Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 135992 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
S4818
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putu Wijaya, 1944-
Yogyakarta, Bantul: Basabasi, 2017
808.83 PUT d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Denis Setiaji
"ABSTRAK
Penelitian ini difokuskan untuk meninjau karakteristik Dangdut Koplo secara tekstual. Riset yang dilakukan menggunakan metode fenomenologi dengan melakukan studi lapangan ke sejumlah wilayah pertunjukan Dangdut Koplo di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Perkembangan dangdut secara historis, dipaparkan melalui sejumlah riset dalam menelusuri karakteristik dangdut yang pada akhirnya berbeda dengan Dangdut Koplo. Sejumlah fakta hasil riset dan studi lapangan menghasilkan sejumlah unsur yang membangun karakteristik Dangdut Koplo berupa, (1) pola permainan khusus pada gendang, (2) kecenderungan tempo cepat, (3) pertunjukan dengan unsur erotisme, (4) Pencampuran aransemen berbagai genre, dan (5) trend variasi berupa jem-jeman yang diikuti senggakan. Pada akhirnya Dangdut Koplo merupakan produk perkembangan dari dangdut sebagai manifestasi dari kreativitas para praktisinya yang menkolaborasikan dangdut dengan pengaruh estetika lokal."
Kalimantan: Balai Pelestarian Nilai Budaya Kalimantan Barat, 2017
900 HAN 1:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Weintraub, Andrew N. (Andrew Noah)
Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia), 2012
781.635 98 WEI d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Kristianto, reviewer
"Place has certain connotations that are involved in shaping the identity of an individual or a community. Due to the importance of place or location in identity formation, Cultural Studies has its own area of analysis focusing on the understanding of place, which is cultural geography. Peter Jackson (1989: 23, quoted by Giles and Middleton 1999: 104) defines cultural geography as a study on how cultures are constituted by social practises occurring in certain contexts which are influenced by historical and geographical factors. The discussion of artistic works centred on the role of place in identity formation becomes an interesting analysis. This research focuses on Rudi Soejarwo?s film Mendadak Dangdut ('Suddenly Dangdut'). The film?s setting is a densely populated district in Jakarta. As the plot centres around this setting, an analysis of how place influences the identity formation of the film?s main character becomes significant. The research is made using approaches in cultural geography, along with two key concepts in Cultural Studies, which are identity and representation. It is aimed at finding a new consciousness as to how urban context, especially that related to an understanding of place, takes part in the formation of identity of individuals and communities."
Depok: Faculty of Humanities University of Indonesia, 2009
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Andi Renni Delilah
"ABSTRAK
Karya akhir ini membahas tentang seorang perempuan penyanyi dangdut yang mengalami objektifikasi dalam melaksanakan pekerjaannya. Karya akhir ini mencoba melihat bagaimana perempuan yang bekerja sebagai penyanyi dangdut kemudian dijadikan objek oleh orang orang di sekitarnya seperti masyarakat umum, media massa, pemilik dan rekan-rekan orkes, serta penonton dari pertunjukkan musik dangdut. Analisa objektifikasi dalam karya akhir ini dilakukan berdasarkan definisi objektifikasi oleh Martha C. Nussbaum. Melalui pemikiran Nussbaum, peneliti mendapatkan hasil analisa yang menunjukkan bahwa objektifikasi yang dialami perempuan penyanyi dangdut ternyata mengarah kepada komodifikasi terhadapnya.

ABSTRACT
This final project discusses about objectification that happened to female dangdut singer. This final project try to capture how a female dangdut singer has become a victim of objectification from everyone around her, such as societies, mass media, the owner of the orchestra, and the audience of dangdut show. The analysis of objectification in this final project uses the definition of objectification from Martha C. Nussbaum?s thoughts. Using Nussbaum?s idea, this final project sees that objectification that the woman dangdut singer felt actually aims to commodify her. The commodification also happened to her life.
"
2016
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1995
781.959 8 DLO p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ira Juwita
"ABSTRAK
Keitai merupakan sebuah produk budaya massa yang digemari oleh semua kalangan masyarakat Jepang terutama anak muda. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk membuktikan bahwa keitai merupakan salah satu produk budaya massa Jepang yang digemari khususnya oleh anak muda Jepang masa kini. Dalam penulisan skripsi ini menggunakan metode deskriptif analisis dengan metode kepustakaan. Teori yang digunakan adalah teori budaya populer sebagai budaya massa dengan kriteria tentang budaya massa yang dikemukakan oleh Yoshio Sugimoto dalam bukunya An Introduction to Japanese Society. Dengan memfokuskan pada tiga kriteria yaitu penghasil, berbagi dengan media informasi (contohnya iklan) dan orientasi konsumsi (anak muda Jepang). Dari penulisan skripsi ini dapat disimpulkan bahwa keitai meupakan sebuah produk budaya massa yang muncul pada era Jepang kontemporer dan sejak itu terus berkembang dan digemari oleh berbagai kalangan masyarakat terutama anak muda. Keitai dapat dikategorikan sebagai salah satu produk budaya massa kerena keitai memenuhi kriteria mengenai budaya massa yang dikemukakan oleh Yoshio Sugimoto.

Abstract
Keitai is a product of Japanese mass culture by almost all members of Japanese Society. The purpose of this study is to prove that keitai is one product of Japanese mass culture which well-liked by Japanese Youth. This study used analytical descriptif and literature methods. The theory that is used in this study is the popular culture sebagai mass culture with mass culture_s criteria started by Yoshio Sugimoto in his book An Introduction to Japanese Society. Focus of this study are in three criteria. Three criteria are producers, basic of sharedness and consumption orientation (Japanese Youth). It can be concluded from analysis that keitai is one product of Japanese mass culture which born in the Japanese contemporary era and since then had grown and well-liked by all especially for Japanese Youth. Therefore, keitai passed all criteria about mass culture started by Yoshio Sugimoto and could be categorized as product of mass culture."
2010
S13659
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ewaldo Zihan
"Keterbatasan metode pencarian yang bersifat text-based pada sistem pencari lagu konvensional telah mendorong lahirnya sistem pencari lagu baru yang berbasis konten lagu. Salah satunya adalah sistem Query by Singing/Humming (QbSH). Sistem QbSH adalah sistem yang menggunakan melodi dari lagu sebagai dasar pencarian. Mayoritas penelitian terhadap sistem QbSH hanya menggunakan pitch sebagai feature padahal durasi juga merupakan karakteristik dari melodi oleh karena itu skripsi ini memaparkan perancangan sistem QbSH untuk musik dangdut yang menggunakan pitch dan durasi sebagai feature.
Pitch direpresentasikan dalam 3, 5, 7, 9, 11 level contour dan pitch interval untuk mengatasi transposisi frekuensi sedangkan durasi akan direpresentasikan dalam logDurasi, RDD (Relative Duration Difference) logRDD kemudian akan dilihat kombinasi mana yang paling baik dalam merepresentasikan musik dangdut yang memiliki karakteristik perubahan pitch yang signifikan. Untuk pencocokan melodi digunakan Continous hidden markov model (CHMM). CHMM dipilih karena performa HMM yang baik dalam speech recognition, selain itu dengan CHMM user tidak perlu bersenandung dengan - da - atau - la - .

The limitation of text-based searching method in the conventional track searching system encourages the invention of the new searching system that used contentbased searching method one which is the query by singing/humming (QbSH) system. QbSH system is a system that uses the melody of the song as the basis for the search. The majority of research on QbSH system only uses pitch as a feature but pitch isn't the only feature that characterized the melody therefore this final present a QbSH system design for dangdut music using pitch and duration as a feature.
Pitch is represented in three, five, seven, nine, 11-level contour and pitch interval to overcome the transposition frequency while the duration will be represented in logdurasi, RDD (Duration Relative Difference) logRDD then will see where the best combination to represent dangdut music that has characteristics significant changes in pitch. To match the melody used in continuous hidden Markov model (CHMM). CHMM HMM was selected because of good performance in speech recognition, in addition to the CHMM user does not need to hum with "da" or "la".
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51190
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>