Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 93020 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Amalia Saffanet
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
S4959
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Addy Hasan
"Realityshow Primitive Runaway (PR) episode Lia Wa Ode dan Rio Dewanto mengunjungi suku Sambori di Bima, Nusa Tenggara Barat, merepresentasikan pertemuan dua budaya yang berbeda, modern (Barat) dan tradisional (Timur). Pertemuan dua budaya tersebut menghasilkan oposisi biner maju dan terbelakang, percaya gaib dan berfikir rasional, bersih dan kotor, yang merupakan cara pandang Orientalisme Edward Said yakni cara Barat memosisikan Timur. Penelitian ini membahas bagaimana suku Sambori direpresentasikan dalam Primitive Runaway serta bagaimana sudut pandang orang kota terhadap masyarakat yang tinggal di belahan Indonesia Timur itu. Penelitian ini menggunakan pendekatan Semiotik Roland Barthes untuk membongkar mitos (mythologies) serta ideologi hegemoni yang terkandung di program reality show ini.

Reality Show Primitive Runaway on Lia Wa Ode and Rio Dewanto episode visiting Sambori tribe in Bima, Nusa Tenggara Barat, represented the meeting of two different cultures modern and traditional. The meeting of those two different cultures produced binary opposition, deveveloped and undeveloped, mistics and rational, hygienis and dirty, which was the Orientalism view of Edward Said, how West positioned East. This Research aims to analyze how Sambori tribe represented in Primitive Runaway and the view of modern people about the tribe from East Indonesia. This research used methodology approach of Semiotic Roland Barthes to find the mythologies and its ideology.
"
Depok: Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, 2014
T43398
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Debby Nufri Ristiani
"Meskipun globalisasi tengah melanda dunia, namun nilai-nilai budaya masih tetap menjadi pertimbangan dalam pesan-pesan periklanan. Agar suatu pesan ikian dapat diterima oleh masyarakat yang menjadi target khalayak maupun target konsumennya, maka pesan-pesan iklan harus menyesuaikan dengan kebudayaan setempat. Salah satu cara menyesuaikan pesan ikian dengan kebudayaan masyarakat setempat adalah dengan menggunakan nilai-nilai budaya yang berlaku di masyarakat. Nilai-nilai budaya tersebut digunakan sebagai daya tank (appeals) dalam periklanan. Penelitian ini bertujuan mengkaji bagaimana iklan-iklan obat flu produksi perusahaan multinasional merepresentasikan nilai-nilai budaya masyarakat Indonesia dan latar belakang sosial budaya yang terkait dengan representasi nilai-nilai budaya di iklan. Berangkat dari tujuan itulah penulis melakukan pengamatan terhadap ikian-ikian obat flu produksi perusahaan multinasional yang ditayangkan di stasiun televisi swasta dalam periode Juni- Agustus 2004. Contoh kasus yang digunakan sebagai bahan analisis adalah kasus iklan televisi Decolgen versi Keluarga. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah semiotika. Penggunaan metode semiotika dimaksudkan untuk mengkaji bagaimana iklan televisi Decolgen tablet versi Keluarga merepresentasikan nilai-nilai budaya masyarakat Indonesia. Untuk mencari tahu latar belakang sosio kultural yang terkait dengan representasi tersebut dilakukan melalui wawancara mendalam dan didukung hasil analisis semiotika. Dari hasil analisis terhadap kode-kode simbolik yang digunakan dalam iklan Decolgen tablet versi Keluarga diperoleh hasil bahwa iklan televisi Decolgen tablet versi Keluarga tnenggunalcan nilai-nilai budaya Indonesia sebagai daya tank. Berdasarkan sistem klasifikasi nilai Sitaram dan Cagdell, maka nilai-nilai yang direpresentasikan dalam iklan Decolgen adalah nilai-nilai primer masyarakat timur. Nilai-nilai budaya yang direpresentasikan dalam ikian tersebut adalah adalah kolektivisme yang direpresentasikan dalam bentuk keluarga, menghormati orang yang lebih tua, keramahtamahan terhadap tamu, kesopanan, dan budaya patriarkhi. Sehubungan dengan kepentingan produk yang diiklankan, iklan Decolgen Tablet versi Keluarga menampilkan pentingnya nilai kesehatan. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa keluarga yang ditampilkan dalam iklan adalah bentuk keluarga konjugal yang mengarah pada keluarga inti. Penelitian ini berkesimpulan bahwa iklan Decolgen tablet menyesuaikan pesan periklanannya dengan kebudayaan Indonesia. Penyesuaian terhadap budaya Indonesia dilakukan dengan menggunakan nilai-nilai primer masyarakat Indonesia sebagai daya tank iklan. Penyesuaian nilai-nilai budaya Indonesia dalam iklan Decolgen Tablet versi Keluarga selain karena adanya faktor budaya juga dilatarbelakangi adanya peraturan periklanan untuk obat-obat yang dijual bebas. Representasi nilai-nilai budaya dalam iklan Decolgen tablet versi Keluarga tidak hanya bertujuan agar pesan-pesan iklan sesuai dengan kebudayaan masyarakat Indonesia, tetapi juga agar pesan iklan menjadi efektif dan produk yang diiklankan dapat diterima masyarakat."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
S4334
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Medina Andayanti
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
S5213
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Harison
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2010
S5241
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Harison
"Misogini adalah fenomena yang hidup dalam budaya patriarki. Misoginisme menjadi mapan karena adanya sosialisasi dan legitimasi dari berbagai institusi yang ada seperti institusi kenegaraan, pranata sosial dan institusi media massa. Penggambaran perempuan sebagai sosok yang negatif di media massa adalah salah satu bentuk dari misoginisme. Bertolak pada latar belakang tersebut, penulis mengkaji bagaimana media massa merepresentasikan nilai-nilai misoginisme. Lebih khusus lagi bagaimana film horor Indonesia menggambarkan nilai-nilai misoginisme. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan paradigma konstruktivis serta menggunakan metode analisis semiotika Pierce. Melalui analisis teks maka dapat disimpulkan bahwa penggambaran perempuan dalam film Kuntilanak sangat misoginik. Perempuan bukan saja lemah, tapi juga digambarkan sebagai sumber malapetaka dan identik dengan setan atau hantu. Hasil penelitian menyarankan di masa mendatang produksi sebuah film hendaknya memperhatikan aspek-aspek tentang kesetaraan gender sehingga sebuah film tidak lagi menjadi media sosialisasi nilai-nilai misoginisme.

Misogyny is a phenomenon lives in patriarchy. The values are established because it is legitimated and being socialized by institutions such as government, social institution and mass media. That's why women are portrayed as a negative figure in mass media. Starting at that background, researcher is reviewed how mass media represents this misogyny values. Specifically, how Indonesian horror movie represents the misogynism values. This research uses qualitative approach with constructivist paradigm and Pearce's semiotic for analysis method.. Through text analysis, it can be drawn a conclusion that the representation of women in the movie of Kuntilanak is misogynic. Women are not only weak but source of misfortune and identical with devil or ghost. The result of this research suggests that in the future, production of film/film makers should aware about gender equality so that there is no movie that being a delivery medium of misogynism values."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2010
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Niko Grataridarga
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas mengenai Pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia menjadi pedoman dalam Kode Etik Pustakawan Indonesia. Nilai-nilai Pancasila merasuk dalam setiap prinsip dan butir kode etik yaitu tanggung jawab, kejujuran, keadilan, dan otnomi. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi dan memahami makna dari butir-butir dari kode etik pustakawan yang menunjukkan representasi dari nilai-nilai Pancasila menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode semiotik Ferdinand De Saussure. Semiotik membagi Penanda (signifier) yaitu teks Kode etik pustakawan Indonesia dan teks Pancasila, petandanya (signified) yaitu eori dan konsep dari Pancasila dan kode etik tersebut, serta tanda (sign) yaitu makna nilai-nilai Pancasila yang terepresentasi dalam kode etik. Prinsip-prinsip etika profesi, kode etik pustakawan dan pancasila saling terkait dengan konvensi sosial. Para profesional pustakawan menyepakati Pancasila sebagai falsafah Negara Indonesia, maka setiap elemen dalam kehidupan sepatutnya memiliki unsur nilai Pancasila, tak terkecuali kode etik Pustakawan Indonesia.

ABSTRACT
This study discusses about Pancasila as the fundamental values become the guidelines for the basis of the formation of Indnonesian Librarian Ethics Code. Pancasila values pervasive in every principle and point ehtics code that responsibility, honesty, justice, and autonomy. This study aims to identify and understand the meaning of the librarian ethics code points that shows a representation from the values of Pancasila. This study use a qualitative approach with the method of Ferdinand De Saussure's semiotic. Semiotic divide signifier is Indonesian librarian ethics code and Pancasila text, the signified that is the theory and the concept of Pancasila and the ethics code, and sign is the meaning of Pancasila values are represented in the ethics code. The principles of professional ethics, librarians ethics code and Pancasila intertwined with social conventions. The professional librarians agree on Pancasila as the philosophy of the State of Indonesia, then every element in life should have an element of the Pancasila values, no exception is Indonesia Librarian Ethics Code.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S43233
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Almira Intan Nurrahma
"Terrace House merupakan reality show Jepang yang menampilkan kehidupan laki-laki dan perempuan Jepang yang tinggal dalam satu rumah megah. Namun, berbeda dengan reality show lainnya, Terrace House tidak dipenuhi drama dan pesertanya tidak selalu mempunyai tujuan untuk menemukan pasangan. Para peserta perempuan juga tidak menampilkan stereotip perempuan Jepang yang lemah lembut dan pasif. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana perempuan Jepang direpresentasikan dalam reality show Jepang Terrace House. Penulis menggunakan teori representasi Stuart Hall (1997) sebagai konsep dasar dan teori gender Oakley (1972) serta konsep gender stereotip Yoko Sugihara dan Emiko Katsurada (2000) dengan metode analisis deskriptif dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa representasi perempuan yang melawan stereotip gender tetapi di saat bersamaan sesuai dengan stereotip gender. Reality show ini dapat dilihat sebagai refleksi terhadap masyarakat Jepang saat ini dengan partisipasi perempuan karier yang meningkat namun kesengjangan gender yang masih sangat tinggi.
Kata kunci: feminin, gender, reality show, representasi, stereotip

Terrace House is a Japanese reality show that shows the lives of Japanese men and women living in one magnificent house. However, unlike any other reality shows, Terrace House is not full of drama and the participants do not always have the goal to find a partner. The female participants also do not present the stereotypes of meek and passive Japanese women. This study aims to see how Japanese women are represented in Japanese reality show Terrace House. The writer uses the representation theory from Stuart Hall (1997) as the basic concept and gender theory from Oakley (1972) as well as the stereotypical gender concepts from Yoko Sugihara and Emiko Katsurada (2000) with descriptive analysis methods. The results showed that women's representation opposes gender stereotypes but at the same time is in line with gender stereotypes. This reality show can be seen as a reflection of current Japanese society with increased participation of career women but still a very high gender gap.
Keywords: feminine, gender, reality show, representation, stereotypes
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Oktavannya Hesti Ningtyas
"Televisi merupakan media yang paling banyak dan mudah dijangkau oleh masyarakat umum. Sajian tayangan yang beragam dan dikemas secara menarik membuat televisi digemari banyak orang dari berbagai kalangan usia. Reality show merupakan salah satu program acara yang banyak menarik minat publik. Sajian acara yang berfokus menayangkan aktivitas pemerannya dikemas serapi mungkin agar menampilkan kesan yang nyata sehingga dapat melekat di diri para penikmatnya. Korea Selatan adalah salah satu negara yang memiliki banyak sekali acara reality show, termasuk reality show yang berfokus menampilkan aktivitas sehari-hari imigran yang tinggal di negara tersebut. my neighbor charles adalah salah satu reality show Korea Selatan yang menggunakan imigran sebagai pemeran dalam setiap episodenya. Acara ini banyak menampilkan kehidupan berbagai kelompok masyarakat pendatang, termasuk masyarakat muslim. Penelitian ini menganalisis bagaimana my neighbor charles merepresentasikan kehidupan masyarakat muslim di Korea Selatan. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif analisis konten. Hasil penelitian ini menunjukkan reality show my neighbor charles menampilkan citra imigran muslim yang tinggal di Korea Selatan dalam dua wajah yang berbeda.

Television is the most widely accessible medium for the general public. The variety of shows that are packaged in an attractive way makes television popular with people of all ages. Reality shows are one of the programs that attract a lot of public interest. The presentation of the program that focuses on showing the activities of the actors is packaged as neatly as possible so that it displays a real impression so that it can be attached to the audience. South Korea is a country that has a lot of reality shows, including reality shows that focus on showing the daily activities of immigrants living in the country. My Neighbor Charles is a South Korean reality show that uses immigrants as characters in every episode. This event showcases the lives of various groups of immigrant communities, including the muslim community. This study analyzes how My Neighbor Charles represents the life of the muslim community in South Korea. The method used is a qualitative method of content analysis. The results of this study show that the reality show My Neighbor Charles displays the image of muslim immigrants living in South Korea in two different faces."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>