Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 146111 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andini Yustie Gathanti
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2008
S4736
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Aisyah
"Skripsi ini membahas rasa memiliki dalam komunitas cosplay. Pembahasan dalam skripsi ini menggunakan konsep fandom atau budaya penggemar oleh Susan. J. Napier. Penelitian ini difokuskan pada komunitas cosplay dengan menggunakan metode kualitatif dengan teknik deskripsi analisis. Komunitas cosplay seperti komunitas-komunitas lainnya dalam subkultur penggemar, memberikan rasa memiliki. Terlebih lagi, adanya stigma sosial yang diterima oleh cosplayer di masyarakat membuat cosplayer tidak dapat terbuka dengan orang lain di luar komunitas. Hal inilah yang menyebabkan mengapa para penggemar anime dan manga begitu tertarik untuk bergabung dalam komunitas cosplay yang merupakan wadah yang menerima siapa pun yang memiliki minat yang sama dan pada saat yang sama, memberikan rasa memiliki. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis rasa memiliki dalam komunitas cosplay yang merupakan salah satu komunitas dalam fandom anime di Jepang.

This study reports about the sense of belonging found in a cosplay community. The study employed a qualitative research method and uses the descriptive analysis technique. Susan J. Napier?s concept of fandom or fan subculture is used as the base of this study. Just like any other communities inside the fan subculture, cosplay community offers a sense of belonging. The existence of a social stigma received by cosplayers, anime and manga fans causes them not being able to open themselves to other people outside the community and share their interests. That is why they are so gravitated to join a community for these communities accepts anyone with the same interest, and most of all offers the sense of belonging fans are looking for. The aim of this study is to analyze the sense of belonging in one of the community inside the Japanese anime fandom which is the cosplay community."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S42607
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hariyanto
"Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan Pelatihan Keterampilan Sosial Sebagai Persiapan Program Sosialisasi. Tujuan pokok pelatihan keterampilan sosial adalah untuk meningkatkan keterampilan sosial individu dan mengatasi hambatan hubungan sosial mereka.
Tujuan penelitian ini adalah untuk : (1) Mengetahui apakah pelatihan Keterampilan Sosial (Social Skill Training) dapat mengatasi hambatan hubungan sosial dalam proses sosialisasi dalam lembaga, (2) Mengetahui perubahan-perubahan yang dicapai dalam hubungan sosial anak dengan ayah, ibu, keluarga pengasuh dan teman sebayanya setelah SST, (3) Mengetahui apakah SST dapat mempersiapkan anak dalam menerima program sosialisasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum SST efekfif untuk meningkatkan keterampilan sosial individu, hal ini diperoleh dari informasi catatan harian, catatan observer, catatan pelatih maupun hasil evaluasi tim pelatih setelah selesai pelatian yang pada prinsipnya mengatakan bahwa SST telah memberikan pemahaman lebih baik mengenai diri sendiri maupun dalam hubungannya dengan orang lain. SST juga efekfif untuk mengatasi hambatan hubungan sosial .kelayan, hal ini ditunjukkan oleh perbedaan skor hambatan hubungan sosial dalam semua aspek sebelum dan sesudah pelatihan, dimana skor menunjukkan kecenderungan makin kecil setelah pelatihan dan bertahan sampai periode tindak lanjut.
Hubungan sosial anak dengan ayah asuh, ibu asuh, keluarga asuh dan dengan teman sebaya maupun hubungan sosial orang tua asuh dengan anak asuh, sebelum pelatihan keterampilan sosial sebagian besar mengalami permasalahan. Sesudah pelatihan jumlah tersebut cenderung mengalami penurunan, kondisi ini bertahan sampai periode tindak lanjut. Dengan kata lain setelah dilakukan pengukuran pada periode tindak lanjut hanya sebagian kecil saja responden yang mengalami permasalahan dalam hubungan sosialnya.
Pelatihan Keterampilan sosial yang dilaksanakan oleh penulis meliputi : (1) Cara-cara mengemukakan keluhan, (2) Cara-cara menuntut hak, (3) Cara-cara menolak permintaan, (4) Cara-cara menyarankan perubahan perilaku dan (5) Cara-cara meningkatkan hubungan sosial dengan orang yang berbeda status.
Evaluasi setelah pelatihan keterampilan sosial menunjukkan bahwa anak-anak menjadi lebih. terbuka, lebih memahami dirinya dan hubungannya dengan orang lain - dengan cara -yang benar. Hal ini ditunjylckan dengan tidak adanya konflik sesama kelayan maupun antara kelayan dan pengasuh pada fase-fase awal anak memasuki asrama dan ini tidak terjadi pada anak-anak angkatan sebelumnya. Disisi lain anak-anak 100% menyatakan siap mengikuti program: dan siap mengembangkan keterampilan sosialnya, informasi ini diperoleh dari lembar evaluasi setelah selesai modul janji suci oleh Dr. Clara."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hilda Balqis Hasba
"Identitas muslimah seringkali dikaitkan dengan gagasan penggunaan hijab sebagai bentuk ketaatan terhadap agama. Dalam sirkuit budaya, individu memiliki kemampuan untuk membentuk kembali identitasnya dengan menghasilkan makna baru melalui beberapa proses. Penelitian ini bertujuan untuk memahami pengalaman muslimah yang menggunakan budaya cosplay untuk menyalurkan bakat dan kreativitas mereka dengan membuat budaya baru yaitu hijab cosplay. Cosplay merujuk pada kegiatan penggemar karakter media utama untuk meniru karakter favoritnya dengan mengadopsi ciri khas karakter tersebut. Kreativitas tersebut terletak dalam pengalaman sehari-hari hijab cosplayer, sehingga seluruh tindakan sosial hijab cosplayer adalah praktik bermakna untuk menciptakan makna dan budaya baru. Peneliti menggunakan teori sirkuit budaya Paul du Gay dan Stuart Hall untuk menganalisis negosiasi muslimah dalam proses penciptaan hijab cosplay. Metodologi yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dan diary study seperti teknik photo diary untuk mengumpulkan data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses penciptaan hijab cosplay melalui proses identitas, produksi, konsumsi, regulasi, dan representasi yang saling mempengaruhi serta mendefinisikan satu sama lain. Identitas sebagai muslimah mempengaruhi bagaimana hijab cosplay diproduksi dan dijalankan. Kostum dan karakter yang ditampilkan menunjukkan bagaimana hijab cosplayer mengonsumsi suatu produk. Terdapat regulasi yang mengatur kegiatan hijab cosplayer seperti norma hijab cosplay yang berasal dari nilai-nilai Islam dan karakteristik cosplay. Keseluruhan proses pun merepresentasikan dan direpresentasikan oleh penampilan hijab cosplayer dalam kehidupan sehari-hari. Budaya hijab cosplay menjadi arena bagi muslimah untuk menciptakan makna dengan menyatukan dua wacana — praktik cosplay dan hijab— melalui tindakan sehari-hari.

The identity of muslim women is often associated with the idea of using hijab as a form of obedience to religion. Based on circuit of culture theory, individuals have the ability to reshape their identity by generating new meanings through several processes. This research aims to examine the experiences of hijab women who make use of cosplay culture to represent their talents and creativity by creating a new culture. The creativity lies in the everyday life of hijab cosplayer so that hijab cosplayer’s social actions are meaningful practice to create new meaning and culture. This research uses circuit of culture theory by Paul du Gay and Stuart Hall to analyse hijab cosplayer’s experiences in the process of making hijab cosplay. The method used in this research is the qualitative research method and diary study photo study technique to collect the data. The result of this research shows that the process of creating hijab cosplay pass through identity process, production, consumption, regulation, and representation that interplay and define one another. Their identity as hijab women influence how hijab cosplay was produced and carried out. The costume and the character that they are cosplaying relate to how hijab cosplayers consume a product. There are regulations that regulate the activities of hijab cosplayers, such as the norm of hijab cosplay which comes from Islamic values and cosplay characteristics. Such as the norm of hijab cosplay which comes from Islamic values and cosplay characteristics. The whole process also represents and represented by the appearance of hijab cosplayers in everyday life. Therefore, hijab cosplay culture become an arena for hijab women to create new meanings by uniting two discourses — the practice of cosplay and hijab —through daily practice."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Apit Andrianto
"Kaum muda atau remaja banyak melakukan eksperimen untuk mencari jati diri antara lain dengan menggunakan musik. Mereka bahkan kemudian menjadi pendorong dari kelahiran subkultur. Musik rock dipakai sebagai salah satu satu yang mampu merangsang pemikiran dan pembentukan kelompok tandingan yang direpresentasikan melalui lahirnya komunitas-komunitas subkultur. Kelahiran subkultur, pada awalnya, tidak pernah bisa dipisahkan dengan gaya hidup menyimpang. Anggota-anggota subkultur dianggap melakukan praktek-praktek penyimpangan perilaku seperti tindakan kriminal, alkohol, drugs, atau seks bebas. Rock sebagai musik yang muncul dengan semangat pemberontakan dijuluki sebagai musik 'iblis' karena dianggap merangsang kebiasaan hidup menyimpang tersebut.
Komunitas slanker merupakan salah satu kelompok subkultur kaum muda di Indonesia yang mendasarkan pada musik rock. Seperti halnya subkultur-subkultur lain, slanker juga tidak bisa melepaskan diri dari stigma negatif berupa penyimpangan hidup. Di awal kemunculannya, anggota-anggota kelompok slanker juga banyak melakukan gaya hidup menyimpang seperti mengkonsumsi alkohol dan obat terlarang. Namun pada perkembangannya, mereka meninggalkan kebiasaan hidup menyimpang itu. Dipengaruhi oleh kelompok musik idola mereka Slank, subkultur slanker menentang budaya bangsa yang penuh dengan korupsi, kolusi, dominasi, segregasi, dan kepalsuan yang dianggap sebagai 'kultur dominan'. Sebagai kelompok subkultur mereka menciptakan simbol-simbol spesifik untuk menegosiasikan bentuk budaya alternatif atas budaya dominan dan atau tradisional. Busana mereka cuek dan apa adanya, gaya bahasa mereka terbuka dan kadang kasar, mereka memiliki cara jabat tangan khas, dan mereka juga menciptakan pesan-pesan tertentu terkait dengan focal concern sebagai kritik sosial.
Penelitian ini bertujuan untuk menggali identitas subkultur slanker dengan mengaitkan peran media KoranSlank terhadap pembentukan identitas mereka. Paradigms konstruksionisme dipakai sebagai landasan penelitian dengan mengaplikasikan metode etnografi. Pengetahuan dan realitas dalam kerangka pemikiran konstruksionisme bersifat dialektis. Proses pemahaman terhadapnya, tidak dapat mengabaikan faktor historis dan kultural. Oleh sebab itu, etnografi dipilih sebagai metode untuk menggali data alamiah dengan lebih dalam, berkaitan dengan kebutuhan informasi historis dan kultural. Aplikasi metode penggalian data menggunakan tekhnik observasi Iangsung, observasi terlibat, wawancara mendalam, dan studi dokumen. Etnografi juga dipilih agar memungkinkan terjadinya diskusi yang lebih mendalam dengan para informan berkaitan dengan informasi-informasi yang mereka berikan ataupun atas interpretasi-intepretasi hasil yang didapatkan.
Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa identitas slanker terangkum dalam gaya yang disebut dengan slengean. Identitas tersebut beroperasi dalam interaksi antara apa yang dimiliki secara personal oleh masing-masing anggota (identitas personal) dengan gaya kolektif yang mencerminkan milik komunitas (identitas kelompok). Media KoranSlank berperan besar dalam membentuk gaya slengean, memberi pemaknaan aimbol-simbol komunitas, dan membangun kohesifitas slanker yang akan memperkuat identitas slengean. Implikasi dari hasil penelitian ini memberi pemahaman tentang komunitas slanker sebagai bentuk subkultur yang merespon dominasi budaya tidak dengan praktek-praktek penyimpangan hidup. Pembentukan subkultur slanker lebih merupakan negosiasi atas budaya darninan negeri yang dianggap penuh dengan korupsi, segregasi, hipokrisi, dan kepalsuan. Respon terhadap dominasi budaya tidak dilakukan seperti halnya gerakan politik, tetapi lebih melalui bentuk-bentuk ide budaya seperti gaya busana, gerakan sosial, dan gerakan moral melalui pembuatan kata-kata mutiara. Jumlah anggota, daya kreativitas, dan kohesifitas kelompok menjadi potensi besar bagi pengembangan dan pemberdayaan komunitas.
Makna teoritik hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kelahiran subkultur sebagai bentuk dari budaya kaum muda menjadi penyedia bentuk identitas kelompok alternatif diluar dari yang ditawarkan oleh sekolah dan pekerjaan. Kaum muda merespon dominasi budaya dengan melakukan negosiasi budaya. Perubahan sosial yang tidak mungkin terhindarkan menyebabkan sifat otentisitas subkultur bersifat lentur, mengikuti perubahan tersebut. Subkultur slanker lebih menunjukkan perlawanan budaya dalam praktek kompromistis. Para anggota subkultur masih mempertimbangkan nilai-nilai lokal yang dimiliki orang tua. Norma-norma dan nilai-nilai tradisi atau religi tetap dihormati. Berbeda dengan subkultur lain yang banyak muncul di Barat, subkultur di Indonesia lebih terlihat masih memperhatikan nilai-nilai tradisional. Karenanya, cakupan teoritik (theoretical scope) terkait dengan subkultur perlu memperhatikan faktor lokalitas. Sifat kompromi subkultur terhadap budaya dominan dan atau budaya orang tua perlu diperhatikan terutama terhadap subkultur-subkultur yang lahir di dunia timur."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T22121
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vanindra
"Kehidupan bermasyarakat senantiasa diatur oleh sebuah sistem etika yang dianut secara kolektif oleh anggotanya. Pada masyarakat Islam fundamental Indonesia, perempuan muslim, terutama yang berhijab, memiliki tanggung jawab yang lebih besar dalam menjalankan sistem etika yang ada. Ini berkaitan dengan kepercayaan kolektif masyarakat bahwa ritual penggunaan hijab adalah hal yang sakral. Oleh karena itu, kesucian hijab harus dijaga dengan baik. Adanya kepercayaan ini menyebabkan kecanggungan saat mencampurkan hijab dengan kesenian dalam konteks selain ibadah. Kecanggungan sangat berat dirasakan oleh Hijab Cosplayer yang mencampurkan hijab dengan hobi mereka. Hijab Cosplayer kerap kali mengalami penolakan dari masyarakat karena dianggap telah menistakan hijab dengan melakukan cosplay. Pemahaman ini lah yang ingin didobrak oleh komunitas Hijab Cosplay Gallery melalui kode etik yang dianut oleh anggotanya. Kode etik ini kemudian menjadi sebuah norma yang diemban oleh Hijab Cosplayer sebagai bentuk komitmen terhadap Tuhan juga pembuktian akan kesalehan mereka. Tulisan ini akan berfokus pada kode etik Hijab Cosplayer dan bagaimana ia dijaga dan dijalankan dalam komunitas imajiner melalui kesadaran kolektif kelompok. Melalui tulisan ini, saya berharap dapat memberikan perhatian yang lebih terhadap komunitas Hijab Cosplayer dan religiusitas dalam dunia modern.

The life of a society is bounded by the existence of an ethical system that is collectively believed and internalized by the members. In Indonesian Fundamentalist Muslim society, Muslim women, especially those who wear the hijab, carry a greater responsibility in doing said system. It is connected to how society’s collective belief, that the ritual of wearing a hijab is sacred. Therefore, the hijab’s pureness needs to be protected at all costs. This belief then caused awkwardness when mixing the hijab with art in a non-sacred context. This awkwardness is felt more by the Hijab Cosplayers who mix the hijab with their hobby. They are often subjected to rejection from Muslim society because it is believed that they have committed blasphemy towards the hijab by doing cosplay. Hijab Cosplay Gallery then tries to breach said beliefs using the code of ethics that is held collectively by its members. This code of ethics was later internalized by Hijab Cosplayer as some kind of a norm among them as a form of commitment to God and proof of their faith. This writing focuses on Hijab Cosplayer’s code of ethics and how it is preserved by an imagined community through the community members' collective consciousness. Through this writing, I am hoping to shed more light on the Hijab Cosplayer community and religiosity in modern world.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggia Putri Soraya
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang kelayakan Facebook sebagai penyedia identitas media sosial online digital untuk otentikasi ke dalam aplikasi elektronik permainan ketangkasan PUBG Mobile. Di Indonesia, identitas digital sudah diakui dalam bentuk tanda tangan sertifikat elektronik dan sertifikat elektronik diatur dalam UU No. berumur 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE), dan e-KTP yang diatur dalam di bawah UU no. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan dengan amandemen UU no. 24 Tahun 2013. Namun, di Indonesia belum ada pengaturan dasar dan pedoman mengenai tingkat kepercayaan (assurance level) dari sebuah identitas digital. Itu hanya dapat ditemukan di pengaturan dan pedoman internasional, seperti yang berasal dari Uni Eropa dan Amerika. Penelitian ini menggunakan
metode penelitian yuridis normatif, yaitu dengan menelaah norma-norma hukum yang terkandung dalam peraturan perundang-undangan, serta meneliti bahan pustaka. Dalam skrip ini juga akan dibahas mengenai regulasi dan pedoman identitas digital yang dapat digunakan untuk menganalisis kelayakan Facebook sebagai penyedia identitas digital. Penulis menemukan bahwa Facebook sebagai media sosial online memiliki kemampuan untuk menjadi penyedia identitas digital dengan tingkat kepercayaan terendah (level 1) dan hanya cocok untuk layanan yang tidak sensitif seperti otentikasi login login untuk bermain ke dalam permainan ketangkasan. Namun, Facebook tidak memiliki tingkat kepercayaan yang cukup untuk digunakan sebagai identitas digital dalam transaksi elektronik.
ABSTRACT
This thesis discusses the feasibility of Facebook as a provider of digital online social media identity for authentication into the PUBG Mobile agility game electronic application. In Indonesia, digital identity has been recognized in the form of electronic certificate signatures and electronic certificates are regulated in Law no. age 11 of 2008 concerning Information and Electronic Transactions (UU ITE), and e-KTP which is regulated under Law no. 23 of 2006 concerning Population Administration with amendments to Law no. 24 of 2013. However, in Indonesia there are no basic regulations and guidelines regarding the assurance level of a digital identity. It can only be found in international regulations and guidelines, such as those from the European Union and America. This research uses normative juridical research method, namely by examining the legal norms contained in the legislation, as well as researching library materials. This script will also discuss digital identity regulations and guidelines that can be used to analyze the feasibility of Facebook as a digital identity provider. The authors found that Facebook as an online social media has the ability to become a digital identity provider with the lowest level of trust (level 1) and is only suitable for non-sensitive services such as login authentication to play into agility games. However, Facebook does not have a sufficient level of trust to be used as a digital identity in electronic transactions."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Muhammad Lolo Hanafiah Makkasau
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai kewajiban hukum penyelenggara sistem electronic untuk menjaga sistemnya dari fake account. Secara Internasional, Baru Uni Eropa dan beberapa negara bagian di Amerika Serikat yang menaruh perhatiannya kepada manajemen identitas digital, dan membuat hukum yang mengaturnya. Padahal, pengaturan ini sangatlah penting dalam berbagai sektor terutama dalam sektor e-commerce, dan tidak terkecuali juga dalam sektor jejaring sosial. Di Indonesia sendiri, belum dibuat peraturan yang membahas mengenai manajemen identitas digital, apalagi peraturan terspesifik perihal fake account. Dalam skripsi ini akan dibahas beberapa asas yang berlaku dalam pertanggungjawaban hukum suatu penyelenggara sistem elektronik dan penyelenggara identitas, dan hukum apa yang dapat ditarik untuk menjadi tanggung jawab penyelenggara sistem elektronik terhadap fake account. Untuk menjadikan diskusi dalam skripsi ini lebih konkrit, akan dianalisa pula bagaimana Facebook dan Google telah memenuhi kewajibannya sebagai penyelenggara sistem elektronik dan identitas digital.

ABSTRACT
This final assignment discusses about the legal obligation of electronic system provider from fake account. From the intenational perspective, only European Union and several states in America that puts their attention on digital identity management, so far to make regulations of it. Even though, these kinds of regulation is very significant, in particular on e-commerce sector, but not excluding social networking sector. While in Indonesia, there has yet to be any specific regulation to rule about identity management, leave alone about fake account. In this final assignment, it will be discussed upon several principles that may be applied on electronic service provider and identity providers legal responsibility, and what laws might be streched to rule over system profiders responsibility towards fake account. To make the discussion in the essay more concrete, will also be analyzed upon how Facebook and Google had fulfilled their obligation as electronic system and digital identity provider."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Singgih Wahyudiyana
"Sebagai negara agraris, struktur masyarakat di Indonesia sangat didominasi oleh penduduk dengan mata pencaharian sebagai petani. Menyadari bahwa sumber pertanian merupakan sektor tumpuan hidup sebagian besar penduduknya, maka pemerintah melakukan upaya-upaya peningkatan kesejahteraan petani melalui pembangunan pertanian. Harus diakui bahwa upaya pembangunan pertanian telah menunjukkan keberhasilan yang luar biasa. Diantaranya adalah keberhasilan mencapai swasembada beras nasional pada dekade 1983. Keberhasilan ini tidak terlepas dari penerapan kebijakan Revolusi Hijau sebagai strategi pembangunan pertanian di Indonesia.
Namun sayangnya, keberhasilan tersebut masih menyisakan permasalahan pada tingkat mikro. Komunitas petani, terutama petani berlahan sempit, tidak memperoleh manfaat dari keberhasilan-keberhasilan tersebut. Mereka masih hidup dalam kondisi subsisten, pas-pasan dan bisa dibilang miskin. Kenyataan tersebut menyisakan sebuah pertanyaan yaitu, mengapa komunitas petani masih berada dalam kondisi ekonomi yang sulit, padahal upaya-upaya pemberdayaan terhadap petani melalui program KUT misalnya, sudah dilakukan, Sementara itu, Sekretariat Bina Desa, juga melakukan upaya yang sama dengan menggunakan model pemberdayaan yang lebih bersifat holistik integratif kedalam sebuah rangkaian kegiatan Pendampingan Sosial.
Untuk mengetahui implikasi penerapan program KUT dan pelaksanaan model pemberdayaan tersebut serta perubahan-perubahan yang diharapkan, maka dilakukan penelitian dengan menggunakan metoda diskriptif kualitatif yang dilakukan di desa Jambangan, kecamatan Paron, Kabupaten Ngawi. Dengan metode ini diharapkan informasi-informasi yang digunakan untuk menggambarkan kondisi yang terjadi serta implikasi pemberdayaan yang dilakukan dapat diperoleh secara akurat dan kompehensif.
Kerangka teoritik yang digunakan dalam penelitian ini mengacu kepada pemahaman kemiskinan dan subsistensi kehidupan komunitas petani sebagai fenomena yang multidimensional. Kemiskinan bukan hanya permasalahan ekonomis semata, melainkan sebuah kondisi ketidakberdayaan dan kerentaan. Unluk mengatasinya hanya dapat dilakukan melalui proses pemberdayaan secara komprehensif dimana selain memungkinkan terjadinya peningkatan kesejahteraan diharapkan juga memungkinkan terjadinya transformasi sosial.
Dari penelitian ini ditemukan sebuah realitas bahwa kondisi subsistensi yang dialami komunitas petani di desa Jambangan Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi selain disebabkan oleh faktor-faktor internal, juga disebabkan oleh kondisi ketidakberdayaan mereka terhadap kekuatan-kekuatan besar yang berada di sekelilingnya. Sedangkan program KUT yang menyediakan pinjaman modal kerja sebagai upaya pemerintah dalam memberdayakan petani pada kenyataannya belum cukup mampu meningkatkan kesejahteraan petani secara
Melalui serangkaian kegiatan pendampingan komunitas, Sekertariat Bina Desa mencoba melakukan pemberdayaan yang lebih bersifat holistik inregrarrf. Pendekatan ini meyakini bahwa dalam memberdayakan komunitas tidak cukup dengan hanya melakukan intervensi-intervensi yang bersifat material. Akan tetapi secara mendasar perlu dilakukan pendidikan kerakyatan (pendidikan musyawarah) yang memungkinkan terjadinya transformasi sosial dan proses penyadaran (Conscientiaarion), sehinga akan muncul kesadaran kritis di kalangan komunitas bahwa mereka adalah subyek dalam menentukan pilihan-pilihan hidupnya. Melalui pengorganisasian komunitas ini, diharapkan akan terjadi penguatan komunitas petani, sehingga pada gilirannya mereka akan mampu mengartikulasikan kebutuhan-kebutuhan praktis dan strategisnya dan sekaligus mampu memperjuangkan kepentingan-kepentingannya.
Fakta dilapangan menunjukkan bahwa Pendamping memiliki peran yang strategis dalam proses pemberdayaan ini. Dengan melakukan peran-peran sebagai fasilitator, motivator, edukator, advokator serta peran-peran lainnya, telah menjadikan pendamping Sekertariat Bina Desa sebagai teman/ kawan dialog komunitas dampingannya untuk memecahkan permasalahan secara bersama-sama. Namun demikian, melakukan pendampingan komunitas bukanlah pekerjaan yang mudah. Dari penelitian ini ditemukan fakta bahwa masih diperlukan waktu yang panjang untuk menjadikan komunitas petani sebagai kekuatan sosial. Pada umumnya komunitas belum menjadikan kebutuhan-kebutuhan strategis sebagai kepentingan yang harus diperjuangkan. Namun patut dicatat bahwa upaya Pengembangan Ekonomi Rakyat (PER) yang terintegrasi kedalam kegiatan pendampingan sosial lebih banyak menjamin petani untuk mendapatkan manfaat yang lebih optimal karena hanya dilakukan berdasarakan kebutuhan dan prakarsa komunitas.
Berdasarkan temuan diatas, disarankan kepada pemerintah untuk melakukan perencanaan dan melaksanakan program secara partisipatif dan akomodatif terhadap kepentingan-kepentingan rakyat. Frekuensi Pelatihan-pelatihan pendamping sedapat mungkin dapat lebih-lebih saling dilakukan Sekretariat Bina Desa, sebagai upaya peningkatan kapasitas pendamping dan merangsang munculnya local leader untuk menjadi pendamping. Hal ini penting dilakukan sebagai upaya meningkatkan akselerasi proses penyadaran komunitas, Persiapan sosial harus dilakukan secara lebih matang dalam melakukan pendampingan sosial, sehingga kesamaan persepsi komunitas dampingan tentang tujuan-tujuan pemberdayaan dapat terbentuk secara memadai."
2001
T9877
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sylvia Andriyani Kusumandari
"Krisis ekonomi, politik, dan keamanan di dunia telah menyebabkan peningkatan migrasi penduduk ke berbagai negara untuk menghindari konflik dan kekerasan. Sebagai upaya dalam penanganan dan pemberdayaan pengungsi dan pencari suaka, studi sebelumnya menjelaskan bahwa intervensi dari pemerintah dan lembaga LSM dilakukan dalam bentuk perlindungan legal formal seperti proteksi hukum, ekonomi, dan psikologi namun minim penjelasan mengenai dinamika proses interaksi dan adaptasi pengungsi dan pencari suaka di negara baru.
Penelitian ini berargumen bahwa intervensi dari internal komunitas melalui learning center menjadi hal yang diperlukan dalam pemberdayaan sebagai ruang untuk membangun jaringan, mengekspresikan keberagaman, serta kebebasan untuk melakukan aktivitas yang bernilai bagi pengungsi dan pencari suaka. Hal tersebut diperlukan untuk meningkatkan kapabilitas pengungsi dan pencari suaka agar dapat beradaptasi dan membangun kembali kehidupan di negara baru.
Penelitian ini merupakan studi mengenai pengembangan komunitas HELP Health, Education, and Learning Program bagi para pengungsi dan pencari suaka yang berlokasi di Jakarta. Penelitian dilakukan menggunakan metode kualitatif dengan pengumpulan data melalui wawancara mendalam pada pengurus komunitas, anggota komunitas, dan pemerintah setempat.

Economic, politic, and security cricis around the world have caused the increasing number of immigrant to seek protection in order to avoid the conflict and voilence. The previous studies explained the importance of government and non government organization rsquo s intervention in providing legal, economic, and psychological protections. However, there is less explanation about dynamics process of interaction and the refugee adaptation in the new country.
The thesis emphasized the importance of refugee community intervention through learning center. The community is a place to build social networks, express the diversity, and provide freedom of expression to do meaningful activity for refugee and asylum seekers in transit. This is important to increase their capability and re building life in the new country.
This study focus on the development of HELP Community Health, Education, and Learning Program for refugee located in Jakarta. Using the qualitative research method, datas are collected through focuss group discussion and in dept interview with the board of the community, member of community, local people, and local government.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>