Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 125816 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
S5062
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
S4400
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noor Kartika Hapsari
"ABSTRAK
Ruang lingkup keluarga sarat akan nilai privasi, dimana segala bentuk permasalahan di dalamnya merupakan masalah yang sangat pribadi dan dipandang sebagai aib yang tabu untuk disebarluaskan. Namun pada kenyataannya, isu konflik keluarga telah menjadi salah satu komoditas bagi media untuk dijual guna mendapatkan keuntungan.
Penulisan ini ingin melihat bagaimana tayangan Masihkah Kau Mencintaiku melakukan komodifikasi terhadap konflik keluarga, bagaimana tanggapan khalayak tentang format reality show pada tayangan dan muatan konflik keluarga yang dikomodifikasikan.
Dengan menggunakan metode analisis wacana kritis Norman Fairclough pada level teks, discourse practice dan socioculture diketahui bahwa tayangan reality show Masihkah Kau Mencintaiku yang tayang di RCTI telah melakukan komodifikasi konflik dalam keluarga. Hal ini disebabkan karena ketatnya persaingan antar media, sehingga harus merebut perhatian khalayak untuk mendapatkan rating dan share yang memuaskan. Disamping itu, faktanya khalayak juga menyukai tayangan dengan tema konflik keluarga yang dipenuhi adegan
emosional seperti ini.
Label reality show yang menempel pada tayangan seolah menguatkan argumen bahwa tayangan tersebut memang mengangkat kisah nyata dari sebuah keluarga, dan dengan orang-orang yang memang bermasalah. Sehingga terkesan bahwa konflik keluarga bukanlah aib
yang harus ditutupi lagi. Tayangan seperti ini menghadirkan suatu wacana bahwa kesakralan pernikahan dan keluarga bukanlah hal yang utama lagi, dan bahwa konflik keluarga dan perceraian merupakan hal yang lumrah terjadi saat ini.

ABSTRACT
The family's scope is full of privacy, so that every problem in there may be a very personal thing, which is called as shame or scandal. But in fact, the family conflict issues are sold for the media profit, as one of the media commodity.
The purposes of this thesis are to know how Masihkah Kau Mencintaiku commodify the family conflict issues, and what the audience think about the reality show as a genre of the program. By using the Norman Fairclough's critical discourse analysis method for the text, discourse practice and socioculture practice level, it is acknowledged that the reality show Masihkah Kau Mencintaiku, which was shown in RCTI, commodified the family conflicts. To gain highest rating and media compete to maintain their audience attention towards the show.
Surprisingly, the audience put high interest to watch the program which provided these issues and high emotional tense scenes.
A label or reality show has made the audience believed that the program tells a real stories of family conflicts. As a result, the audience has the tendency to think that family conflicts are no secrets, and that is common to be brought into the public. This program represented discourses that the sacred of a marriage and family are not important anymore, and the family conflict or family divorce are the common issues in society."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2010
S5296
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yorita L.S. Bernadetta
"Pasca Reformasi 1998 stasiun-stasiun televisi bermunculan di Indonesia. Mereka bersaing untuk dapat tetap eksis. Maraknya program-program bertema kriminalitas di sejumlah besar stasiun televisi swasta nasional telah menciptakan suatu keadaan yang memprihatinkan bagi dinamika perkembangan pertelevisian Indonesia itu sendiri. Kritikan demi kritikan dilontarkan berbagai kalangan terhadap maraknya tayangan kriminalitas yang selalu hadir di ruang-ruang keluarga. Ironisnya, walaupun banyak pandangan yang tidak setuju dengan hadirnya berbagai bentuk tayangan kriminalitas, pada kenyataannya tayangan seperti itu terus berkembang dengan berbagai bentuknya. TV7 sebagai pendatang baru dalam industri televisi swasta tidak mau ketinggalan dalam memproduksi dan mendistribusikan (praktek komodifikasi) program sejenis, yang disebut dengan Tajuk Kriminal dan Perkotaan (TKP) yang saat ini dihadirkan setiap hari dua kali sehari dalam satu minggu (kecuali hari Sabtu hanya satu kali, yaitu pada siang hari).
Fokus tesis ini adalah berusaha menjelaskan bagaimana TV7 mengemas berita kriminalitas dalam program TKP, menggambarkan banyaknya pendapatan yang diperoleh stasiun televisi TV7 melalui tayangan TKP, menggambarkan audience profile tayangan TKP Siang, TKP Sore maupun TKP Malam dan mengevaluasi atau mengkritisi tanggungjawab sosial TV7 terhadap khalayaknya melalui tayangan kriminalitas TKP.
Dalam mengkritisi fenomena program bertema kriminalitas, tesis ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan paradigma kritis
dan bersifat deskriptif. Sementara metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan melalui studi literatur (kepustakaan), wawancara mendalam terhadap sejumlah narasumber yang berkompeten di TV7, serta melakukan observasi langsung terhadap tayangan program TKP tersebut.
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa dengan semakin ketatnya persaingan antar industri televisi swasta di Indonesia saat ini, dimana seluruh stasiun televisi swasta nasional yang ada menayangkan program kriminalitas, mendorong para pengelola stasiun televisi untuk menciptakan peluang bisnis tertentu dengan menciptakan strategi programming yang disukai khalayak. Industri televisi adalah sebuah industri yang modalnya sangat besar, otomatis juga membutuhkan biaya operasional yang tidak sedikit, oleh sebab itu para pengelola stasiun televisi berusaha untuk mendapatkan keuntungan dengan menjual program yang "disukai" penonton dan seolah "memaksa? mereka untuk berargumentasi bahwa selama pemirsa dan. pengikian menyukai tayangan bertema kriminalitas ini, maka selama itu pula mereka akan memproduksi dan menayangkan (mendistribusikan) ke layar kaca pemirsa.
Bukti yang ditemukan juga menunjukkan bahwa membanjirnya iklan ke progam TKP mendorong managemen TV7 untuk terus menambah frekuensi penayangannya, dari yang semula sekali dalam satu hari menjadi dua kali dalam satu hari dalam seminggu. Ironisnya, program yang semula diklaim memiliki ciri khas karena ada segmentasi untuk iklan layanan masyarakat dalam program sore/malam hari ternyata dalam perjalanannya tak lebih dari sekedar bagian dari tekno kapitalis.
Implikasi hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa studi terhadap masalah-masalah isi program televisi bagi pemirsanya, khususnya studi ekonomi-politik yang terkait dengan komodifikasi program kriminalitas di televisi swasta, pada dasarnya perlu dikaji lebih lanjut secara kritis dan holistik dengan menyertakan dua entry point lainnya, yaitu spasialisasi dan strukturasi.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T22181
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fransiska Paskah Eka Putri Rivai
"Dalam industri budaya, selalu terdapat pola dan formula yang berulang kemudian membentuk standar dan selera khalayak terhadap produk yang dihasilkan oleh media. Fenomena tersebut terlihat dalam tren program India yang diciptakan oleh saluran ANTV sejak tahun 2013. Saluran ANTV berhasil membangun sebuah industri budaya, di mana program serial India adalah produk dari industri tersebut. ANTV melakukan komodifikasi dalam pemilihan program impor maupun program produksinya sendiri. Komodifikasi dilakukan terhadap isi konten program demi mengikuti pola dalam industri budaya yang telah terstandarisasi. ANTV yang sebelumnya hanya mengimpor program serial India, memutuskan untuk menayangkan program lokal berjudul Malaikat Kecil dari India. Komodifikasi yang dilakukan dalam program ini adalah komodifikasi terhadap konten dan khalayak. Pada segi konten, komodifikasi dilakukan melalui penentuan latar, alur cerita, dan aktor. Sementara komodifikasi khalayak dilakukan dengan mentransformasikan khalayak menjadi suatu komoditas dalam bentuk rating dan share untuk djiual kepada pengiklan untuk mendapatkan keuntungan.

In culture industry, there rsquo s always a repeated pattern and formula that creating audience standard for media products they consume. This phenomenon can be seen in Indian television program trend, started by ANTV since 2013. ANTV has succeeded building a culture industry, which Indian serial program is their main product. ANTV conducted a commodification in either importing or producing their Indian television programs. Content commodification is done to the program in order to follow the pattern of the culture industry standard. After a few years importing Indian serial program, ANTV decided to broadcast a local program called Malaikat Kecil dari India where they did some content and audience commodification. Content commodification can be seen from the the program rsquo s plot, story settings and actor. While audience commodification is done by transforming their audience into a commodity through rating, then sold them to advertisers in order to gain profit.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Krishna
"Iklan merupakan sebuah sarana informasi bagi masyarakat maxim konsumen mengenai suatu produk tertentu. Bagi para produsen, ikian merupakan sebuah scram untuk memperkenalkan produk mereka kepada konsumen. Oleh karena iklan dikenal pula sebagai sebuah sarana yang mempertemukan konsumen dengan produsen. Di lain sisi, iklan tidak selalu memberikan keuntungan, khususnya bagi pars konsumen. Hal ini terjadi apabila iklan memberikan sebuah pernyataan yang menyesatkan dan tidak benar, menjaddran pernyataan man tersebut tidak sesuai dngan fakta atas produk yang diiklankan, Iklan yang menyesatkan dan tidak benar tersebut dapat mengakibatkan kerugian bagi para konsumen - mengingat televisi merupakan sebuah media massa yang ditujukan untuk khalayak umum. Perkembangan di bidang teknologi, ekono3ni dan ilmu pengetahuan telah mendorong perkembangan duaia periklanan hingga menjadi sebuah sistem yang kompleks. Di dalam sistem yang kompleks tersebut, kegiatan periklanan melibatkan beberapa pihak, antara lain pengiklan (produsen produk), ages (pensahaan periklanan) dan media. Oleh karena itu, untuk mencegah kerugian yang dapat diderita oleh pars konsumen, diperlukan ketentuan-ketentuan yang mengatur mengenai kegiatan periklanan. Namun, di Indonesia, ketentuan-ketentuan mengenai ikian produk pangan di televisi diatur secara terpisah_ Salah satunya diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (UUPK). Tetapi, UUPK tidak secara tegas mengatur mengenai pars pihak yang bertanggung jawab alas ikian produk pangan di televisi yang dapat mengakibatkan kerugian bagi konsumen. Ketentuan IJUPK tersebut juga dapat mengakibatkan ketidakpastian terhadap kete utuan yang mengatur mengenai periklanan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996 Tentang Pangan dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label Dan Iklan Pangan; Oleh karena itu, definisi dari "pelaku usaha periklanan" sebagaimana diatur dalam ketentuan UUPK liarus dipertegas melalui ketentuan per mdang undangan di Indonesia Dengan demikian, hal ini akan memberikan sebuah kepastian alas hak konsumen yang berhubungan dengan hak konsumen untuk memilih (hak memilih) produk yang mereka inginkan.

Advertisement is a media which contains information of a certain product to societies and consumers. Regarding to the producers position, advertisement is a media to introduce their products to their consumers. Hence, advertisement is also used as a media where producers and consumers meet On the other hand, advertisements do not always benefited the consumers. It happens do to its misleading and wrong statements which usually different from the fact of the prods Those misleading and wrong statements advertisements on television could caused the consumers losses especially if those are food products which daily consumed - considering that televisions is a public information media. Development in technology, economics and science have drive the development of advertisements into a more complex system. In that system, advertising operations are involving a few parties, which are producers (as advertisers), agencies (as advertising companies) and media. Hence, in order to prevent the consumer`s losses, rules and regulations of advertising operations are needed. However, in Indonesia, the laws of food products advertisement on television are partly ruled and regulated One of them is stated by The Law of The Republic of Indonesia Number S of 1999 Concerning The Consumers Protection (UUPK). But, this UUPK does not make a clear statement regarding the parties who's responsible for the misleading and wrong statements food products advertisements on television - which could caused the consumers Losses. This UUPK is could also causing the uncertainty of The Law of The Republic of Indonesia Number 7 of 1996 Concerning The Foods and The Indonesian Government Law Number 69 of 1999 Concerning Label And Food Advertisements. Therefore, the definitions of "advertising operations companies" stated by UUPK should be cleared by any Indonesian Law. By having these rules and regulations of advertising, it will provides a certainty toward the consumers rights regarding their rights to choose the products they desired."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2007
T19287
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
F Jenny Renita P.
"Sinetron-sinetron bercirikan kemewahan dan menonjolkan gaya kelas atas masyarakat urban sempat mewarnai wajah televisi-televisi swasta di Indonesia dan menduduki rating tinggi berdasarkan survei AC Nielsen. Namun kini, wajah pertelevisian itu berubah dengan maraknya sinetron bernuansa religius Islami, yang juga terbukti mampu menduduki rating tinggi. Salah satu pelopornya adalah sinetron lepas Rahasia Ilahi di TPI yang menjadi kajian penelitian ini. Penulis tertarik untuk mengangkat sinetron ini karena ide ceritanya berasal dari kisah-kisah nyata yang merupakan aib seseorang, serta adanya pergeseran minat penonton Indonesia ke tayangan religius Islami. Episode "Jenasah Penuh Belatung" merupakan unit observasi penelitian ini karena satu minggu setelah penayangannya langsung menduduki peringkat pertama survei AC Nielsen, yaitu pada minggu ke-0507 (6 Februari-12 Februari 2005). TPI yang menjadi stasiun penayang juga berhasil menggeser posisi puncak televisi-televisi swasta lain dan menduduki peringkat pertama. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji representasi komodifikasi pengalaman-pengalaman pribadi individu yang dikemas dalam sinetron Rahasia Ilahi. Penelitian ini menggunakan analisis wacana kritis untuk melihat representasi komodifikasi pengalaman-pengalaman pribadi individu yang dikemas dalam sinetron Rahasia Ilahi. Sinetron Rahasia Ilahi episode "Jenasah Penuh Belatung" mengangkat kisah sebuah keluarga muslim yang ditinggal mati oleh sang kepala keluarga. Namun, isak tangis dan suasana duka di keluarga ini semakin bertambah karena menyaksikan berbagai hambatan dalam proses penguburan dan kejadian-kejadian aneh selama proses pemandian jenasah. Tujuan ditayangkannya sinetron ini adalah untuk memberi pelajaran moral agar manusia tidak melanggar ajaran-ajaran Allah. Jika dilanggar, maka mereka akan menerima azabNya. Terlebih lagi dengan kejadiankejadian aneh, seperti keluarnya belatung dari mulut jenasah, bisa menimbulkan efek psikologis takut pada penonton, hingga akhirnya mereka tidak berani berbuat seperti yang dilakukan tokoh utama. Di sini terlihat betapa kuatnya kemampuan audio visual televisi untuk mempengaruhi sikap khalayak agar berbuat seperti yang mereka harapkan. Namun, menurut ajaran Islam, jelas dikatakan bahwa menyebarkan aib seseorang adalah perbuatan dosa. Jadi, meski bertujuan untuk menyampaikan nilai-nilai moral kepada penonton, tetap terbukti bahwa televisi telah menjadikan aib tersebut sebagai komoditas demi mendapat keuntungan. Analisis wacana kritis yang digunakan adalah metode analisis Norman Fairclough yang mengaitkan analisis level teks dengan analisis discourse practice dan sosiocultural practice. Pada tingkat teks digunakan metode analisis semiotika dari Saussure untuk melihat tanda-tanda dan makna yang menggambarkan penyebab dan akibat perbuatan buruk tokoh utama. Analisis level discourse practice menjelaskan kaitan antara faktor produksi teks dan konsumsi teks. Pada tingkat produksi, penulis mewawancarai produser pelaksana PT KEP Media, sedangkan pada konsumsi teks wawancara mendalam dengan empat orang informan (dua muslim, satu Katolik, dan satu Kristen Protestan). Dalam level sosiocultural practice, analisis dilakukan dengan melihat perkembangan industri televisi di Indonesia dan kondisi sosial budaya masyarakat Indonesia yang tergolong mayoritas pemeluk agama Islam dalam menanggapi perkembangan sinetron religiusitas yang sedang marak saat ini. Dari seluruh analisis ini, penulis menyimpulkan bahwa sinetron Rahasia Ilahi merupakan salah satu contoh tayangan yang dimanfaatkan oleh televisi untuk melakukan komodifikasi kisah nyata yang merupakan aib seseorang melalui kekuatan audio visualnya. Kesimpulan ini Iebih dipertegas lagi dari hasil analisis order of discourse bahwa adeganadegan dalam sinetron ini dimulai dari adegan klimaks berupa aib tokoh utama, kemudian konflik-konflik, dan berakhir dengan antiklimaks. Ini membuktikan bahwa, selain sebagai media komunikasi, televisi juga sekaligus industri bisnis yang mencari keuntungan dengan memanfaatkan khalayak sebagai salah satu faktor penentu isi media.

Sinetrons—Indonesian TV dramas—that depict luxuriousness and demonstrate the upper class life style of urban people once dominate the screens of private television stations all over Indonesia and occupy high ratings according to a survey conducted by AC Nielsen. But currently we are watching a new phenomenon: the mushrooming of Islamic religious sinetrons, that are proven to have the capability to reach high ratings as well. One of the pioneers is a sinetron entitled Rahasia Ilahi aired on TPI, which becomes the object of analysis on this research. Writer is interested to analyze this sinetron based on the reasons that the story ideas are derived from true stories, which disgrace the people concerned and this sinetron shows a shift in the interest of Indonesian TV viewers into Islamic religious programs. An episode entitled "Jenasah Penuh Belatung" is the observation unit of this research because one week after its airing, it went immediately to the first rank of AC Nielsen's survey, on the 0507th week (February 6th-February 12th 2005). TPI as the broadcaster TV station also managed to move other TV stations' top position and became number one. The objection of this research is to discuss comodification of individual personal experience that is wrapped in Rahasia Ilahi. This research uses critical discourse analysis to see the representation of comodification of individual personal experience that is wrapped in Rahasia Ilahi. An episode of Rahasia Ilahi called "Jenasah Penuh Belatung" tells the tale of a muslim family whose chief—the father and husband—dies. The grievance and tears of this family get worse when they witness many obstacles that occur during the burial ceremony and bizzare happenings during the process of showering the corpse. The aim of airing this sinetron is to give moral lessons for human not to contravene Allah's doctrines. When they are violated, people will receive His punishment. Added with odd incidents, such as maggots coming out of the corpse's mouth, that evoke fearful psychological effects to the audience, it tries to convince the viewers to not do things that the main character in the sinetron does. In this case, we can see how strong televion's audio visual ability in affecting people's attitude the way they expect. But however, according to Islam's dogma, it is a sin to spread other people's shame. So, eventhough it carries noble purpose, that is to deliver moral values to the audience, it's proven that television have made the disgrace as a commodity to earn profits. The critical discourse analysis used is Norman Fairclough's analysis that correlates text level analysis with discourse practice analysis and sociocultural practice. On the text level, writer use semiotic analytical method from Saussure to see signs and meanings that describe the causes and the aftermaths of the main character's misconduct. Discourse practice level analysis explains the relation between the factor of text production and text consumption. On the production level, writer interviewed the managing producer of PT KEP Media, while on text consumption, writer provides in depth interviews with four informants (two muslims, satu Catholic, and one Christian). On sosiocultural practice level, the analysis is conducted by observing the development of television industry in Indonesia and the social and cultural condition of Indonesian people— majority of Muslims—in responding the recent development of the now popular and ubiquitous religious sinetrons. From all of these analyses, writer concludes that Rahasia Ilahi is one of the many examples of programs that are utilized by television to make comodification of real stories that disgrace the people concerned through their audio visual strength. This conclusion gets more emphasis from the result of order of discourse analysis that shows that the scenes in this sinetron are always opened with a climax scene that shows the main character's disgrace and then proceeded with conflicts and ended with anticlimax. It proves that, besides holding a role as a communication media, television also shows its character as a part of business industry that seeks for profits by making use of people—their audience—as one of the determinating factors of media contents.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
S4286
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdurrahman Saleh
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
384 Sal k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Windriani
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
S4546
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>