Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 92832 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
S4685
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herlyana
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap bentuk konstruksi hubungan antara lakilaki dan perempuan yang ditampilkan dalam lirik lagu kelompok musik Potret. Bentuk konstruksi hubungan laki-laki dan perempuan seperti apa yang ingin ditampilkan dalam lirik lagu kelompok musik Potret Bagaimana cara mereka menampilkan konstruksi tersebut dalam lirik lagu mereka Benarkah Potret melakukan dekonstruksi terhadap hubungan laki-perempuan yang patriarkis lewat lirik lagunya Dalam ilmu komunikasi, kajian ini termasuk dalam wilayah studi analisa wacana kritis (Critical Discourse Anatysis). Pendekatan analisa wacana {discourse anatysis) adalah sebuah pendekatan yang melihat bahasa sebagai medium untuk berinteraksi dan merepresentasikan gagasan dan ideologi. Salah satu cabang dalam pendekatan ini adalah analisa wacana kritis, atau critical discourse analysis. Pendekatan ini digunakan untuk mengidentifikasikan perspektif yang menekankan pada hubungan antara bahasa dan kekuasaan, dan peran discourse anatysis dalam kritik sosial dan budaya. Di tengah maraknya lagu-lagu Indonesia yang mendukung konstruksi hubungan laki-perempuan yang timpang, Potret dikenal menyajikan bentuk konstruksi hubungan lakilaki dan perempuan yang berbeda lewat lirik lagu-lagunya. Kelompok musik, yang terdiri dari Melly Goeslaw, Anto Hoed dan Arie Ayunir, ini cenderung mempunyai lirik yang menempatkan perempuan dalam posisi superior dan laki-laki dalam posisi inferior. Beberapa lagu yang dianggap peneliti mampu memberikan gambaran tentang perlawanan kelompok musik Potret adalah Terbujuk, Salah, Diam dan Ingin Di Cium. Untuk menganalisa keempat lagu ini digunakan pendekatan analisis tekstual dan intertekstual yang dikembangkan oleh Norman Fairclough. Analisa tekstual dibagi menjadi tiga unsur, yaitu representasi, relasi dan identitas, dengan tujuan mengetahui gagasan yang ditampilkan Potret dalam lirik lagunya. Sementara dalam analisa intertekstual, penelitian ini berusaha melihat hubungan antara kognisi sosial penulis lirik dan teks yang dibuat, didukung dengan kognisi sosial dari konsumen. Metode pengumpulan data primer dengan mengambil lirik lagu-lagu Potret karena penelitian ini mengutamakan analisa pada teks wacana. Metode pengumpulan data sekunder adalah dengan wawancara mendalam dengan penulis lirik, Melly Goeslaw dan beberapa konsumen yang dianggap dapat mewakili sisi anak muda dan tokoh feminis. Metode pengumpulan data sekunder kedua adalah dengan studi kepustakaan. Dari penelitian ini ditemukan sebagian besar dari lirik lagu Potret menggambarkan tokoh perempuan yang penuh percaya diri, menerima kondisi dirinya apa adanya, dan menjadikan itu sebagai kelebihannya untuk mendapatkan yang diinginkan. Sebagian besar lirik lagu Potret, sebaliknya, menggambarkan tokoh laki-laki dengan sifat-sifat yang buruk dan tidak mendapatkan keuntungan apa-apa. Keempat lagu Potret yang diteliti tampak mengangkat kenyataan yang ada dalam keseharian masyarakat Indonesia, terutama di kalangan anak muda. Hanya saja kenyataan ini terkadang tidak muncul, karena adanya batasan-batasan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Dengan pola penyampaian yang sederhana dan gamblang, Melly seakan memaksa publik untuk mengakui bahwa tema-tema yang diangkatnya fenomena perempuan materialistis, perempuan yang mendua, pemberontakan perempuan terhadap penindasan dan kegenitan perempuan masa kini, adalah sebuah realita. Kelebihan lainnya, adalah bahwa Potret menyampaikan melalui kacamata perempuan, sehingga lagu-lagu tersebut tampak mendukung gerakan feminis."
2001
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Lirik lagu Iwan Fals sering menyajikan realitas sosial yan dialami masyarakat. Perihal tersebut merupakan cara untuk menyampaikan kritis atas ketidakadilan yang dilakukan pemerintah terhadap rakyat. Penelitian menggunakan pendekatan teori semantik untuk menganalisis lirik lagu-lagu karya Iwan Fals. Penelitian ini bertujuan agar dapat mendeskripsikan makna kritik sosial yang ada pada lirik lagu tersebut. Metodenya adalah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kritik sosial dalam lirik lagu karya Iwan Fals pada tahun 1981-1995 mendeskripsikan masalah korupsi, penegak hukum, kemiskinan, pengangguran, dan kolusi. Cara pengarang mengungkap kritik tersebut dengan menggunakan gaya bahasa kiasan, seperti metafora dan personifikasi. Salah satu kritiknya terlihat pada lirik lagu Tikus-Tikus Kantor (1984), Galang Rambu Anarki (1981), Sarjana Muda (1981), Orang Pinggiran (1995), dan Surat Buat Wakil Rakyat (1987)"
JIKK 3:1 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Joesana Tjahjani
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1983
S4467
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joesana Tjahjani
"Sexual revolution in France in the decade of the 1970s is characterized by social
openness toward sex. There is a change in the pattern of spousal living, including same-sex
relation. Homosexuals in France have the courage to declare their sexual orientation. Despite
pros and cons within the French society, PACS or the solidarity civil pact, since 1999, allowed
homosexual pairs to formalize their commitment outside marriage.
French songs with homosexual themes began to appear in the decade of the 1960s. Since
then, around 90 songs foreground homosexuality through various themes and perspectives.
In the first reading, the lyrics only foreground the emergence of consciousness or confession of
a homosexual. The theme of the orientation of homosexual behaviour can be found in most of
the songs. Other themes are related to other perspectives. Further discussion shows that these
songs are presented in terms of three negative perspectives: negative, positive and neutral.
The negative perspective uses homosexuality as an object of joke, the second proposes defense
for the homosexual community, and the neutral perspective is completely descriptive and
generally portrays sexuality and sensuality among the homosexuals."
University of Indonesia, Faculty of Humanities, 2004
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
S4551
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
S4433
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zalfa Ramadhanti Mumtazah
"Penelitian ini membahas mengenai gaya bahasa dari lirik empat lagu berbahasa Belanda terpopuler Wieteke van Dort versi Spotify beserta keterkaitannya dengan identitas Indo. Wieteke van Dort adalah artis berdarah Belanda yang lahir dan pernah tinggal di Indonesia (dahulu kala masih Hindia Belanda). Wieteke van Dort adalah penyanyi Belanda yang lahir dan besar di Hindia Belanda. Fokus penelitian ini terletak pada jenis-jenis gaya bahasa dalam lagu-lagu tersebut dan korelasinya dengan identitas Indo sesuai dengan teori identitas Stuart Hall. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yang analisisnya disesuaikan dengan teori gaya bahasa Braet untuk mengidentifikasi jenis-jenis gaya bahasa dan teori identitas menurut Hall untuk menjelaskan dinamika identitas van Dort. Tujuan penelitian ini adalah untuk memaparkan jenis gaya bahasa serta keterkaitannya dengan identitas Indo dalam lirik empat lagu-lagu Wieteke van Dort. Hasil dari penelitian ini adalah jenis gaya bahasa yang ada banyak mengandung kesan mengenai kenangan dan keindahan Hindia Belanda dan membandingkannya dengan Belanda. Jenis gaya bahasa pada lagu-lagu tersebut mengungkap identitas Indo dari sudut pandang Wieteke van Dort, terutama bagaimana van Dort merangkul identitasnya sebagai seorang Indo setelah ia pindah ke Belanda.

This paper explains the figure of speech in four most popular songs in Dutch by Wieteke van Dort according to her Spotify page and its correlation with her identity as an Indo. Wieteke van Dort is a Dutch singer born and grew up in Indonesia (it was Dutch Indies back then). The focus of this paper lies on the types of figure of speech in said songs and their correlations with the Indo identity that van Dort holds according to Stuart Hall’s theory of identity. The methodology used in this paper is qualitative-descriptive which analysis is based on Antoine Braet’s figure of speech theory to identify the styles used in the songs and the identity theory from Hall to describe the dynamics of van Dort’s identity of being an Indo. The results of this paper is that the types of figure of speech used in the song lyrics sung by Wieteke van Dort emphasize more in the memories and the beauty of Dutch Indies and compare them to the conditions in the Netherlands. These figures of speech lead to exposing how van Dort embraces her identity as explained by Hall, especially after she moved to the Netherlands."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Agustin Nursyahbani
"Gaya hidup muslimah perkotaan melalui pilihan model berjilbabnya menjadi fokus kajian dari skripsi ini, khususnya yang dipraktekkan Hijabers Community, sebuah kelompok atau kumpulan muslimah muda berjilbab. Studi ini berupaya menggali bagaimana gaya berjilbab dan berbusana yang fashionable pada Hijabers Community dikonstruksikan dan kemudian digunakan sebagai simbol untuk merepresentasikan gaya hidup muslimah perkotaan. Penelitan ini dilakukan di Jakarta dengan metode kualitatif (studi kasus), yang didukung dengan data survey guna menggambarkan karakteristik maupun aktivitas gaya hidup anggota HC yang berjumlah 31 orang. Temuan penelitian menunjukkan bahwa di kalangan muslimah anggota komite HC terindikasi berkembang gaya hidup konsumtif yang melekat dengan budaya "leisure time‟ dilihat berdasar pilihan aktivitas, tempat dan strukturkonsumsinya. Kesamaan latar belakang sosial-ekonomi antar anggota komite HC berkontribusi pada kesamaan pilihan pola konsumsi, yang sekaligus jadi simbol status, serta gaya hidup anggota komite Hijabers Community. Pilihan ini juga berperan dalam pemaknaan anggota komite Hijabers Community terhadap gaya berbusana berjilbab yang fashionable, yang dibentuk oleh habitus prestise dan keislaman yang moderat. Nilai dan norma HC sebagai kelompok berperan dalam penanaman dan penyebarluasan nilai keislaman dalam berbusana, yang sekaligus menjadi modal simbolik Hijabers Community pada ranah kultur fashion muslimah perkotaan. Modal simbolik ini menjadi potensi berkembangnya modal ekonomi maupun sosial, bahkan kultural, karena gaya berjilbab dan berbusana HC yang fashionable dapat mengkonstruksi makna Islam dan Jilbab sekaligus merepresentasikan gaya hidup muslimah perkotaan.

This study concerns the lifestyle of urban Muslim women shown by their style of veil, especially in Hijabers Community as a community for young Muslim women wearing veil. The purpose is to dig into styles of hijab and the fashionable clothings of the members used as a symbol to represent the lifestyle of urban Muslim women. This study conduct in Jakarta uses qualitative method and supported by survey data to describe lifestyle of 31 Hijabers Community‟s comittee. The data collected showed a consumptive lifestyle that comes along with "leisure time" culture of the Hijabers Community members, shown by activity choice, place dan consumption structure. Their homogeneous social-economic condition shapes a common selection of consumption among the committee members of Hijabers Community at the same time become a status symbol and lifestyle of Hijabers Community‟s comittee. This selections have a role in meanings of the committee members of Hijabers Community towards lifestyle and fashionable style ,were shaped by the habitus of prestige and moderate Islam. Group‟s values and norms takes a role at socializing Islamic values relating to clothing style and become symbolic capital for Hijabers Community in field of urban muslim women‟s fashion. This symbolic capital potentials to brings advantages to in accumulating their own social, economic even cultural capitals. Because Hijabers Community veiling style and fashionable clothings can constructs Islamic meaning and also represents urban Muslim women‟s lifestyles."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>