Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 151931 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Adenita Yusminovita
"Internet merupakan media komunikasi elektronik yang menghubungkan seseorang ke pusat informasi di seluruh dunia dengan menggunakan jaringan telepon. lnternet telah berkembang di dunia dalam 25 tahun terakhir, sedangkan di Indonesia baru mengenal internet tahun 1995. Salah satu fasilitas yang tersedia dalam Internet adalah ruangan komunikasi atau chat room (IRC atau Internet Relay Chat) yang di dalamnya banyak orang di seluruh pelosok dunia dapat melakukan komunikasi interaktif jarak jauh, tanpa bertatap muka dan dalam waktu bersamaan. Dengan demikian IRC merupakan media komunikasi antara individual dengan individual atau kelompok lain tanpa ada hambatan fisik seseorang, tempat dan waktu.
Berdasarkan teori dan konsep ilmu komunikasi maka timbul pertanyaan bagaimana sebenarnya wujud IRC sebagai media komunikasi? Bagaimana bentuk interaksi komunikasi yang terjadi dan apa yang dikomunikasikan? Studi ini bertujuan untuk menggambarkan IRC secara keseluruhan mulai dari teknologi, keberadaan komunitas virtual sampai pada bagaimana berlangsung interaksi antar individu dengan menggunakan simbol-simbol khusus. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan melakukan pengamatan mendalam pada beberapa responden terpilih dan peneliti turut serta berkomunikasi secara langsung dalam chat room. Pengumpulan data dilakukan dari Januari 2000 sampai Januari 2001.
Studi ini menganggap komunikasi antar pribadi dapat berperan untuk menjelaskan interaksi antar chatter sehingga dapat diketahui faktor-faktor apa saja yang mendorong mereka untuk berkomunikasi melalui IRC. Pengembangan interaksi antar chatter melalui beberapa tahap seperti apa yang telah dikemukakan oleh Ruben (1992) sedangkan proses sampai menjadi lebih intim dengan menggunakan tahap yang dikemukakan oleh Julia T.Wood (1982). Pendekatan Symbolic Interacsionis juga digunakan dalam studi ini untuk melihat simbol-simbol yang digunakan oleh chatter dalam berkomunikasi selama berada dalam chat room.
Hasil studi memperlihatkan bahwa IRC merupakan sebuah komunitas virtual yang anggotanya adalah semua chatter yang berada dalam sebuah room. Interaksi yang terjadi antar chatter menggunakan simbol-simbol berupa singkatan, emoticons dan bahasa teknis IRC yang hanya dimengerti oleh chatter atau orang yang sedang mempelajarinya. Dalam interaksi tersebut juga terbentuk suatu hubungan pribadi antar chatter berupa hubungan persahabatan atau kekasih. Hubungan ini akan mengalami kemunduran atau kemajuan tergantung dari keputusan dan perjanjian yang diambil masing-masing chatter."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T10232
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Imelda Berwanty
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
S4988
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Diana Laura Waani
"Masa remaja adalah masa yang melingkupi periode atau masa bertumbuhnya seseorang dalam masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Pada masa ini remaja memiliki karakter tersendiri yang unik: labil, sedang pada taraf mencari identitas, mengalami masa transisi dari remaja menuju status dewasa. Melihat fenomena remaja di Indonesia saat ini dengan banyaknya kasuskasus narkoba yang terjadi, penulis merasa perlu mengkaji Iebih dalam dari sudut pandang komunikasi. Lingkup penelitian ini kemudian dibuat Iebih spesifik yaitu dengan mengkaji novel Jangan Beri Aku Narkoba. Penelitian ini berusaha menggambarkan manajemen konflik intra dan antar pribadi yang dialami oleh tokoh utama dalam novel. Penelitian ini menggunakan metode Critical Discourse Analysis (CDA) dari Norman Fairclough. Metode ini tidak hanya menganalisis teks tetapi juga menganalisis praktik wacana dan praktik sosiokultural. Pada dimensi teks, peneliti menggunakan metode framing model Gamson dan Modigliani, sedangkan untuk meneliti dimensi praktik wacana dan sosiokultural, dilakukan wawancara mendalam dan studi pustaka. Pada analisis teks ditemukan bingkai-bingkai yang menyatakan bahwa sikap, perilaku dan tindakan orangtua mempengaruhi sikap, perilaku dan tindakan Arimbi (tokoh utama). Arimbi melakukan manajemen konflik dengan melakukan hal-hal yang bersifat negatif. Pada dimensi praktik wacana, berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan Alberthiene Endah (pengarang novel) terungkap bahwa tujuan dari penulisan novel ini adalah untuk menyuarakan suara hati seorang pecandu sehingga diharapakan perspektif yang positif dapat muncul. Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan seorang pakar psikologi yaitu Tika Bisono, didapatkan bahwa seseorang melakukan tindakan terlarang seperti menyalahgunakan narkoba lebih banyak disebabkan karena kebutuhankebutuhan yang tidak terpenuhi, sehingga memotivasi seseorang untuk menyalahgunakan obat-obatan terlarang.

Puberty is a transition period in human life from childhood to adulthood. In this particular period, teenagers are usually identified by unique characters, such as: labile, emotional, illogical, looking for self identity. Based on the adolescent phenomena in Indonesia nowadays, with the occurrence of drugs abuse, narcotics, the writer finds it interesting to explore the problem from the communication point of view. The scope of research is later made specifically in the study of the novel Jangan Beri Aku Narkoba. The writer tries to describe the management of Intra and Inter personal conflict which happens to the main character. This study is using the method of Critical Discourse Analysis (CDA) by Norman Fairclough. This method is analyzing the text as well as the discourse practice and the socio cultural one. The study of text dimension, the writer is applying the Framing method of Gamson and Modigliani, while the study of the discourse and socio cultural practice, in-depth interviews and literature studies have been implemented. In the text analysis, frames are found to state the behaviour, attitude and actions of parents that influenced the same features in Arimbi's, the main character. Arimbi's management conflict is performing negatives impact. In the discourse practice dimension, based on the in-depth interviews with Ms. Albertiene Endah (the novelist), it reveals that the aim of this writing is to appeal the inner feelings of the drug addict, with the hope that a positive perspective will appear. Based on the in-depth interviews with the psychologist, Ms. Tika Bisono, it is believed, that a person doing prohibited actions, such as narcotics, more or less, is caused by the unfulfilment of basic needs of men.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
S4283
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marwan Lintang
"ABSTRAK
Dari fenomena yang ada tentang para pengguna Ecstasy selama ini, penjelasan secara ilmiah mengenai perilaku komunikasi pengguna Ecstasy belum dapat disajikan secara komprehensif, baik oleh media cetak maupun media elektronik. Studi ini dengan menggunakan metode pengamatan terlihat, menemukan bahwa untuk berkomunikasi dengan pengguna Ecstasy di diskotek-diskotek di Jakarta harus menggunakan simbol-simbol yang hanya dimengerti oleh sesama pengguna Ecstasy, atau orang yang sengaja mempelajari simbol-simbol yang mereka gunakan, selain itu Bahasa yang digunakan juga dengan menggunakan Argot (slang).
Para pengguna Estasy datang ke diskotek dengan pasangan berlainan jenis, namun ada juga yang datang tanpa pasangan dan mereka mendapatkan teman di diskotek yang nantinya dijadikan pasangan. Sepintas lalu terlihat kejadian seperti ini sangat alami dan logis, karena peristiwanya terjadi dalam kehidupan malam, namun berdasarkan dugaan untuk mendapatkan pasangan dan membawa pasangan memerlukan proses dan tahapan komunikasi. Pengembangan hubungan antar pribadi yang dilakukan oleh para pengguna Ecstasy terjadi sesuai dengan tahap-tahap pengembangan hubungan seperti apa yang telah dikemukakan oleh DeVito (1991), namun prosesnya lebih cepat jika dibanding dengan kehidupan normal, hal ini disebabkan hubungan yang terbina diantara pengguna Ecstasy terlihat lebih intens. Penelitian ini menganggap komunikasi antar pribadi dapat berperan untuk menjelaskan perilaku komunikasi antar pribadi dan proses pengembangan hubungan diantara para pengguna Ecstasy, sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mendorong para pengguna Ecstasy untuk berkomunikasi, yaitu mendapatkan teman, memperluas pergaulan, rasa aman, kemesraan dan kehangatan yang keseluruhannya merupakan tujuan berkomunikasi secara umum, yaitu untuk meringankan penderitaan dan memaksimalkan keseriangan para pengguna Ecstasy.
Pendekatan penelitian kualitatif (natural setting) dengan pengamatan berperan serta (participant observation). Informan dalam penelitian ini adalah para pengguna Ecstasy, mereka adalah pasangan tetap yang melakukan komunikasi antar pribadi, para pasangan ini dalam proses komunikasi antar pribadi telah melampaui tahap ke empat pernyataan Altman & Taylor dan tahap ketiga (keakraban) seperti apa yang dikemukakan oleh DeVito, sedangkan simbol-simbol yang mereka gunakan dalam berkomunikasi mengacu kepada apa yang telah dikemukakan oleh Julia T.Wood dan Argot (slang) seperti yang dimaksud Sarnovar. dkk. Para informan dalam studi ini dalam pengembangan hubungan telah melakukan prediksi yang bersifat psikologis, namun proses pengembangan hubungan lebih cepat jika dibanding dengan kehidupan normal, berdasarkan prediksi psikologis maka mereka telah memasuki tahap komunikasi antar pribadi.
Daftar Pustaka : 25 buku, 2 Majalah
"
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadira Adiswari
"Tesis ini mempelajari bagaimana sinema merepresentasikan ruang-ruang sejarah beserta keseharian, isu gender, kelas sosial, kolonialisme, dan nilai-nilai tradisi melalui pengamatan terhadap tiga sinema historis bertema kehidupan R.A. Kartini keluaran tahun 1980-an dan 2010-an. Tesis ini menganalisis representasi konsep-konsep di atas dari cara aktor berinteraksi satu sama lain dan beraktivitas dalam batasan-batasan ruang domestik dan hubungannya dengan ruang publik. Analisis pada tesis ini merekonstruksi fragmen-fragmen representasi lingkungan dalem Kabupaten Jepara – tempat tinggal R.A. Kartini sejak masa kecil hingga menikah – sebagai latar yang dominan pada ketiga sinema tersebut. Rekonstruksi ini kemudian menunjukkan jika otentisitas latar tersebut berhubungan dengan narasi masing-masing sinema – yang juga dipengaruhi oleh narasi politik dan sejarah yang populer ketika sinema diproduksi. Mengingat bentuknya sebagai salah satu produk kreatif dari historiografi, sering terdapat perdebatan antara sisi kreatif dari sinema dan tanggung jawabnya untuk menjaga akurasi fakta sejarah. Tesis ini menemukan bahwa otentisitas ruang dalam sinema sejarah adalah sebuah spektrum dan dapat berkompromi dengan pertimbangan kreatif untuk mencapai narasi yang diinginkan. Berdasarkan observasi terhadap tiga sinema dengan tema yang sama, tesis ini menemukan bahwa seorang tokoh bersejarah dapat direpresentasikan melalui kombinasi ruang yang berbeda, hubungan yang berbeda dengan tokoh-tokoh di sekitarnya, serta teknik visual yang berbeda, dengan beragam cara memanipulasi fakta sejarah.

This thesis explores the recreation of spaces in history, along with representations of everyday life, gender and class issues, colonialism, and traditional values in spaces within 1980s and 2010s Indonesian movies that depict the life of R.A. Kartini. The analysis of such concepts surrounds the way characters interact with each other, inhabit, and exist within the boundaries of domestic spaces, which can relate to their existence in public settings. In this thesis, the author reconstructed fragments of the dalem (palace) of Jepara Regency – where Kartini lived from childhood until the beginning of her marriage – as the most significant set of all three movies. This reconstruction then shows the relations between the authenticity of these recreated spaces with each movie’s narratives – which were also a product of political and historical narratives that were popular during the movies’ production. Given its essence as a creative form of historiography, historical cinema is often torn between staying true to historical facts and allowing its creators some levels of creative liberty. This thesis found that authenticity in historical cinema is a spectrum, and it often compromises with creative liberty in order to achieve its creators’ intended narrative. Based on observing three movies of the same theme, this thesis found that the exact historical figure can be represented within different combinations of spaces, relationships with their surrounding figures, and different visual techniques, all while manipulating authentic historical facts in different manners."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
S4543
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Orion Cornellia
"Peperangan antara TNI dan GAM sudah terjadi belasan bahkan puluhan tahun, dan hingga kini belum juga menemukan titik terang penyelesaian. Walaupun sudah menj alani beberapa perundingan, namun pelanggaran-pelanggaran selalu terjadi sehingga kata "perdamaian" antara TNI dan GAM terdengar begitu jauh. Masingmasing pihak saling menuding bahwa bukan pihaknyalah yang melakukan pelanggaran, sehingga perundingan pun menemui kebuntuan. Kontak senjata pun dianggap sebagai alternatif terakhir untuk menyelesaikan konflik Aceh. Hal ini tidak luput dari pengamatan pers. Pemberitaan mengenai konflik Aceh telah menjadi berita rutin di dalam surat kabar. Selama darurat militer yang diberlakukan selama enam bukan di Aceh, 19 Mei-19 November 2003, fotoberita tentang konflik Aceh ramai menghiasi surat kabar di Indonesia, tak terkecuali Kompas dan Republika. Dengan Tatar belakang, ideologi dan segmen khalayak yang berbeda, Kompas dan Republika mencoba merepresentasikan konflik Aceh melalui teks berita dan foto di dalam medianya. Konstruksi konflik Aceh dalam foto menjadi hal yang sangat menarik, karena foto memiliki daya tarik yang lebih besar dibandingkan dengan teks berita. Setiap bidikan foto bersifat lebih alami, apa adanya dan lebih nyata, sehingga memiliki peranan yang luar biasa besar untuk membentuk opini masyarakat mengenai TNI, GAM dan rakyat Aceh. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan cara Kompas dan Republika mengkonstruksikan Konflik Aceh di foto medianya, serta memaparkan pertimbanganpertimbangan yang dimiliki kedua media cetak itu dalam konstruksi tersebut. Untuk mencapai tujuan itu, penelitian ini akan melakukan analisis semiotika terhadap fotofoto konflik Aceh selama darurat militer 2003, dengan mencari makna di balik tandatanda dalam foto-foto tersebut, diantaranya dengan memperhatikan ide secara keseluruhan, caption, teknik pengambilan foto dan objek di dalam foto. Untuk memperoleh gambaran mengenai pertimbangan-pertimbangan yang dimiliki Kompas dan Republika pada konstruksi konflik Aceh tersebut, peneliti menggunakan wawancara mendalam dan studi literatur. Pemahaman situasi yang mendukung konstruksi berita tersebut, penelitian ini juga menyertakan studi literatur mengenai kondisi pemberitaan pers selama pemberlakuan darurat militer di Aceh. Dari hasil analisis terhadap foto-foto konflik Aceh selama darurat militer, peneliti menemukan bahwa pemberitaan Kompas dan Republika cenderung melakukan pemihakan terhadap TNI, dengan penggambaran TNI sebagai pahlawan atau pembela bangsa. Hal ini dapat ditemukan dari komposisi foto yang bertemakan mengenai TNI sangat banyak, selain juga pemilihan teknik pengambilan foto, dan caption yang semakin memperkuat posisi TNI. Sedangkan dari wawancara mendalam dan studi literatur, ditemukan bahwa adanya situasi embedded journalism dalam pemberitaan konflik Aceh. Kepentingan TNI untuk memiliki citra positif di masyarakat adalah dasar diberlakukannya situasi ini. Darurat militer telah memberikan Penguasa Darurat Militer Daerah (PDMD) kekuasaan penuh untuk mengatur segala hal di Aceh, termasuk pers. Selain itu, ditemukan adanya stereotip terhadap TNI dan GAM dalam mengkonstruksikan peperangan diantara keduanya. Artinya, wartawan, sadar atau tidak, telah memposisikan diri di dalam menentukan siapa kawan, siapa lawan. Dengan demikian, pemberitaan foto yang dilakukan Kompas dan Republika mengenai konflik antara TNI dan GAM, walau dengan pemilihan kata, teknik pengambilan foto, dan objek yang tidak persis sama, merupakan refleksi dari beberapa keadaaan, yaitu sikap media terhadap konflik Aceh, stereotip wartawan terhadap TNI dan GAM, serta pemberlakuan embedded journalism."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
S4310
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1992
324.7 SIK
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>