan mereaksikan pati singkong terpregelatinasi (PST) dengan asam propionat 10%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik PSTP apakah dapat digunakan sebagai eksipien dalam sediaan farmasi. Karakterisasi yang dilakukan adalah karakterisasi kimia, fisika, dan fungsional. Perbandingan karakterisasi dilakukan terhadap pati singkong asli, PST, dan PSTP.
Hasil uji karakteristik menunjukkan bahwa PSTP memiliki sifat fungsional yang lebih baik daripada pati singkong alami dan PST yaitu kompresibilitas, laju alir, sudut istirahat, viskositas dan kekuatan mengembang. Nilai derajat putih PSTP lebih rendah dibandingkan pati singkong dan PST.
Penelitian ini memperlihatkan bahwa PSTP berpotensi digunakan sebagai eksipien dalam sediaan farmasi yaitu sebagai penghancur, pengikat, penyalut pada sediaan tablet, sebagai matriks pada sediaan lepas terkendali dan sebagai pengental dalam sediaan suspensi.

Pregelatinized cassava starch propionate (PSTP) is a physically and chemically modified starch product which made by reacting cassava pregelatinized starch (PST) with propionic acid 10%. The aim of this study was to investigate the chemical, physical, and functional properties of PSTP so that it may be used as excipient in pharmaceutical dosage forms. This study compared PSTP to cassava native starch and PST.
This research showed PSTP had better functional properties that is compressibility, flowability, angle of repose, viscosity, and swelling power. PSTP had lower whiteness compare to cassava native starch and PST.
This study showed that PSTP may be used as pharmaceutical excipient that is as a disintegrate, binder, coating agent in the tablet form, as a matrics in the sustained release form and as a thickening in the suspention form.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2007
S33023
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Ramadiyanti
"Pragelatinisasi pati singkong suksinat (PPSS) merupakan hasil modifikasi pati secara fisika dan kimia yang dibuat dengan mereaksikan pragelatinisasi pati singkong (PPS) dengan anhidrida suksinat. Tujuan penelitian ini adalah mencari pH optimum pembuatan PPSS yang dilakukan pada variasi pH 6-9 dan pH 10-12. Pada pH 6-9 terjadi reaksi substitusi antara gugus hidroksil pati dengan anhidrida suksinat, sedangkan pada pH 10-12 terjadi reaksi cross-linking antara gugus hidroksil pati dengan anhidrida suksinat sehingga diperoleh karakteristik yang lebih baik dari pregel pati singkong suksinat (PPSS) sebagai bahan eksipien dalam sediaan farmasi. Karakterisasi yang dilakukan adalah karakterisasi kimia, fisika dan fungsional. Perbandingan karakteristik dilakukan terhadap PPS, PPSS pH 8 dan PPSS pH 10. Berdasarkan sifat fungsional, baik PPSS pH 8 dan PPSS pH 10 memiliki indeks kompresibilitas, sudut istirahat, kekuatan mengembang, kekuatan gel lebih baik daripada PPS. Penelitian ini memperlihatkan bahwa PPSS pH 8 maupun pH 10 dapat digunakan sebagai eksipien dalam sediaan farmasi.

Pregelatinized cassava starch succinate (PCSS) is a modified of starch physically and chemically which made by reacting pregelatinized cassava starch (PCS) and succinic anhydride. The aim of this research is to find the optimum pH of making PCSS using variation of pH 6-9 and pH 10-12. On pH 6-9 there was a substitution reaction between starch hydroxyl groups with succinic anhydride, and on pH 10-12 was a cross-linking reaction between starch hydroxyl groups with succinic anhydride so a better characteristic of PCSS was gained as an excipient pharmaceutical dosage form. Chemical, physical and functionally characterizations of PCS, PCSS pH 8 and PCSS pH 10 had been done. Based on the functional characteristic, either PCSS pH 8 or PCSS pH 10 have a better compressibility index, angle repose, swelling and gelling strength compared to PCS. This research showed that PCSS pH 8 and PCSS pH 10 can be used as excipient in the pharmaceutical dosage form."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2008
S33035
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yuni Anggraeni
"Telah dibuat film sambung silang kitosan-tripolifosfat yang mengandung asiatikosida sebagai pembalut bioaktif untuk luka. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari parameter yang berpengaruh dalam pembuatan film sambung silang kitosan-tripolifosfat, mempelajari karakteristik film yang dihasilkan, mempelajari profil pelepasan asiatikosida dari film, serta mempelajari aktivitas penyembuhan lukanya secara in vivo. Film dibuat dalam empat formula F1, F2, F3, dan F4 dengan memvariasikan konsentrasi tripolifosfat antara lain 0%, 4%, 8%, dan 12% b/b kitosan. Sambung silang kitosan-tripolifosfat dibuat dengan metode gelasi ionik dan film dibuat dengan metode penguapan pelarut. Cairan pembentuk film (CPF) dan film yang dihasilkan dikarakterisasi yang meliputi spektroskopi FTIR, turbidimetri, viskositas, ketebalan, sifat mekanik, daya mengembang, laju transmisi uap air, kekuatan bioadhesif, profil pelepasan asiatikosida dari film, dan aktivitas penyembuhan luka secara in vivo pada luka mekanik terbuka derajat tiga. Hasilnya menunjukkan bahwa film F2, F3, dan F4 memiliki karakteristik yang lebih baik, terutama sifat mekaniknya daripada F1 dengan karakteristik terbaik ditunjukkan oleh F4. Persen kumulatif pelepasan asiatikosida pada jam ke enam dari film F1, F2, F3, dan F4 berturut-turut 84,8%, 72,1%, 73,4%, dan 72,0% dengan kinetika pelepasan dikontrol oleh proses difusi dan erosi. Film sambung silang kitosan-tripolifosfat (F4) belum menunjukkan aktivitas penyembuhan luka yang lebih baik dibandingkan kontrol dan aktivitas yang ditunjukkan tidak berbeda secara bermakna (p > 0,05) pada jenis luka yang diujikan (luka kering).

Cross-linked chitosan-tripolifosfat films containing asiaticoside have been prepared as bioactive dressing. The objectives of this research were to study the parameters that affect in preparation of cross-linked chitosan-tripolyphosphate films, to study the characteristics of the resulting films, to study the release profile of asiaticoside from the films, and to study in vivo wound healing activity. The Films were formulated in four formulas termed F1, F2, F3, and F4 by varying the concentration of tripolyphosphate including 0%, 4%, 8%, and 12% w/w of chitosan. Cross-linked chitosan-tripolyphosphate was prepared by ionic gelation technique and the films were prepared by casting/ solvent evaporation technique. Film-forming fluids (CPF) and the resulting films were characterized, including spectroscopy FTIR, turbidimetry, viscosity, film thickness, mechanical properties, swelling degree, water vapor transmission rate, bioadhesive property, release profil of asiaticoside from the film, and in vivo wound healing activity on third degree mechanical open wound. The result showed that F2, F3, and F4 films had better characteristics especially in mechanical properties than F1 film and the best characteristics was showed by F4 film. Cumulative release of asiaticoside at sixth hours from F1, F2, F3, and F4 films respectively were 84,8%, 72,1%, 73,4%, and 72,0% with the release kinetics were controlled by diffusion and erosion process. Chross-linked chitosan-tripolyphosphate film (F4) has not showed better wound healing activity than control and the activity wasn't significantly different on the type of wound that was tested (dry wound)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
T31069
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Afina Afina
"ABSTRAK
Eksipien enterik adalah eksipien yang dapat menunda pelepasan obat dari sediaan hingga sediaan mencapai usus halus. Penelitian ini bertujuan untuk memodifikasi protein kedelai menjadi protein kedelai ftalat dan mengkarakterisasi protein kedelai ftalat, meliputi karakterisasi fisik, kimia, dan fungsional termasuk daya larut dan uji daya mengembang. Protein kedelai (PK) dapat diftalatisasi dengan ftalat anhidrida sebanyak 100% b/b PK (PKFt1) dan 200% b/b PK (PKFt2), dalam suasana basa dan medium berair karena menunjukkan peak pada bilangan gelombang 1660 cm-1 yang mengindikasikan gugus karbonil amida terbentuk dan bilangan gelombang 1500 cm-1 yang mengindikasikan adanya gugus aromatis dari ftalat. PKFt1 memiliki derajat ftalatisasi 10,97 ± 3,33% dan PKFt2 memiliki derajat ftalatisasi 16,12% ± 2,25%. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa protein kedelai ftalat belum memiliki potensi untuk digunakan sebagai eksipien sediaan enterik secara tunggal.

ABSTRACT
Enteric excipients are excipients that can delay drug release from the dosage until reaches the small intestine. The aims of this study are to modify soybean protein into the phthalated soybean protein and characterize phthalated soybean protein, including characterization of physical, chemical, and functional including solubility and swelling index. Soybean protein (PK) was phthalated using phthalic anhydride 100% w/w PK (PKFt1) and 200% w/w PK (PKFt2), in basic condition of aqueous medium because showed peak in wave number 1660 cm-1 on IR spectrum which was indicating formed amide carbonyl group and showed peak in wave number 1500 cm-1 on IR spectrum which was indicating aromatic group of phthalates. PKFt1 has 10.97 ± 3.33% substitution degree and PKFt2 has 16.12% ± 2.25%. Based on the research results, it can be concluded that phthalated soybean protein phthalates has not potential to be used as a single enteric excipients.
"
2015
S61281
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>