Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 155838 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Mikael Aldo
"Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang berfokus pada pemaknaan negosiasi yang mengakar pada teori Hall terkait pemaknaan khalayak. Dengan menggunakan paradigma critical constructionism, penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana pemaknaan negosiasi di antara pengetahuan lokal dan pengetahuan modern oleh komunitas lokal terbentuk pada konteks pengonsumsian plastik sekali pakai di Bali.
Plastik sekali pakai menjadi sorotan dalam permasalahan lingkungan Bali yang
mengancam industri pariwisatanya. Studi kualitatif eksploratif ini mengambil sudut pandang komunitas lokal di Bali yang menempati posisi hegemonik di tengah-tengah isu plastik tersebut, di mana pengetahuan lokal sebagai bagian dari kebudayaan Bali dan pengetahuan modern yang dipicu modernisasi merupakan diskursus-diskursus dominan yang bersifat hegemonik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam yang dilakukan terhadap empat orang informan perwakilan komunitas lokal Bali. Penelitian ini juga menggunakan metode observasi unobtrusive. Penelitian ini menemukan bahwa pemaknaan negosiasi oleh komunitas lokal ditentukan oleh latar belakang komunitas itu sendiri. Penelitian ini juga menemukan bahwa pemaknaan negosiasi tercermin melalui adanya praktik-praktik yang bergerak ke arah modern serta bersifat berkelanjutan, yang mana praktik tersebut mengadaptasi nilai-nilai tradisional Bali. Meskipun demikian, pemaknaan negosiasi oleh komunitas lokal tidak dapat dilepaskan dari relasi kuasa yang terjalin dalam permasalahan plastik di Bali.

This research is a qualitative research which focuses on negotiated reading that is rooted
from Hall’s theory on audience reception. By using critical constructionism paradigm,
this research aims to understand the negotiated reading between local knowledge and
modern knowledge by local communities which is constructed in the context of singleuse
plastic consumption in Bali. Single-use plastic has become the highlight in
environmental problems that occur in Bali that threatens its tourism. This explorative
study takes into account local community’s perspective that occupies a hegemonic
position in the midst of plastic issue, in which the discourse of local knowledge as part of
Balinese culture and modern knowledge as part of modernization become the dominant
and hegemonic discourses. The method used for this research is in-depth interview toward
four informants representing different local communities in Bali. This research also uses
unobtrusive observation as a method. This research found that the negotiated reading of
local community is determined by the background of the community itself. This research
also found that negotiated reading is reflected upon practices that move toward modernity
and sustainability, which are also adapted from Balinese traditional values. However, the
negotiated reading of local community cannot be separated from the power relations
which are intertwined within Bali’s plastic problem.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Hayati
"Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran dalarn beberapa dekade belakangan
ini berkembang sangat pesat, terutarna sejak berakhirnya Perang Dunia ke-2. Diantara
kemajuan di bidang kedokteran yang saat ini banyak diminati orang adalah bidang bedah
plastik (plastic surgery). Menurut Ensiklopedi Indonesia, bedah plastik adalah cabang
ilmu bedah yang mempelajari cara melakukan perbaikan bentuk organ tubuh yang tidak
sempurna (hal.269-270). Oleh sebab itu tujuan dati ilmu yang di Indonesia dikembangkan
pertama kali oleh Prof Moenadjat Wiraatmaja adalah untuk peningkatan fungsi organ
tubuh yang tidak/kurang sempurna serta mengurangi kecacatan yang mengganggu.
Dalam perkembangannya, ternyata ilmu bedah plastik ini juga dipergunakan untuk
mempercantik diri, memperbaiki penampilan fisik yang dirasa kurang sempurna meski
tidak cacat. Melalui pemaduan dengan ilmu kecantikan, maka lahirlah ilmu bedah kosmetik
(cosmetic surgery). Tindakan-tindakan dalam bidang bedah plastik biasanya barn dapat
dikatakan berhasil bila pasien puas setelah tindakan itu dilakukan. Namun hila yang terjadi
sebaliknya, pasien merasa tidak puas akan hasilnya maka besar kemungkinan hal ini akan
menjadi masalah hukum. Narnun mungkinkah hila pasien tidak puas itu berarti ada
kesalahan dokter? Tentu perlu ditelaah lebih jauh lagi, misalnya apakah tindakan dokter
sudah sesuai dengan Standar Profesi? Memang kasus tuntutan terhadap kegagalan operasi
menunjukkan peningkatan bila kita baca di surat kabar belakangan ini. Hal ini karena
dalam tindakan bedah plastik terdapat banyak aspek hukumnya. Salah satu aspek
hukumnya adalah bahwa hubungan dokter dengan pasien dalarn bidang bedah plastik ini
termasuk Inspanningverbintenis dan bukan Resultaatverbintenis. Artinya bahwa dok1er
tidak dapat menjamin hasil dari setiap tindakan bedah plastik tetapi hanya akan berupaya
semaksimal mungkin. Juga perihal kewenangan yakni dokter apa yang berwenang untuk
melakukan tindakan bedah plastik itu? Menurut UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
selain Dokter Spesialis Bedah Plastik, yang berwenang juga Dokter Spesialis THT,
Dokter Spesialis Mata dan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin. Tentunya kewenangan
tersebut tergantung pada bidang spesialisasinya. Juga seorang dokter yang melakukan
tindakan bedah plastik harus tetap memperhatikan hak-hak pasien, khususnya penerapan
hak atas informed consent. Dengan informasi itu diharapkan pasien tidak akan mempunyai
harapan yang berlebihan akan hasilnya, tapi juga tidak merasa takut yang tidak wajar pula.
lni akan banyak memberi manfaat kepada pasien maupun dokternya serta dapat menghindari dati tuntutan malapraktek medis. Hal yang disebutkan di atas hanyalah
sebagian kecil dari masalah-masalah hukum yang timbul dari tindakan bedah plastik
disarnping masalah lain seperti bagaimana tanggung jawab dokter dan rumah sakit bila
terjadi malapraktek, bagaimana aturan hukum yang ada mengenai penyelenggaraan
bedah plastik yang mempunyai keunikan dan kekhususan dibanding tindakan bedah lain.
Oleh sebab itu menarik penulis untuk mengungkap lebih jauh hal itu dalam skripsi ini.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1995
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endah Retno Sulistyowati
"Perkembangan media yang digunakan oleh kapital mengarah ke industrialisasi media. Media tidak hanya informatif tapi juga 'mengarahkan' melalui tindakan mencela dan memuji. sebagai majalah wanita, Cosmopolitan masih berputar disekitar etika, tips-tips seksual dan kecantikan. Melalui representasinya terhadap laki-laki yang dianggap ideal, Cosmopolitan memunculkan the other, sebagai kelas yang marjinal dan imperfection. Namun sebagai sebuah bangsa yang memiliki akar kebudayaannya sendiri, bagaimanakah pembaca majalah tersebut 'membaca'nya?
Melihat gejala di atas maka tujuan penelitian ini adalah: 1) memahami pemaknaan khalayak perempuan bekerja terhadap konsep maskulinitas; 2) memperoteh alasan mengapa tidak ada perubahan ekspektasi, terhadap laki-laki pada perempuan bekerja; 3) mengetahui praktek sosio-kultural media dan khalayak pembacanya.
Metode yang digunakan adatah analisis wacana paradigma kritis dan reception studies. Analisa wacana dalam paradigma kritis berfokus pada konstelasi kekuasaan yang terjadi pada produksi dan reproduksi makna, dan individu tidak dianggap sebagai subyek yang netral dan mandiri dalam menafsirkan segala sesuatu menurut pikirannya karena pengetahuan yang dimilikinya adalah suatu konstruksi social. Sementara studi resepsi adatah studi yang berfokus pada bagaimana individu-individu memaknai pesan-pesan yang disampaikan media (berita, produk-produk artistik dsb)
Dari anlisis yang dilakukan terhadap teks linguistik dan gambar yang menjadi obyek dari penelitian, garis besar yang dapat ditarik adalah pertama, maskulinitas selain sebuah ide, is juga sebuah representasi phallus yang diwakili antara lain oleh tubuh dan fashion. Bahwa tubuh bisa digunakan untuk mengatasi performance anxiety terhadap kemampuan seksualnya dan bagaimana fashion bisa digunakan sebagai representasi maskulin karena simbol-simbol yang ada dibalik fashion tersebut. Meskipun untuk menjadi menjadi maskulin laki-laki harus memenuhi ekspektasi lain dari sekedar representasi.
Representasi hanya salah satu bagian kecil dari common-sense knowledge yang menuntut untuk dipenuhi. Kedua, Iaki-laki masih harus tetap memenuhi standar kompetensi sebagai kepala keluarga, bekerja, memiliki performance seksual yang tinggi. Kompetensi laki-laki adatah syarat untuk masuk dalam paternal law, dalam hukum paternal yang melibatkan institusi dan struktur. Ketiga, ketidakmampuan lelaki memenuhi standar menjadikannya sebagai the other dan marjinal oleh karenanya. Celah inilah yang dilihat oleh media untuk memasuki wilayah privat tersebut melalui komoditas yang diproduksinya. Dari keempat, melalui komoditas inilah industri tidak lain adalah alat dari paternal law itu sendiri. Karena komoditas tidak sekedar barang yang diperjualbelikan melainkan membawa simbol yang di dalamnya yang memberikan Iegitimasi pada struktur dan institusi yang dominan. Melalui habitus, yaitu definisi dan kategorisasi, konsumen tidak memiliki alternatif untuk menciptakan definisinya sendiri. Untuk menggerakkan industri penciptaan simbol dilakukan secara terus menerus. Identitas menjadi produk instant yang dapat dipertukarkan. Sebagaimana pola maskulinitas yang sirkular, simbol-simbol ini juga mengikuti periodenya sendiri. Bagaimana maskulinitas didefinisikan pada suatu periode dari perspektif fashion, tubuh, gaya hidup dan pendidikan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada sejumlah persamaan term maskulinitas yang ditandai dengan dominant/preffered reading tentang peran laki-laki dalam keluarga yakni sebagai pencari nafkah. Sementara untuk seksualitas, terjadi negoisasi karena bagi responden terdapat sejumlah norma yang membatasi mereka. Oppositional reading terdapat pada teks mengenai tubuh dan identitas maskulin yang ditawarkan industri. Mereka tidak sepaham dengan media kalau maskulinitas identik dengan superioritas seksual, tubuh berotot dan simbol-simbol identitas maskulin. Menurut responden, kemampuan membangun dan memelihara keiuarga-Iah yang menjadikan laki-laki dianggap maskulin."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T22400
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Milka Angela
"Keberadaan media sosial kini tak lepas dengan kehidupan sehari-hari. YouTube sebagai media sosial berbasis video, menjadi pilihan banyak orang terutama karena tampilannya yang mudah diterima dan jelas tergambarkan terutama dalam hal tutorial, termasuk juga video kecantikan. Melalui beauty vloggers, informasi mengenai cara ber-makeup dapat lebih mudah diterima dalam bentuk video. Tulisan ini berfokus kepada pemaknaan kecantikan yang dimiliki beauty vloggers, dan diwujudkan dalam video. Oleh karena itu, penelitian ini akan menggunakan metode etnografi virtual untuk melihat dan mengamati pola-pola tertentu terhadap hal yang ditampilkan dalam media sosial, dan juga wawancara terkait kecantikan dan pengalaman yang mengiringinya. Kecantikan yang dimaknai tiap vloggers berbeda dan terkait dengan sejumlah pengalaman tertentu, namun terdapat kesamaan mendasar didalamnya. Melalui media sosial, individu tidak hanya sebagai produser, tetapi juga sebagai audience. Ide mengenai kecantikan tidak sepenuhnya bersifat personal, tetapi terbentuk dan terkait erat dengan penggunaan media.

The existence of social media, now not separated with everyday life. YouTube as a video-based social media, is the choice of many people mainly because of it looks easily accepted and clearly illustrated primarily in terms of tutorials, included beauty videos. Through beauty vloggers, information on how to makeup can be more easily accepted in video form. This paper focuses on the meaning of beauty forbeauty vloggers, and embodied in the video. Therefore, this study will use virtual ethnographic methods to see and observe certain patterns of things featured in social media, as well as interviews that related of the beauty and experience that accompanies it. The beauty that is interpreted by each vloggers is different and related to a specific experiences, but there are basic similarities in it. Through social media, individuals are not only producers, but also as audiences. The idea of beauty is not entirely personal, but it is formed and closely related to media usage.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mariska Prijanka
"Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui pemaknaan perempuan novelis mengenai kecantikan dalam karyanya. Sumber data yang digunakan yaitu empat essai dalam novel Si Parasit Lajang terdiri atas esai berjudul Klinik THT (Telinga, Hidung dan Tetek); Barbie, Barbie Barbie; dan Keputihan sedangkan dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang yaitu esai berjudul Nilai. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tipe analisis semiotika. Hasil penelitian menunjukan bahwa secara denotatif, konstruksi kecantikan dalam novel tidak berbeda dengan yang direpresentasikan dalam media massa (iklan, film, dll) yakni disimbolisasikan dengan Barbie, tubuh tinggi, putih, langsing meskipun teks tersebut ditulis perempuan novelis yang tergolong sastra wangi (feminis). Makna konotasi menunjukan bahwa kecantikan dinilai dari segi fisik seperti tinggi, putih, langsing yang merujuk pada kemampuan finansial karena mampu mereparasi tubuh. Makna konotasi juga menunjukkan bahwa perempuan novelis mengkonstruksikan kecantikan sejalan dengan nilai dominan, walaupun masih menawarkan nilai kecantikan alternatif (non-fisik). Mitos menunjukan makna bahwa kecantikan perempuan melalui berbagai macam bentuk reparasi tubuh dianggap berdosa dan konsumtif karena masyarakat masih mempercayai penilaian kecantikan sebagai kodrat. Kecantikan fisik diungkapkan novelis lebih banyak dimaknai sebagai cara utama dalam menilai kecantikan dibandingkan penilaian kecantikan non-fisik. Konstruksi novelis mengenai kecantikan dalam novel sejalan dengan pemaknaan novelis tentang kecantikan. Novelis menilai bahwa perempuan memiliki hak untuk dapat membentuk kecantikan sesuai dengan keinginannya melalui reparasi tubuh, baik operasi plastik atau pun bersolek.

This study aimed to find out the meaning of beauty according to female novelist in her work. The primary data are four essays in Si Parasit Lajang: Klinik THT (Telinga, Hidung dan Tetek); Barbie, Barbie Barbie; and Keputihan, meanwhile in novel Pengakuan Eks Parasit Lajang the essay titled Nilai. This study is using a qualitative approach with semiotic analysis. The results showed that the denotation meaning of beauty in the text as drafted in the mass media that show the symbol on the Barbie beauty, skin whitening products, body repair to beauty contests like Miss Universe and model. Connotations shows that in terms of physical beauty assessed as high, white, slim which refers to financial ability. Myth indicates meaning that the beauty of women through various forms of reparation and consumptive body is considered sinful because people still trust the judgment of beauty as God’s will, nature, even gift. Novelist considered that physical beauty is more considered to represent the beauty than nonphysical. Construction novelist of beauty in the novel is the same as her meanings. Novelist sees that a woman have the right to be able to develop beauty according to their desires; through body repair and good plastic surgery.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Namira Sari
"Manusia sebagai makhluk yang diciptakan dengan sempurna, tetap merasa ada yang kurang dengan fisik dirinya. Dalam rangka memenuhi ketidakpuasan tersebut, manusia berupaya untuk menemukan jalan keluar. Bedah plastik merupakan salah satu hasil perkembangan teknologi ilmu kedokteran yang dapat memberikan kesempatan kepada seseorang untuk memulihkan keadaan fisiknya pada kondisi optimal. Suatu organ atau jaringan tubuh yang rusak akan dapat diperbaiki kembali fungsinya dengan melakukan bedah plastik. Bedah plastik terdiri dari 2 (dua) jenis, yaitu bedah plastik rekonstruksi dan estetik. Adapun permasalahan yang terkait dengan bedah plastik, yaitu pengaturan mengenai bedah plastik menurut hukum kesehatan, hukum positif di Indonesia, serta hukum Islam yang bersumber dari al Qur’an, al Hadits dan ijtihad. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan. Adapun data yang digunakan adalah data sekunder yang berasal dari buku-buku, laporan penelitian, majalah, peraturan perundang-undangan dan tulisan-tulisan lain yang mendukung penelitian ini. Penelitian lapangan juga dilakukan dengan cara mewawancarai pihak yang terkait dengan objek penelitian. Kesimpulan yang dicapai yaitu menurut hukum kesehatan, bedah plastik dapat dilakukan asalkan sejalan dengan ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata, dilakukan oleh tenaga kesehatan yang berwenang untuk itu, serta dilaksanakan pada suatu sarana kesehatan yang memenuhi standar tertentu. Mengenai pengaturan bedah plastik di Indonesia baru diatur dalam UU Kesehatan, sedangkan peraturan pelaksanaannya masih berupa rancangan. Menurut hukum Islam, bedah plastik yang dilakukan untuk tujuan pengobatan (bedah plastik rekonstruksi) hukumnya boleh (mubah). Sedangkan bedah plastik yang dilakukan semata-mata untuk mempercantik diri dan dengan merubah ciptaan Allah SWT (bedah plastik estetik) hukumnya adalah haram. Adapun saran yang disampaikan yaitu perlu segera diadakannya peraturan pemerintah dan fatwa para ulama Indonesia tentang bedah plastik, adanya penyuluhan agar masyarakat mempunyai pengetahuan yang mendalam mengenai bedah plastik, adanya tindakan tegas terhadap pihak yang melakukan praktek bedah plastik tanpa adanya kewenangan dan penggunaan implan yang berbahaya, sebagai upaya preventif untuk mengurangi malpraktek medis di Indonesia."
Depok: [Fakultas Hukum Universitas Indonesia, ], 2005
S21175
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Brevitra J. Bismedi
"Konsep 'body image' atau citra tubuh memiliki peran sentral dalam memahami psikologi pasien bedah plastik estetik. Rasa ketidakpuasan terhadap citra tubuh akan memotivasi seseorang untuk menjalani bedah estetik. Ketika perasaan negatif itu mencapai tingkat psikopatologis maka seseorang itu telah masuk dalam kiasifikasi gangguan citra tubuh. Ada beberapa instrumen psikometrik yang dapat mengukur citra tubuh seseorang. Multidimensional Body Self Relation Questionnaire -- Appearance Scale (MBSRQ-AS) dan Modifikasi Body image Disturbance Questionnaire (BIDQ) adalah dua instrumen citra tubuh yang telah dibuktikan kesahihan dan keandalannya. Telah dilakukan studi potong lintang yang didesain sedemikian rupa agar didapatkan subyek yang relatif seragam dalam karakter demografiknya, yang melibatkan 156 klien wanita RS Aibee berusia di alas 18 tahun, terdiri 74 subyek kelompok yang ingin menjalani operasi estetik dan 82 subyek yang tak tertarik bedah estetik sebagai kontrolnya. MBSRQ-AS dan Modifikasi BIDQ terbukti dapat mengetahui gambaran citra tubuh pasien bedah estetik di Indonesia dan sahib dalam membedakan kelompok pasien bedah estetik wanita dan kelompok wanita normatif. Selain itu didapatkan perbedaan bennakna derajat gangguan citra tubuh antara kedua kelompok yang mana terdapat 12,2% subyek dari kelompok estetik yang masuk dalam kiasifikasi gangguan citra tubuh atau tersangka menderita body dysmorphic disorder. Kelompok ini tidak akan puas dengan basil operasi estetik. Sebaiknya populasi ini diwaspadai oteh ahti bedah plastik.

Body image is thought to play a central role in understanding the psychology of the aesthetic surgery patients. Dissatisfaction with one's body image motivates people to seek aesthetic surgery. When a negative body image reaches a critical level of psychopathology, it may contribute to body image disturbances. There are several set report psychometrically tool to measure one's body image. Multidimensional Body Self Relation Questionnaire - Appearance Scale (MBSRQ-AS) and Body image Disturbance Questionnaire (BIDQ) are well validated and reliable body image instruments. The participants were 156 women age 18 years and older who came to Aibee Hospital as a Client. These parameter of 74 aesthetic surgery patients and 82 women who do not interest in aesthetic surgery as a control group matched relatively for many demographic data were compared in a cross-sectional design. MBSRQ-AS and modified BIDQ were administered to both groups. The instruments had been proven and validated that they had a discriminatory power -- an ability to show the body Image schemas and to differentiate between aesthetic surgery patients and the norm group. A significant difference was determined in the rates of body image disturbances in two groups. We found nine (12,2%) of 74 aesthetic patients were clasified as body image disturbance and were diagnosed with suspected body dysmorphic disorder. These populations invariably are not satisfied despite the objective result. The plastic surgeon should be aware of them.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Donna Savitry
"Tumor sekitar mata dan struktur yang berdekatan sering memerlukan pembuangan bulbus okuli (enukleasi) atau seluruh isi orbita (eksenterasi). Pembedahan dan radioterapi juga memiliki konsekuensi mutilasi pada orbits. Tidak adanya mata dan disharmoni wajah merupakan kecacatan psikis dan fisik bagi pasien. Tujuan mendasar semua prosedur rekonstruksi daerah periorbita adalah untuk memperbaiki hubungan fungsional antara orbita, bulbus okuli dan palpebra, serta untuk meyakinkan proteksi mata dan preservasi penglihatan. Penghargaan struktur anatomi dan fungsi palpebra sangat membantu dalam sebuah rekonstruksi.
Kemampuan untuk rekonstruksi defek yang kompleks pascaablasi kanker kepala dan leher telah berubah secara signifikan sejak kemajuan tehnik bedah mikro. Flap bebas memberi kesempatan pada ahli bedah untuk memindahkan berbagai jaringan yang berbeda pada semua lokasi di wajah dengan angka kesuksesan yang sangat tinggi.
Usaha-usaha untuk merekonstruksi palpebra yang berfungsi dengan dimasukkannya prostesis telah memerlihatkan hasil yang buruk sehingga dianjurkan menggunakan patch, kacamata hitam dan prostesis eksternal yang direkatkan (cosmetic patch) daripada melakukan rekonstruksi.
Rekonstruksi anophialmic orbit merupakan sesuatu yang kompleks, memerlukan pengetahuan yang menyeluruh tentang anatomi orbita, dikombinasi dengan tehnik bedah khusus. Rencana penatalaksanaannya menggambarkan ruang dan waktu, dan secara berhati-hati diadaptasikan pada pasien anophtalmic yang memiliki kondisi psikis yang
rapuh dan berubah-ubah. Rekonstruksi anophtalmic orbit mengikuti sekuens yang mengharuskan pasien berkonsultasi ke ahli-ahli onkologi, radiologi, ophtalmologi dan psikologi. Rencana pembedahan yang akan dilakukan didisain dengan computed tomography scans serta foto premorbid dan saat ini, dan keinginan pasien dipertimbangkan secara hati-hati oleh tim multidisipliner.
Di subbagian Bedah Plastik RSUPN Cipto Mangunkusumo sendiri belum terbentuk suatu tim multidisipliner yang menangani masalah rekonstruksi periorbita yang kompleks Pasien-pasiennyapun tidak terjaring banyak (dalam pengamatan selama satu setengah tahun didapatkan 4 orang pasien). Selain itu penggunaan prostesis belum menjadi salah satu pertimangan seperti di luar negeri.
Tulisan ini bertujuan memberikan gambaran masalah yang dihadapi pasien-pasien di subbagian Bedah Plastik RSUPN Cipto Mangunkusumo dalam kurun waktu tersebut dan bagaimana pasien-pasien tersebut mendapatkan terapi rekonstruksinya. Selain itu tulisan ini juga merupakan tulisan akhir dalam menyelesaikan program studi bedah plastik di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
D. Affandi
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], [Date of publication not identified]
617.95 AFF b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>