Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 111500 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
S4689
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yourina Azwar
"ABSTRAK
Iklan televisi merupakan jenis iklan audio-visual yang sedang berkembang pesat di Indonesia. Hal ini disebabkan karena telah diperbolehkannya ditayangkan siaran komersial di stasiun swasta. Iklan televisi dikatakan media efektif untuk menyalurkan pesan karena kemampuannya dalam mengkombinasikan citra visual, suara dan gerak, sehingga keBampatan untuk mengembangkan pesan kreatif dan imaginatif lebih memungkinkan. Selain itu iklan televtai dapat menjangkau khalayak yang besar. Untuk menyampaikan pesan dalam media audio-visual ini dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan, antara lain dengan memakai pendekatan Slice of Life, atau dengan pendekatan Animasi. Pendekatan Slice of life memperlihatkan masalah yang dihadapi khalayak sehari-hari dan bagaimana produk menyelesaikannya, merupakan pendekatan yang mendapat perhatian penonton yang Sedangkan Animasi cukup tinggi karena menarik untuk ditonton. Agar mencapai hasil maksimal, pengiklan sering menggabungkan pendekatan ini, dimana kelebihan keduanya dapat disatukan dan kelemahan masing-masing dapat ditutupi. Salah satu yang memakai pendekatan ini adalah produk permen Vicks Jahe, pengiklan menyalurkan pesan dengan memakai cuplikan kehidupan sehari-hari dan animasi. Terdapat masalah bila khalayak tidak dapat mempersepsikan animasi maupun iklan ini secara keseluruhan sehingga tujuan penyampaian pesan tidak tercapai. Peneliti tertarik akan masalah penyampaian pesan melalui iklan televisi dengan memakai animasi dan Slice of Life karena iklan televisi sedang berkembang sehingga kita perlu tahu bagaimana cara penyampaian pesan yang tepat. Dari hasil penelitian ini te.rgambar persepsi khalayak yang positif terhadap iklan televisi permen Vicks Jahe. Dengan perincian bahwa perhatian khalayak Sebagian besar mengacu pada pendekatan Slice of Life, sedangkan animasi ternyata bukan merupakan unsur yang menarik perhatian khalayak. Pesan secara keseluruhan dapat ditangkap dan dipersepsikan khalayak dengan baik, karakter animasi tidak terlalu mengena tetapi ternyata dengan tidak tertangkapnya makna utama yang seharusnya ditangkap oleh khalayak."
1992
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Kurniawan
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2010
S5402
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ferlyano Harmen
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
S5253
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tim Lorinsi
"Ledakan informasi dan media sebagai dampak pesatnya kemajuan teknologi komunikasi dewasa ini menimbulkan gejala masyarakat dengan komunikasi berlebih (overcommunicated society), Terpaan informasi yang melebihi kapasitas masyarakat ini terutama di kota besar dengan status social ekonomi tertentu. Iklan sebagai alat penting dalam komunikasi pemasaran juga terkena dampak ini. Produk rokok yang merupakan produk dengan bahan dasar yang relatif sama pada tiap produk harus bisa dikomunikasikan dengan melalui fungsi psikologisnya. Ini merupakan jalan terbaik untuk dapat memposisikan produk pada benak konsumen. Positioning dengan upaya pelekatan citra merek dianggap perlu oleh rokok Sampaerna A Mild untuk menjadikannya unik dan terhindar dari persaingan langsung. Kesenjangan antara citra merek yang diharapkan komunikator (Sampoerna Mild) dan khalayak akan merupakan indikator keberhasilan awal sebuah iklan. Hal inilah yang akan dilihat sebagai pokok permasalahan dimana kondisinya akan berbeda bila dilihat dari faktor-faktor tertentu. Populasi mahasiswa FISIP UI sampelnya ditarik melalui teknik penarikan sampel Probabilita dengan Stratified Random Sampling secara kuantitatif datanya akan diambil melalui metede Survai Sampling. Penggunaan pedoman wawancara berstruktur dengah pernyataan tentang persepsi yang menggunakan skala Likert akan diuji validitasnya melalui critical ratio item sebagai alat ukur utama dalam penelitian bertipe deskriptif ini. Dengan menggunakan kerangka pemikiran yang mengacu pada konsep-konsep dan penelitian terdahulu, hipotesa yang diajukan akan diuji melalui teknik T Test yang akan melihat tingkat perbedaan pada rata-rata hitung variabel "pembeda" pada variabel "persepsi", Dengan kesepakatan bahwa nilai t yang diperoleh hares signifikan pada p<0.05, sesuai dengan batas toleransi kesalahan dalam ilmu sosial sebesar 5%. Hasilnya adalah perbedaan dalam mempersepsikan citra merek rokok Sampoerna A Mild secara integral signifikan pada pengenaan iklan tertentu. Sedangkan bila dilihat secara parsial, citra Low Tar Loo Nicotine secara signifikan dipersepsikan berbeda pada variabel "pembeda" kebiasaan merokok, pengaruh lingkungan dan pengenaan iklan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia , 1994
S4308
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fatimah Muchtar
"Minat masyarakat untuk memiliki kaxtu kredit scmakin tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa prospek bisnis kartu kredit masih sangat bagus. Persaingan bisnis yang semakin tinggi melahirkan beberapa macam merek yang mcnjadi identitas masing-masing produk tersebut. Posisi suatu merek di pasar ditentukan berdasarkan persepsi konsumen terhadap kelebihan dan kekurangan suatu merek jika dibandingkan dengan merek lain. Oleh karcna itu sikap merek sebagai dasar tindakan dan perilaku yang diambil konsumen serta citm merek merupakan hal yang penting bagi perusahaan.
Penelitian ini bermaksud untuk menjawab pertanyaan hubungan antara sikap merek, citra merek, dan ekuitas merek. Hubungan antara sikap merek, citra merek. dan okuitas merek terscbut diukur dengan menggunakan model pcngukuran oleh Fairclonh, Capella, dan Alford (2001). Dalam model lersebut diduga bahwa citra merek mempengaruhi ekuitas merek, sikap merek mempengaruhi ekuitas merek, sikap merek mempengaruhi cilra merek, dan sikap merek nmempengaruhi ekuitas merek melalui ciua merek.
Secara terperinci tujuan penelitian ini sebagai berikut:
1. Menyusun indikator-indikator penelitian yang dapat mengukur bcrbagai konstmk yang terdapat dalam model penelitian: sikap merek, citra merek, dan ekuitas merek
2. Mengukur validitas dan reliabilitas variabel-variabel yang diteliti
3. Menganalisis pengaruh sikap merek dan citra merek terhadap ekuitas merek.
Metode analisis data yang digunakan adalah metode Strucrural Equation Modeling (SEM) mengingat SEM menguji suatu rangkaian hubungan saling ketergantungan secara bersamaan. Sikap merek diukur dengan menggunakan empat indikator, citra merek menggunakan empat indikator, dan ekuitas merek menggunakan empat indikator. Pengguna kartu kredit yang berhasil dijadikan responden adalah sebanyak 60 orang dari unit analisis yaitu pengguna Kartu Kredit Citibank, Kartu Kredit BNI, Kartu Kredit HSBC, Kartu Kredit BCA, dan Kartu Kredit Standard Chartered di Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat.
Hasil pengolahan data memperlihatkan terdapatnya hubungan yang signifikan sebagai berikut:
1. Sikap merek dengan citra merek
2. Citra merek dengan ekuitas merek
3. Sikap merek dengan ekuitas merek melalui citra merek Sedangkan sikap merek tidak signifikan mempengaruhi ekuitas merek.
Hasil penelilian ini sejalan dengan model dan hasil penelitian Faircloth, Capella, dan Alford (2001) dalam menyatakan bahwa adanya pengaruh sikap merek melalui citra merek terhadap ekuitas merek.

The desire of society to get credit card increases well. This shows that the prospect of credit card business is still good. The high business competitiveness causes that brand is important to bring identification ofthe product. The position of a brand at the market is dependent with consumers? perception of the value of product. It is necessary to develop brand attitude and brand image in order to be bases of consumers? action and behavior.
This study operationalizes brand equity empirically tests a conceptual model adapted from the work of Aaker (1991) and Keller (1993) considering the effect of brand attitude and brand image on brand equity.
The purposes of this study are:
1. Arrange of study indicators for each construct: brand attitude, brand image, and brand equity
2. Measure validity and reliability of variables
3. Measure eltect of brand attitude and brand image on brand equity
The study was held by taking case study of credit cards. I took top of mind or the big five of credit card in consumer?s mind: Citibank Credit Card, BNI Credit Card, HSBC Credit Card, BCA Card, and Standard Chartered Credit Card. The research led to hypothesis and get results:
1. Brand image has a signiticant positive direct eifect on brand equity
2. Brand attitude has a significant positive direct effect on brand equity
3. Brand attitude has a significant positive direct effect on brand image
4. Brand attitude has a significant positive direct effect on brand equity through brand image.
The measurement of indicators was done with the structural equation model. I used Lisrel 8.54 Student to get data. The results showed that H1 is supported, H2 is not supported, H3 is supported, and H4 is supported. The research result ensured model and result of Faircloth, Capella, and Alford (2001) study that there is an effect of brand attitude and brand image on brand equity.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T32097
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Remy Jodika
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2010
S9805
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rulianna Aprilia
"Selebiriti merupakan figur yang mendapatkan sorotan publik. Hal ini yang sering dimanfaatkan oleh pengiklan untuk mempromosikan produknya. Penelitian ini ingin melihat perbandingan pengaruh persepsi pada endorser dalam dua iklan televisi (TVC) Pond?s White Beauty terhadap sikap pada merek Pond?s White Beauty. Teori yang digunakan adalah VisCAP Model dan Hierarchy of Effect.
Penelitian ini menerapkan paradigma positivis, pendekatan kuantitatif, metode eksperimen, dan merupakan penelitian eksplanatif komparatif. Penelitian ini menggunakan Korelasi Pearson dan T-Test untuk menguji menguji pengaruh persepsi pada endorser terhadap sikap pada merek dan untuk menguji perbedaan antara 2 kelompok penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi responden pada endorser selebiriti lebih positif dibandingkan pada endorser non-selebriti. Dari hasil pengukuran juga dapat dilihat bahwa sikap responden terhadap merek Pond?s White Beauty lebih positif saat melihat iklan yang dibintangi oleh selebriti. Kemudian, hasil penelitian juga membuktikan adanya korelasi positif antara persepsi pada endorser dengan sikap pada merek.

Celebirities are figures that attract attention of the general public. This issue is often manipulated by advertisers to promote their products. This research is aimed at comparing the influence of perception on endorsers in two Pond?s White Beauty advertisements towards the latter?s brand attitude. The theory used is the VisCAP Model and the Hierarchy of Effect Model.
This research applies positivism paradigm, quantitative approach, experimental methods, and represents a comparative and explanatative research. This research uses Pearson`s Correlation and T-Test to test the influence of perception on endorsers towards brand attitude and to test difference between 2 research groups.
Research outcomes reveal that respondents perception on the endorser who is a celebrity is more positive as compared to non celebrity. Measurement indicators also show that respondents attitude on Pond`s White Beauty brand is more positive upon seeing an advertisement starred by a celebrity. Furthermore, this research also proves a positive correlation between perception on the endorser and brand attitude."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Primadini
"Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa persaingan perusahaan-perusahaan di dunia bisnis semakin tinggi. Perusahaan-perusahaan tersebut melakukan berbagai cara untuk mempromosikan produknya. Unilever sebagai salah satu perusahaan yang memproduksi consumer?s good memilih cara lain untuk berpromosi. Melalui salah satu produknya, yaitu Lifebuoy, Unilever mempublikasikan kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilakukan oleh Lifebuoy. Publikasi itu menggunakan salah satu tools Marketing Public Relations (MPR) yaitu advertorial. Salah satu tugas Public Relations (PR) adalah mendukung perusahaan untuk mencapai visi dan misinya, termasuk mendukung kegiatan marketing perusahaan.
Masyarakat akan melakukan kegiatan pembelian jika citra perusahaan dan citra produknya baik di mata mereka. Banyak hal yang bisa membentuk citra positif mengenai suatu produk, salah satunya melalui CSR. Atas dasar itulah, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat kredibilitas advertorial terhadap persepsi khalayak mengenai isi advertorial tentang CSR yang dilakukan oleh Lifebuoy dan untuk mengetahui pengaruh persepsi khalayak mengenai CSR tersebut terhadap citra Lifebuoy (brand image), serta untuk mengetahui adakah perbedaan persepsi mengenai CSR yang dilakukan Lifebuoy dan citra merek Lifebuoy antara pemakai dan bukan pemakai.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan paradigma positivis pada pendekatan kuantitatif yang bersifat eksplanatif. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode survei melalui kuesioner. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa Ekstensi FISIP UI. Sampelnya diambil secara acak dari populasi yang telah dipilih dengan jumlah sampel sebanyak 60 orang. Penelitian ini memerlukan data primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan melalui survei dengan menyebarkan kuesioner. Data sekunder diperoleh melalui company profile dan kepustakaan.
Dari hasil survei dan analisis data yang dilakukan, diketahui tingkat kredibilitas advertorial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap persepsi mengenai CSR dan kekuatan hubungannya berada pada tingkat sedang. Sementara persepsi mengenai CSR juga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap citra merek Lifebuoy dan kekuatan hubungannya berada pada tingkat lemah. Tidak ada perbedaan persepsi yang signifikan antara pemakai maupun non-pemakai Lifebuoy mengenai CSR dan citra merek.
Berdasarkan hasil analisis data, hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat kredibilitas advertorial CSR maka persepsi khalayak mengenai CSR pun akan semakin positif, diterima. Dan hipotesis yang menyatakan bahwa semakin positif persepsi khalayak mengenai CSR yang dilakukan oleh Lifebuoy maka semakin positif pula citra merek, juga diterima. Sementara hipotesis yang menyatakan bahwa ada perbedaan persepsi antara pemakai dan non-pemakai produk Lifebuoy mengenai CSR dan citra merek, tidak diterima.

This research is based on the fact that competition in the business world today has become fiercer. Companies have done many things in order to promote their products. Unilever, as one of the companies that produces consumer?s goods has chosen a different way in promotion. Through one of their products, Lifebuoy, Unilever publicizes the Corporate Social Responsibility (CSR) activity which is organized by Lifebuoy. The publication uses one of tools Marketing Public Relations (MPR) that is advertorial. One of the duties of Public Relations (PR) are to support the company in achieving their aim, including supporting company?s marketing activities.
People will purchase if the company?s image and products are valuable for them. There are many things which can establish a positive image about a product, one of them is through CSR. On the grounds of, this research is aimed to recognize the influence of the advertorial credibility rate in people?s perceptions regarding the content of the advertorial about CSR which has been did by Lifebuoy, to recognize the influence of people?s perception regarding CSR to Lifebuoy brand image, and to recognize whether there are the perception differences between users and non-users about CSR and brand image.
This research is done by using ?positivist? paradigm with quantitative-explanative approach. This research is needed primary and secondary data. The primary data was collected through a survey by spreading questionnaires while the secondary data was gained through company profile and literatures. The populations of this research were taken from college students of the Faculty of Social and Political Science Extension Program University of Indonesia. The sample was taken randomly from 60 persons in the chosen population.
From the survey and the data analysis, it has been recognized that the advertorial credibility rate gives significant influences in the perceptions considering CSR and its relation strength is in the medium level. CSR also gives significant influences in the Lifebuoy brand image in the low level. There are no significant perceptions differences between Lifebuoy users or non-users concerning CSR and brand image.
According to the result of the data analysis, the research hypotesis which explain that the more higher CSR advertorial credibility rate, the more positive people?s perception about it is accepted. The hypotesis which explain more positive people?s perception about CSR ? did by Lifebuoy ? so the brand image will be more positive too is also accepted. Whereas the hypotesis which explain that there are perception differences about CSR and Lifebuoy brand image between user and non-users is not accepted.
"
2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Didalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat dilepaskan
dari kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Sementara itu banyak sekali macam
produk yang ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut, mulai dari
barang kebutuhan sehari-hari sampai dengan produk-produk jasa yang
kian beragam jumlahnya. Keadaan ini menimbulkan persaingan ketat
diantara produsen, sehingga kini mereka dituntut untuk dapat
memperhitungkan kebutuhan dan motivasi yang mendasari perilaku
konsuman.
Perilaku konsumen merupakan suatu proses yang muncul saat
individu atau masyarakat memilih, membeli, menggunakan, dan membuang
produk ataupun jasa untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya
(Solomon, 1994). Diantara sekian banyak perilaku konsumen yang ada,
adalah satunya yang menarik untuk diteliti adalah perilaku membeli.
Perilaku ini merupakan hasil dari suatu proses tahapan panjang yang
ada dalam diri setiap konsumen. Dan bila berbicara mengenai perilaku
membeli, maka loyalitas merek termasuk suatu pola membeli yang cukup
penting.
Hampir semua produk memiliki merek. Menurut Runyon (1982),
merek merupakan suatu nama, istilah, tanda, simbol, atau rancangan,
atau kombinasi dari elemen-elemen ini yang bertujuan untuk
mengidentifikasi produk atau jasa dari seorang atau sekelompok
penjual dan untuk membedakannya dengan merek yang lain.
Loyalitas merek merupakan suatu jenis khusus perilaku membeli
yang berulang, melibatkan rasa percaya dan lebih menyukai yang
menyebabkan pola pembelian berulang terhadap suatu merek (Zaltman &
Wallendorf, 1979). Loyalitas merek dapat diukur melalui indikator
perilaku dan sikap konsumen. Penelitian ini dibatasi pada subyek
yang telah menggunakan merek yang sama minimal dalam satu tahun
terakhir, sebagai indikator perilaku. Sedangkan indikator sikap
dilihat melalui kepribadian dan citra merek subyek.
Trait-factor theory merupakan teori yang selalu menjadi dasar
utama pada penelitian kepribadian konsumen. Pendekatan trait
mengasumsikan bahwa individu-individu dapat digambarkan dalam
sejumlah besar, tapi terbatas, karakteristik kepribadian. Sejalan
dengan asumsi ini, penelitian-penelitian dilakukan dalam usaha untuk
mengidentifikasikan trait-trait dasar dalam kepribadian manusia.
Akhirnya ditemukan bahwa terdapat lima dimensi kepribadian besar yang dapat menggambarkan kedudukan individu pada istilah trait-trait
yang ada. Kelima faktor kepribadian tersebut adalah: extraversion,
agreeableness, conscientiousness, neuroticism, dan openness.
Karakteristik kepribadian ini diharapkan tampil dalam perilaku
individu.
Citra merek menggambarkan keseluruhan persepsi atau asosiasi
mengenai suatu merek dan dibentuk dari informasi mengenai merek
tersebut dan pengalaman penggunaan (Assael, 1984) . Konsumen dengan
citra positif terhadap suatu merek besar kemungkinan akan membeli
merek tersebut. Terdapat tiga asosiasi merek yang paling banyak
dibahas oleh para peneliti, yaitu asosiasi merek dengan: atribut
produk, manfaat bagi konsumen, dan kepribadian merek.
Loyalitas merek merupakan fenomena produk-spesifik. Jarang
terdapat konsumen yang loyal pada semua kategori produk. Penelitian
ini selanjutnya dibatasi pada produk rokok saja.
Dengan teknik purposive sampling, sebanyak 125 orang perokok
dilibatkan sebagai subyek penelitian. Data ke-125 subyek tersebut
diolah dengan menggunakan komputer sebagai alat bantu untuk
mendapatkan frekuensi dan deskripsi subyek, serta hasil analisa
regresi berganda dan ANOVA satu-arah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mean skor loyalitas merek
subyek, baik secara keseluruhan maupun dalam kelompok-kelompok data
kontrol, berada di atas nilai tengah skala, yang artinya mereka
memiliki rasa loyal yang tinggi terhadap marek rokok yang
digunakannya sekarang. Selain itu, dengan menggunakan analisa
regresi berganda diketahui bahwa terdapat hubungan linear yang
signifikan antara faktor kepribadian extraversion, agreeableness,
conscientiousness, neuroticism, openness, diskrepansi atribut
produk, manfaat bagi konsumen, dan kepribadian merek terhadap
loyalitas merek pada produk rokok. Dari kedelapan variabel
independen tersebut, hanya empat variabel saja yang secara
signifikan rnernpengaruhi loyalitas merek, yaitu: faktor kepribadian
extraversion, conscientiousness, openness, dan diskrepansi atribut
produk.
Analisa pada data kontrol rnenunjukkan bahwa jumlah rokok yang
dikonsumsi perhari dan merek rokok yang digunakan berpengaruh
terhadap loyalitas merek subyek. Sedangkan usia, status pekerjaan,
dan lama penggunaan merek tidak mempengaruhi loyalitas merek subyek."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1999
S2649
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>